• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Budaya sebagai Instrumen Pembangunan Daerah T2 092013011 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Budaya sebagai Instrumen Pembangunan Daerah T2 092013011 BAB II"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Tinjauan Pustaka

Dinamika Masyarakat

Masyarakat itu sendiri merupakan suatu paham yang sangat luas dan dapat dipandang dari berbagai macam sudut dan juga berbicara tentang dinamika merupakan suatu perubahan ataupun suatu konsep yang bersifat untuk merubah tanpa menghilangkan identitasnya. Tetapi semua perubahan tersebut tetap ada kesamaan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang masih terikat suatu aturan yaitu adat istiadat tertentu (Koenjaraningrat, 1969). Masyarakat yang terbentuk dari individu-individu dan juga dalam kelompok membuat keanekaragamana dalam berfikir dan juga persepsi. Dinamika masyarakat kerap terjadi dalam kehidupan sosial, begitu pula dengan sebuah komunitas budaya dalam masyarakat, perubahan tersebut terjadi dari banyaknya komunitas atau paguyuban yang serupa ada dalam daerah itu, perubahan sistem budaya kerap kali menjadi hal yang sangat mungkin dalam kebudayaan terutama seni, banyaknya inovasi dan juga penambahan konsep pagelaran ataupun harga dalam pementasan menjadi salah satu hal yang wajar dilakukan oleh sebuah kelompok demi kelangsungan seni dan eksistensi seni tersebut.

(2)

seni. Tanpa menghilangkan nilai dan norma yang ada serta identitas budaya tersebut seperti yang diungkapkan Koenjoroningrat (1996).

Identitas Kelompok

Pengertian kelompok dari segi persepsi berdasarkan asumsi bahwa anggota kelompok sadar dan mempunyai persepsi bersama akan hubungan mereka terhadap anggota lain. Menurut, Smith(1945), kelompok atau komunitas yang didalamnya terdapat anggota dan juga memiliki tujuan, menjadi obyek utama dalam ilmu sosiologi, ilmu sosial sangat aktif menyoroti dinamika sosial melalui interaksi dalam sebuah kelompok dalam satu kesatuan Masyarakat. Kendati demikan identitas dalam sebuah kelompok diperlukan dalam upaya keberlanjutan eksistensi mereka baik dalam bidang sosial, ekonomi dan juga budaya. Interaksi dalam sebuah kelompok sangat menentukan terhadap identitas dalam sebuah kelompok, interaksi kelompok bisa melalui beberapa tahapan antara lain yaitu Tahapan kontak, tahapan keterlibatan, tahapan keintiman, dan tahapan persepsi social (DeVito 1995), melalui tahapan-tahapan itu maka terbentuk suatu identitas dalam kelompok dan juga memberikan warna dalam sebuah kelompok dalam kehidupan sosial.

Kebudayaan Jawa

(3)

komunikasi, kesenian, dan kesusastraan, keyakinan keagamaan, ritus, ilmu gaib, dan beberapa pranata dalam organisasi sosial.

Berdasarkan pengertian tentang kebudayaan seperti di atas, sifat khas suatu kebudayaan hanya dapat dimanifestasikan dalam unsur-unsur terbatas terutama melalui bahasa, kesenian, dan upacara. Berdasarkan pengertian tersebut maka untuk mengidentifikasikan kebudayaan Jawa dapat ditilik dari bahasanya, keseniannya, dan kesenian tradisionalnya maka kebudayaan Jawa menurut H. Karkono Kamajaya Partokusumo (1986: 85) adalah pancaran atau pengejowantahan budi manusia Jawa yang merangkum kemampuan, cita-cita, ide maupun semangatnya dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir batin.

Kebudayaan Jawa merupakan kebudayaan yang dianut oleh orang-orang Jawa. Kebudayaan Jawa meliputi daerah yang luas yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan orang Jawa yang tinggal di pulau lain merupakan sub variasi kebudayaan Jawa yang berbeda karena mereka tetap mempertahankan kebudayaannya.

Selanjutnya dikemukakan bahwa hanya ada satu unsur kebudayaan yang dapat menonjolkan sifat khas dan mutu yang tinggi yaitu kesenian. Masyarakat Jawa juga mempunyai kesenian yang bermacam-macan ragamnya dari berbagai daerah di Jawa yaitu seni musik, seni tari, seni bangunan. Kesenian tersebut mempunyai ciri khas yang menunjukkan identitas masyarakat Jawa yang membedakan dengan kesenian daerah lainnya.

Konsep Kearifan Lokal

(4)

suatu hal yang sangat riskan bagi kelangsungan kearifan local suatu daerah, banyaknya pemikiran dan doktrin dari media masa terhadap masyarakat sangatlah gencar terjadi di Negara kita. Dinamika ini sangat lumprah dalam pernyataan dari Gidden tentang Globalisasi dan perputaran dunia. Bagaimana perputaran dunia yang disebabkan oleh beberapa Negara maju dengan konsep media massa sebagai salah satu alat untuk menguasai perkembangan dunia, jadi konsep fundamentalisme seperti kearifan local akan sedikit tergerus dan menjadi tantangan tersendiri bagi Negara-negara berkembang.

Adapun demikian bukan berarti tidak ada upaya untuk mencegah tergerusnya kearifan local akibat era global, suatu pernyataan dari Gidden menggungkapkan adanya hubungan erat antara Globalisasi dengan resiko, kita akan mampu menguasai sejarah kita sendiri, namun kita harus dapat menemukan jalan untuk mewujudkan dunia kita yang terus berputar (Gidden 2000). Dengan mewujudkan sejarah dan juga mencari jalan untuk bisa mengatasi resiko akibat era global adalah menyandingkan kegiatan pariwisata yang berbasis kearifan local, memberi suatu kontribusi dengan menginformasikan tradisi dan budaya yang kita punya, untuk dinikmati khalayak umum serta mengajak masyarakat untuk berpartisipasi didalamnya, untuk memberikan suguhan baru di era global ini, dengan suguhan pariwisata dengan basis kearifan local sebagai Counter Culture terhadap resiko yang akan di akibatkan oleh era Globalisasi ini.

Konsep Modal Sosial

Pieere Bourdieu

(5)

sosial bisa menjadi alat perjuangan kelas. Bourdieu (1986). Dalam kaitannya dengan teori dari Pieere Bourdieu yang coba akan dikaitkan dengan fenomena lapangan ini adalah peranan dalam masyarakat yang erat kaitannya dengan ke 3 Modal tersebut yaitu

1. Modal Sosial: melihat sejauh mana masyarakat Desa Kandangan membentuk suatu jejaring dan juga pola komunikasi terhadap suatu Kesenian ini, dan juga bagaimana memperkuat kesenian ini, serta apa saja yang dilakaukan masyarakat untuk membuat kesenian ini tetap eksis sebagai salah satu warisan alkuturasi budaya yang ada di daerah Mereka.

2. Modal Ekonomi: berkaitan dengan modal ekonomi seperti apa yang telah dikatakan oleh Pieere Bouedieu bagaimana penempatan modal dalam suatu daerah yang berhubungan dengan keberlangsungan setiap kegiatan atau cara hidup. Dan ini menjadi bagian penting dalam setiap kesenian daerah terutama yang berhubungan dengan swasembada masyarakat, karena keberlangsungan setiap seni di Indonesia sangan bergantung pada minat masyarakat untuk menggelar hajatan,kitanan, syukuran panen, dan hal itu tidak menentu. Dalam hal ini bagaimana masyarakat desa Kandangan menyikapi ini di liat dari Modal Ekonomi.

3. Modal Kultural: Modal kultural ini terbentuk selama bertahun-tahun hingga terbatinkan dalam diri seseorang. Dalam pergerakannya modal cultural atau budaya sering dihubungkan erat dengan suatu kekuatan dalam pengetahuhan obyektif dalam sebuah seni dan penguasaaan budaya(Bourdieu, 1979). Modal budaya yang memiliki beberapa dimensi, yaitu:

a. Pengetahuan obyektif tentang seni dan budaya b. Cita rasa budaya (cultural taste) dan preferensi

(6)

d. Kemampuan untuk dibedakan dan untuk membuat perbedaan antara yang baik dan buruk

Dalam kaitannya dengan suatu seni yang ada di daerah Kandangan ini, munculnya sebuah pranata baru atau bentuk budaya baru yang ada di daerah ini. Salah satu bentuk alkuturasi budaya, yang menggabungkan kesenian asli daerah dengan sentuhan Gandrung Banyuwangi dan juga budaya dari Bali. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri sebagai salah satu bentuk modal cultural yang dimiliki oleh seni tersebut dan bagaimana mereka menyatukan itu menjadi bahasan yang menarik dilihat dari pandangan Modal – Modal yang telah di berikan oleh sang Sosiolog Pieere Bourdieu.

Kebijakan publik

Menurut Nurcholis (2005) dalam bukunya Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.Kebijakan Publik merupakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang-orang banyak pada tataran strategis atau yang bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik tersebut, maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yaitu mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak, pada umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak.

(7)

Proses Kebijakan Publik menurut Younis, Proses Kebijakan Publik dibagi menjadi 3 tahap yaitu formasi dan desain kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

Gortner menjelaskan ada 5 proses kebijakan publik, yaitu identifikasi masalah, formulasi, legitimasi, aplikasi dan evaluasi.

Menurut Starling (2005), terdapat 5 proses kebijakan publik yaitu :

1. Identification of needs, yaitu mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam pembangunan dengan mengikuti beberapa kriteria antara lain : menganalisisi data, sampel, data statistik, model-model simulasi, analisis sebab-akibat dan teknik-teknik peramalan.

2. Formulasi usulan kebijakan yang mencakup faktor-faktor strategik, alternatif-alternatif yang bersifat umum, kemantapan teknologi dan analisis dampak lingkungan.

3. Adopsi yang mencakup analisis kelayakan politik, gabungan beberapa teori politik dan penggunaan teknik-teknik penganggaran.

4. Pelaksanaan program yang mencakup bentuk-bentuk organisasinya, model penjadwalan, penjabatan keputusan-keputusan, keputusan-keputusan penetapan harga, dan sekenario pelaksanaannya.

5. Evaluasi yang mencakup penggunaan metode-metode eksperimental, sistem informasi, auditing dan evaluasi mendadak.

Desentralisasi dan Otonomi Daerah

(8)

kan pemerintahan daerah sesuai dengan aspirasi dan keanekara -gaman daerah. Otonomi daerah sebagai perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yang merupakan penerapan konsep teori areal division of power yang membagi kekuasan secara vertikal.

Desentralisasi terbagi menjadi dua yaitu desentralisasi teritorial (kewilayahan) dan desentralisasi fungsional. Desentraliasi kewilayahan berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah di dalam negara. Desentralisasi fungsional berarti pelimpahan wewenang kepada organisasi fungsional (teknis) y ang secara langsung berhubungan dengan masyarakat. Jadi dengan demikian desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dari pusat ke bagian-bagiannya, baik bersifat kewilayahan maupun kefungsian. Prinsip ini mengacu kepada fakta adanya span of control dari organisasi pemerintahan (struktur birokrasi). Desentralisasi atau otonomi merupakan kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(9)

kewenangan untuk mengambil keputusan dalam memenuhi kepentingan masyarakat lokal, 5) otonomi daerah sebagai suatu mekanisme empowerment (Keban, 2000).Pemberian otonomi yang diwujudkan dalam UU Nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor 25 tahun 1999 merupakan manifestasi dari proses pemberdayaan rakyat dalam kerangka demokrasi di mana daerah Kabupaten/Kota yang merupakan unit pemerintahan terdekat dengan rakyat diberikan keleluasaan untuk berekspresi menyangkut kebutuhan daerahnya sendiri guna memperlancar pembangunan daerah.

Konsep Identitas

Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya, The Power of Identity (Suryo, 2002), mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif. Faktor pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keberanekaragaman, dan hal inilah yang di kenal dengan Bhineka Tunggal Ika.

(10)

tumbuhnya birokrasi dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional, sehingga bahasa Indonesia telah merupakan bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Demikian pula menyangkut biroraksi serta pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini masih senantiasa dikembangkan. Faktor keempat, meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat.

Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat melalui memori kolektif rakyat Indonesia. Penderitaan, dan keseng-saraan hidup serta semangat bersama dalam memperjuangkan kemer-dekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan, pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat merupakan identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.

Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerde-kaan dari penjajahan bangsa ini. Oleh karena itu pembentukan identi-tas nasional Indonesia melekat erat dengan unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama serta geografis, yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang

Media Pembangunan Pariwisata

(11)

kebangkitan budaya local di belahan dunia (Gidden 2001). Pariwisata tidak bisa dilepaskan dari Globalisasi, karena pariwisata adalah proses dari globalisasi, karena dalam kenyataanya kebudayaan dan kearifan local seperti yang diungkapkan oleh Gidden, memberi refrensi yang signifikan kalau ditinjau pada era sekarang ini. pariwisata berbasis budaya dan kearifan lokal sekarang menjadi salah satu tolak ukur tersendiri dalam setiap pembangunan daerah dalam hal memperkenalkan daerahnya.

Dominasi media massa dikuasai oleh sebagian besar Negara-negara maju, sedangkan Negara berkembang lebih menggunakan daya tarik terhadap kearifan lokal dan kebudayaannya, sebagai dasar perkembangan budaya di era global ini sebagai suatu wadah yang disebut dengan counter culture (Fakih 2005), dari rujukan dan pemikiran tersebut, munculnya peranan media pariwisata dalam Negara berkembang seperti Indonesia, sangat mungkin terjadi dan memungkinkan untuk memberi sentuhan baru dalam konsep pembangunan berkelanjutan yang berbasis Media pariwisata budaya, sebagai salah satu bentuk identitas, kekuatan, dan pengembangan daerah maupun Nasional.

Pembangunan Sosial, Budaya, Ekonomi

Pembangunan dalam tataran ilmu sosial memang berhubungan dengan banyak aspek di dekatnya seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya. Semua berkaitan dengan konsep pembangunan yang terstuktur dan berkelanjutan. Kaitan-kaitan ini menjadi salah satu obyek yang sangat dekat dengan ilmu sosial dalam memaparkan peranan masyarakat didalam pembangunan, dan bagaimana pembangunan itu terjadi, pembangunan secara materi, atau pembangunan secara SDM, dan juga pembangunan yang berlevel makro. Pembangunan dalam konteks daerah memiliki prosedur dan kekhasan tersendiri dalam mewujudkan pembangunan dalam daerah tersebut.

(12)

orang actor yang memiliki control atas sumber daya kepentingan satu sama lain, yang memiliki tujuan dan melibatkan satu sama lain, yang pada akirnya akan memberikan karakter pada tindakan mereka masing-masing (Coleman 1990). Pada dasarnya pembangunan diawali dari masyarakat sendiri, bagaimana masyarakat atau para actor bisa berfikir rasional dan saling melibatkan satu sama lain, atau memberikan ruang partisipasi ke pada masyarakat, sehingga karakter dari pada daerah mulai timbul dan tujuan mulai ada sehingga pembangunan itu berawal dari pemikiran rasional para masyarakat yang diamplikasikan melalui kehidupan sosial dan jejaring mereka, sehingga akan memberikan warna terhadap karakter masyarakat daerah itu sendiri demi mewujudkan pembangunan daerah yang berdasarkan ekonomi, politik maupun budaya.

Kerangka Pikir

Strategi Pelestarian Kebudayaan

Daerah

1. Paguyuban Krida

Taruna

2. Paguyuban Wahyu

Turonggo Panuntun (Temanggung)

Dinas Kebudayaan Kab. Temanggung

Pembentukan Identitas Daerah

(13)

Keterangan:

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menemukan permasalahan ekonomi dan nonekonomi yang menjadi kendala keluarga miskin di wilayah Kretek Bantul Yogyakarta;

[r]

Penelitian Hibah ini mempunyai tujuan: menemukan model pemberdayaan perempuan yang efektif untuk menumbuhkan jiwa entrepreneur produk kudapan/snack di Aisyiyah

BANAWA KABUPATEN DONGGALA PERENCANAAN GEDUNG PERTEMUAN KANTOR BADAN KETAHANAN PANGAN..

Pokja ULP Kegiatan Pembangunan gedung kantor Pekerjaan Pembangunan Gedung DPU Kota Tegal pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal akan melaksanakan Lelang Umum dengan

Pada bidang empat T.ABC, bidang alas ABC merupakan segitiga sama sisi, TA tegak lurus pada bidang alas, panjang TA sama dengan 1 dan besar sudut TBA adalah 30 . Limas beraturan

Berdasarkan Hasil Evaluasi Penawaran untuk Kegiatan Pelaksanaan Normalisasi Saluran Sungai (DAK 2015) Pekerjaan Paket 2 - Rehabilitasi Saluran Tambak Sibaya Kel.. 2015, penyedia

Luas sebuah persegi sama dengan luas sebuah persegi panjang yang berukuran panjang 16 cm lebar 9cm.. Panjang sisi persegi tersebut