2012
2012
Pyoderma
Pyoderma
Impetigo Krustosa Impetigo Krustosa L L e o e o RR ..S S SS iimma na ng ug un sn so n go n g K K a ra riin a n a AA g ug usst it inn R Ra ja ja Ma M a na ng a tg a tu r u r HH a la lo h oo h o S S r i r i RRiizzk i k i MM a la la ua u Y Y o h ao h anni i AA . . TT a ma mb u nb u na na n C C iicci Ei E . . SS iih oh ommb ib inngg I v I vo n e Ao n e A . . MM a na nu lu llla n ga n g E E n jn je le li ni na wa wa t i a t i SS i b a ri b a ra na nii R Re ye yn an allt h At h A . . SS i ni na ga gaa T T r ir issn a Nn a N a ia in gn gg o lg o la na nFakultas Kedokteran UHN
Fakultas Kedokteran UHN
Pemicu
:
Pemicu
:
Seorang anak laki-laki, J, usia 6 tahun, dengan ditemani oleh ibunya datang berobat ke Seorang anak laki-laki, J, usia 6 tahun, dengan ditemani oleh ibunya datang berobat ke puskesmas dengan keluhan adanya keropeng tebal bewarna kekuningan pada daerah wajah dan puskesmas dengan keluhan adanya keropeng tebal bewarna kekuningan pada daerah wajah dan sudah dialami sekitar 5 hari. Awalnya berupa kemerahan dan bintil-bintil berisi air yang cepat sudah dialami sekitar 5 hari. Awalnya berupa kemerahan dan bintil-bintil berisi air yang cepat memecah. Pasien tidak mengalami demam.
memecah. Pasien tidak mengalami demam.
More
More Info
Info 1
1
::
PadaPada pemeriksaan pemeriksaan dermatodermatologi logi dijumpai dijumpai :: Ruam
Ruam : Krusta : Krusta tebal, warna tebal, warna kekuningan seperti madu, sewaktu kekuningan seperti madu, sewaktu krusta dikrusta diangkat tampak angkat tampak erosi dibawahnya.
erosi dibawahnya.
Lokasi : Sekitar lubang hidung dan mulut Lokasi : Sekitar lubang hidung dan mulut
More
More Info
Info 2
2
::
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai leukositosis. Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai leukositosis.
Masalah :
Masalah :
Anamnesis Anamnesis
Keropeng tebal berwarna kekuninganKeropeng tebal berwarna kekuningan
Kemerahan dan bintil-bintil yang cepat pecahKemerahan dan bintil-bintil yang cepat pecah
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
Krusta tebal, kekuningan seperti madu, dasar erosiKrusta tebal, kekuningan seperti madu, dasar erosi
Lokasi : sekitar lubang hidung dan mulutLokasi : sekitar lubang hidung dan mulut
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang
Analisa
Analisa Masalah
Masalah ::
AnamnesisAnamnesis
Kemerahan Kemerahan : Vasodilatas: Vasodilatasi i pembuluh pembuluh darah darah akibat akibat inflamasiinflamasi
Bintil-bintil yang cepat pecahBintil-bintil yang cepat pecah Penumpukan cairan pada lapisan epidermisPenumpukan cairan pada lapisan epidermis
Keropeng tebalKeropeng tebal bintil-bintil yang pecah dan mengeringbintil-bintil yang pecah dan mengering
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
Krusta tebalKrusta tebalbintil pecah dengan atau tanpa perlakuan dan mengeringbintil pecah dengan atau tanpa perlakuan dan mengering
Dasar erosiDasar erosi akibat mendapat perlakuan (garukan)akibat mendapat perlakuan (garukan)
Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang
LeukositosisLeukositosis menandakan adanya infeksi bakterimenandakan adanya infeksi bakteri
Diagnosa
Diagnosa Banding
Banding ::
1.1. Impetigo Krustosa Impetigo Krustosa ( ( Diagnosa Kerja Diagnosa Kerja )) 2.
2. EchtymaEchtyma
Learning
Learning Objective
Objective ::
1.1. Anatomi dan Histologi EpidermisAnatomi dan Histologi Epidermis 2.
2. Fisiologi KulitFisiologi Kulit 3.
3. Diagnosa BandingDiagnosa Banding 4.
4. PyodermaPyoderma 5.
1.
1. Anatomi dan
Anatomi dan Histologi Epidermis
Histologi Epidermis
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia, bersifat elastis dan Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia, bersifat elastis dan melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Beratnya 15% dari berat tubuh dengan luas melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Beratnya 15% dari berat tubuh dengan luas 1,50-1,75 m
1,50-1,75 m22. Tebal kulit bervariasi antara 0,5 mm – 6 mm. Paling tipis adalah kulit penis. Tebal kulit bervariasi antara 0,5 mm – 6 mm. Paling tipis adalah kulit penis dan yang paling tebal di telapak tangan dan kaki. Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu dan yang paling tebal di telapak tangan dan kaki. Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutis.
Vaskularisa
Epidermis merupakan jaringan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis Epidermis merupakan jaringan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis tidak memiliki pembuluh darah maupun pembuluh limf. Nutrient didapatkan dari pembuluh tidak memiliki pembuluh darah maupun pembuluh limf. Nutrient didapatkan dari pembuluh kapiler di lapisan dermis yang berdifusi melalui cairan jaringan serta membrane basal. Epidermis kapiler di lapisan dermis yang berdifusi melalui cairan jaringan serta membrane basal. Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :
terdiri dari 5 lapisan yaitu : 1.
1. Lapisan Basal / Stratum BasaleLapisan Basal / Stratum Basale
Terdiri dari sel-sel kuboid atau silindris basofilik Terdiri dari sel-sel kuboid atau silindris basofilik
Lapisan ini disebut pula stratum germinavitum karena paling banyak tampak Lapisan ini disebut pula stratum germinavitum karena paling banyak tampak
adanya mitosis sel-sel. adanya mitosis sel-sel.
Terdapat melanosit yang membentuk melanin untuk melindungi kulit dari sinarTerdapat melanosit yang membentuk melanin untuk melindungi kulit dari sinar
UV UV 2.
2. Lapisan Malphigi / Stratum SpinosumLapisan Malphigi / Stratum Spinosum
Lapisan paling tebalLapisan paling tebal
Semua mitosis hanya terbatas pada lapisan iniSemua mitosis hanya terbatas pada lapisan ini
Terdiri dari sel-sel kuboidTerdiri dari sel-sel kuboid
Protoplasmanya jernih karena banyak megandung glikogenProtoplasmanya jernih karena banyak megandung glikogen
3.
3. Lapisan Granular / Stratum GranulosumLapisan Granular / Stratum Granulosum
Terdiri atas 3-5 lapis sel polygonalTerdiri atas 3-5 lapis sel polygonal
Sitoplasma mengandung granula basofilik Sitoplasma mengandung granula basofilik granula keratohialingranula keratohialin
Dengan mikroskop elektron ternyata BUKAN keratin maupun hialin, tetapi Dengan mikroskop elektron ternyata BUKAN keratin maupun hialin, tetapi merupakan partikel amorf tanpa membran, dikelilingi ribosom, yg pada granula merupakan partikel amorf tanpa membran, dikelilingi ribosom, yg pada granula tsb melekat mikrofilamen.
4.
4. Stratum LusidumStratum Lusidum
Tampak lebih jelas pada kulit tebalTampak lebih jelas pada kulit tebal
Terdiri atas 1-2 lapis sel yang tembus cahaya dan agak agak eosinofilik Terdiri atas 1-2 lapis sel yang tembus cahaya dan agak agak eosinofilik tampak tampak
kemerahan kemerahan
Selnya tidak berinti dan tidak mempunyai organelSelnya tidak berinti dan tidak mempunyai organel
Ikatan antar sel kurang eratIkatan antar sel kurang erat
5.
5. Stratum KorneumStratum Korneum
Lapisan paling luarLapisan paling luar
Berlapis-lapis sel pipih/gepeng tak berintiBerlapis-lapis sel pipih/gepeng tak berinti
Sitoplasmanya digantikan oleh zat tanduk/keratinSitoplasmanya digantikan oleh zat tanduk/keratin
Lapisan paling atas merupakan zat tanduk yang kering dan selalu mengelupasLapisan paling atas merupakan zat tanduk yang kering dan selalu mengelupas
Selain itu, lapisan epidermis juga memiliki beberapa sel – sel yang memiliki fungsi tertentu Selain itu, lapisan epidermis juga memiliki beberapa sel – sel yang memiliki fungsi tertentu seperti :
seperti : 1.
1. KERATINOSITKERATINOSIT
Sel terbanyak (85% - 95%)Sel terbanyak (85% - 95%)
Berasal dari lapis embrional ektoderm permukaanBerasal dari lapis embrional ektoderm permukaan
Mengalami keratinisasiMengalami keratinisasi menghasilkan lapisan yg kedap airmenghasilkan lapisan yg kedap air
Proses keratinisasi berlangsung selama 2 – 3 minggu, mulai dari proliferasi,Proses keratinisasi berlangsung selama 2 – 3 minggu, mulai dari proliferasi,
diferensiasi, kematian sel, dan deskuamasi diferensiasi, kematian sel, dan deskuamasi
2.
2. MELANOSITMELANOSIT
Meliputi 7 – 10% sel epidermisMeliputi 7 – 10% sel epidermis
Berasal dari lapisan neuroektoderm (krista neuralis)Berasal dari lapisan neuroektoderm (krista neuralis)
Sel kecil, bercabang denritik panjang dan tipisSel kecil, bercabang denritik panjang dan tipis
Jumlah terbanyak pd kulit muka dan genitalia eksternaJumlah terbanyak pd kulit muka dan genitalia eksterna
Jumlah melanosit relatif sama pd tiap individu yg berbeda pd ras yg berbedaJumlah melanosit relatif sama pd tiap individu yg berbeda pd ras yg berbeda
3.
3. SEL LANGERHANSSEL LANGERHANS
Merupakan sel dendritik yang berbentuk bintang (stelata)Merupakan sel dendritik yang berbentuk bintang (stelata)
Ditemukan di antara keratinosit pd daerah atas stratum spinosumDitemukan di antara keratinosit pd daerah atas stratum spinosum
Permukaan selnya mempunyai reseptor permukaan penanda imunologis yangPermukaan selnya mempunyai reseptor permukaan penanda imunologis yang
mirip makrofag. mirip makrofag.
Berfungsi mengikat antigen dan merupakan sel pembawa antigenBerfungsi mengikat antigen dan merupakan sel pembawa antigen sehinggasehingga
limfosit T bereaksi terhadap antigen yang dibawanya limfosit T bereaksi terhadap antigen yang dibawanya
Peran penting dalam respon alergi kontak (dermatitis kontak) dan respon imunPeran penting dalam respon alergi kontak (dermatitis kontak) dan respon imun
selular lsinnya pd kulit selular lsinnya pd kulit
Semula diduga berasal dari krista neuralis, tetapi ternyata berasal dari selSemula diduga berasal dari krista neuralis, tetapi ternyata berasal dari sel
prekursor dlm sumsum tulang, jadi berasal dari mesoderm prekursor dlm sumsum tulang, jadi berasal dari mesoderm 4.
4. SEL MERKELSEL MERKEL
Jumlah paling sedikitJumlah paling sedikit
Berasal dari krista neuralisBerasal dari krista neuralis
Terdapat pd stratum basal kulit tebal terutama pd ujung jariTerdapat pd stratum basal kulit tebal terutama pd ujung jari
Terdapat juga pd folikel rambut dan mukosa mulutTerdapat juga pd folikel rambut dan mukosa mulut
Sel besar, sitoplasma bercabang pendek Sel besar, sitoplasma bercabang pendek
Serat saraf tak bermielin tampak menembus membran basalnya, melebar sepertiSerat saraf tak bermielin tampak menembus membran basalnya, melebar seperti
cakram dan menempel pd bagian basal sel. cakram dan menempel pd bagian basal sel.
2.
2. Fisiologi Kulit
Fisiologi Kulit
Kulit merupakan bagian yang sangat penting bagi manusia dalam perkembangan dan Kulit merupakan bagian yang sangat penting bagi manusia dalam perkembangan dan aktifitasnya. Sebagai organ penutup bagi tubuh tulit sangat penting dipelajari sebagai aktifitasnya. Sebagai organ penutup bagi tubuh tulit sangat penting dipelajari sebagai dasar untuk memahami berbagai penyakit terutama penyakit kulit dan juga mengenai dasar untuk memahami berbagai penyakit terutama penyakit kulit dan juga mengenai kesehatan pada umumnya. Fungsi kulit dapat disebutkan sebagai berikut :
kesehatan pada umumnya. Fungsi kulit dapat disebutkan sebagai berikut : a.
a. Fungsi Proteksi. Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap:Fungsi Proteksi. Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap: o
o Gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan yangGangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan yang dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang;
serabut-serabut jaringan penunjang; o
o Gangguan kimiawi terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol,Gangguan kimiawi terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam dan alkali kuat lainnya yang dimungkinkan karena sifat stratum asam dan alkali kuat lainnya yang dimungkinkan karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap pelbagai zat kimia dan air, korneum yang impermeabel terhadap pelbagai zat kimia dan air,
disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit.
zat kimia dengan kulit. o
o Gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultravioletGangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultraviolet yang didukung oleh melanosit dengan mengadakan
yang didukung oleh melanosit dengan mengadakan tanningtanning untuk untuk melindungi kulit terhadap pajanan sinar matahari.
melindungi kulit terhadap pajanan sinar matahari. o
o Gangguan infeksi luar terutama kuman: bakteri maupun jamur yaituGangguan infeksi luar terutama kuman: bakteri maupun jamur yaitu
dengan keasaman kulit mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan dengan keasaman kulit mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum, yang menyebabkan PH kulit berkisar pH 5 - 6,5.
sebum, yang menyebabkan PH kulit berkisar pH 5 - 6,5. b.
b. Fungsi absorbsi. Penyerapan dapat berlangsung lebih banyak melalui celahFungsi absorbsi. Penyerapan dapat berlangsung lebih banyak melalui celah antar sel dengan menembus sel-sel epidermis daripada melalui muara kelenjar. antar sel dengan menembus sel-sel epidermis daripada melalui muara kelenjar. Cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak Cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak dan permeabilitas kulit terhadap O
dan permeabilitas kulit terhadap O22, CO, CO2,2,dan uap air memungkinkan kulitdan uap air memungkinkan kulit mengambil bagian dalam proses respirasi. Kemampuan absorbsi kulit mengambil bagian dalam proses respirasi. Kemampuan absorbsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolism dan jenis dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolism dan jenis vehikulum.
vehikulum. c.
c. Fungsi ekskresi. Kelenjar – kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak Fungsi ekskresi. Kelenjar – kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolism dalam tubuh berupa NaCL, urea, asam urat, berguna lagi atau sisa metabolism dalam tubuh berupa NaCL, urea, asam urat, dan amonia.
dan amonia. d.
d. Fungsi persepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis danFungsi persepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan
subkutis. Terhadap rangsangan panas panas diperankan oleh diperankan oleh badan-badan ruffini dibadan-badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis
berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di
epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis.
epidermis. e.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh. Kulit melakukan peran ini dengan caraFungsi pengaturan suhu tubuh. Kulit melakukan peran ini dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.
kulit. f.
f. Fungsi pembentukan pigmen. Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak Fungsi pembentukan pigmen. Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak dilapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen ini berfungsi dilapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen ini berfungsi melindungi tubuh dari paparan sinar UV.
melindungi tubuh dari paparan sinar UV. g.
g. Fungsi keratinisasi. Keratinosit yang dihasilkan oleh epidermis melalui prosesFungsi keratinisasi. Keratinosit yang dihasilkan oleh epidermis melalui proses sintesis dan degradasi akan menjadi lapisan tanduk dan berfungsi untuk
sintesis dan degradasi akan menjadi lapisan tanduk dan berfungsi untuk memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik. memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik. h.
h. Fungsi pembentukan vit D. Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol denganFungsi pembentukan vit D. Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
3.
3. Diagnosa Banding Impetigo Krustosa
Diagnosa Banding Impetigo Krustosa
Diagnosis banding Impetigo krustosa terdiri dari :Diagnosis banding Impetigo krustosa terdiri dari : a.
a. Dermatitis Atopik Dermatitis Atopik
Terdapat riwayat atopik seperti asma, rhinitis alergika. Lesi pruritus kronik dan kulit Terdapat riwayat atopik seperti asma, rhinitis alergika. Lesi pruritus kronik dan kulit kering abnormal dapat disertai likenifikasi.
kering abnormal dapat disertai likenifikasi. b.
b. Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak
Gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan bahan iritan. Gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan bahan iritan. c.
c. Herpes SimpleksHerpes Simpleks
Vesikel dengan dasar eritema yang ruptur menjadi erosi ditutupi krusta. Umumnya Vesikel dengan dasar eritema yang ruptur menjadi erosi ditutupi krusta. Umumnya terdapat demam, malaise, disertai limfadenopati.
terdapat demam, malaise, disertai limfadenopati. d.
d. VariselaVarisela
Terdapat gejala prodomal seperti demam, malaise, anoreksia. Vesikel dinding tipis Terdapat gejala prodomal seperti demam, malaise, anoreksia. Vesikel dinding tipis dengan dasar eritema (bermula di trunkus dan menyebar ke wajah dan ekstremitas) yang dengan dasar eritema (bermula di trunkus dan menyebar ke wajah dan ekstremitas) yang kemudian ruptur membentuk krusta (lesi berbagai stadium).
kemudian ruptur membentuk krusta (lesi berbagai stadium). e.
e. Diskoid lupus eritematousDiskoid lupus eritematous
Ditemukan (plak), batas tegas yang mengenai sampai folikel rambut. Ditemukan (plak), batas tegas yang mengenai sampai folikel rambut. f.
f. EktimaEktima
Lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus yang menetap selama beberapa minggu dan Lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus yang menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila menginfeksi dermis.
sembuh dengan jaringan parut bila menginfeksi dermis. g.
g. Gigitan seranggaGigitan serangga
Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri. Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri. h.
h. SkabiesSkabies
Papul yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela jari, gatal pada Papul yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela jari, gatal pada malam hari.
4.
4. Pyoderma
Pyoderma
a.a. DefenisiDefenisi
Pyoderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri
Pyoderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus,Staphylococcus, Streptococcus
Streptococcus atau oleh keduanya.atau oleh keduanya. b.
b. EtiologiEtiologi
Penyebabnya yang utama adalah
Penyebabnya yang utama adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus β Staphylococcus aureus dan Streptococcus β
hemoliticus.
hemoliticus. SedangkanSedangkan Staphylococcus epidermidisStaphylococcus epidermidis merupakan penghuni normalmerupakan penghuni normal dikulit dan jarang menyebabkan infeksi.
dikulit dan jarang menyebabkan infeksi. c.
c. Faktor predisposisiFaktor predisposisi
Higiene kurangHigiene kurang
Daya tahan tubuh menurun : Kurang gizi, anemia, DMDaya tahan tubuh menurun : Kurang gizi, anemia, DM
Telah ada Telah ada penyakit penyakit lain lain dikulit dikulit : : Kerusakan Kerusakan epidermis epidermis Fungsi Fungsi proteksiproteksi terganggu
terganggu Mudah Mudah terkena terkena infeksi.infeksi.
d.
d. KlasifikasiKlasifikasi
Pyoderma PrimerPyoderma Primer
Terjadi pada kulit normal, penyebabnya biasanya hanya 1 macam Terjadi pada kulit normal, penyebabnya biasanya hanya 1 macam mikroorganisme. Gambaran klinis nya tertentu.
mikroorganisme. Gambaran klinis nya tertentu.
Pyoderma SekunderPyoderma Sekunder
Yaitu infeksi pada kulit yang telah ada penyakit kulit lain, gambaran Yaitu infeksi pada kulit yang telah ada penyakit kulit lain, gambaran Klinis tidak khas, mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit Klinis tidak khas, mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder disebut impetigenisata, contohnya dermatitis disertai pioderma sekunder disebut impetigenisata, contohnya dermatitis impetigenisata, scabies impetigenisata). Tanda impetigenisata ialah terdapat impetigenisata, scabies impetigenisata). Tanda impetigenisata ialah terdapat pus, pustul, bula purulen, krusta kuning kehijauan, pembesaran kelenjar pus, pustul, bula purulen, krusta kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis, dan bisa disertai demam.
Pembagian Pyoderma berdasarkan etiologinya : Pembagian Pyoderma berdasarkan etiologinya :
No
No Staphylococcus Staphylococcus StreptococcusStreptococcus 1
1 Impetigo Impetigo bulosa bulosa Impetigo Impetigo krustosakrustosa 2
2 Impetigo Impetigo Neonatorum Neonatorum EcthymaEcthyma 3
3 Staph. Staph. Scalded Scalded Skin Skin Syndrom Syndrom ErisepelasErisepelas 4
4 Folliculitis Folliculitis CellulitisCellulitis 5
5 Furuncle Furuncle dab dab Carbuncle Carbuncle PhlegmaPhlegma 6
6 Paranychia Paranychia Scarlet Scarlet feverfever 7
7 Multiple Abcess Multiple Abcess Of Of Sweats Sweats GlandsGlands 8
5.
5. Impetigo Krustosa
Impetigo Krustosa
DEFINISIDEFINISI
Impetigo krustosa merupakan penyakit infeksi piogenik kulit superfisial yang Impetigo krustosa merupakan penyakit infeksi piogenik kulit superfisial yang disebabkan oleh
disebabkan oleh Staphylococcus aureusStaphylococcus aureus,, Streptococcus group A beta-hemolitikus (GABHS)Streptococcus group A beta-hemolitikus (GABHS), atau, atau kombinasi keduanya dan digambarkan dengan perubahan vesikel berdinding tipis, diskret, kombinasi keduanya dan digambarkan dengan perubahan vesikel berdinding tipis, diskret, menjadi pustul dan ruptur serta mengering membentuk krusta
menjadi pustul dan ruptur serta mengering membentuk krusta Honey-colored. Honey-colored. dengan tepi yangdengan tepi yang mudah dilepaskan.
mudah dilepaskan.
Pada negara maju, impetigo krustosa banyak disebabkan oleh
Pada negara maju, impetigo krustosa banyak disebabkan oleh Staphylococcus aureusStaphylococcus aureus dan sedikit oleh
dan sedikit oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus (Streptococcus pyogenes).Streptococcus group A beta-hemolitikus (Streptococcus pyogenes). Banyak Banyak penelitian yang menemukan 50-60% kasus impetigo krustosa penyebabnya adalah penelitian yang menemukan 50-60% kasus impetigo krustosa penyebabnya adalah Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus dan 20-45% kasus merupakan kombinasidan 20-45% kasus merupakan kombinasi Staphylococcus aureusStaphylococcus aureus dengandengan Streptococcus pyogenes.
Streptococcus pyogenes. Namun di negara berkembang, yang menjadi penyebab utama impetigoNamun di negara berkembang, yang menjadi penyebab utama impetigo krustosa adalah
krustosa adalah Streptococcus pyogenesStreptococcus pyogenes.. Staphylococcus aureusStaphylococcus aureus banyak terdapat pada faring,banyak terdapat pada faring, hidung, aksila dan perineal merupakan tempat berkembangnya penyakit impetigo krustosa
hidung, aksila dan perineal merupakan tempat berkembangnya penyakit impetigo krustosa ..
EPIDEMIOLOGI EPIDEMIOLOGI
Terjadinya penyakit impetigo krustosa di seluruh dunia tergolong relatif sering. Terjadinya penyakit impetigo krustosa di seluruh dunia tergolong relatif sering. Penyakit ini banyak terjadi pada anak - anak kisaran usia 2-5 tahun dengan rasio yang sama Penyakit ini banyak terjadi pada anak - anak kisaran usia 2-5 tahun dengan rasio yang sama antara laki-laki dan perempuan. Di Amerika, impetigo merupakan 10% dari penyakit kulit anak antara laki-laki dan perempuan. Di Amerika, impetigo merupakan 10% dari penyakit kulit anak yang menjadi penyakit infeksi kulit bakteri utama dan penyakit kulit peringkat tiga terbesar pada yang menjadi penyakit infeksi kulit bakteri utama dan penyakit kulit peringkat tiga terbesar pada anak. Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan anak. Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun.
1,6% pada anak usia 5-15 tahun.
Impetigo krustosa banyak terjadi pada musim panas dan daerah lembab, seperti Impetigo krustosa banyak terjadi pada musim panas dan daerah lembab, seperti Amerika Selatan yang merupakan daerah endemik dan predominan, dengan puncak insiden di Amerika Selatan yang merupakan daerah endemik dan predominan, dengan puncak insiden di akhir musim panas. Anak-anak prasekolah dan sekolah paling sering terinfeksi. Pada usia akhir musim panas. Anak-anak prasekolah dan sekolah paling sering terinfeksi. Pada usia dewasa, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan.
Disamping itu, ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya impetigo Disamping itu, ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya impetigo krustosa seperti: krustosa seperti: --hunian padat hunian padat --higiene buruk higiene buruk --hewan peliharaan hewan peliharaan
--keadaan yang mengganggu integritas epidermis kulit seperti gigitan serangga, herpes keadaan yang mengganggu integritas epidermis kulit seperti gigitan serangga, herpes simpleks, varisela, abrasi, atau luka bakar.
simpleks, varisela, abrasi, atau luka bakar.
--PATOGENESIS PATOGENESIS
Gambar 1. Struktur Stretoccocus Pyogenes dan substansinya Gambar 1. Struktur Stretoccocus Pyogenes dan substansinya
Impetigo krustosa dimulai ketika trauma kecil terjadi pada kulit normal sebagai
Impetigo krustosa dimulai ketika trauma kecil terjadi pada kulit normal sebagai portal of portal of entry
entry yang terpapar oleh kuman melalui kontak langsung dengan pasien atau dengan seseorangyang terpapar oleh kuman melalui kontak langsung dengan pasien atau dengan seseorang yang menjadi
yang menjadi carrier carrier . Kuman tersebut berkembang biak dikulit dan akan menyebabkan. Kuman tersebut berkembang biak dikulit dan akan menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu sampai dua minggu.
Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi sekunder. Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi sekunder.
Infeksi Primer Infeksi Primer
Infeksi primer, biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman
Infeksi primer, biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman menyebar dari hidungmenyebar dari hidung ke kulit normal (kira-kira 11 hari), kemudian berkembang menjadi lesi pada kulit. Lesi ke kulit normal (kira-kira 11 hari), kemudian berkembang menjadi lesi pada kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau ekstremitas biasanya timbul di atas kulit wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau ekstremitas setelah trauma.
setelah trauma.
Infeksi sekunder Infeksi sekunder
Infeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain sebelumnya (impetiginisasi) Infeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain sebelumnya (impetiginisasi) seperti dermatitis atopik, dermatitis statis, psoariasis vulgaris, SLE kronik, pioderma seperti dermatitis atopik, dermatitis statis, psoariasis vulgaris, SLE kronik, pioderma gangrenosum, herpes simpleks, varisela, herpes zoster, pedikulosis, skabies, infeksi jamur gangrenosum, herpes simpleks, varisela, herpes zoster, pedikulosis, skabies, infeksi jamur dermatofita, gigitan serangga, luka lecet, luka goresan, dan luka bakar, dapat terjadi pada dermatofita, gigitan serangga, luka lecet, luka goresan, dan luka bakar, dapat terjadi pada semua umur.
semua umur.
Impetigo krustosa biasanya terjadi akibat trauma superfisialis dan robekan pada Impetigo krustosa biasanya terjadi akibat trauma superfisialis dan robekan pada epidermis, akibatnya kulit yang mengalami trauma tersebut menghasilkan suatu protein yang epidermis, akibatnya kulit yang mengalami trauma tersebut menghasilkan suatu protein yang mengakibatkan bakteri dapat melekat dan membentuk suatu infeksi impetigo krustosa. Keluhan mengakibatkan bakteri dapat melekat dan membentuk suatu infeksi impetigo krustosa. Keluhan biasanya gatal dan nyeri.
biasanya gatal dan nyeri.
Impetigo krustosa sangat menular, berkembang dengan cepat melalui kontak langsung Impetigo krustosa sangat menular, berkembang dengan cepat melalui kontak langsung dari orang ke orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada dari orang ke orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak lainnya di sekolah, daerah rumah kumuh, sedangkan pada dewasa sumbernya yaitu
lainnya di sekolah, daerah rumah kumuh, sedangkan pada dewasa sumbernya yaitu tukang cukur,tukang cukur, salon kecantikan, kolam renang, dan dari anak-anak yang telah terinfeksi.
Patogenesis Kemerahan dan Bintil-bintil Patogenesis Kemerahan dan Bintil-bintil
Luka, Gigitan Serangga, Trauma Luka, Gigitan Serangga, Trauma
Invasi Mikroorganisme Invasi Mikroorganisme Streptococcus & Staphylococcus Streptococcus & Staphylococcus
Eksotoxin
Eksotoxin A A InflamasiInflamasi
Merusak
Merusak Desmosom Desmosom Vasodilatasi Vasodilatasi Pembuluh Pembuluh DarahDarah
Taut
Taut antar antar sel sel hilang hilang Permeabilitas Permeabilitas KapilerKapiler
Cairan keruang antar sel Cairan keruang antar sel
Vesikel Vesikel Pecah Pecah Serum mengering Serum mengering
Krusta bewarna kuning Krusta bewarna kuning
HISTOPATOLOGI HISTOPATOLOGI
Terjadinya inflamasi superfisialis pada folikel pilosebaseus bagian atas. Terdapat Terjadinya inflamasi superfisialis pada folikel pilosebaseus bagian atas. Terdapat vesikopustul di subkorneum yang berisi
vesikopustul di subkorneum yang berisi coccuscoccus serta debris berupa leukosit dan sel epidermis.serta debris berupa leukosit dan sel epidermis. Pada dermis terjadi inflamasi ringan yang ditandai dengan dilatasi pembuluh darah, edema, dan Pada dermis terjadi inflamasi ringan yang ditandai dengan dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi leukosit polim
infiltrasi leukosit polimorfonuklearorfonuklear. . Seringkali terjadi Seringkali terjadi spongiosis yang spongiosis yang mendasari pustula. mendasari pustula. PadaPada lesi terdapat kokus Gram positif.
lesi terdapat kokus Gram positif.
MANIFESTASI KLINIS MANIFESTASI KLINIS
Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya pada bagian Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya pada bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan ekstremitas. Impetigo Krustosa tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan ekstremitas. Impetigo Krustosa diawali dengan munculnya eritema berukuran kurang lebih 2 mm yang dengan cepat membentuk diawali dengan munculnya eritema berukuran kurang lebih 2 mm yang dengan cepat membentuk vesikel, bula atau pustul berdinding tipis. Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut ruptur vesikel, bula atau pustul berdinding tipis. Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut ruptur menjadi erosi kemudian eksudat seropurulen mengering dan menjadi krusta yang berwarna menjadi erosi kemudian eksudat seropurulen mengering dan menjadi krusta yang berwarna kuning keemasan (
kuning keemasan (honey-colored honey-colored ) dan dapat meluas lebih dari 2 cm. Lesi biasanya berkelompok ) dan dapat meluas lebih dari 2 cm. Lesi biasanya berkelompok dan sering konfluen meluas secara irreguler. Pada kulit dengan banyak pigmen, lesi dapat dan sering konfluen meluas secara irreguler. Pada kulit dengan banyak pigmen, lesi dapat disertai hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Krusta pada akhirnya mengering dan lepas dari disertai hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Krusta pada akhirnya mengering dan lepas dari dasar yang eritema tanpa pembentukan jaringan scar.
dasar yang eritema tanpa pembentukan jaringan scar.
Lesi dapat membesar dan meluas mengenai lokasi baru dalam waktu beberapa minggu Lesi dapat membesar dan meluas mengenai lokasi baru dalam waktu beberapa minggu apabila tidak diobati. Pada beberapa orang lesi dapat remisi spontan dalam 2-3 minggu atau lebih apabila tidak diobati. Pada beberapa orang lesi dapat remisi spontan dalam 2-3 minggu atau lebih lama terutama bila terdapat penyakit akibat parasit atau pada iklim panas dan lembab, namun lesi lama terutama bila terdapat penyakit akibat parasit atau pada iklim panas dan lembab, namun lesi juga dapat meluas ke dermis membentuk ulkus (ektima).
juga dapat meluas ke dermis membentuk ulkus (ektima).
Kelenjar limfe regional dapat mengalami pembesaran pada 90% pasien tanpa pengobatan Kelenjar limfe regional dapat mengalami pembesaran pada 90% pasien tanpa pengobatan (terutama pada infeksi
(terutama pada infeksi StreptococcusStreptococcus) dan dapat disertai demam. Membran mukosa jarang) dan dapat disertai demam. Membran mukosa jarang terlibat.
Gambar 3. impetigo krustosa di seki
Gambar 3. impetigo krustosa di sekitar lubang hidung dan mtar lubang hidung dan mulut pada anak- ulut pada anak- anak.anak.
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
Diagnosis impetigo krustosa ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan Diagnosis impetigo krustosa ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan mengidentifikasi tanda dan gejala yang ada dan dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang mengidentifikasi tanda dan gejala yang ada dan dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang seperti pewarnaan Gram, biakan kuman, dan tes serologi serta histopatologi.
seperti pewarnaan Gram, biakan kuman, dan tes serologi serta histopatologi. Pada pulasan gram, ditemukan
Pada pulasan gram, ditemukan coccuscoccusGram positif yang lebih terlihat bila pemeriksaanGram positif yang lebih terlihat bila pemeriksaan dilakukan saat lesi masih berupa vesikel. Biasanya diperlukan pemeriksaan biakan kuman dan dilakukan saat lesi masih berupa vesikel. Biasanya diperlukan pemeriksaan biakan kuman dan sensitivitas bila terapi tidak menghasilkan respon baik yang menunjukkan sudah terjadi resistensi sensitivitas bila terapi tidak menghasilkan respon baik yang menunjukkan sudah terjadi resistensi kuman. Pada pemeriksaan serologi didapatkan ASO titer positif lemah pada pioderma
kuman. Pada pemeriksaan serologi didapatkan ASO titer positif lemah pada pioderma streptococcus
streptococcus. Leukositosis ditemukan pada sebagian penderita impetigo krustosa.. Leukositosis ditemukan pada sebagian penderita impetigo krustosa.
KOMPLIKASI KOMPLIKASI
1.
1. EktimaEktima
Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke epidermis menjadi Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke epidermis menjadi ektima. Ektima merupakan pioderma pada jaringan kutan yang ditandai dengan adanya ektima. Ektima merupakan pioderma pada jaringan kutan yang ditandai dengan adanya ulkus dan krusta tebal.
ulkus dan krusta tebal. 2.
2. Selulitis dan ErisepelasSelulitis dan Erisepelas
Impetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan terjadinya selulitis dan Impetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan terjadinya selulitis dan erisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan peradangan akut kulit yang erisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan peradangan akut kulit yang
mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat longgar) yang ditandai dengan eritema mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat longgar) yang ditandai dengan eritema setempat, ketegangan kulit disertai malaise, menggigil dan demam. Sedangkan erisepelas setempat, ketegangan kulit disertai malaise, menggigil dan demam. Sedangkan erisepelas merupakan peradangan kulit yang melibatkan pembuluh limfe superfisial ditandai dengan merupakan peradangan kulit yang melibatkan pembuluh limfe superfisial ditandai dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan biasanya disertai gejala prodromal
eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan biasanya disertai gejala prodromal 3.
3. Glomerulonefritis Post StreptococcalGlomerulonefritis Post Streptococcal
Komplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya disebabkan oleh Komplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya disebabkan oleh
Streptococcus group A beta-hemolitikus
Streptococcus group A beta-hemolitikus ini yaitu glomerulonefritis akut (2%-5%).ini yaitu glomerulonefritis akut (2%-5%).
Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia kurang dari 6 tahun. Tidak ada bukti Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia kurang dari 6 tahun. Tidak ada bukti yang menyatakan glomerulonefritis terjadi pada impetigo yang disebabkan oleh yang menyatakan glomerulonefritis terjadi pada impetigo yang disebabkan oleh
Staphylococcus.
Staphylococcus. Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada setiap individu,Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada setiap individu,
tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik. Faktor yang berperan tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik. Faktor yang berperan penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe
penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe StreptococcusStreptococcusstrain 49, 55, 57,dan 60 sertastrain 49, 55, 57,dan 60 serta strain M-tipe 2. Periode laten berkembangnya nefritis setelah pioderma streptococcal strain M-tipe 2. Periode laten berkembangnya nefritis setelah pioderma streptococcal sekitar 18-21 hari. Kriteria diagnosis GNAPS ini terdiri dari hematuria makroskopik atau sekitar 18-21 hari. Kriteria diagnosis GNAPS ini terdiri dari hematuria makroskopik atau mikroskopik, edema yang diawali dari regio wajah, dan hipertensi.
mikroskopik, edema yang diawali dari regio wajah, dan hipertensi. 4.
4. Rheumatic Fever.Rheumatic Fever.
Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi streptokokus Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi streptokokus yang tidak diobati
yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever strep throat atau scarlet fever . Kondisi tersebut dapat mempengaruhi. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi otak, kulit, jantung,dan sendi tulang.
otak, kulit, jantung,dan sendi tulang. 5.
5. Pneumonia.Pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit ynag banyak ditemui setiap tahun. Penyakit ini biasa Pneumonia merupakan penyakit ynag banyak ditemui setiap tahun. Penyakit ini biasa terjadi pada perokok dan seseorang yang menggunakan obat yang menekan sistem terjadi pada perokok dan seseorang yang menggunakan obat yang menekan sistem imunitas.
imunitas. 6.
6. InfeksiInfeksi Methicilin- resistant staphylococcus aureus Methicilin- resistant staphylococcus aureus(MRSA).(MRSA).
MRSA adalah sebuah strain bakteri stafilokokus yang resisten terhadap sejumlah MRSA adalah sebuah strain bakteri stafilokokus yang resisten terhadap sejumlah antibiotik. MRSA dapat menyebabkan infeksi serius pada kulit yang sangat sulit diobati. antibiotik. MRSA dapat menyebabkan infeksi serius pada kulit yang sangat sulit diobati. Infeksi kulit dapat dimulai dengan sebuah eritem, papul, atau abses yang mengeluarkan Infeksi kulit dapat dimulai dengan sebuah eritem, papul, atau abses yang mengeluarkan pus. MRSA juga dapat menyebabkan pneumonia dan bakterimia.
7.
7. OsteomielitisOsteomielitis
Sebuah inflamasi pada tulang disebabkan bakteri. Inflamasi biasanya berasal dari bagian Sebuah inflamasi pada tulang disebabkan bakteri. Inflamasi biasanya berasal dari bagian tubuh yang lain yang berpindah ke tulang melalui darah.
tubuh yang lain yang berpindah ke tulang melalui darah. 8.
8. MeningitisMeningitis
Sebuah inflamasi pada membran dan cairan serebrospinal yang melingkupi otak dan Sebuah inflamasi pada membran dan cairan serebrospinal yang melingkupi otak dan medula spinalis. Meningitis merupakan sebuah penyakit serius yang dapat mempengaruhi medula spinalis. Meningitis merupakan sebuah penyakit serius yang dapat mempengaruhi kehidupan dan menghasilkan komplikasi permanen seperti koma, syok, dan kematian. kehidupan dan menghasilkan komplikasi permanen seperti koma, syok, dan kematian.
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
A.
A. UmumUmum
Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.
Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit yang terkenaMenindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit yang terkena
untuk mencegah infeksi. untuk mencegah infeksi.
Mengurangi kontak dekat dengan penderitaMengurangi kontak dekat dengan penderita
Bila diantara anggota keluarga ada yang mengalami impetigo diharapkan dapatBila diantara anggota keluarga ada yang mengalami impetigo diharapkan dapat
melakukan beberapa tindakan pencegahan berupa: melakukan beberapa tindakan pencegahan berupa:
-- Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air mengalirMencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air mengalir serta membalut lesi.
serta membalut lesi.
-- Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak menggunakanMencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak menggunakan peralatan harian bersama-sama.
peralatan harian bersama-sama.
-- Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah ituMenggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah itu mencuci tangan sampai bersih.
mencuci tangan sampai bersih.
-- Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang memperberat lesi.Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang memperberat lesi. -- Memotivasi penderita untuk sering mencuci tangan.Memotivasi penderita untuk sering mencuci tangan.
B.
B. KhususKhusus
Pada prinsipnya, pengobatan impetigo krustosa bertujuan untuk memberikan Pada prinsipnya, pengobatan impetigo krustosa bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan perbaikan pada lesi serta mencegah penularan infeksi dan kekambuhan. kenyamanan dan perbaikan pada lesi serta mencegah penularan infeksi dan kekambuhan.
1.
1. Terapi SistemikTerapi Sistemik
Pemberian antibiotik sistemik pada impetigo diindikasikan bila terdapat lesi yang luas Pemberian antibiotik sistemik pada impetigo diindikasikan bila terdapat lesi yang luas atau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik.
atau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik.
a.
a. Pilihan Pertama (Golongan ß Lactam)Pilihan Pertama (Golongan ß Lactam) Golongan Penicilin (bakterisid)
Golongan Penicilin (bakterisid)
o
o Amoksisilin+ Asam klavulanatAmoksisilin+ Asam klavulanat
Dosis 2x 250-500 mg/hari (25 mg/kgBB) selama 10 hari. Dosis 2x 250-500 mg/hari (25 mg/kgBB) selama 10 hari.
Golongan Sefalosporin generasi-ke1 (bakterisid) Golongan Sefalosporin generasi-ke1 (bakterisid)
o
o SefaleksinSefaleksin
Dosis 4x 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB/hari) selama 10 hari. Dosis 4x 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB/hari) selama 10 hari.
o
o KloksasilinKloksasilin
Dosis 4x 250-500 mg/hari selama 10 hari. Dosis 4x 250-500 mg/hari selama 10 hari.
b.
b. Pilihan KeduaPilihan Kedua
Golongan Makrolida (bakteriostatik) Golongan Makrolida (bakteriostatik)
o o EritromisinEritromisin Dosis 30-50mg/kgBB/hari. Dosis 30-50mg/kgBB/hari. o o AzitromisinAzitromisin
Dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari untuk hari ke-2 Dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari untuk hari ke-2 sampai hari ke-4.
sampai hari ke-4.
2.Terapi Topikal 2.Terapi Topikal
Penderita diberikan antibiotik topikal bila lesi terbatas, terutama pada wajah dan Penderita diberikan antibiotik topikal bila lesi terbatas, terutama pada wajah dan penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini dapat sebagai profilaksis penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini dapat sebagai profilaksis terhadap penularan infeksi pada saat anak melakukan aktivitas disekolah atau tempat terhadap penularan infeksi pada saat anak melakukan aktivitas disekolah atau tempat lainnya. Antibiotik topikal diberikan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari.
o
o MupirocinMupirocin
Mupirocin (
Mupirocin ( pseudomonic acid pseudomonic acid ) merupakan antibiotik yang berasal dari) merupakan antibiotik yang berasal dari Pseudomonas fluorescent
Pseudomonas fluorescent .Mekanisme kerja mupirocin yaitu menghambat sintesis.Mekanisme kerja mupirocin yaitu menghambat sintesis protein (asam amino) dengan mengikat
protein (asam amino) dengan mengikat isoleusil-tRNA sintetaseisoleusil-tRNA sintetase sehinggasehingga menghambat aktivitas
menghambat aktivitas coccuscoccus Gram positif sepertiGram positif seperti StaphylococcusStaphylococcus dan sebagiandan sebagian besar
besar Streptococcus.Streptococcus. Salap mupirocin 2% diindikasikan untuk pengobatanSalap mupirocin 2% diindikasikan untuk pengobatan impetigo yang disebabkan
impetigo yang disebabkan StaphylococcusStaphylococcus dandanStreptococcus pyogenesStreptococcus pyogenes..
o
o Asam FusidatAsam Fusidat
Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari
Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium coccineumFusidium coccineum.. Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salap atau krim Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salap atau krim asam fusidat 2% aktif melawan kuman gram positif dan telah teruji sama efektif asam fusidat 2% aktif melawan kuman gram positif dan telah teruji sama efektif dengan mupirocin topikal.
dengan mupirocin topikal.
o
o BacitracinBacitracin
Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari Strain Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari Strain Bacillus Subtilis
Bacillus Subtilis. Mekanisme kerja bacitracin yaitu menghambat sintesis dinding. Mekanisme kerja bacitracin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat defosforilasi ikatan membran lipid pirofosfat sel bakteri dengan menghambat defosforilasi ikatan membran lipid pirofosfat sehingga aktif melawan
sehingga aktif melawan coccuscoccus Gram positif sepertiGram positif seperti StaphylococcusStaphylococcus dandan Streptococcus
Streptococcus. Bacitracin topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri. Bacitracin topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri superfisial kulit seperti impetigo.
superfisial kulit seperti impetigo.
o
o RetapamulinRetapamulin
Retapamulin bekerja menghambat sintesis protein dengan berikatan dengan Retapamulin bekerja menghambat sintesis protein dengan berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan
subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan peptidil transferase peptidil transferase. Salap. Salap Retapamulin 1% telah diterima oleh Food and Drug Administraion (FDA) pada Retapamulin 1% telah diterima oleh Food and Drug Administraion (FDA) pada tahun 2007 sebagai terapi impetigo pada remaja dan anak-anak diatas 9 bulan dan tahun 2007 sebagai terapi impetigo pada remaja dan anak-anak diatas 9 bulan dan telah menunjukkan aktivitasnya melawan kuman yang resisten terhadap beberapa telah menunjukkan aktivitasnya melawan kuman yang resisten terhadap beberapa obat seperti metisilin, eritromisin, asam fusidat, mupirosin, azitromisin.
PROGNOSIS PROGNOSIS
Pada beberapa individu, bila tidak ada penyakit lain sebelumnya impetigo krustosa dapat Pada beberapa individu, bila tidak ada penyakit lain sebelumnya impetigo krustosa dapat membaik spontan dalam 2-3 minggu. Namun, bila tidak diobati impetigo krustosa dapat bertahan membaik spontan dalam 2-3 minggu. Namun, bila tidak diobati impetigo krustosa dapat bertahan dan menyebabkan lesi pada tempat baru serta menyebabkan komplikasi berupa ektima, dan dapat dan menyebabkan lesi pada tempat baru serta menyebabkan komplikasi berupa ektima, dan dapat menjadi erisepelas, selulitis, atau bakteriemi.
menjadi erisepelas, selulitis, atau bakteriemi. Dapat pula terjadi Staphylococcal Scalded SkinDapat pula terjadi Staphylococcal Scalded Skin
Syndrome (SSSS) pada bayi dan dewasa yang mengalami immunocompromised atau gangguan Syndrome (SSSS) pada bayi dan dewasa yang mengalami immunocompromised atau gangguan fungsi
fungsi ginjal. Bila terjadi ginjal. Bila terjadi komplikaskomplikasi i glomeruloneglomerulonefritis fritis akut, prognosis akut, prognosis anak- anak anak- anak lebih blebih baik aik
daripada dewasa. daripada dewasa.
KESIMPULAN KESIMPULAN
Berdasarkan gejala klinik, hasil pemeriksaan penunjang dan pembahasan pada learning Berdasarkan gejala klinik, hasil pemeriksaan penunjang dan pembahasan pada learning issue dapat disimpulkan bahwa pasien S, umur 5 tahun, menderita Impetigo Krustosa.
issue dapat disimpulkan bahwa pasien S, umur 5 tahun, menderita Impetigo Krustosa.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
1.
1. Hay R.J, B.M Adriaans. Bacterial Infection. In: Burns T, Brethnach S, Cox N, Griffiths CHay R.J, B.M Adriaans. Bacterial Infection. In: Burns T, Brethnach S, Cox N, Griffiths C
(eds). Rook’s Text Book of Dermatology. 7
(eds). Rook’s Text Book of Dermatology. 7thth ed. Turin: Blackwell. 2004. p.27.13-15.ed. Turin: Blackwell. 2004. p.27.13-15.
2.
2. Siregar, R.S, 2005. Atlas Berwama Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Penerbit BukuSiregar, R.S, 2005. Atlas Berwama Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 45-49. Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 45-49. 3.
3. Carlos, Luiz Junquiera . 2007 . Histologi Dasar . Jakarta : EGCCarlos, Luiz Junquiera . 2007 . Histologi Dasar . Jakarta : EGC
4.
4. Cole C, Gazewood J. 2007. Diagnosis and Treatment of Impetigo. American FamilyCole C, Gazewood J. 2007. Diagnosis and Treatment of Impetigo. American Family
Physician. Volume 75(6): 859-864 Physician. Volume 75(6): 859-864 5.
5. Mostwaledi M H. 2011. Impetigo in Children: A Clinical Guide and Treatment Options.Mostwaledi M H. 2011. Impetigo in Children: A Clinical Guide and Treatment Options.
S Afr Fam Pract. Volume 53(1): 44-46 S Afr Fam Pract. Volume 53(1): 44-46 6.
6. Djuanda A. Hamzah M. Alsah S. 2007.Djuanda A. Hamzah M. Alsah S. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: edisi: edisi
keempat. Jakarta: fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. keempat. Jakarta: fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.