• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

A. Analisa Pengaruh Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 oleh PT. ABC Terhadap Beban Pajak PT. ABC dan Pendapatan Negara

Seperti telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya bahwa krisis global yang terjadi pada akhir 2008 telah membuat perusahaan-perusahaan khususnya perusahaan yang berbasis penanaman modal asing harus mencari cara agar dapat terlepas dari krisis global yang sedang melanda pada waktu itu, dan hal tersebut otomatis berdampak pula kepada penerimaan atau pendapatan Negara khususnya dari sektor pajak dengan kata lain semakin menurunnya omset suatu perusahaan maka semakin menurun pula pendapatan pajak Negara yang dihasilkan dari perusahaan-perusahaan tersebut. Namun Negara tidak tinggal diam dalam menghadapi krisis global tersebut yang membuat perusahaan-perusahaan mengalami perubahan keadaan / kegiatan usaha atau penurunan omset yang cukup signifikan di antaranya adalah PT. ABC, salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi krisis tersebut adalah dengan membuat kebijakan berupa fasilitas regulasi perpajakan yang diharapkan dapat meringankan beban pajak perusahaan yang tertuang dalam Per. 10/PJ/2009 tentang fasilitas pengurangan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk tahun 2009.

(2)

PT. ABC telah memanfaatkan fasilitas pengurangan angsuran pajak penghasilan Pasal 25 sejak berlakunya regulasi Per. 10/PJ/2009 tersebut yang diterbitkan pada 11 Februari 2009, sehubungan dengan krisis global yang berdampak pada PT. ABC. Dengan adanya regulasi tersebut otomastis akan sangat membantu perusahaan-perusahaan dalam hal mengurangi beban pajak yang selama ini sangat membebani terutama pada saat krisis global. Regulasi ini di buat oleh Negara dengan harapan perusahaan-perusahaan dapat dengan segera memulihkan keadaan usahanya sehingga akan menormalkan kembali kontribusi kepada Negara melalui pembayaran pajak, berikut perbandingan pembayaran angsuran pajak penghasilan pasal 25 tahun 2009 oleh PT. ABC dari sebelum dan sesudah adanya fasilitas pengurangan angsuran pajak penghasilan pasal 25 :

Tabel 4.1

Perbandingan Angsuran PPh Ps. 25 Tahun 2009 Sebelum & Sesudah Fasilitas Regulasi Per.10/PJ/2009

Bulan Angsuran PPh 25 Th.2009 Sebelum Regulasi Angsuran PPh 25 Th.2009 Sesudah Regulasi Selisih Januari Rp. 814.871.764,- Rp. 814.871.764,- 0 Februari Rp. 814.871.764,- Rp. 611.153.823,- Rp. 203.717.941,- Maret Rp. 814.871.764,- Rp. 611.153.823,- Rp. 203.717.941,- April Rp. 827.872.732,- Rp. 620.904.549,- Rp. 206.968.183,- Mei Rp. 827.872.732,- Rp. 620.904.549,- Rp. 206.968.183,-

(3)

Juni Rp. 827.872.732,- Rp. 620.904.549,- Rp. 206.968.183,- Juli Rp. 827.872.732,- Rp. 827.872.732,- 0 Agustus Rp. 827.872.732,- Rp. 827.872.732,- 0 September Rp. 827.872.732,- Rp. 827.872.732,- 0 Oktober Rp. 827.872.732,- Rp. 827.872.732,- 0 November Rp. 827.872.732,- Rp. 827.872.732,- 0 Desember Rp. 827.872.732,- Rp. 827.872.732,- 0 Total Rp. 9.895.469.880,- Rp. 8.867.129.449,- Rp. 1.028.340.431,- *) Sumber: Data PT. ABC

Sesuai dengan Per.10/PJ/2009 pasal 2, dan pasal 3 ayat 1 dan 2 bahwa :

Pasal 2 : Wajib Pajak dapat diberikan pengurangan pajak penghasilan pasal 25 sampai dengan 25% untuk masa pajak Januari sampai dengan juni 2009.

Pasal 3 ayat 1 : Pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2 dihitung dari besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Desember

2008.

Pasal 3 ayat 2 : Dalam hal Wajib Pajak telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2008, pengurangan Pajak Penghasilan Pasal

25 sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dihitung dari besarnya Pajak Penghasilan

Pasal 25 berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2008.

(4)

Dalam Tabel 4.1 dijelaskan bahwa terdapat selisih yang cukup signifikan dengan keberadaan fasilitas pengurangan PPh Pasal 25 tersebut sebesar 25% dari bulan Januari 2009 s/d Juni 2009 dibandingkan dengan kondisi sebelum beredarnya fasilitas tersebut, sehingga sangat membantu PT. ABC dalam menghadapi perubahan kondisi usaha yang menurun pada saat itu. Pemerintah dalam hal ini cukup berhasil dalam memberikan kebijakan-kebijakan dalam sektor pajak dalam bentuk pengurangan beban pajak kepada khususnya PT. ABC dan pada umumnya perusahaan-perusahaan yang mengalami perubahan kondisi usaha yang sangat menurun, namun tidak kepada penerimaan dan pendapatan Negara dari sektor pajak mengingat kontribusi pajak dari perusahaan-perusahaan mengalami penurunan akibat global krisis. Kebijakan atas fasilitas pengurangan angsuran pajak penghasilan pasal 25 dirasa sangat membantu perusahaan untuk mengurangi beban pajak tersebut, namun tidak semua perusahaan yang setelah memanfaatkan fasilitas pengurangan pajak penghasilan pasal 25 sebesar 25% dari Januari 2009 s/d Juni 2009 dapat langsung memperbaiki perubahan kondisi usaha perusahaannya dalam hal ini PT. ABC termasuk didalamnya.

Berdasarkan PER.10/PJ./2009 Pasal 6 ayat 1 dan 2, bahwa :

Pasal 6 ayat 1 : Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis mengenai pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk masa pajak Juli 2009 s/d Desember 2009 kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama tanggal 30 Juni 2009 apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun 2009 kurang dari 75%

(5)

dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2009.

Pasal 6 ayat 2 : Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disertai dengan perkiraan penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang tahun 2009 berdasarkan :

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh sampai dengan bulan terkahir

sebelum bulan pengajuan permohonan, dan

b. Perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh sejak bulan

pengajuan permohonan sampai dengan Desember 2009.

Dan KEP-537/PJ./2000 khususnya pasal 7 : apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan

bahwa besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun 2009 kurang

dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2009. Dirasa keadaan dan kondisi keuangan PT. ABC yang belum pulih dan stabil walaupun sudah memanfaatkan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sebesar 25 % untuk bulan Januari 2009 s/d Juni 2009, maka PT. ABC memanfaatkan kembali permohonan pengurangan pajak penghasilan pasal 25 untuk bulan Juli 2009 s/d Desember 2009 sesuai dengan regulasi di atas.

Berikut beberapa permohonan pengurangan Pajak Penghasilan pasal 25 tahun 2009 yang telah memenuhi syarat kurang dari 75% dari pajak penghasilan terutang yang menjadi dasar perhitungan besarnya PPh ps.25 masa pajak Januari 2009 s/d Juni 2009

(6)

yang diajukan oleh PT. ABC kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat PT. ABC terdaftar dalam hal ini adalah KPP PMA 1 ( Penanaman Modal Asing ).

Tabel 4.2

Syarat Pengajuan Permohonan Pengurangan

Pajak Penghasilan Pasal 25 Bln Juli 2009 s/d Desember 2009

Permohonan % Penghasilan Kena Pajak % PPh Terutang Keterangan Permohonan ke-1 30,06 % 28,11 % < 75 % Permohonan ke-2 37,48 % 35,04% < 75 % Permohonan ke-3 44,31 % 41,42 % < 75 % Permohonan ke-4 51,43 % 48,08 % < 75 %

Sumber: Data PT. ABC : Lampiran II, Lampiran IV, Lampiran VI, Lampiran VIII

Kalau dilihat dari Tabel 4.2 secara keseluruhan bahwa pengajuan permohonan pengurangan pajak penghasilan pasal 25 untuk bulan Juli 2009 s/d Desember 2009 telah memenuhi syarat di atas 75 % baik persentase (%) Penghasilan Kena Pajak maupun persentase (%) PPh terutangnya, dengan kata lain bahwa syarat pengajuan permohonan pengurangan pajak penghasilan pasal 25 sudah bisa diproses dan di analisa oleh kantor pajak penanaman modal asing I ( PMA I ) untuk kemudian dapat diberikan jawaban kepada PT. ABC apakah pengajuan pengurangan dapat diterima ataukah tidak dapat diterima atau di tolak.

(7)

Tabel 4.3

Pengajuan Permohonan Pengurangan

Pajak Penghasilan Pasal 25 Bln Juli 2009 s/d Desember 2009

Permohonan Perhitungan PT. ABC

Perhitungan KPP PMA I

Keterangan

Permohonan ke-1 Rp. 42.681.280 Rp. 556.475.385 Ditolak

Permohonan ke-2 Rp. 102.415.818 Rp. 509.517.180 Ditolak

Permohonan ke-3 Rp. 130.467.888 Rp. 525.159.292 Ditolak,

Permohonan ke-4 Rp. 169.223.900 Rp. 508.727.801 Ditolak

Sumber: Data PT. ABC : Lampiran III, Lampiran V, Lampiran VII, Lampiran IX Berdasarkan Tabel 4.3 terdapat perbedaan hasil perhitungan atas pengajuan permohonan ke-1 s/d permohonan ke-4 PT. ABC dengan KPP PMA I yang menyebabkan penolakan atas permohonan pengajuan pajak penghasilan pasal 25, sehingga konsekwensi yang akan terjadi pada PT. ABC apabila tetap melakukan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan tahun 2008, yaitu :

Januari’09 : Rp. 814.871.764,-

(8)

April’09,Mei’09 & Juni’09 : Rp. 1.862.713.647,- ( @ Rp. 620.904.549,- )

Juli’09 s/d Desember’09 : Rp. 4.967.236.390,- ( @ Rp. 827.872.732,- )

Total Angsuran PPh 25 tahun 2009

( Kredit Pajak ) : Rp. 8.867.129.447,-

maka akan terjadi Lebih Bayar ( Realisasi sampai dengan Juni 2009 lebih bayar

sebesar Rp. 1.017.876.175,- ) pada Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan tahun berikutnya, mengingat kredit pajak yang lebih besar dari pada Pajak Penghasilan yang akan terutang di tahun 2009. Hal ini sangatlah masuk akal dan relevan apabila PT. ABC mengajukan permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 mengingat kondisi usaha yang belum stabil dan kredit pajak yang sangat besar.

B. Analisa Dasar Penolakan KPP PMA I Atas Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Oleh PT. ABC

1. Laporan Hasil Analisa PT. ABC Dan KPP

Berikut perbandingan hasil analisa dari PT. ABC dan KPP PMA I atas perhitungan permohonan Pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25, penulis akan coba uraikan mengenai alasan perbedaan tersebut :

(9)

Tabel 4.4

Perbandingan Perhitungan HPP dan Beban Usaha Pada PT. ABC dan KPP PMA I

Lampiran Perhitungan KPP PMA I (Proyeksi) Perhitungan PT.ABC (Proyeksi) Keterangan Selisih HPP Beban Usaha Rp. 200.146.908.612 Rp. 27.293.455.265 Rp. 214.088.589.518 Rp. 31.868.483.151 Rp. 13.941.680.906 Rp. 3.945.027.886 HPP Beban Usaha Rp. 170.962.039.518 Rp. 23.851.734.187 Rp. 181.186.843.759 Rp. 28.184.563.663 Rp. 10.224.804.241 Rp. 4.332.829.476 HPP Beban Usaha Rp. 149.339.615.017 Rp. 20.835.086.029 Rp. 158.623.736.519 Rp. 24.679.946.832 Rp. 9.284.121.502 Rp. 3.844.860.803 HPP Beban Usaha Rp. 122.341.161.869 Rp. 20.949.109.218 Rp. 129.361.765.002 Rp. 17.068.402.326 Rp. 7.020.603.134 Rp.(3.880.706.892) Sumber: Data PT. ABC : Lampiran III, Lampiran V, Lampiran VII, Lampiran IX

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas beserta lampirannya maka diketahui perbedaan perhitungan antara PT. ABC dan KPP PMA I terdapat pada perhitungan proyeksi atas HPP (harga pokok penjualan) dan beban usaha, yang merupakan selisih yang cukup besar dan sangat mempengaruhi besarnya pajak penghasilan yang terutang pada surat pemberitahuan tahunan badan pada tahun 2009. Adapun yang menyebabkan terdapat selisih antara perhitungan PT. ABC dan KPP PMA I adalah sebagai berikut :

(10)

Tabel 4.5

Penyebab Perbedaan Perhitungan HPP dan Beban Usaha Pada PT. ABC dan KPP PMA I

Lampiran Perhitungan KPP PMA I (Proyeksi) Perhitungan PT.ABC (Proyeksi) HPP Beban Usaha % Average HPP Th. 2007 & Th. 2008 ( HPP/Sales )

% Average Beban Usaha Th. 2007 & Th. 2008 ( Beban Usaha/Sales ) % Th 2009 ( HPP/Sales ) % Th 2009 ( Beban Usaha/Sales ) HPP Beban Usaha % Average HPP Th. 2007 & Th. 2008 ( HPP/Sales )

% Average Beban Usaha Th. 2007 & Th. 2008 ( Beban Usaha/Sales ) % Th 2009 ( HPP/Sales ) % Th 2009 ( Beban Usaha/Sales ) HPP Beban Usaha % Average HPP Th. 2007 & Th. 2008 ( HPP/Sales )

% Average Beban Usaha Th. 2007 & Th. 2008 ( Beban Usaha/Sales ) % Th 2009 ( HPP/Sales ) % Th 2009 ( Beban Usaha/Sales ) HPP % Average HPP Th. 2007 & Th. 2008 ( HPP/Sales ) % Th 2009 ( HPP/Sales )

(11)

Beban Usaha % Average Beban Usaha Th. 2007 & Th. 2008 ( Beban Usaha/Sales )

% Th 2009 ( Beban Usaha/Sales )

Sumber: Data PT. ABC : Lampiran III, Lampiran V, Lampiran VII, Lampiran IX

Berdasarkan Tabel 4.5 dijelaskan bahwa perbedaan perhitungan yang terjadi antara PT. ABC dengan KPP PMA I disebabkan karena perbedaan pengakuan proyeksi persentase (%) atas Harga Pokok Penjuanan dan Beban Usaha berdasarkan tahun, sebagai berikut :

Harga Pokok Penjualan ( HPP)

PT. ABC menggunakan Perbandingan Persentase HPP tahun 2009 dengan Sales Tahun 2009 ( HPP / Sales )

KPP PMA I menggunakan Perbandingan Persentase Average HPP tahun 2007 & 2008 dengan Sales Tahun 2007 & 2008 ( HPP / Sales )

Beban Usaha

PT. ABC menggunakan Perbandingan Persentase Beban Usaha tahun 2009 dengan Sales Tahun 2009 ( Beban Usaha / Sales )

KPP PMA I menggunakan Perbandingan Persentase Average Beban Usaha tahun 2007 & 2008 dengan Sales Tahun 2007 & 2008 ( HPP / Sales )

(12)

Dari hasil analisa penulis diatas mengenai perbedaan perhitungan antara PT. ABC dengan KPP PMA I maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada dasar analisa yang tepat bagi KPP PMA I dalam menganalisa perhitungan yang diajukan oleh PT. ABC dimana dasar analisa yang dipakai adalah data tahun 2007 dan tahun 2008 bukan data yang terkini yaitu tahun 2009 yang mempunyai perbedaan yang sangat mencolok baik dari sisi kondisi usaha maupun kondisi perekonomian dunia, diantaranya adalah :

1. Kenaikan harga pokok penjualan (HPP) yang disebabkan :

a. Estimasi harga beli bahan baku 2009 menggunakan kurs rata-rata Rp. 11.000,-

dibandingkan dengan actual kurs rata-rata tahun 2007 dan 2008 sebesar Rp. 9.629,-, sehingga terjadi perbedaan HPP dan Beban Usaha antara PT. ABC dengan KPP PMA I yang sangat besar.

b. Kenaikan upah tenaga kerja sesuai dengan UMK yang merupakan salah satu

unsur dari HPP dan Beban Usaha.

c. Akibat dari kenaikan HPP terdapat permintaan cost down dari custumer, yang

tidak bisa dilakukan juga terhadap supplier/vendor PT. ABC, sehingga akan menaikkan Beban Usaha pada PT. ABC

2. Untuk kelanjutan proses produksi, PT. ABC harus tetap melakukan pembelian

bahan baku dan pembayaran overhead cost (dengan harga cenderung naik) disisi lain fixed cost harus tetap dibayar.

(13)

Dari hasil analisa dan pembahasan penulis mengenai perbedaan perhitungan antara PT. ABC dengan KPP PMA I maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penolakan atas

permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 dianggap tidak relevan

mengingat Syarat administratif dan regulatif telah terpenuhi oleh PT. ABC.

2. Target Penerimaan Pajak KPP PMA I Belum Tercapai

Target penerimaan pajak pada APBNP 2009 mencapai Rp. 577,4 triliun ( Media Indonesia, 17 November 2009), sedangkan realisasi penerimaan Direktorat Jenderal Pajak per 16 November 2009 baru tercapai 75% senilai 432,75 triliun, dan sudah dapat dipastikan bahwa penerimaan Negara dalam sektor pajak akan berada jauh di bawah target APBNP 2009. Rendahnya realisasi penerimaan di semester I dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi, turunnya volume dan nilai impor, turunnya harga rata-rata minyak dan penurunan penerimaan PPN impor. Melalui Menteri Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak target penerimaan Pajak ini akan dibebankan kepada setiap KPP dengan target yang berbeda-beda sehingga mencapai target yang telah ditetapkan didalam APBNP tahun 2009. Dan hal ini menyebabkan target penerimaan pajak per KPP bervariatif ada yang telah mencapai target maupun yang belum mencapai target penerimaan pajak.

Sebagai warga negara yang baik kita harus menyadari betapa pentingnya penerimaan pajak yang telah ditargetkan oleh Negara kepada wajib pajaknya, karena dengan pajak yang kita bayarkan kelak akan dipergunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia semata. Sehingga sekiranya pajak yang kita bayarkan dapat dirasakan

(14)

manfaatnya secara tidak langsung oleh seluruh warga Negara Indonesia. oleh karena itu wajib pajak diharuskan membayar dan melaporkan sendiri atas pajak yang terutang untuk kepentingan dan kemakmuran Negara tanpa ada penghindaran dan kecurangan pajak yang sangat merugikan baik bagi wajib pajaknya sendiri maupun bagi Negara ini.

Seperti halnya dengan KPP PMA I sehubungan dengan target penerimaan pajak Negara yang telah dibebankan kepada KPP PMA I melalui Menteri Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak kepadanya. Maka KPP PMA I dituntut untuk memenuhi target yang telah ditentukan tersebut mengingat target penerimaan pajak tersebut telah dimasukkan kedalam APBNP oleh Negara. Oleh karena itu berkaitan dengan permohonan yang diajukan oleh PT. ABC mengenai pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 jelas akan mempengaruhi target penerimaan pajak KPP PMA I tersebut dan otomatis akan mempengaruhi juga penerimaan Pajak Negara. Berkaitan dengan penerimaan pajak KPP PMA I yang pada akhirnya diketahui alasan yang sebenarnya atas penolakan permohonan pengurangan pajak penghasilan pasal 25 oleh PT. ABC adalah penerimaan pajak KPP PMA I yang belum tercapai sehingga kalaupun permohonan pengurangan PT. ABC disetujui maka sudah jelas akan

menghambat penerimaan pajak KPP PMA I tersebut, namun alangkah tidak adil dan

tidak relevannya ketika suatu target penerimaan pajak Negara dijadikan suatu alasan dan tameng atas pemenuhan suatu fasilitas regulatif perpajakan yang telah diberikan oleh Negara ini kepada wajib pajaknya yang benar-benar mengalami penurunan atau perubahan kondisi usaha. Bagaimana halnya ketika wajib pajak atau

(15)

investor asing yang seharusnya menjadi salah satu unsur penting didalam mengelola pendapatan Negara tidak mampu lagi menjalankan usahanya di Indonesia akibat dari krisis global yang berdampak sampai sekarang ? sudah pasti bukan hanya para tenaga kerja yang akan dirugikan tapi Negara pun akan sangat rugi akibat dari para investor yang meninggalkan Indonesia karena tidak adanya kepastian hukum atas fasilitas perpajakan yang telah dijadikan kebijakan oleh Negara dan otomatis pendapatan atau penerimaan Negara akan sangat berkurang.

Referensi

Dokumen terkait

Göstermek istediğimiz, Allah’ın örnek verdiği ve birçok Kur’an ayetinde övdüğü kitaplar olan Tevrat ve İncil’de hikmetler aramayan din adamlarının, yığınla

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa 1) kelayakan modul memperbaiki roda dan ban yang telah divalidasi dan diujikan

Penanaman nilai aqidah pada anak sebagai upaya menguatkan keimanan yang teguh agar tidak terjadi keraguan tentang keberadaan Allah SWT, yang harus dipercayai dan diyakini

Berdasarkan surat edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang penyelesaian perkara tindak pidana korupsi yang bersifat melekat baik secara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon kombinasi bahan organik dan varietas sorgum ratoon I yang tepat untuk produksi biomassa dan nira yang tinggi adalah pada dosis 10 ton/ha

Apabila pemenang lelang urutan pertama yang telah ditetapkan sebagai Penyedia mengundurkan diri dan atau tidak bersedia, maka yang akan ditetapkan sebagai Penyedia dapat

Dari data itu peneliti mencoba memberikan satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru yakni (1) proses pembelajaran harus

Untuk melakukan perbandingan terhadap pendekatan deret maka dilakukan simulasi numerik yang menghasilkan galat pada Runge-Kutta orde empat Kuntzmann lebih baik dari pada Runge