• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP ILEUS PARALITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP ILEUS PARALITIK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ASKEP ILEUS PARALITIK  ASKEP ILEUS PARALITIK  A.

A.PengertianPengertian

Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai

akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada o

tindakan bedah, misalnya pada o bstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perutbstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna,

maupun saluran cerna, infeksiinfeksi, obstruksi atau , obstruksi atau strangulasi salstrangulasi saluran cerna dapat uran cerna dapat menyebabkanmenyebabkan  perforasi yang mengakibatkan konta

 perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehinggaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang

terjadilah peritonitis. Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanyamerupakan tanda adanya obstruksi usus akut. (http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.htm). Ileus Paralitik adalah obstruksi usus akut. (http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.htm). Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otono

obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik ususm mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendoro

terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis,ng isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokr

distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes melliin seperti diabetes mellitus, atau tus, atau gangguan neurologis sepertigangguan neurologis seperti  penyakit Park

 penyakit Parkinson. (http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksiinson. (http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/obstruksi-usus/). Ileus-usus/). Ileus  paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus karena usus tidak dapat  paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus karena usus tidak dapat  bergerak (mengalami motilitas), pasien tidak dapat buang a

 bergerak (mengalami motilitas), pasien tidak dapat buang a ir ir   besar.(http://drlizakedokteran.blogspot.com/2008/01/

 besar.(http://drlizakedokteran.blogspot.com/2008/01/ tidak-bisa-buang-air-besak-karena-usus

tidak-bisa-buang-air-besak-karena-usus.html). Ileus (Ileus Para.html). Ileus (Ileus Paralilitik, Ileus Adinamik) tik, Ileus Adinamik) adalahadalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu  berhenti. (www.medicastore.com). Dari keempat definisi di atas maka penulis dapat  berhenti. (www.medicastore.com). Dari keempat definisi di atas maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa ileus paralitik adalah

menyimpulkan bahwa ileus paralitik adalah istilistilah gawat ah gawat abdomen atau gawat perut yangabdomen atau gawat perut yang  biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat  biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat  bergerak (mengalami motilitas) dan menyebabkan

(2)

B. Etiologi

1. Pembedahan Abdomen

2. Trauma abdomen : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor  diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus

3. Infeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis

4. Pneumonia

5. Sepsis

6. Serangan Jantung

7. Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium

8. Kelainan metabolik yang mempengaruhi fungsi otot

9. Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi

10. Mesenteric ischemia

C. Patofisiologi

1. Proses Perjalanan Penyakit

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan

(3)

utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan  pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, k emudian intermitten, dan akhirnya

hilang. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah lumen usus yang tersu mbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat

 peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke da lam saluran cerna setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penyempitan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi  jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan

lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia. Pada obstruksi mekanik simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal ko laps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara t erus menerus dan progresif  akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan ke matian.

(4)

a. Obstruksi Usus Halus Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang

timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak  terdapat flatus. Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas adanya d istensi abdomen. Jika berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume  plasma. b. Obstruksi Usus Besar Nyeri perut yang bersifat ko lik dalam kualitas yang sama

dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya

abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah. 3. Komplikasi Dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia akibat distensi dan  peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin ± toksin bakteri ke da lam

rongga peritoneum dan sirkulasi, perforasi tukak peptik yang ditandai oleh perangsangan  peritoneum yang mulai di epigastrium dan meluas ke seluruh peritoneum akibat peritonitis

generalisata. Perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada pender ita yang demam kurang lebih dua minggu disertai nyeri kepala, batuk, dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum yang merosot.dan berakhir pada kematian.

(5)

1. Pengobatan dan Terapi Medis

a. Pemberian anti obat antibiotik, analgetika,anti inflamasi

 b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut

c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot

d. Bedrest

2. Konservatif 

a. Laparatomi Adanya strangulasi ditandai denga n adanya lokal peritonitis seperti takikardia,  pireksia (demam), lokal tenderness dan guarding, rebound tenderness. Nyeri lokal, hilangnya

suara usus lokal, untuk mengetahui secara pasti hanya dengan tindakan laparatomi.

E. Pengkajian Keperawatan

Merupakan tahap awal dari pendekatan proses keperawatan dan dilakukan secara sistematika mencakup aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual. Langkah awal dari pengkajian ini adalah  pengumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan klien dan keluarga, observasi  pemeriksaan fisik, konsultasi dengan anggota t im kesehatan lainnya dan meninjau kembali

catatan medis ataupun catatan keperawatan. Pengkajian fisik dilakukan dengan cara inspeksi,  palpasi, perkusi dan auskultasi.

(6)

1. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, status  perkawinan, suku bangsa.

2. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang Meliputi apa yang dirasakan klien saat pengkajian

 b. Riwayat kesehatan masa lalu Meliput i penyakit yang diderita, apakah sebelumnya per nah sakit sama.

c. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi apakah dari keluarga ada yang menderita penyakit yang sama.

3. Riwayat psikososial dan spiritual Meliputi pola interaksi, pola pertahanan d iri, pola kognitif,  pola emosi dan nilai kepercayaan klien.

4. Kondisi lingkungan Meliputi bagaimana kondisi lingkungan yang mendukung kesehatan klien

5. Pola aktivitas sebelum dan d i rumah sakit Meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, personal hygiene, pola aktivitas sehari ± hari dan po la aktivitas tidur.

6. Pengkajian fisik Dilakukan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi, yaitu :

a. Inspeksi Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya. Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia, rectal toucher.

(7)

1) Sistem Penglihatan Posisi mata simetris atau asimetris, kelopak mata normal atau t idak,  pergerakan bola mata normal atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, kornea normal atau

tidak, sklera ikterik atau anikterik, pupil isokor atau anisokor, reaksi terhadap otot cahaya  baik atau tidak.

2) Sistem Pendengaran Daun telinga, serumen, cairan dalam telinga

3) Sistem Pernafasan Kedalaman pernafasan dalam atau dangkal, ada atau tidak batuk dan  pernafasan sesak atau tidak.

4) Sistem Hematologi Ada atau tidak perdarahan, warna kulit

5) Sistem Saraf Pusat Tingkat kesadaran, ada atau tidak peningkatan tekanan intrakranial

6) Sistem Pencernaan Keadaan mulut, gigi, stomatitis, lidah bersih, saliva, warna dan konsistensi feces.

7) Sistem Urogenital Warna BAK 

8) Sistem Integumen Turgor kulit, ptechiae, warna kulit, keadaan kulit, keadaan rambut.

 b Palpasi

1) Sistem Pcncernaan Abdomen, hepar, nyeri tekan di daerah epigastrium

2) Sistem Kardiovaskuler Pengisian kapiler 

3) Sistem Integumen Ptechiae

(8)

d Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan  peristaltik melemah sampai hilang.

e Perkusi

Hipertimpani

7. Pemeriksaan Diagnostik 

a. Radiologi Foto polos berisikan peleburan udara halus atau usus besar dengan gambaran anak  tangga dan air ± fluid level. Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi ± 

 peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk invaginasi.  b. Endoscopy, disarankan pada kecurigaan volvulus.

F. Diagnosa Keperawatan Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan Ileus Paralitik menurut Harnawati, A. J, 2008 adalah sebagai berikut :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri epigastrium berhubungan dengan proses patologis penyakitnya. 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia.

3. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh. 4. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan konstipasi.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal - pegal seluruh tubuh. 6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, dan perawatan pasien ileus paralitik   berhubungan dengan kurangnya informasi.

7. Kecemasan ringan ± sedang berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan  perdarahan yang dialami pasien

G. Perencanaan Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri epigastrium berhubungan dengan proses patologis penyakitnya Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan rasa nyaman nyeri terpenuhi

Kriteria hasil : Nyeri hilang / berkurang Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat nyeri

Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat rasa nyeri yang dirasakan dan mengetahui  pemberian terapi sesuai indikasi.

 b. Berikan posisi senyaman mungkin

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan kenyamanan. c. Berikan lingkungan yang nyaman

Rasional : Untuk mendukung tindakan yang telah diberikan guna mengurangi rasa nyeri. d. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik sesuai indikasi ( Profenid 3 x 1 supp ).

(9)

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan gangguan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Mual, muntah hilang, nafsu makan bertambah, makan habis satu porsi Rencana tindakan :

a. Kaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah

Rasional : Untuk menilai keluhan yang ada yang dapat menggangu pemenuhan kebutuhan nutrisi.

 b. Kolaborasi pemberian obat anti emetik (Antacid ) Rasional : Membantu mengurangi rasa mual dan muntah.

3. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan syok hipovolemik  tidak terjadi

Kriteria hasil : Tanda ± tanda vital dalam batas normal, volume cairan tubuh seimbang, intake cairan terpenuhi.

Rencana tindakan :

a. Monitor keadaan umum

Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.

 b. Observasi tanda ± tanda vital

Rasional : Merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. c. Kaji intake dan output cairan

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan d. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena Rasional : Untuk memenuhi keseimbangan cairan

4. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan konstipasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan gangguan pola eliminasi tidak terjadi

Kriteria hasil : Pola eliminasi BAB normal Rencana tindakan :

a. Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces

Rasional : Untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada eliminasi fekal.  b. Auskultasi bising usus

Rasional : Untuk mengetahui normal atau tidaknya pergerakan usus. c. Anjurkan klien untuk minum banyak 

Rasional : Untuk merangsang pengeluaran feces.

d. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif)

(10)

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pegal - pegal seluruh tubuh Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur  teratasi

Kriteria hasil : Pola tidur terpenuhi Rencana tindakan :

a. Kaji pola tidur atau istirahat normal pasien

Rasional : Untuk mengetahui pola tidur yang normal pada pasien dan dapat menentukan kelainan  pada pola tidur.

 b. Beri lingkungan yang nyaman

Rasional : Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan aktivitas dan tidur. c. Batasi pengunjung selama periode istirahat

Rasional : Untuk menjaga kualitas dan kuantitas tidur pasien d. Pertahankan tempat tidur yang hangat, bersih dan nyaman Rasional : Supaya pasien dapat tidur dengan nyaman

e. Kolaborasi pemberian terapi analgetika

Rasional : Agar nengurangi rasa nyeri yang menggangu pola tidur pasien

6. Kecemasan ringan ± sedang berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan  perdarahan yang dialami pasien

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kecemasan tidak  terjadi

Kriteria hasil : Kecemasan berkurang Rencana tindakan :

a. Kaji rasa cemas klien

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien  b. Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga

Rasional : Untuk terbinanya hubungan saling pecaya antara perawat dan pasien. c. Berikan penjelasan tentang setiap prosedur yang dilakukan terhadap klien

Rasional : Agar pasien mengetahui tujuan dari tindakan yang dilakukan pada dirinya.

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan pengetahuan  pasien meningkat.

Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan pasien meningkat Rencana Tindakan :

a. Jelaskan pada pasien tentang penyakitnya

Rasional : Pasien dapat mengetahui mengenai penyakitnya dan mendapatkan informasi yang akurat.

 b. Berikan waktu untuk mendengarkan emosi dan perasaan pasien

(11)

c. Beri penyuluhan mengenai penyakitnya

Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakitnya.

H. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Drs. Nasrul Effendi, 1999). Ada tiga fase dalam tindakan keperawatan, yaitu : 1. Fase Persiapan Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,  pengetahuan dan keterampilan menginterpretasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan. 2.

Fase Intervensi Merupakan puncak dari implementasi yang berorientasi pada tujuan dan fokus  pada pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien termasuk reaksi fisik, psikologis,

sosial dan spiritual. Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung  jawab secara professional, yaitu : a. Secara Mandiri ( Independen ) Adalah tindakan yang

diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya stressor ( penyakit ), misalnya : 1) Membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari ± hari 2) Melakukan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus 3) Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar. 4)

Menciptakan lingkungan terapeutik b. Saling ketergantungan / kolaborasi ( Interdependen )

Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama sesama tim perawatan atau kesehatan lainnya seperti dokter, fisiotherapy, analisis kesehatan, dsb. c. Rujukan / Ketergantungan Adalah

tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain diantaranya dokter, psikologis,  psikiater, ahli gizi, fisiotherapi, dsb. Pada penatalaksanaanya tindakan keperawatan dilakukan

secara : 1) Langsung : Ditangani sendiri oleh perawat 2) Delegasi : Diserahkan kepada o rang lain / perawat lain yang dapat dipercaya 3. Fase Dokumentasi Merupakan terminasi antara perawat dan klien. Setelah implementasi dilakukan dokumentasi terhadap implementasi yang d ilakukan.

I. Evaluasi Keperawatan

Adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.

Teknik penilaian yang didapat dari beberapa cara, yaitu : 1. Wawancara : Dilakukan pada klien dan keluarga

2. Pengamatan : Pengamatan klien terhadap sikap, pelaksanaan, hasil yang dicapai dan  perubahan tingkah laku klien.

Jenis evaluasi ada dua macam, yaitu :

a. Evaluasi Formatif Evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera.

 b. Evaluasi Sumatif Merupakan rekapitulasi dari has il observasi dan analisis status pasien p pada saat tertentu berdasarkan tujuan rekapitulasi dari hasil yang d irencanakan pada tahap

 perencanaan. Ada tiga alternatif yang dapat dipergunakan oleh perawat dalam memutuskan / menilai :

1) Tujuan tercapai : Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

(12)

2) Tujuan tercapai sebagian : Jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai : Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan akan timbul masalah baru.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah Mengidentifikasi gaya kepemimpinan Kepala Cabang Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar, mengidentifikasi partisipasi kerja

Alasan pemilihan obat karena pasien menderita hipertensi hert failure (HHF) sebagai terapi hipertensi digunakan obat golongan diuretic untuk menurunkan tekanan

4) Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan Concrete Mixer dengan campuran sesuai dengan spesifikasi teknis. 5) Batu dibersihkan dari bahan

Jika te{adi interkoneksi antara 2 atau lebih sistem tenaga listrik Wilal'ah / Regional, maka harus dibentuk suatu pengatur Antar Regional dengan wewerumg dan tanggung jawab

difusibilitas (daya difusi koloid kecil karena ukuran partikelnya sangat besar dibandingkan partikel sejati), sifat penampakan (sistem koloid sering jernih sejernih

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses pengembangkan bahan ajar Geometri Analitika II Berbasis Software Cabri 3D dengan pendekatan

Selain itu beberapa program lainnya yang telah diperoleh dalam bidang pengabdian pada masyarakat yang dikelola oleh LPM Universitas Negeri Gorontalo antara lain;

tidak diberikan kepada anggota Angkatan Perang atau pegawai sipil yang termasuk formasi Kementerian Pertahanan/Angkatan Perang, yang memangku jabatan Ketua (Pengganti), Jaksa