• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENDIRIAN MINIMARKET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PENDIRIAN MINIMARKET"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus : Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)

OLEH

MEGA KUSYUNIARTI H14080087

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

Mega Kusyuniarti. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat (Kasus: Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor) (dibimbing oleh M. FIRDAUS).

Pendirian kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di Kecamatan Dramaga menjadi daya tarik bagi pemodal besar untuk menanamkan investasinya pada usaha waralaba sektor ritel dalam bentuk usaha ritel modern, yaitu minimarket. Kehadiran pendatang dalam jumlah besar yaitu mahasiswa IPB, menghadirkan peluang bagi para pengusaha untuk menawarkan barang dan jasanya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa-mahasiswa tersebut. Keberadaan pedagang eceran tradisional semakin terpuruk dengan menjamurnya ritel modern, khususnya

minimarket. Lokasi minimarket dengan jarak yang sangat berdekatan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor tentu akan memunculkan persaingan di wilayah tersebut. Kelengkapan barang, harga yang murah, potongan harga yang menarik penataan produk yang baik, dan tempat yang nyaman menjadi daya tarik yang ditawarkan minimarket kepada konsumen. Implikasinya, tingkat pengeluaran konsumen yang mengunjungi minimarket cenderung bertambah. Harapan pemilik pedagang eceran tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pendapatan yang diperoleh semakin tersendat akibat hadirnya minimarket.

Penelitian ini menganalisis perubahan omzet pedagang eceran tradisional dan tingkat pengeluaran masyarakat antara sebelum dan sesudah pendirian

minimarket dengan menggunakan uji-t berpasangan. Penelitian ini juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omzet pedagang eceran tradisional dan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode regresi linear berganda dan metode regresi logit yang didukung dengan uji crosstab.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata penurunan omzet pedagang adalah sebesar 30,57 persen/bulan dengan standar deviasi 22,15. Berdasarkan uji-t berpasangan, omzet pedagang eceran tradisional antara sebelum pendirian

minimarket berbeda nyata dengan sesudahnya. Rata-rata peningkatan pengeluaran masyarakat adalah sebesar 28,32 persen/bulan dengan standar deviasi 49,82. Berdasarkan uji-t berpasangan, tingkat pengeluaran masyarakat antara sebelum pendirian minimarket berbeda nyata dengan sesudahnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omzet pedagang eceran akibat berdirinya minimarket

adalah jarak antara lokasi usaha pedagang eceran tradisional dengan minimarket

dan tingkat pendidikan. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket adalah usia dan jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket.

(3)

(Kasus : Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)

OLEH

MEGA KUSYUNIARTI H14080087

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(4)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama : Mega Kusyuniarti

Nomor Registrasi Pokok : H14080087 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat (Kasus : Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, M. Firdaus, Ph.D NIP. 19730105 199702 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen,

Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP. 19641022 198903 1 003

(5)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2012

Mega Kusyuniarti H14080087

(6)

Penulis bernama Mega Kusyuniarti lahir pada tanggal 9 Juni 1990 di Bandung. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Kusyadi dan Sri Sunarti. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Gunung Batu 1 Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2008.

Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (BEM FEM IPB) serta Leadership and Enterpreneurship School (LES) IPB. Penulis menjadi Sekretaris Departemen Politik Kabinet Orange Beraksi BEM FEM IPB periode 2009-2010 dan menjadi Manager Humas LES IPB periode 2011. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan baik tingkat fakultas maupun kampus.

(7)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat (Kasus: Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)”. Pendirian minimarket

dengan jarak yang berdekatan tentu akan memunculkan persaingan di wilayah tersebut, tingkat pengeluaran konsumen pun dapat mengalami perubahan akibat strategi pemasaran yang digunakan oleh minimarket. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih, terutama kepada Bapak M. Firdaus, Ph.D yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tunjukkan kepada Dr. Wiwiek Rindayati yang telah menguji hasil karya ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tanti Novianti, M.Si atas perbaikan dan tata cara penulisan skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak Kusyadi dan Ibu Sri Sunarti, serta pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luar, baik dalam ruang lingkup Institut Pertanian Bogor ataupun dalam skala global.

Bogor, Juli 2012

Mega Kusyuniarti

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Konsep Perdagangan ... 9

2.2 Teori Tentang Pasar ... 10

2.3 Omzet ... 12

2.4 Jarak ... 12

2.5 Analisis Crosstab–Chi Square ... 12

2.6 Model Logit ... 13

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 14

2.8 Kerangka Pemikiran ... 17

2.9 Hipotesis ... 19

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 21

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.4 Metode Analisis Dampak Pendirian Minimarket terhadap Pendapatan Pedagang Eceran Tradisional ... 22

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 23

(9)

3.7 Pengujian Statistik Analisis Regresi ... 27 3.8 Metode Analisis Dampak Pendirian Minimarket terhadap Tingkat

Pengeluaran Masyarakat ... 29 3.9 Definisi Operasional Variabel ... 29 3.10 Rasio Odd ... 30

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bogor ... 31 4.2 Gambaran Umum Kecamatan Dramaga ... 31 4.3 Kondisi Usaha Ritel di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor ... 32 4.4 Karakteristik Responden Pedagang Eceran Tradisional di Desa

Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun 2012. ... 33 4.5 Analisis Analisis Uji-t Berpasangan ... 39 4.6 Analisis Crosstab Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan

Omzet Pedagang Eceran Tradisional Akibat Minimarket ... 40 4.7 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omzet

Pedagang Eceran Tradisional Akibat Pendirian Minimarket dengan Menggunakan Model Regresi Linear Berganda ... 41 4.8 Karakteristik Perubahan Tingkat Pengeluaran Responden Akibat

Pendirian Minimarket di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor ... 43 4.9 Analisis Analisis Uji-t Berpasangan ... 46 4.10Analisis Crosstab Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan

Tingkat Pengeluaran Masyarakat Akibat Berdirinya Minimarket ... 46 4.11Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Tingkat

Pengeluaran Masyarakat Akibat Berdirinya Minimarket dengan Menggunakan Model Logit ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 50 5.2 Saran ... 50

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) di Indonesia Tahun

2008-2011 ... 1

Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Industri Usaha di Indonesia Tahun 2010-2011 ... 2

Tabel 3. Jumlah Pasar Modern (Unit) di Kabupaten Bogor Tahun 1997-2015 4 Tabel 4. Kerangka Identifikasi Autokorelasi ... 26

Tabel 5. Jumlah Minimarket (Unit) di Kabupaten Bogor Tahun 2011... 33

Tabel 6. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Omzet Responden .... 35

Tabel 7. Strategi Pedagang Eceran Tradisional ... 35

Tabel 8. Hubungan Antara Jam Kerja dengan Omzet Responden ... 37

Tabel 9. Hubungan Antara Lama Usaha dengan Omzet Responden ... 38

Tabel 10. Hubungan Antara Jarak dengan Omzet Responden ... 39

Tabel 11. Hasil Analisis Crosstab (Uji Chi-Square) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional Akibat Minimarket ... 40

Tabel 12. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional ... 42

Tabel 13. Hubungan Antara Usia dengan Perubahan Tingkat Pengeluaran Responden ... 44

Tabel 14. Hubungan Antara Jarak Tempat Tinggal Responden dengan Perubahan Tingkat Pengeluaran Responden ... 45

Tabel 15. Hasil Crosstab Antara Variabel Bebas terhadap Perubahan Tingkat Perubahan Tingkat Pengeluaran Responden ... 46

Tabel 16. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Tingkat Pengeluaran Masyarakat Akibat Pendirian Minimarket ... 48

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 19

Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34

Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja ... 36

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 37

Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Antara Usaha Responden dengan Minimarket ... 38

Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 39

Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 44

Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Antara Tempat Tinggal Responden dengan Minimarket Terdekat ... 45

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Output Uji Beda Rata-rata Omzet Pedagang Eceran

Tradisional Sebelum dan Sesudah Pendirian Minimarket ... 55

Lampiran 2. Hasil Output Uji Beda Rata-rata Tingkat Pengeluaran Responden Sebelum dan Sesudah Pendirian Minimarket ... 55

Lampiran 3. Output Analisis Regresi Linear Berganda ... 56

Lampiran 4. Output Uji Normalitas ... 58

Lampiran 5. Output Uji Heteroskedastisitas ... 58

Lampiran 6. Output Analisis Regresi Logistik ... 59

Lampiran 7. Data Primer Responden Pedagang Eceran Tradisional ... 62

Lampiran 8. Data Primer Responden Perubahan Tingkat Pengeluaran Masyarakat ... 63

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting sebagai penggerak dalam pembangunan ekonomi nasional (Hartati, 2006). Tabel 1 menunjukkan bahwa sektor perdagangan memiliki kontribusi terbesar kedua setelah industri pengolahan terhadap Pendapatan Domesik Bruto(PDB).

Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) di Indonesia Tahun 2008-2011

Lapangan Usaha 2008 2009 2010* 2011**

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan & Perikanan 284.619,1 295.883,8 304.736,7 313.727,8 Pertambangan dan

Penggalian 172.496,3 180.200,5 186.634,9 189.179,2 Industri Pengolahan 557.764,4 570.102,5 597.134,9 634.246,9 Listrik, Gas dan Air

Bersih 14.994,4 17.136,8 18.050,2 18.920,5 Konstruksi 131.009,6 140.267,8 150.022,4 160.090,4 Perdagangan Besar dan

Eceran 301.941,3 302.028,4 331.312,9 364.449,9 Hotel & restoran 61.876,9 66.434,6 69.162,0 72.800,8 Pengangkutan dan

Komunikasi 165.905,5 192.198,8 217.977,4 241.285,2 Keuangan, Real Estate

dan Jasa Perusahaan 198.799,6 209.163,0 221.024,2 236.076,7 Jasa-jasa 193.049,0 205.434,2 217.782,4 232.464,6 Produk Domestik Bruto 2.082.456,1 2.178.850,4 2.313.838,0 2.463.242,0 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)

Keterangan: *Angka sementara

**Angka sangat sementara

Sektor perdagangan terdiri dari perdagangan besar dan eceran. Dilihat dari sisi pengeluaran, PDB yang ditopang oleh pola pengeluaran memiliki hubungan erat dengan industri ritel (perdagangan eceran). Hal ini menjadi daya dorong pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca krisis 2008.

Selain itu, sektor perdagangan berperan penting terhadap penyerapan tenaga kerja. Tabel 2 menunjukkan bahwa sektor perdagangan, rumah makan, dan hotel menduduki posisi kedua tertinggi dalam penyerapan tenaga kerja setelah

(14)

industri pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor perdagangan, rumah makan, dan hotel.

Karakteristik industri ritel (perdagangan eceran) yang tidak memerlukan keahlian khusus serta pendidikan tinggi untuk menekuninya, membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke dunia ritel, terutama dalam kategori usaha kecil menengah (UKM). Realitanya, pedagang-pedagang kecil ini mendominasi jumlah tenaga kerja dalam industri ritel Indonesia.

Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Industri Usaha (Jiwa) di Indonesia Tahun 2010-2011

Lapangan Pekerjaan Utama

2010 2011

Februari Agustus Februari Agustus Pertanian 42.825.807 41.494.941 42.475.329 39.328.915 Pertambangan 1.188.634 1.254.501 1.352.219 1.465.376 Industri Pengolahan 13.052.521 13.824.251 13.696.024 14.542.081 Listrik, Gas, dan Air 208.494 234.070 257.270 239.636 Bangunan 4.844.689 5.592.897 5.591.084 6.339.811 Perdagangan Besar,

Eceran, Rumah Makan, dan Hotel

22.212.885 22.492.176 23.239.792 23.396.537 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 5.817.680 5.619.022 5.585.124 5.078.822 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan

1.639.748 1.739.486 2.058.968 2.633.362

Jasa Kemasyarakatan 15.615.114 15.956.423 17.025.934 16.645.859 Total 107.405.572 108.207.767 111.281.744 109.670.399 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)

Munculnya industri ritel tidak dapat dihindari karena pertumbuhan penduduk yang pesat setiap tahunnya tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja. Masyarakat yang sebelumnya bekerja di industri pertanian kemudian berubah dan beralih ke industri ritel yang lebih menjanjikan. Mayoritas pedagang ritel berasal dari kalangan menengah ke bawah. Perkembangan industri ritel seharusnya senantiasa memperhatikan kepentingan pedagang kecil agar tidak menimbulkan permasalahan sosial yang besar1.

(15)

Pelaku usaha ritel Indonesia dapat dibedakan menjadi pedagang eceran tradisional (ritel tradisional) dan pedagang eceran modern (ritel modern). Pedagang eceran tradisional rata-rata memiliki kemampuan kapital menengah ke bawah, sedangkan ritel modern atau pasar modern terdiri dari pedagang-pedagang dengan kapital yang besar. Industri ritel dalam beberapa tahun terakhir berkembang dengan sangat pesat. Beberapa pelaku usaha ritel modern dengan kemampuan kapital yang luar biasa tumbuh pesat dalam jangka waktu yang singkat. Mereka mewujudkannya dalam bentuk minimarket, supermarket bahkan

hypermarket yang kini bertebaran di setiap kota besar Indonesia.

Perusahaan ritel modern kini bermunculan dengan menawarkan tidak hanya ketersediaan barang, tetapi juga menyangkut berbagai hal yang lebih terkait dengan aspek psikologis konsumen. Tingkat pendapatan masyarakat yang terus berkembang telah menyebabkan terjadinya segmen-segmen konsumen yang menginginkan adanya perubahan dalam model pengelolaan industri ritel. Misalnya menyangkut aspek kebersihan, kenyamanan, keamanan, bahkan juga menyangkut image yang dicoba ditanamkan di mata konsumen, seperti tempat barang murah dengan kualitas bagus, bergengsi dan sebagainya.

Dewasa ini, pedagang eceran tradisional semakin terpuruk dengan menjamurnya ritel modern, khususnya minimarket. Penyebaran minimarket

hampir merata di seluruh provinsi di Indonesia. Legalisasi pendirian minimarket

pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk pada sistem jaringan jalan lingkungan2 pada kawasan perumahan oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 membuat minimarket kian menjamur di berbagai tempat. Tidak mengherankan bila terdapat banyak minimarket di Kabupaten Bogor yang padat penduduk, dengan jumlah penduduk sebanyak 4.771.932 jiwa3. Hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor, muncul minimarket-minimarket baru yang berkembang semakin pesat.

Pasar modern di Kabupaten Bogor mengalami pertumbuhan selama periode 2000 hingga 2011. Berdasarkan data tahun 2011 yang diperoleh dari Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten

2 Jalan lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah (Perpres RI No.112 Tahun 2007). 3 Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2010.

(16)

Bogor, terdapat 9 unit pasar modern yang terdiri dari hypermarket, supermarket, dan department store, yang berada di wilayah Kabupaten Bogor. Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis pasar modern lain yang tumbuh dengan pesat selama tahun 1997-2011 adalah minimarket. Hingga saat ini, jumlah minimarket telah mencapai 392 unit yang menyebar di hampir setiap wilayah Kabupaten Bogor terutama di kawasan-kawasan pemukiman penduduk.

Tabel 3. Jumlah Pasar Modern (Unit) di Kabupaten Bogor Tahun 1997-2011

Tahun

Jumlah

Hypermarket Supermarket Departement Minimarket Jumlah

Store Pedagang 1997 0 1 0 23 24 1998 0 0 0 19 19 1999 0 0 0 27 27 2000 0 1 0 36 37 2001 0 1 0 54 55 2002 0 2 0 73 75 2003 0 2 1 95 98 2004 0 2 1 112 115 2005 0 2 2 138 142 2006 0 2 2 170 174 2007 1 3 2 189 195 2008 1 3 2 213 219 2009 1 3 2 114 120 2010 1 3 2 371 377 2011 3 4 2 392 401

Sumber: Diskoperindag Kabupaten Bogor, 2012

Tumbuh pesatnya minimarket ke wilayah pemukiman berdampak positif bagi konsumen karena harga yang ditawarkan lebih murah dan berperan dalam penyerapan tenaga kerja, namun berdampak buruk bagi pedagang eceran tradisional yang telah berdiri di wilayah tersebut. Banyak pedagang eceran tradisional yang kehilangan pelanggan dan berimplikasi pada pengurangan omzet penjualan. Keterpurukan pedagang eceran tradisional di wilayah sekitar juga disebabkan oleh faktor lain, yaitu perubahan gaya hidup (life style). Perubahan life style yang dimaksud adalah kondisi masyarakat saat ini yang menghendaki berbagai kemudahan dan kenyamanan yang tidak tersedia di ritel tradisional.

(17)

Penduduk Kecamatan Dramaga yang terdiri dari 100.679 jiwa dengan luas wilayah 2.632,13 hektar menjadi lokasi yang strategis bagi minimarket. Sebagian penduduk Dramaga merupakan pendatang karena berlokasi di dekat kampus IPB Dramaga. Kedatangan para pendatang yang sebagian besar adalah mahasiswa dengan gaya hidup yang lebih modern memicu para pengusaha besar untuk berlomba-lomba mendirikan minimarket di sekitar kampus IPB Dramaga. Mahasiswa umumnya ingin memenuhi kebutuhannya secara praktis, mereka lebih memilih berbelanja di tempat yang bersih dan nyaman. Akibatnya, minimarket

semakin menjamur di Kecamatan Dramaga. Keberadaaan minimarket tersebut menyebabkan keterpurukan pedagang eceran tradisional di Kecamatan Dramaga.

Lokasi minimarket dengan jarak yang sangat berdekatan tentu akan memunculkan persaingan di wilayah tersebut. Dari segi harga, minimarket sering mengadakan promosi dengan potongan harga yang menarik, sehingga para konsumen beralih ke minimarket tersebut. Selain itu, kualitas pelayanan

minimarket yang lebih baik dari pedagang eceran tradisional tentu saja membuat harapan pemilik pedagang eceran tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari keuntungan yang diperoleh semakin tersendat (Wijayanti, 2011).

Kelengkapan barang, harga yang murah, potongan harga yang menarik penataan produk yang baik, dan tempat yang nyaman menjadi daya tarik yang ditawarkan minimarket kepada konsumen. Implikasinya, tingkat pengeluaran konsumen yang mengunjungi minimarket cenderung bertambah. Peningkatan pengeluaran dipicu oleh kelengkapan barang dan penataan barang di minimarket.

Strategi pemasara minimarket yang baik, misalnya denga meletakkan makanan ringan yang diletakkan di meja kasir minimarket akan membuat pengunjung tertarik untuk membelinya, padahal pengeluaran tersebut tidak direncanakan sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Dampak Pendirian Minimarket

terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat(Kasus : Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)”.

(18)

1.2 Perumusan Masalah

Tumbuh pesatnya minimarket ke wilayah pemukiman dengan jarak yang berdekatan, berdampak buruk bagi pedagang eceran tradisional. Semakin dekat jarak antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket membuat tingkat persaingan diantara keduanya semakin besar sehingga terjadi perubahan omzet usaha pedagang eceran tradisional. Kekuatan modal antara minimarket dengan pengusaha pedagang eceran tradisional tentu tidak sebanding. Minimarket dengan sistem waralaba dapat memutus rantai distribusi dari produsen sehingga saluran distribusinya lebih pendek dibandingkan pedagang eceran tradisional. Akibatnya, harga di minimarket menjadi lebih murah. Hal ini menjadi ancaman yang serius bagi pedagang eceran tradisional. Pedagang eceran tradisional sudah kalah bersaing dalam segi harga, ditambah lagi suasana minimarket yang nyaman dan bersih membuat pedagang eceran tradisional semakin kalah bersaing.

Pendirian kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di Kecamatan Dramaga menjadi daya tarik bagi pemodal besar untuk menanamkan investasinya pada usaha waralaba sektor ritel dalam bentuk usaha ritel modern, yaitu minimarket. Kehadiran pendatang dalam jumlah besar yaitu mahasiswa IPB, menghadirkan peluang bagi para pengusaha untuk menawarkan barang dan jasanya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa-mahasiswa tersebut. Mahasiswa dengan tingkat mobilisasi yang tinggi dan gaya hidup yang lebih modern memerlukan kemudahan dan fasilitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhannya. Kelengkapan barang, harga yang murah, tempat yang nyaman, dan penataan produk yang baik menjadi daya tarik yang ditawarkan minimarket kepada konsumen. Makanan ringan seperti coklat, permen karet, biskuit, yang diletakkan di meja kasir dan potongan harga yang menarik di minimarket membuat pengunjung tertarik untuk membeli produk-produk tersebut, padahal pengeluaran tersebut tidak mendesak dan tidak direncanakan sebelumnya. Implikasinya, tingkat pengeluaran konsumen yang mengunjungi minimarket cenderung bertambah. Selain diduga berdampak pada pedagang eceran tradisional, pendirian minimarket juga diduga berdampak terhadap tingkat pengeluaran masyarakat.

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk meneliti dampak minimarket yang muncul di Kabupaten Bogor khususnya

(19)

Kecamatan Dramaga sebagai kasus yang mengakibatkan berkurangnya omzet usaha yang diperoleh pedagang eceran tradisional dan meningkatnya pengeluaran masyarakat. Secara ringkas, permasalahan yang akan dibahas adalah berapa besar perubahan omzet pedagang eceran tradisional dan tingkat pengeluaran antara sebelum dan sesudah pendirian minimarket serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan omzet usaha pedagang eceran tradisional dan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Menganalisis perubahan omzet pedagang eceran tradisional dan tingkat pengeluaran antara sebelum dan sesudah pendirian minimarket.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omzet usaha pedagang eceran tradisional dan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah baik pusat maupun daerah sebagai pembuat kebijakan agar dapat membuat atau menetapkan kebijakan yang lebih tepat dan berimbang untuk sektor ritel di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Bogor pada khususnya serta sebagai salah satu bahan rujukan bagi penelitian lainnya mengenai sektor ritel pada umumnya serta pedagang eceran tradisional dan minimarket pada khususnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sektor ritel yang dibahas dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi ritel modern (pasar modern) dan ritel tradisional (pedagang eceran tradisional). Ritel modern yang diteliti adalah minimarket. Sedangkan pedagang eceran tradisional merupakan pedagang kecil yang berada di sekitar minimarket dengan modal yang lebih kecil dibandingkan minimarket dan tidak menggunakan sistem pelayanan mandiri seperti minimarket.

(20)

Tingkat pengeluaran yang dibahas adalah tingkat pengeluaran produk makanan dan produk rumah tangga seperti produk sabun, deterjen, pasta gigi, shampo dan sebagainya selain makanan pokok per bulan. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu maupun rumah tangga yang berada di sekitar minimarket di Kecamatan Dramaga. Individu yang dijadikan responden merupakan mahasiswa IPB. Kasus pada penelitian ini adalah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Konsep Perdagangan

Badan Pusat Statistik (2006) mendefinisikan perdagangan sebagai kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) barang baru maupun bekas, yang meliputi penjualan mobil, sepeda motor, serta penjualan eceran bahan bakar kendaraan, perdagangan besar dalam negeri, perdagangan eceran, perdagangan ekspor, dan perdagangan impor.

1) Penjualan mobil, sepeda motor, serta penjualan eceran bahan bakar kendaraan adalah kegiatan penjualan (tanpa perubahan teknis) mobil dan sepeda motor, baik baru maupun bekas yang dilakukan dalam partai besar dan eceran, dan juga penjualan suku cadang dan aksesorisnya, serta penjualan eceran bahan bakar kendaraan.

2) Perdagangan besar dalam negeri adalah kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) barang baru maupun bekas yang pada umumnya dalam partai besar kepada pedagang eceran, perusahaan industri, kantor, rumah sakit, rumah makan, akomodasi, atau kepada pedagang besar lainnya, atau kegiatan sebagai agen atau perantara dalam pembelian atau penjualan barang dagangan dari atau kepada orang atau perusahaan sejenis di dalam negeri. 3) Perdagangan eceran adalah kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan

teknis) barang baru maupun bekas yang pada umumnya dalam partai kecil oleh toko, toko serba ada (toserba), kios, tempat penjualan melalui pesanan, penjaja atau penjualan keliling, perusahaan konsumen, tempat pelelangan, dan sebagainya kepada masyarakat umum untuk penggunaan atau konsumsi perorangan atau rumah tangga.

4) Perdagangan ekspor adalah kegiatan penjualan barang baru maupun barang bekas, atau jasa dari dalam ke luar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5) Perdagangan impor adalah kegiatan penjualan barang baru maupun bekas, atau jasa dari luar ke dalam wilayah kepabean Indonesia dengan memenuhi ketetuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(22)

Kotler (2008) mendefinisikan pengeceran (retailling) sebagai kegiatan yang mencakup penjualan produk atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi, non bisnis konsumen. Salah satu contoh perdagangan eceran adalah pedagang eceran tradisional atau pedagang eceran di daerah pemukiman yang biasa disebut warung. Sedangkan perdagangan besar (wholesaling) meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa kepada pihak yang membeli untuk dijual kembali atau pemakaian bisnis (Kotler, 2008). Jenis perdagangan yang termasuk dalam pedagang besar adalah distributor utama, perkulakan (grosir), sub distributor, pemasok besar, agen tunggal pemegang merek, eksportir dan importir.

2.2. Teori Tentang Pasar

Pasar didefinisikan sebagai satu kelompok penjual dan pembeli yang mempertukarkan barang yang dapat disubstitusikan. Terdapat dua jenis pasar, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar (Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 53/M-DAG/PER/12/2008).

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007, toko modern atau pasar modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Barang yang dijual di pasar modern memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual di pasar modern memiliki kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian secara ketat. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang

(23)

terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak).

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007, macam-macam pasar modern diantaranya:

a. Minimarket, yaitu gerai yang menjual produk-produk eceran seperti ritel kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern. Luas ruang

minimarket kurang dari 400 m2.

b. Supermarket menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya dengan luas antara 400 m2 sampai dengan 5.000 m2.

c. Hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnyadengan luas di atas 5.000 m2. d. Department Store menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk

sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen dengan luas di atas 400 m2.

e. Perkulakan atau gudang rabat menjual produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau pemakaian bisnis dengan luas di atas 5.000 m2.

Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola dengan manajemen yang lebih tradisional dan sederhana dibandingkan pasar modern, umumnya pasar tradisional terdapat di pinggiran perkotaan/jalan atau lingkungan perumahan. Pasar tradisional diantaranya yaitu ritel rumah tangga, ritel kios, pedagang kaki lima dan sebagainya. Barang yang dijual hampir sama seperti barang-barang yang dijual di pasar modern dengan variasi jenis yang beragam. Perbedaannya, pasar tradisional cenderung menjual barang-barang lokal dan jarang ditemui barang impor. Umumnya pasar tradisional mempunyai persediaan barang yang jumlahnya sedikit sesuai dengan modal yang dimiliki pedagang atau permintaan dari konsumen. Dari segi harga, pasar tradisional tidak memiliki label harga yang pasti karena harga disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik usaha. Harga pasar yang selalu berubah-ubah membuat pedagang di pasar tradisional enggan membuat label harga pada barang dagangannya (Wijayanti, 2011).

(24)

2.3 Omzet

Kata omzet berarti jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil menjual barang (dagangan) tertentu selama suatu masa jual. Omzet pedagang eceran tradisional terkadang tidak sama setiap bulannya. Oleh karena itu, pada penelitian ini omzet yang dimaksud adalah rata-rata omzet bulanan yang diperoleh dari pedagang eceran tradisional dari hasil menjual barang tentunya bertujuan untuk mencari keuntungan.

2.4 Jarak

Apabila antara satu pedagang dengan pedagang lainnya terdapat jarak dimana untuk mencapainya dibutuhkan waktu dan biaya, maka salah satu pedagang dapat menaikkan sedikit harga tanpa kehilangan seluruh pembelinya. Pelanggan yang terjauh darinya akan beralih ke pedagang lain yang tidak menaikkan harga tetapi pelanggan yang dekat dengannya tidak akan beralih jika waktu dan biaya untuk menempuh jarak tersebut masih lebih besar daripada perbedaan harga jual diantara pedagang.

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2011) menganalisis bahwa jarak antara warung tradisional dengan minimarket berpengaruh terhadap penurunan omzet warung tradisional di Kecamatan Padurungan Kota Semarang. Semakin dekat jarak antara keduanya, maka penurunan omzet warung tradisional semakin besar. Kedekatan lokasi antara keduanya dapat berpengaruh negatif terhadap perubahan keuntungan usaha warung tradisional. Harga di minimarket sebagian besar lebih murah dibandingkan pedagang eceran tradisional. Akibatnya, pelanggan yang dekat akan beralih jika waktu dan biaya untuk menempuh jarak tersebut lebih kecil daripada perbedaan harga jual diantara pedagang. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan usaha yang diukur dengan meter pada jarak antara keduanya.

2.5 Analisis Crosstab Chi Square

Analisis Crosstab merupakan analisis dasar untuk hubungan antar variabel kategori (nominal - ordinal). Penambahan variabel kontrol untuk mempertajam analisis sangat dimungkinkan. Crosstab data digunakan untuk mengetahui hubungan atau distribusi respons antara variabel data dalam bentuk baris dan

(25)

kolom. Sedangkan analisis Crosstab Chi Square adalah suatu analisis hubungan antar variabel data nominal.

Tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan jumlah data dan hubungan antar variabel. Selain itu, untuk menguji ada tidaknya hubungan antar variabel pengaruh dengan variabel terpengaruh dimana salah satu variabel minimal nominal dilakukan uji hipotesa. Crosstab digunakan untuk menyajikan deskripsi data dalam bentuk tabel silang yang terdiri atas baris dan kolam. Data input yang dimasukan dalam penggunaan crosstab adalah data nominal atau ordinal.

Uji ketergantungan crosstab pada statistik ditentukan melalui Chi-Square test dengan mengamati ada tidaknya hubungan antarvariabel yang dimasukan (baris dan kolam). Penentuan Chi-Square test menggunakan hipotesis yaitu: H0 : Tidak ada hubungan antara baris dan kolam

H1 : Ada hubungan antara baris dan kolam

Pengambilan keputusan akan lebih mudah jika menggunakan program SPSS dengan menggunakan nilai Asymp. Sig. (2-sided) yang terdapat pada Chi-Square test. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-sided) lebih dari 0,05 maka H0 diterima.

Apabila nilai Asymp. Sig. (2-sided) kurang dari 0,05 maka H0 ditolak yang artinya

ada hubungan antara baris dan kolam (Wahana, 2007).

2.6 Model Logit

Analisis regresi logit merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat melalui model persamaan matematis tertentu. Namun jika peubah terikat dari analisis regresinya berupa kategorik, maka analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi logit (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Peubah kategori bisa merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak. Sedangkan peubah bebas pada analisis regresi logit ini dapat berupa peubah kategori maupun numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah terikat. Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang dispesifikasikan sebagai berikut:

Pi = F(Zi) = F(α + βXi) =

𝟏 𝟏+𝓮−𝒛

=

𝟏

(26)

𝐞𝐳 = 𝟏−𝐏𝐢

𝐏𝐢 ... (2.2)

ℯ mempresentasikan bilangan dasar logaritma natural (ℯ = 2,718).

Peubah Pi/(1-Pi) dalam persamaan di atas disebut odds, yang sering juga

diistilahkan dengan risiko atau kemungkinan, yaitu rasio peluang terjadi pilihan satu terhadap peluang terjadinya pilihan nol alternatifnya. Nilai odds adalah suatu indikator kecenderungan seseorang menentukan pilihan satu. Jika persamaan (2.2) ditransformasikan dengan logaritma natural maka:

𝒛𝒊 = ln𝟏−𝐏𝐢

𝐏𝐢 → ln 𝟏−𝐏𝐢

𝐏𝐢 = 𝐳𝐢 = α + βXi ... (2.3)

Persamaan (2.3) menunjukkan bahwa salah satu karakteristik penting dari model logit adalah dapat mentransformasikan masalah prediksi peluang dalam selang (0;1) ke masalah prediksi log odds tentang kejadian (Y=1) dalam selang bilangan riil (Juanda, 2009).

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil survei AC Nielsen pada tahun 2010 di seluruh kawasan Asia Pasifik, jumlah pasar modern meningkat dari 35 persen pada tahun 2000 menjadi 53 persen pada tahun 2010. Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan pasar modern paling cepat di Asia Tenggara sebesar 1,6 persen per tahun selama 10 tahun terakhir. Saluran distribusi yang paling cepat di Indonesia adalah minimarket yang dipimpin oleh Indomaret dan Alfamart. Selama satu dekade, peningkatan jumlah minimarket dari hanya sekitar 2000 menjadi lebih dari 11.500. Saat ini sulit berdiri di sudut kota tanpa tidak melihat setidaknya 2

minimarket, yaitu alfamart dan indomaret. Pangsa pasar minimarket tersebut telah meningkat hingga 17 persen. India dan Indonesia adalah satu-satunya pasar di mana lebih dari 60 persen pembeli utamanya adalah ibu rumah tangga.

Penelitian yang dilakukan oleh Rasidin (2011) menganalisis tentang kehadiran pasar modern yang berpengaruh negatif terhadap UKM sektor perdagangan dengan rata-rata penurunan omzetnya sebesar 25 persen pada usaha mikro, 22,48 persen pada usaha kecil dan 21,60 persen pada usaha menengah. Harga dan mutu produk UKM Kabupaten Subang belum mampu bersaing secara

(27)

seimbang dengan harga dan mutu produk yang dijual di pasar modern pada industri pengolahan. Hal ini berimbas terhadap penurunan omzet UKM sektor industri pengolahan berkisar 36,43 persen hingga 40 persen. Rata-rata tingkat penyerapan tenaga kerja pasar modern di Kabupaten Subang adalah sebesar 7 orang tenaga kerja per-unit usaha pasar modern. Pasar modern dapat dikatakan tidak terlalu banyak menyerap tenaga kerja karena tingkat penyerapannya lebih kecil dibandingkan dengan UKM sektor industri pengolahan yang bisa mencapai 53 orang per unit usaha.

Bisnis ritel selain mempunyai fungsi sebagai perantara dalam saluran pemasaran juga mempunyai fungsi-fungsi dalam hal informasi, promosi, negosiasi, pemesanan, pembiayaan, pengambilan resiko, pembayaran dan hak milik. Peran bisnis ritel dalam saluran pemasaran bagi produsen mencakup pada produk, pendanaan, iklan dan promosi, konsumen, dan pesaing. Iklan dan promosi yang dilakukan bisnis ritel meningkatkan kemampuan pasar. Produsen juga mendapatkan informasi mengenai konsumen dan pesaing dari peritel, sehingga bisa mengevaluasi produk sendiri dan kekuatan pesaing (Utomo, 2009).

Suryadharma, Poesoro, dan Budiyati (2007) melakukan kajian terhadap masalah kehadiran pasar modern terhadap pasar tradisional. Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dan didukung dengan metode kualitatif yang dilakukan di Depok dan Bandung sebagai proksi dari kota besar di Indonesia. Hasil analisis menjelaskan bahwa supermarket berdampak terhadap kinerja usaha pedagang di pasar tradisional. Para pedagang di pasar tradisional mengeluhkan keberadaan pasar modern, khususnya hypermarket di sekitar mereka yang mempengaruhi kuntungan mereka. Hasil analisis kuantitatif memperlihatkan adanya dampak yang berbeda dari keberadaan supermarket terhadap beberapa aspek dari kinerja usaha perdagangan di pasar tradisional yang diukur melalui variabel omzet, keuntungan, dan jumlah pegawai.

Kehadiran ritel modern, di satu sisi dapat membantu masyarakat mendapatkan barang kebutuhan dengan mudah dan harga terjangkau serta penyerapan tenaga kerja, namun di sisi lain, dapat mematikan usaha-usaha kecil tradisional yang kegiatannya tidak lebih dari sekedar untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Berdasarkan analisis kualitatif, ritel modern memberi dampak

(28)

negatif pada ritel tradisional. Pasar tradisional yang berada dekat dengan ritel modern (ritel modern yang mengambil lokasi dekat dengan pasar tradisional) terkena dampak yang lebih buruk dibanding yang berada jauh dari peritel modern. Kecenderungan untuk mendapatkan kontribusi sebagai penerimaan pendapatan daerah, seringkali menjadi pertimbangan untuk mengeluarkan izin-izin bagi pasar modern, baik peritel lokal maupun asing, sehingga mengurangi peran dalam melakukan pengawasan dan pembinaan bagi pasar-pasar tradisional. Tidak adanya hambatan masuk pada bisnis ritel ini, membuat para peritel asing merajalela memasuki pasar Indonesia (Martadisastra, 2010).

Penelitian yang telah dilakukan Agustina (2009) menganalisis tentang pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor pada periode tahun 1998-2003 yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pasar modern di Kabupaten Bogor. Sedangkan pada periode tahun 2003-2008, pertumbuhan pasar modern di Kota Bogor lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pasar modern di Kabupaten Bogor. Jumlah pasar tradisional di Kota Bogor pada periode tahun 1998-2003 mengalami pertumbuhan positif sedangkan di Kabupaten Bogor mengalami pertumbuhan yang stagnan atau tidak terjadi pertumbuhan pasar tradisional pada periode tersebut. Namun pada periode tahun 2003-2008 pertumbuhan pasar tradisional di Kota Bogor mengalami pertumbuhan yang negatif. Faktor yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan pasar modern di Kota dan Kabupaten Bogor adalah populasi penduduk, jumlah rumah tangga dan tingkat pendapatan per kapita.

Nuvitasari (2009) melakukan kajian mengenai pengeluaran rumah tangga di Propinsi Kepulauan Riau, khususnya kota Batam dan Kabupaten Karimun. Hasil kajian empiris menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga sebagai salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga secara signifikan dipengaruhi oleh umur kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan upah kepala rumah tangga.

Perubahan pola konsumsi rumah tangga di Kabupaten Tuban dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pertumbuhan jumlah anggota rumah tangga, perubahan harga relatif komoditi pangan bersangkutan dan komoditi pangan lain sebagai substitusi atau komplementer, perubahan pendapatan, preferensi serta beberapa

(29)

faktor lain. Pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jenis pekerjaan kepala keluarga berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi beras maupun non beras di Kabupaten Tuban (Taufiq, 2007).

2.8 Kerangka Pemikiran

Kehidupan masyarakat akan senantiasa mengalami perubahan dan akan selalu menuju ke tahap yang lebih maju dan lebih modern. Sejalan dengan kehidupan yang semakin maju dan modern, maka akan muncul kebutuhan- kebutuhan yang lebih kompleks dan lebih banyak jumlahnya sehingga diperlukan pula fasilitas pendukung yang lebih baik, lebih banyak dan lebih variatif daripada yang tersedia saat ini. Peningkatan fasilitas ini hanya mungkin terjadi melalui suatu pembangunan yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Pembangunan pada sektor perdagangan untuk memfasilitasi proses distribusi barang dan jasa yang berkaitan langsung dengan konsumsi masyarakat seperti pembangunan pasar modern saat ini marak dilakukan. Maraknya pembangunan pasar modern berimbas pada semakin ketatnya persaingan dalam industri ritel (Hartati, 2006).

Perubahan life style masyarakat yang menjadi lebih modern mempengaruhi pola belanja atau tingkat pengeluaran konsumen. Masyarakat menjadi lebih konsumtif dan cenderung lebih suka berbelanja di pasar modern yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan pedagang eceran tradisional. Preferensi masyarakat yang saat ini cenderung lebih menyukai berbelanja di pasar modern, salah satunya minimarket, menjadi salah satu faktor pemicu tingginya pertumbuhan minimarket. Pertumbuhan minimarket tidak dapat dipungkiri menimbulkan berbagai dampak positif bagi konsumen, antara lain dimanjakannya konsumen dengan tempat perbelanjaan yang nyaman, variasi produk yang beragam, dan juga harga produk yang bersaing.

Menjamurnya minimarket di wilayah pemukiman yang padat penduduk dan di pedesaan menyebabkan tersingkirnya pedagang eceran tradisional. Persaingan ini tidak sebanding karena kemampuan bersaing pedagang eceran tradisional yang masih rendah dan juga minimnya modal yang menunjang kegiatan bisnis para peritel tradisional. Minimarket dengan sistem waralaba dapat

(30)

memutus rantai distribusi dari produsen sehingga saluran distribusinya lebih pendek dibandingkan pedagang eceran tradisional. Akibatnya, harga di

minimarket menjadi lebih murah. Hal ini menjadi ancaman yang serius bagi pedagang eceran tradisional.

Tumbuh pesatnya minimarket ke wilayah pemukiman dengan jarak yang berdekatan, berdampak buruk bagi pedagang eceran tradisional. Semakin dekat jarak antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket membuat tingkat persaingan diantara keduanya semakin besar yang berakibat pada perubahan omzet usaha pedagang eceran tradisional. Ekspansi minimarket menjadi tantangan yang berat bagi pedagang eceran tradisional. Saat ini pedagang eceran tradisional yang lokasinya berdekatan dengan minimarket mulai kehilangan pembeli yang berdampak pada penurunan omzet usaha pedagang eceran tradisional.

Pedagang eceran tradisional sebenarnya memiliki nilai strategis, antara lain adalah lokasinya yang dekat dengan pemukiman penduduk dan terkadang pedagang eceran memperbolehkan konsumennya untuk berhutang. Namun jika nilai strategis tersebut tidak dapat diunggulkan, maka keberadaan pedagang eceran tradisional akan tergantikan oleh keberadaan minimarket. Diperlukan pemikiran kritis dalam menghasilkan rekomendasi kebijakan bagi pedagang eceran tradisional maupun minimarket agar terjadi harmonisasi pada sektor perdagangan. Sektor perdagangan yang memiliki nilai strategis dalam perekonomian Indonesia ini selanjutnya diharapkan dapat memantapkan peranannya dalam mendorong pertumbuhan produksi, distribusi, pemenuhan kebutuhan konsumen, serta penciptaan lapangan pekerjaan (Agustina, 2009).

(31)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.9 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian dampak pendirian minimarket terhadap perubahan omzet pedagang eceran tradisional adalah:

1. Tingkat pendidikan berhubungan negatif dengan perubahan omzet pedagang eceran tradisional. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka perubahan omzet akan semakin kecil.

2. Jam kerja pedagang eceran tradisional berhubungan negatif dengan perubahan omzet pedagang eceran tradisional. Semakin lama jam kerja pedagang eceran tradisional maka perubahan omzet usaha pedagang eceran tradisional akan semakin kecil.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Omzet Usaha Pedagang

Eceran Tradisional Akibat Pendirian Minimarket

Perkembangan Sektor Ritel

Persaingan Industri Ritel

Kondisi Umum Minimarket

Kondisi Umum Pedagang Eceran Tradisional

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Tingkat Pengeluaran Masyarakat

Akibat Pendirian Minimarket

Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) Analisis Regresi Logit Analisis Regresi Linear Berganda Rekomendasi Kebijakan Perubahan Omzet Pedagang

Eceran Tradisional

Perubahan Tingkat Pengeluaran Masyarakat

(32)

3. Lama usaha pedagang eceran tradisional berhubungan negatif dengan perubahan omzet pedagang eceran tradisional. Semakin lama pedagang eceran tradisional beroperasi, maka perubahan omzet pedagang eceran tradisional akan semakin kecil.

4. Jarak antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket berhubungan negatif dengan perubahan omzet pedagang eceran tradisional. Semakin jauh lokasi usaha ritel tradisional dengan minimarket maka perubahan omzet pedagang eceran tradisional akan semakin kecil.

Hipotesis dari penelitian dampak pendirian minimarket terhadap perubahan tingkat pengeluaran masyarakat adalah:

1. Usia berhubungan negatif dengan perubahan tingkat pengeluaran masyarakat. Semakin tua usia, maka tingkat pengeluaran responden cenderung akan semakin tidak meningkat.

2. Jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket berhubungan negatif dengan perubahan tingkat pengeluaran masyarakat. Semakin jauh jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket, maka tingkat pengeluaran responden akan semakin tidak meningkat.

(33)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah dengan jumlah minimarket yang terus bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Aktivitas minimarket ini menuai kritik dari beberapa pedagang eceran tradisional di sekitar Desa Dramaga karena ternyata berdampak pada penurunan omzet para pedagang tersebut. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan yang dimulai dari bulan Maret hingga Juni 2012. Dalam kurun waktu tersebut peneliti melakukan pengumpulan data dan analisis dalam rangka menjawab tujuan penelitian.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan metode “purposive sampling”. Purposive Sampling digunakan dalam situasi dimana peneliti memilih responden dengan tujuan tertentu. Selain itu, penggunaan metode purposive sampling disebabkan oleh karakteristik jumlah populasi yang tidak diketahui dengan pasti.Kriteria sampel pedagang yang dipilih adalah pedagang eceran tradisional yang jarak lokasi usahanya maksimum 400 meter dari minimarket terdekat dan lama usahanya minimal 3 tahun. Selain itu, sampel yang dipilih adalah individu atau rumah tangga yang bertempat tinggal di sekitar minimarket yang teletak di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 25 responden pedagang eceran tradisional dan 30 responden masyarakat. Sampel yang dipilih sesuai dengan lokasi pemukiman sekitar kawasan minimarket, sehingga dapat memilih responden yang bermukim di daerah tersebut yang secara langsung menerima dampak dari pendirian minimarket.

(34)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berasal dari wawancara mendalam berupa kuisioner terhadap pemilik pedagang eceran tradisional yang menjadi responden sehingga dapat mengetahui pengaruh pendirian minimarket terhadap pedagang eceran tradisional. Data sekunder diperoleh dari Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor dan Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta serta beberapa artikel yang tekait dengan penelitian.

3.4 Metode Analisis Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan pendekatan OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuadrat terkecil. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program

software Microsoft Excel 2007 dan SPSS version 16.0 for Windows.

Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan omzet usaha pedagang eceran tradisional akibat pendirian minimarket adalah:

Yi = b0 + b1 PDi + b2 JMi + b3 LUi + b4 JRi + b5 USi + ei ... (3.1)

dimana:

Yi = perubahan omzet usaha responden (persen/bulan)

PDi = tingkat pendidikan (“1” untuk SD, “2” untuk SMP, “3” untuk SMA, dan

“4” untuk S1) JKi = jam kerja (jam/hari)

LUi = lama usaha (tahun)

JRi = jarak antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket terdekat (meter)

USi = usia (tahun)

b0 = konstanta

ei = residual model

b1, b2, …, b5 = nilai koefisien dari masing-masing variabel bebas

Analisis regresi linear berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel-variabel independen yang mempengaruhi

(35)

variabel dependennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Menurut Gujarati (2006) metode OLS dapat digunakan jika dipenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Varians bersyarat dari residual adalah konstan atau homoskedastik. b. Tidak ada autokolerasi dalam residual.

c. Variasi residual menyebar normal.

d. Nilai rata-rata dari unsur residual sama dengan nol.

e. Nilai-nilai peubah tetap untuk contoh-contoh yang berulang. f. Tidak ada hubungan linear sempurna antara peubah bebas.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang nilainya tergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan omzet usaha pedagang eceran tradisional. Variabel kontrol merupakan variabel yang dimasukkan ke dalam penelitian untuk mengendalikan atau menghilangkan pengaruh tertentu pada model penelitian agar kesimpulan yang ditarik tidak bias atau salah persepsi. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel terikat dan bebas yang digunakan untuk melihat pengaruh dari munculnya pasar modern (minimarket) antara lain:

a. Perubahan Omzet Penjualan (Y) adalah perubahan omzet penjualan per bulan yang dilihat dari jumlah total hasil penjualan barang tertentu dari pedagang eceran tradisional dalam waktu satu bulan penjualan akibat munculnya minimarket disekitar pedagang eceran tersebut. Variabel ini diukur dengan satuan persen pada perubahan omzet penjualan yang terjadi. Perubahan omzet diasumsikan negatif (Y ≤ 0).

b. Tingkat Pendidikan (PD) adalah lama pendidikan responden yang telah dilalui di bangku sekolah formal yang dikelompokkan dalam empat ketegori pendidikan formal (Kusmiati, Subekti, dan Windari 2007). Variabel ini merupakan variabel kategorik ordinal, nilai “1” untuk SD, “2” untuk SMP, “3” untuk SMA, dan “4” untuk S1. Variabel tingkat pendidikan diduga akan mempengaruhi perubahan omzet pedagang eceran

(36)

tradisional. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka perubahan omzet akan semakin meningkat karena pedagang cenderung lebih berani membuka usaha dengan resiko yang tinggi, misalnya meminjam modal ke bank untuk menambah modal usaha.

c. Jam Kerja (JM) adalah waktu pedagang eceran tradisional beroperasi setiap harinya. Variabel ini diukur dengan satuan jam/hari. Variabel jam kerja diduga akan mempengaruhi omzet usaha pedagang eceran tradisional. Semakin lama jam kerja usaha pedagang eceran tradisional maka omzet usaha pedagang eceran tradisional akan semakin meningkat. d. Lama Usaha (LU) adalah kurun waktu yang telah dilalui atau lamanya

responden menjalankan usaha ritel tradisional mulai pertama kali berdiri sampai dengan penelitian dilakukan (Kusmiati, et al., 2007). Variabel ini diukur dengan satuan tahun. Variabel lama usaha diduga akan mempengaruhi omzet usaha pedagang eceran tradisional. Semakin lama usaha pedagang eceran tradisional beroperasi, maka omzet usaha pedagang eceran tradisional akan semakin meningkat.

e. Jarak antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket (JR) adalah kedekatan lokasi antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket

dengan satuan meter. Variabel jarak diduga akan mempengaruhi omzet usaha pedagang eceran tradisional. Semakin dekat lokasi usaha ritel tradisional dengan minimarket maka omzet usaha pedagang eceran tradisional akan semakin menurun.

f. Usia (US) adalah usia responden yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir. Usia merupakan variabel kontrol.

3.6 Pengujian Asumsi Klasik

Suatu model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Untuk itu dilakukan pengujian terhadap model agar dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan asumsi klasik atau tidak.

(37)

best = yang terbaik

linear = merupakan fungsi linear dari sampel

unbiased = rata-rata nilai harapan (E(bi)) harus sama dengan nilai yang

sebenarnya (bi)

efficient estimator = memiliki varians yang minimal diantara pemerkiraan lain yang tidak bias

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel bebas dan variabel terikatnya mempunyai distribusi normal atau tidak. Suatu model regresi dikatakan baik, apabila memiliki distribusi normal ataupun mendekati normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat gambar histogram, tetapi seringkali polanya tidak mengikuti bentuk kurva normal, sehingga sulit untuk disimpulkan. Pengujian asumsi normalitas dapat dilakukan dengan Jarque Bera Test atau dengan melihat plot dari sisaan. Pada penggunakan software SPSS, dapat dilihat berdasarkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada N-par test, jika nilai

Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari alpha, maka data terdistribusi normal.

3.6.2 Uji Multikolinearitas

Istilah multikolinearitas berarti terdapat hubungan linier antar variabel independennya. Gujarati (2006) menyatakan indikasi terjadinya multikolinearitas dapat terlihat melalui:

a. Nilai R-squared yang tinggi tetapi sedikit rasio yang signifikan.

b. Korelasi berpasangan yang tinggi antara variabel-variabel independennya. c. Melakukan regresi tambahan (auxiliary) dengan memberlakukan variabel

independen sebagai salah satu variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap diberlakukan sebagai variabel independen.

Cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan menghitung korelasi antara dua variabel bebas. Cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas antara lain dengan menambah jumlah data atau mengurangi jumlah data observasi, menambah atau mengurangi jumlah variabel independennya yang memiliki hubungan linear dengan variabel lainnya, mengkombinasikan data cross section dan time series, mengganti data, dan mentransformasi variabel.

(38)

3.6.3 Uji Autokorelasi

Gujarati (2006) menyatakan autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series atau diurutkan menurut ruang seperti dalam data cross section. Suatu model dikatakan memiliki autokorelasi jika error dari periode waktu (time series) yang berbeda saling berkorelasi. Masalah autokorelasi ini akan menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standar error dan varian koefisien regresi yang diperoleh akan underestimate, sehingga R2 akan besar tetapi di uji t-statistic dan uji F-statistic menjadi tidak valid.

Cara mendeteksi ada tidaknya autokorelasi bisa dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson (DWstatistik), kemudian membandingkannya dengan DWtabel.

Sebuah model dapat dikatakan terbebas dari autokorelasi jika nilai DWstatistik

terletak di area nonautokorelasi. Penentuan area tersebut dibantu dengan nilai table dl dan du. Pengujian menggunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat autokorelasi

H1 : Terdapat autokorelasi

Tabel 4. Kerangka Identifikasi Autokorelasi

Nilai DW Hasil

4 − 𝑑𝑙 < DW < 4 Tolak H0, korelasi serial negatif 4 − 𝑑𝑢< DW < 4 − 𝑑𝑙 Hasil tidak dapat ditentukan

2 < DW < 4 − 𝑑𝑢 Terima H0, tidak ada korelasi serial

𝑑𝑢< DW < 2 Terima H0, tidak ada korelasi serial

𝑑𝑙< DW < 𝑑𝑢 Hasil tidak dapat ditentukan

0 < DW < 𝑑𝑙 Tolak H0, korelasi serial positif Solusi dari masalah autokorelasi adalah:

1. Penghilangan variabel yang sebenarnya berpengaruh terhadap variabel endogen.

2. Kesalahan spesifikasi model. Hal tersebut diatasi dengan mentransformasi model, misalnya dari model linear menjadi model non linear atau sebaliknya.

(39)

3.6.4 Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dasar dari metode regresi linear adalah varians tiap unsur error adalah suatu angka konstan yang sama dengan δ2. Heteroskedastisitas terjadi ketika varians tiap unsur error tidak konstan. Gujarati (2006) menyatakan heteroskedastisitas memiliki beberapa konsekuensi, diantaranya adalah:

a. Estimator OLS masih linier dan masih tidak bias, tetapi varians tidak minimum sehingga hanya memenuhi karakteristik Linier Unbiased Estimator (LUE).

b. Perhitungan standar error tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya karena varians tidak minimum sehingga dapat menghasilkan estimasi regresi yang tidak efisien.

c. Uji hipotesis yang didasarkan pada uji F-statistic dan t-statistic tidak dipercaya.

3.7 Pengujian Statistik Analisis Regresi 3.7.1 Koefisiensi Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara variabel bebas yang digunakan dengan variabel terikat. Koefisien determinasi adalah angka yang menunjukkan besarnya proporsi atau persentase variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama. Besarnya R2 berada diantara 0 dan 1 (0<R2<1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin mendekati satu, nilai R2 berarti dapat dikatakan bahwa model tersebut baik. Karena semakin besar hubungannya antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, semakin mendekati satu maka variasi variabel terikat hampir seluruhnya dipengaruhi dan dijelaskan oleh variabel bebas.

3.7.2 Uji F-statistic

Uji F-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-statistic yang besar lebih baik dibandingkan dengan F-statistic yang rendah. Nilai Prob (F-statistic) merupakan tingkat signifikansi marginal dari F-statistic. Dengan menggunakan hipotesis pengujian sebagai berikut:

(40)

H0 : β1 = β2 =…= βk =0

H1 : minimal ada salah satu βi yang tidak sama dengan nol

Tolak H0 jika F-statistic lebih besar dari F α(k-1,NT-N-K) atau Prob (F-statistic) lebih

kecil dari α. Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat

menyimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan di dalam model secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel dependen.

3.7.3 Uji t-statistic

Uji t-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tolak H0 jika t-statistic lebih besar dari t α/2(NT-K-1) atau (t-statistic) lebih kecil dari

α. Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat

menyimpulkan bahwa variabel independen ke-i secara parsial mempengaruhi variabel dependen.

2.7.4 Uji-t berpasangan (paired t-test)

Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Uji-t ini membandingkan satu kumpulan pengukuran yang kedua dari contoh yang sama. Uji ini sering digunakan untuk membandingkan nilai “sebelum” dan “sesudah” percobaan untuk menentukan apakah perubahan nyata telah terjadi. Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama (sebelum) dan data dari perlakuan kedua (sesudah). Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian. Misal pada penelitian mengenai omzet pedagang tertentu. Sebagai perlakuan pertama, peneliti menerapkan kontrol, sedangkan pada perlakuan kedua, barulah objek penelitian dikenai suatu tindakan tertentu, misal omzet pedagang setelah pendirian minimarket. Dengan demikian, perubahan omzet pedagang dapat diketahui dengan cara membandingkan kondisi objek penelitian sebelum dan sesudah pendirian

Gambar

Tabel 1.  Pendapatan  Domestik  Bruto  Atas  Dasar  Harga  Konstan  2000  Menurut  Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) di Indonesia Tahun 2008-2011
Gambar 1. Kerangka Pemikiran  2.9  Hipotesis Penelitian
Tabel 5. Jumlah Minimarket (Unit) di Kabupaten Bogor Tahun 2011
Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan  Hubungan  antara  tingkat  pendidikan  dengan  perubahan  omzet  responden  disajikan  pada  Tabel  6
+6

Referensi

Dokumen terkait

Nilai-nilai agama sebagai faktor yang mendorong peningkatan etos kerja dan produktivitas berdasarkan 25 Ciri Etos Kerja Muslim yang dikembangkan oleh Ashar Jalela

Maka dengan ini kami, Kelompok Kerja (Pokja) Lelang Peningkatan Fasilitas Asrama Haji Jambi Tahun 2016 di Kanwil Kemenag Prov Jambi Unit Layanan Pengadaan (ULP) dilingkungan

Meminta kepada salah satu mahasiswa untuk menyimpulkan kembali materi yang telah dipelajari.. Memberikan gambaran materi dan tugas kepada mahasiswa untuk pertemuan

bersifat verbal. Aspek intelegensi yang bersumber pada penglihatan dan motorik tidak banyak mengalami hambatan tetapi justru berkembang lebih cepat. Ada beberapa ahli ilmu

Dalam hal ini siswa SD yang masih belum terkontaminasi dengan sifat yang kurang baik sangat memungkinkan untuk ditanamkan sifat-sifat atau karakter untuk membangun

Selama menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Insomnia Pada Penderita Kanker: Studi Perbandingan Berbasis Sintesis

Jika anak hidup dengan toleransi, ia akan belajar bersabar Jika anak hidup dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri Jika anak hidup dengan pujian, ia akan belajar

Komunitas Penggiat Sejarah (KPS) is a local community in Semarang which cares about the history and heritage, made a move and urged to the local city government to ban the