• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Budaya sebagai Instrumen Pembangunan Daerah T2 092013011 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Budaya sebagai Instrumen Pembangunan Daerah T2 092013011 BAB V"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

Kebudayaan Sebagai Identitas Daerah

Strategi Paguyuban Kuda lumping dalam mempertahankan

Eksistensinya

Kuda lumping merupakan salah satu seni dan budaya jawa yang tersebar luas dai daerah Jawa Tengah dan Yogjakarta bahkan sampai Jawa Timur dan pesisir utara laut Jawa. Kesenian kuda lumping sangat erat dengan Temanggung , dikarenakan banyaknya Paguyuban yang ada di Temanggung. Kuda lumping merupakan salah satu hiburan rakyat di temanggung disamping ada pula seni budaya yang lain seperti Wayang Kulit dan karawitan.

Gambar 5.1

(2)

Kuda lumping menjadi salah satu hiburan seni yang berkembang pesat di Temanggung, yang menjadi tolak ukur kemajuan seni Kuda lumping adalah semakin banyaknya paguyuban yang bermunculan di Kab. Temanggung, yang berasal dari setiap Desa di Temanggung, dari banyaknya paguyuban kuda lumping yang ada di Temanggung, terdapat dua Paguyuban yang bisa merepresentasikan kemajuan Seni Kuda Lumping dan eksistensi seni Kuda Lumping dengan keunikan dan cara Paguyuban mereka sendiri. Adalah Paguyuban Krida Taruna yang berasal dari Desa Kandangan Krajan, Kec. Kandangan, dan Paguyuban Wahyu Turonggo Panuntun yang berasal dari Desa Lamuk Gunung, Kec. TlogoMulyo, dan dua Paguyuban ini berasal dari dua sudut pandang geografis yang berbeda, dan kultur masyarakat yang tidak sama, Krida Taruna berada di Lereng Gunung Sindoro dan Wahyu Turonggo Panuntun berada di Lereng Gunung Sumbing.

Gambar 5.2

(3)

Gambar 5.3

Peta Kecamatan Tlogomulyo, Kab. Temanggung

Paguyuban Krida Taruna (KT)

(4)

Gambar 5.4

Penabuh Gamelan dalam pagelaran Kuda Lumping KL

Gambar 5.5

Personil/yogo sebagai pengiring pementasan Kuda Lumping KL

(5)

konon katanya sih adalah bentuk dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro. Sejarah juga menyebutkan bahwa adanya kemampuan di luar nalar yang ada dalam seni Kuda Lumping ini Benarkah Tari kuda lumping ini melibatkan makhluk halus? Sebelum sebuah acara kuda lumping digelar selalu ada 2 orang pawang (pemimpin spiritual yang memiliki kekuatan supranatural) yang bertugas untuk mempertahankan cuaca agar tidak hujan.Dan yang satunya bertugas melakukan ritual pemanggilan makhluk halus dari empat penjuru mata angin.Disamping itu,pawang ini juga bertugas menjaga lingkungan dari gangguan ghaib ,memulihkan penari yang kesurupan dan mengendalikan makhluk halus yang merasuki pemain.Mereka juga memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar acara berlangsung aman dan tidak terjadi suatu yang tidak diinginkan.

Dipersiapkan pula sesaji (sajen) sebelum acara tari kuda lumping digelar berupa bunga, pisang rajamala ,ayam muda,nasi tumpeng,kemenyan dll. Seni kuda lumping selalu menjadi tontonan yang amat menarik bagi masyarakat temanggung, dalam hal ini paguyuban krida taruna adalah paguyuban yang belum lama terbentuk di desa kandangan krajan ini sejak tahun 1998 seni ini mulai digeluti oleh para pengembang seni di desa kandangan. Jauh sebelumnya sudah banyak paguyuban kuda lumping yang lahir di temanggung salah satunya yang paling terkenal adalah paguyuban kuda lumping Turonggo Setyo Utomo. Yang sangat terkenal di daerah temanggung dan sekitarnya. Tetapi mengapa penulis memilih Krida Taruna sebagai salah satu paguyuban, karena ditengah banyaknya pandangan tentang paguyuban yang sudah terkenal apakah mungkin pihak masyarakat dan serta pemerintah hanya menghidupkan satu seni saja, atau bagaimana, hal ini yang akan coba di gali dalam dinamika yang terjadi di daerah kandangan, temanggung terkait dengan seni Kuda Lumping.

Aktor-aktor yang terlibat (Masyarakat, Pemerintah, Pengusaha, Pribadi)

(6)

mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya. Membutuhkan suasana saling menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan sosial sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap dan perilaku masing–masing dalam waktu yang relatif lama. Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilai– nilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku di seluruh tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di antara sesama semua warga komunitas. Apabila salah satu warga melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut otomatis akan luntur.

Bapak Seto Agus Hartono ( anggota Paguyuban Krida Taruna )

Bapak Agus akrab sapaan masyarakat desa kandangan terhadap bliau adalah seorang yang bekerja di RSU Temanggung sebagai staf dokter dan Mantri di Puskesmas Kandangan. Dalam kecintaannya terhadap seni memang sudah ada dan sangat kental di diri beliau. Dalam kaitannya dengan kesenin kuda lumping di desa kandangan, bapak Agus mempunyai peranan penting dalam hal perkembangan dan juga regenerasi, karena beliau merupakan bagian tata usaha dan juga humas.

(7)

Bagus Aji ( Penari Kuda Lumping )

Bagus merupakan pemuda yang masih duduk dalam bangku SMU dia merupakan putra lokal dari desa Kandangan Krajan yang sudah jatuh cinta dan selalu ingin menari jadi penari kuda lumping di paguyuban krida taruna sebagai leader, dari SMP, keinginan ini baru terwujut kala dia duduk di bangku SMU. Dia merupakan pemuda yang semangat dan juga taat ber ibadah, serta yang paling penulis kagumi dia benar-benar memiliki keinginan yang nyata untuk membuat kesenian kuda lumping di desanya selalu ada dan berkembang. Bagus sangat populer di kalangan anak-anak kecil, banyak sekali anak-anak yang mengidolakannya dan ingin bisa jadi leader dan tokoh utama dalam seni tari kuda lumping. Ini merupakan suatu fenomena yang menarik. Masih ada keinginan dan semangat untuk belajar kesenian daerah ditengah budaya komersil yang semakin instan tanpa nilai yang sekarang beredaran bebas di era globalisasi ini.

Agnes Febriana ( Warga Kandangan Krajan )

Sebagai warga kandangan kebanyakan anak muda selepas SMU mereka bekerja keluar kota dan juga ada yang menempuh pendidikan di Universitas di kota-kota lain. Agnes adalah mahasiswa UKSW Fakultas PGSD yang merupakan warga dari desa Kandangan. Pada saat pertunjukan dilakaukan saya sempat ngobrol dan berbicara masalah seni kuda lumping di desanya, dia pun menjawab saya dulu pernah menjadi salah satu penari wanitanya dan itu sangat membuat saya malu dan grogi tampil di depan orang banyak. Setelah itu selesai pertunjukan saya merasa lega dan sekaligus bangga. Harapan saya (Agnes) sebagai warga Kandangan Krajan, kesenian ini harus selalu didukung dan dikembangan menjadi satu keragaman daerah Kandangan dan selalu di tanamkan ke generasi muda agar tidak malu mengakui kesenian daerahnya.

(8)

Modal Sosial

Dalam modal sosial erat kaitannya dengan Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya. Trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial (Hasbullah, 2006).

Modal sosial merupakan modal yang berupa hubungan atau interaksi khusus dengan masyarakat hingga relasi yang sifatnya sosial. Karena melalui proses sosial di sini akan dapat mempermudah pagelaran agar dapat mempertahankan eksistensinya.dari temuan lapangan yang diperoleh dari lapangan menampilkan begitu banyak variasi yang dilakukan paguyuban untuk mejalin trust mereka, mulai dari mengikuti ajang festival internasional yang baru-baru ini dilaksanakan di Temanggung, dan juga bagaimana para anggota paguyuban memberikan penampilan yang menarik dengan memainkan anak-anak kecil sebagai salah satu daya tarik tersendiri, serta adanya kepercataan di daerah sekitar kecamatan kandangan untuk selalu menggunakan jasa seni mereka dalam acara adat maupun hajatan. Ini merupakan sedikit temuan penulis terkait truts dan jejaring yang dilakukan dengan masyarakat oleh paguyuban Krida Taruna.

Modal Ekonomi

(9)

kaitannya dengan modal ekonomi yang ada dan nampak dalam paguyuban ini adalah seperangkat alat gamelan yang dimiliki oleh paguyuban Krida Taruna serta juga berbagai macam kostum penari mulai dari kostum yang di kenakan oleh para prajurit dan juga kostum leak yang ada di pertunjukan itu, gamelan terdiri dari saron, kempul,gong dan tambahan alat music modern seperti drum dan juga keyboar. Itu merupakan sedikit akses yang dimiliki oleh paguyuban, kalau kita menarik sebelumnya sumber uang itu sendiri bersumber dari uang sumber daya masyarakat dan juga desa untuk menghidupkan kesenian dan juga membuat kandangan memiliki paguyuban seni Kuda Lumping seperti di daeranh lain di Kab Temanggung.

Modal Budaya (Kultural)

Modal kultural ini terbentuk selama bertahun-tahun hingga terbatinkan dalam diri seseorang. Dalam pergerakannya modal cultural atau budaya sering dihubungkan erat dengan suatu kekuatan dalam pengetahuhan obyektif dalam sebuah seni dan penguasaaan budaya(Bourdieu, 1979). Modal budaya yang memiliki beberapa dimensi, yaitu:

a. Pengetahuan obyektif tentang seni dan budaya b. Cita rasa budaya (cultural taste) dan preferensi

c. Kualifikasi-kualifikasi formal (seperti gelar-gelar universitas) d. Kemampuan-kemampuan budayawi dan pengetahuan praktis. e. Kemampuan untuk dibedakan dan untuk membuat perbedaan

antara yang baik dan buruk

(10)

menggunaban properti senjata, menguasai jurus serang menyerang, hindar menghindar, menyatu menjadi bagian spesifikasi dir kelompok prajurit yang, berdisiplin dan berjiwa nasionalisme.Dalam perialanan waktu, hksenian Kuda Lumping Temanggung, pada penyajiannya mengalami perkembangan garapan yang bervariasi scsuai kebutuhan dan kreatifitas masing-masing group yang ada. Baik pengembangan tradisi, kolaborasi, maupun bentuk baru. Semua itu tetap dimaksud-kan sebagai ungkapan nilai dan juga budaya dalam kesenian tersebut.

Gambar 5.6

Penari utama/lakon dalam Kuda lumping serta pasukan dalam pagelaran KL

Gambar 5.7

(11)

Gambar 5.8

Penari wanita dalam pagelaran kuda lumping sebagai sosok wanita/putri KL

Hal ini merupakan cerita masyarakat yang telah lama dipercayai dalam kesenian kuda lumping, dalam wawancara penulis dengan salah satu tokoh masyarakat dan juga anggota paguyuban Krida Taruna bapak Agus, beliau mengatakan bahwa kolaborasi antara seni dan juga crita dari masyarakat yang membuat seni ini menjadi mempunyai roh dan sepirit untuk mempertunjukkan dan memberikan selalu ingatan pada generasi baru akan cerita dibalik ketangguhan seorang prajurit dalam setiap tugas yang dilaksanakannya walau serba terbatas. Dari hal hiburan selalu juga paguyuban krida taruna menampilkan kolaborasi music modern seperti drum dan juga keyboard sebagai menambah suara yang bisa menghibur dan dipadu dengan indahnya alunan gamelan yang selalu membuat pagelaran itu semakin sakral.

(12)

yang masih terikat suatu aturan yaitu adat istiadat tertentu (Koenjaraningrat, 1969).

Peranan masyarakat menjadi sangat penting dan juga sebagai tolok ukur akan sebuah eksistensi sebuah seni dalam kesenian daerah. Dalam kaitannya dengan kesenian di desa Kandangan ini peranan masyarakat sudah menunjukkan kesenangan mereka terhadap seni dan pertunjukan, selalu menanamkan rasa haus akan seni, beberapa hal telah ditunjukkan seperti menggunakan uang iuran setiap seminggu sekali untuk menyumbang ke paguyuban serta sifat gotong royong yang di tunjukan warga kala merias para penari dilakukan dengan suka rela dan saling melengkapi. Sebuah kearifan lokal yang dibawa dalam proses penguatan eksistensi kuda lumping di desa Kandangan krajan inilah yang menjadi suatu peranan masyarakat yang berarti bagi kelangsungan seni di daerah tersebut.

Gambar 5.9

Para tokoh desa dan masyarakat dalam menikmati pagelaran kuda lumping

(13)

menyediakan kostum dan juga memberikan bantuan ke pada paguyuban melalui proposal yang mereka ajukan ke pemerintah, kegiatan pemerintah, ataupun campur tangan pemerintah terhadap Paguyuban ini sangat dirasa kurang, karena mereka menilai yang membuat KT, semakin dikenal bukan karena peranan pemerintah, melainkan usaha mereka sendiri yang menciptakan ragam dan juga karakter yang mereka bentuk. Pihak pemerintah dalam hal ini sangat mendukung dan mengijinkan tanpa membatasi kreatifitas warga yang terbentuk dalam paguyuban kuda lumping itu sendiri, dinilai sangat positif karena memberikan pelajaran kepada generasi muda untuk selalu ikut suka akan seni Kuda lumping, dengan permintaan supaya jangan menghilangkan pakem dari seni Kuda Lumping Temanggung. Paguyuban KT membuat inisiatif dan juga dengan meregenerasi penari mereka, anak muda mulai bermunculan dan ikut dalam pentas, merupakan suatu usaha yang baik untuk memperkenalkan seni kepada masyarakat muda. Kekuatan pemerintah dalam ikut serta dalam pelestarian kebudayaan ini adalah memberikan wadah yang berupa motivasi dan juga jejaring antara paguyuban yang lain, melalui sarasehan dan juga memberikan sedikit kompetisi kepada paguyuban di Temanggung tidak terkecuali KT, untuk saling berlomba dan juga berinovasi terhadap seni kuda lumping dengan harapan semakin dikenal oleh masyarakat di luar Temanggung, serta menjadi ikon Kab. Temanggung.

Gambar 5.10

(14)

Paguyuban KT sebagai paguyuban yang terbilang belum lama terbentuk, membuktikan mampu bertahan dan mulai terorganisir dengan baik, kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan setiap minggunya membuktikan keseriusan mereka terhadap seni kuda lumping, dengan melakukan latihan setiap minggunya dan memberikan tampilan yang berbeda setiap tampilnya, membuat paguyuban ini selalu berinovasi, bukti dari kerja keras mereka adalah bagaimana paguyuban KT selalu dipakai dalam hiburan dalam hajatan dan juga acara-acara di daerah Kec. Kandangan dan daerah yang lain, kecenderungan paguyuban ini terhadap seni Leak dari Bali, membuat ciri kas yang beda dan juga penari yang relatif muda, membuat beda dari paguyuban lain yang mayoritas penari sudah dewasa dan cenderung tua. Tapi paguyuban KT,memiliki keterbatasan langkah, dala hal ini adalah pakem yang mereka gunakan, pakem merupakan pondasi penting dalam sebuah seni tari, kelemahan ini yang membuat KT, kurang diminati dikalangan tertentu, karena dari awal paguyuban KT, mengincar market anak muda dan juga remaja. Pentas yang mereka lakukan hanya memberikan warna yang berbeda karena mereka lebih muda dan energik tanpa memperhatikan pakem tari yang sebenarnya. Kekurangan ini sangat dirasa oleh paguyuban KT, tapi mereka mencoba bertahan dengan ciri mereka sendiri dengan harapan menjadi salah satu Paguyuban yang berbeda dengan lainnya. Ciri yang mereka bentuk adalah mengkolaborasikan penari muda dan energik dengan sentuhan musik modern. Selama ini pementasan mereka dinilai sudah cukup memuaskan bagi sebagian kalangan masyarakat Temanggung, sebagai Paguyuban seni kuda lumping yang penuh dengan inovasi, dengan asumsi, mereka (paguyuban KT) di kenal dan di minati di Kec. Kandangan dan sekitarnya.

Paguyuban Wahyu Turonggo Panuntun (WTP)

(15)

berada di desa Lamuk Gunung kec. Tlogomulyo, yang merupakan desa teratas di lereng gunung Sumbing, keseharian masyarakat dihabiskan dengan bertani dan berbisnis tembakau, itu sudah menjadi hal yang wajib adanya di desa Lamuk Gunung, kesenian menjadi salah satu kegiatan yang nyata dan diperjuangkan di desa tersebut, sebelum terbentuk paguyuban WTP, sebelumnya sudah ada paguyuban Gagak Rimang yang terbentuk sejak awal 90an, kemudian terjadi konflik internal di dalam paguyuban yang mengharuskan paguyuban tersebut terpecah dan sebagian dari anggotanya membentuk paguyuban WTP yang diyakini lahir kembali pada periode 2007, semakin mendekati eksistensinya, pergerakan itu tak lepas dari peranan anggota di dalamnya dalam mengupayakan keberlangsungan paguyuban tersebut.

Gambar 5.11 Aksi penari WTP

Gambar 5.12

(16)

Aktor-aktor yang terlibat (Masyarakat, Pemerintah, Pengusaha, Pribadi)

Sejak awal hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima sepenuhnya, termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya. Membutuhkan suasana saling menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan sosial sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap dan perilaku masing–masing dalam waktu yang relatif lama. Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilai– nilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku di seluruh tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di antara sesama semua warga komunitas. Apabila salah satu warga melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut otomatis akan luntur.

Bapak Ngateman (Pendiri WTP)

Bapak Ngateman merupakan founding father bagi WTB, beliau adalah pendiri paguyuban sdan yang dituakan dalam paguyuban ini. Bapak ngateman merupakan seorang petani dan juga pekerja seni kuda lumping tulen yang sudah memelajari kesenian kuda lumping sedari muda, keinginannya untuk terus berseni ternyata tercapai, karena adanya generasi penerusnya yang semakin bangga dan mencintai kesenian kuda lumping.

Bapak tumidi (Ketua WTP)

(17)

dinilai mampu membuat paguyuban ini akan terus berkembang dan terus ada di Temanggung, bapak Tumidi sudah menjadi ketua lebih dari 10 tahun kalau benar dihitung dari awal mula pembentukannya.

Bapak Sarwidi

Sebagai salah satu anggota dan juga penari kuda lumping, bapak Sarwidi seperti warga yang lain bekerja sehari sebagai petani dan juga penggarap sawah orang lain, sebagai seorang yang selalu bersinggungan dengan jaranan, bapak Sarwidi mengaku menjadi bangga dan mempunyai kepuasan tersendiri saat berpentas dan juga menari kuda lumping, adapun keluh kesal apabila saat datang panen bapak Sarwidi pasti tidak bisa ikut pentas karena disibukkan dengan tembakau dan tembakau, sehngga melalui kesepakatan warga yang sebagian ikut dalam paguyuban bersepakat apabila datang masa panen dan sampai proses pengeringan sampai siap jual tidak akan memerima job pementasan dimanapun, begitu kesepakatan anggota di paguyuban WTP.

Modal Sosial

(18)

Gambar 5.13

Jalan Masuk Desa Lamuk Gunung

Gambar 5.14

Keadaan Desa Lamuk Gunung

Modal Ekonomi

(19)

modal finansial sudah lebih dari cukup, tidak tanggung-tanggung seperangkat gamelan didatangkan langsung dari bali dengan kisaran harga sekitar 144 juta, dan juga kostum leak dan juga badong yang asli dari bali. Mereka juga memproduksi kostum penari kuda lumping sendiri dan sudah di perjual belikan di Temanggung dan daerah sekitarnya, modal yang mereka miliki berasal dari swasembada masyarakat, yang biasanya bersifat kolektif sehabis panen tembakau yang serentak di desa lamuk gunung. Dan dengan kegiatan kolektif ini sudah menjadi properti yang mendukung dalam pagelaran dan juga akomodasi untuk paguyuban ini.

Gambar 5.15

Lahan Tembakau Desa Lamuk Gunung, Kec. Tlogomulyo

Gambar 5.16

(20)

Gambar 5.17

Kegiatan Merajang Tembakau

Modal Kebudayaan

Pada hakekatnya seni kuda lumping di Temanggung di semua hampir sama, tetapi ada perubahan dan juga inovasi yang dilakukan oleh paguyuban sesuai dengan pasar seni, mereka menyebut seni kudalumping mereka adaklah kolaborasi, jadi bagaimana mencoba menggabungkan seni asli kuda lumping dari Temanggung secara tarian dan alur cerita, tetapi di berikan sentuhan ornamen bali dengan barong dan leak serta gamelan yang bernuansa bali.

Pengakuan dan Strategi Paguyuban dalam memperkuat

Eksistensi dari Masyarakat

(21)

dirintis di Kec. Kandangan dan daerah pariwisata dengan situs purbakala seperti candi dan pesona alam yang lain, dan juga berkembangnya indrustri kreatif seperti Kopi Robusta,Pisang Aroma dan industri kreatif yang lain, membuat paguyuban ini semakin dikenal masyarakat dengan memanfaatkan perkembangan daerah yang ada dengan melakukan promosi dan juga pertunjukan yang selalu menghibur yang diisi dengan banyak anak muda dalam pementasan kuda lumping baik sebagai penari maupun penabuh gamelan.

(22)

Untuk ukuran jam terbang pagelaran paguyuban Wahyu Turonggo Panuntun sudah sampai di luar Temanggung. Yang membuat paguyuban ini dikenal dan mempunyai penonton banyak adalah dari segi kostum dan juga inovasi dalam hal tabuh gamelan dan juga ketrampilan dalam olah tari dan properti, paguyuban WTP menamakan kreasi kuda lumping mereka adalah seni kolaborasi, yang artinya adalah penggabungan antara seni kuda lumping dari Temanggung yang disandingkan dengan tarian dari Bali berupa leak dan barong serta adanya tabuhan gamelan yang kental dengan nuansa Bali, kreasi ini nampaknya banyak menarik minat penonton terbukti banyaknya paguyuban yang meniru, dikarenakan masyarakat lebih suka dengan seni kolaborasi yang diusung oleh Paguyuban WTP dikarenakan tidak membosankan dan lebih menarik secara visual.

Perbedaan kedua paguyuban tersebut selalu membuat gap antara mereka, melakukan manuver sesuai dengan porsi mereka dan menjaga wilayah mereka masing-masing, dalam hal ini adalah penonton, serta selalu saling mengamati.

Dalam persoalan ini jelas paguyuban Krida Taruna kalah pamor dari pada paguyuban Wahyu Turonggo Panuntun, tetapi yang membuat keduanya tetap eksis dan juga ada untuk masyarakat Temanggung adalah Perbedaan konsep pemikiran mereka dan mengetahui sejauh mana paguyuban mereka mampu berkompetisi di Daerah Temanggung dan juga kembali memperoleh pengakuan dari Pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pendidikan Kab. Temanggung, dengan harapan dijadikan ikon atau perwakilan Kab. Temanggung dalam Festival budaya ataupun acara-acara yang bersekala daerah bahkan Nasional.

Desentralisasi dan Kebijakan Publik (Kab. Temanggung)

Konsep Desentralisasi

(23)

kewenangan administratif dari pemerintah pusat kepada organisasinya di lapangan, unit administratif lokal, Sementara itu, Koswara (2000) melihat otonomi daerah sebagai landasan untuk berekspresi dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah sesuai dengan aspirasi dan keanekaragaman daerah. Otonomi daerah sebagai perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Konsep desentralisasi merupakan suatu langkah dalam pengembangan dan kemandirian suatu daerah, setiap daerah berhak atas pengambilan keputusan dan juga mempunyai kewenangan dalam mengatur daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Konsep Otonomi daerah yang pada hakekatnya adalah sebagai wujud ekspresi dari daerah untuk ingin berkembang mulai dari aspek sosial ekonomi,sosial politik dan sosial budaya dengan menggunakan asas desentralisasi, dengan harapan akan terstruktur dalam pembangunan daerah. Adapun demikian asas Desentralisasi dalam suatu daerah pemekaran haruslah dijalankan secara merata baik itu dari Masyarakat ataupun dari badan Pemerintah . Kab. Temanggung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki letak geografis diantara 110o23'-110o46'30"

bujur Timur dan 7o14'-7o32'35" Lintang Selatan dengan luas wilayah

870,65 km2 (87.065 Ha). Batas administratif Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang

Timur : Kabupaten Semarang dan kabupaten Magelang

Selatan : Kabupaten Magelang

Barat : Kabupaten Wonosobo.

(24)

jalur pusat kegiatan ekonomi, yaitu Semarang (77 Km), Yogyakarta (64 Km), dan Purwokerto (134 Km).

(25)

Konsep Kebijakan Publik

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam. Hal itu diperlukan norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang.

Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik berasaskan pada kepentingan umum, adanya kepastianhukum, adanya kesamaan hak, adanya keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan dalam perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu dan kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan dan bertujuan agar batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan.

Menjalankan sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik dalam penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam mendapatkan penyelenggaraan pelayanan publik.

(26)

tersebut, maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yaitu mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak, pada umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak.

Melalui aspek-aspek kebijakan publik dalam suatu daerah, menuntut adanya suatu kerjasama yang baik antara pemangku kebijakan maupun masyarakat sebagai penyalur aspirasi, kendati demikian banyak terjadi kesalahan dalam prosesnya, dikarenakan tidak adanya keterbukaan antara kedua belah pihak, apalagi kalau sudah tercampuri masalah politik dan kepentingan individual. Kejadian seperti ini sudah merupakan peristiwa yang umum terjadi dalam Bangsa ini, tidak terciptanya pelayanan publik yang baik sering dialamatkan kepada pemangku kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah, tetapi pada dasarnya aspirasi masyarakat juga harus ada tataran yang sesuai dan juga memahami kebutuhan daerah, dengan memikirkan kebutuhan hak asasi mereka secara terstruktur, bukan hanya mengkritik tanpa solusi, tetapi bergerak dengan solusi dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan daerah bersama dengan Pemerintah dalam aspek pembangunan sosial ekonomi,sosial budaya, sosial politik dan sosial lingkungan.

Paguyuban Kuda Lumping dan Peranan Pemerintah

(27)

pendidikan yang berupa ekstra Kulikuler atau muatan lokal terkusus untuk mengenalkan seni Tari Kuda Lumping.

Seiring dengan keinginan Dinas Kebudayan, bagaimana Temanggung merupakan daerah yang memberikan warna budaya yang khas melalui seni Kuda Lumping, Kuda lumping menjadi salah satu organisasi masyarakat yang berbentuk Paguyuban dengan menggangkat seni tari dan sejarah para leluhur mereka. Kuda lumping di Temanggung merupakan kesenian yang paling berkembang pesat, seperti yang di catat dalam dokumen Dinas Kebudayaan temanggung, di daerah Temanggung sendiri sudah ada sekitar 86 Paguyuban Kuda lumping.

(28)

Turonggo Panuntun atau sering di singkat (WTP), sedangkan di Desa Kandangan Krajan ada paguyuban Krida Taruna. Dari banyaknya paguyuban kuda lumping yang ada di Temanggung, kedua Paguyuban ini yang paling sering tampil di hadapan khalayak umum, bukan hanya di desa mereka sendiri tapi juga di luar desa mereka.

Gambar 5.18

Arak-arakan keliling kota Temanggung dalam acara HUT Kab. Temanggung

(29)

Peranan Pariwisata dalam Pembangunan serta Kebudayaan

Daerah Kab. Temanggung

Peranan Pariwisata dalam Pembangunan Daerah

Semakin banyak daerah yang memiliki potensi berusaha melakukan pencitraan dengan menggunakan penguatan terhadap symbol atau penanda tertentu. Demikian yang dilakukan pemerintah daerah tertentu untuk menunjukkan symbol dalam perihal pengembangan pariwisata daerah yang berbasis kearifan local. Demikian juga seperti yang di ungkapkan oleh Antony Gidden, yang memberikan pemikiran dan pengertian terhadap Globalisasi, bagaimana Globalisasi menjadi alasan bagi kebangkitan kembali budaya lokal di belahan dunia (Gidden 2001).

Pariwisata tidak bisa dilepaskan dari Globalisasi, karena pariwisata adalah proses dari globalisasi, karena dalam kenyataanya kebudayaan dan kearifan lokal seperti yang diungkapkan oleh Gidden, memberi refrensi yang signifikan kalau ditinjau pada era sekarang ini. pariwisata berbasis budaya dan kearifan local sekarang menjadi salah satu tolak ukur tersendiri dalam setiap pembangunan daerah dalam hal memperkenalkan daerahnya. Dominasi media massa dikuasai oleh sebagian besar Negara-negara maju, sedangkan Negara berkembang lebih menggunakan daya tarik terhadap kearifan lkal dan kebudayaannya, sebagai dasar perkembangan budaya di era global ini sebagai suatu wadah yang disebut dengan counter cultur (Fakih 2005), dari rujukan dan pemikiran tersebut, munculnya peranan media pariwisata dalam Negara berkembang seperti Indonesia, sangat mungkin terjadi dan memungkinkan untuk memberi sentuhan baru dalam konsep pembangunan berkelanjutan yang berbasis Media pariwisata budaya, sebagai salah satu bentuk identitas,kekuatan, dan pengembangan daerah maupun Nasional. Dalam upanyanya untuk mengimplemantasikan pariwisata dalam ranah globalisasi dalam suatu daerah diperlukan strategi dalam prosesnya.

(30)
(31)

wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai pasaran di waktu yang akan datang. (6) Merumuskan kebijakan tentang pengembangan kepariwisataan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan berencana. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah.

(32)

pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan kemanan.

Lebih lanjut Cooper dkk (1995: 81) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata, yaitu: (1) Atraksi (attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan dan seni pertunjukkan. (2) Aksesibilitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan adanya terminal. (3) Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya 18 akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan. (4) Ancillary services

yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan seperti destination marketing management organization, conventional and visitor bureau.Konsep Pembangunan pariwisata berkelanjutan Sejak dilakukan langkah-langkah untuk pengembangan pariwisata di Indonesia, maka kegiatan - kegiatan terencana dan terprogram yang dilakukan oleh pemerintah pada hakeketnya memang bertujuan untuk „berkelanjutan‟ khususnya di bidang pariwisata misalnya, apa yang dimaksud dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkelanjutan dengan usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk pembangunan pariwisata agar dilestarikan untuk generasi mendatang.

(33)

wisatawan pada umumnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.

Temanggung dalam Pariwisata

Gambar 5.19

Petunjuk arah Daerah wisata Temanggung

Banyak yang mengira kalau Temanggung hanya cantik dan bersih, namun miskin obyek wisata. Anggapan ini keliru, karena Temanggung justru memiliki khazanah pariwisata yang lengkap, mulai dari wisata alam, wisata pegunungan/pendakian, wisata sejarah, wisata geologi, wisata pendidikan, wisata tradisi, hingga wisata buatan seperti rekreasi kartini di Kowangan dan Pikatan Water Park di Komplek Kolam Renang Pikatan.Hanya saja, Temanggung “diapit” oleh dua kabupaten yang memiliki potensi wisatanya lebih dikenal orang, khususnya turis asing. Terutama Candi Borobudur (Kabupaten Magelang) dan Dataran Tinggi Dieng (Kabupaten Wonosobo). Akibatnya, Temangung lebih sering dijadikan kota Ampiran atau Daerah Antar Tujuan Wisata (DATW), belum sebagai (DTW).Umumnya, para wisatawan nusantara maupun mancanegara hanya melewati Temanggung ketika dalam perjalanan wisata Semarang-Dieng atau Yogyakarta-Borobudur-Dieng.

(34)

Gambar 5.20

Obyek wisata Candi Pringapus

Gambar 5.21

(35)

Gambar 5.22

Obyek Wisata alam Curug lawe, yang berada di Kec. Wonoboyo

Gambar 5.23

Wisata religi Jumprit, Kec. Ngadirejo, Kab. Temanggung

Gambar 5.24

(36)

Hal ini menunjukkan bahwa jika digarap dengan lebih baik lagi,Temanggung bisa menjadi DTW andalan di Jawa Tengah. Pemerintah daerah kususnya Dinas Kebudayaan dan Dinas Pariwisata Kab. Temnaggung mengemukakan, sangat berkeinginan untuk mengubah posisi Temanggung menjadi daerah tujuan wisata. Apalagi banyak obyek wisata yang menarik dan potensial antara lain Taman Rekreasi Pikatan Indah dengan Pikatan Water Parknya, Monumen Bambang Sugeng, Monumen Meteorit, Candi Pringapus, Curug Lawe, Curug Trocoh, Prasasti Gondosuli, Goa Lawa, Umbul Jumprit dengan Pengambilan Air Suci Waisak, dan lain-lain. Kecuali Taman Rekreasi Kartini yang merupakan obyek wisata buatan, keberadan obyek-obyek wisata di Temanggung terkait erat dengan cerita sejarah dan legenda yang menarik untuk disimak. Hal ini terkait dengan ragam dan budaya masyarakat di mana obyek wisata ditemukan.

Gambar 5.25

Obyek wisata Embung Kledung

Gambar 5.26

(37)

Gambar 5.27

Jalur Pendakian Gunung Sumbing

Pendakian Gunung Sindoro dan Sumbing pun bisa dijadikan obyek andalan mengingat banyak kawula muda yang memiliki hobi mendaki gunung.Penggemar tanaman hias dan tanaman buah bisa memuaskan hobinya dengan mengunjungi Pasar Agrobisnis Soropadan di Kecamatan Pringsurat. Dengan potensi yang cukup besar, Pemerintah Kabupaten Temanggung membuka kesempatan seluas-luasnya kepada calon wisatawan untuk datang dan melancong, serta kepada calon investor yang berminat menanamkan modalnya di sektor kepariwisataan.Sektor pariwisata dalam arti luas tidak hanya menyangkut keberadaan obyek wisata saja, tetapi menyangkut keberadaan obyek wisata saja, tetapi juga mencangkup berbagai sarana da prasarana pendukung. Meski belum sempurna, Temanggung sudah memiliki beberapa kelengkapan tersebut.Misalnya prasarana jalan raya yang relatif mulus dan bersih.Dalam ini bisa diakses dari berbagai arah, mulai dari Semarang, Solo, Magelang, Kendal hingga Purwokerto.

Dari Semarang, banyak bus jurusan Purwokerto dengan rute

(38)

meneruskan perjalanan dengan bus jurusan Semarang-Purwokerto. Sedangkan wisatawan dari Magelang bisa menggunakan minibus jurusan Magelang-Secang-Temaggung-Wonosobo atau Sukorejo-Temanggung-Secang-Magelang.Begitu pula dengan wisatawan dari Yogyakarta, bisa turun di Secang dan meneruskan perjalanan denga bus jurusan Wonosobo. Sedangkan dari arah Pekalongan melalui Batang-Weleri-Sukorejo-Temanggung.Jika anda melancong ke Temanggung dengan menggunakan angkutan umum, tak usah khawatir bakal kesulitan transportasi selama berada di kabupaten ini. Menurut Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan Kab. Temanggung Saat ini tersedia 769 Armada angkutan umum, teriri atas 435 armada bus kecil (kapasitas 12 penumpang), 220 bus sedang (kapasitas 16 penumpang) dan 114 bus besar (kapasitas 55 penumpang), yang melayani berbagai rute dalam kota termasuk ke sebagian besar obyek wisata yang ada.Infrastruktur fisik lainnya juga sangat mendukung tumbuh dan berkembangnya investasi di sector pariwisata. Misalnya ketersediaan air bersih, jaringan listrik dan telekomunikasi, lembaga perbankan, pusat perbelanjaan dan hiburan, faktor keamanan, hotel dan restoran, aneka makanan khas, aneka barang kerajinan/souvernir/cenderamata dan sebagainaya. Menurut data Dinas Pariwisata Kab. Temanggung, jumlah pengunjung obyek wisata terus meningkat. Pada tahun 2005 sebanyak 93.755 orang, dan kini sekitar 100.000 orang.

(39)

Sudah menjadi hal yang pasti ababila dalam memperkenalkan Obyek Wisata alam, ataupun Pembukaan wahana pariwisata di Temanggungselalu mengikut sertakan Seni Budaya kuda Lumping dalam setiap Promosinya. Komposisi ini merupakan salah satu cara dan sarana untuk strategi Pemerintah Kab, Temanggung dalam mempromosikan Daerah Wisata dan seni Kebudayaan mereka. seperti yang diungkapkan Suwantoro menyebutkan beberapa bentuk produk pariwisata alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu: Pariwisata budaya (cultural tourism), ekowisata (ecotourism), pariwisata bahari (marine tourism), pariwisata petualangan (adventure tourism), pariwisata agro (agrotourism), pariwisata pedesaan (village tourism), gastronomi (culinary tourism), pariwisata spiritual (spiritual tourism) dan lainnya. Strategi yang dilakukan Pemerintah Temanggung dalam mengenalkan daerahnya melalui Pariwisata, nampaknya sudah menemui jalan yang baik dalam hal proses strateginya dengan didukung keadaan alam dan seni budaya tradisional yang dimiliki masyarakat Temanggung.

Kebudayaan sebagai Identitas Daerah

Identitas Kebudayaan

(40)

pemantapan sistem pendidikan nasional, (d) Faktor Reaktif meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat (suryo 2002).

Kebudayaan nasional bersumber pada puncak kebudayaan lokal atau kebudayaan daerah diseluruh indonesia, yang selaras dengan norma-norma berbangsa dan bernegara. Kebudayaan nasional merupakan gabungan dari kebudayaan daerah yang ada dalamsuatu negara, sedangkan kebudayaan daerah sendiri merupakan warisan secara turun temurun oleh generasi terdahuluterhadap generasi selanjutnya pada ruang lingkup daerah tersebut.

Budaya daerah ini muncul saat penduduk daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk lain. Budaya daerah mulai berkembang pada jaman kerajaan dahulu hal tersebut dapat dilihat dari cara hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan yang berbeda di indonesia satu sama lain. Pada proses pembentukan indentitas kebudayaan nasional lebih condong melihat pada proses internal bahwa pada dasarnya manusia dan masyarakat memiliki intuisi dan inspirasi untuk mencapai kemajuan dan secara eksternal pengaruh dari luar selalu mendorong masyarakat yang berasal dari rangsangan-rangsangan lingkungannya. Rangsangan-rangsangan-rangsangan itu sebagian besar datang dari media massa, yaitu seperti pemberitaan dan pengungkapan opini, dan faktor internal dan eksternal tersebut merupakan pengaruh yang strategis bagi terbentuknya kebudayaan nasional. Sistem dan media komunikasi menjadi sarana strategis yang dapat diberi peran strategis pula untuk memupuk identitas nasional dan kesadaran nasional menjadi bangsa yang mempunyai identitas kebudayaan (suryo2002).

(41)

dengan bangsa lain secara identitas budaya. Temanggung sebagai salah satu daerah di Jawa Tengah merupakan daerah yang mempunyai kebudayaan dan alam yang menarik, keidentikan Kab.

Temanggung selain sebagai penghasil Tembakau yang selalu menjadi keidentikannya, mulai mengenalkan keindahan alam dan Budaya Tradisionalnya kepada masyarakat umum. Melalui sejumlah Obyek Wisata Alam dan juga Seni Kebudayaannya, Temanggung mulai dikenal bukan hanya sekedar daerah penghasil pertanian komoditas Tembakau saja tetapi juga daerah Kebudayaan dan wisata alam. Hal tersebut tidak bisa lepas dari strategi Pariwisata Kab. Temanggung dan juga peranan dari masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam mengelola seni budaya dan juga menjaga alam di daerah Temanggung.

Kuda Lumping Sebagai salah satu dari sekian banyak seni kebudayaan di Temanggung yang mempunyai daya tarik masyarakat paling besar dan berkembang, hal ini terbukti bagaimana Kuda Lumping menjadi salah satu seni yang diidentikkan dengan Kab. Temanggung, dibuktikan dengan membangun patung Kuda Lumping atau (jaranan) di sudut Taman, dan beberapa gapura-gapura di jalan masuk Desa di Kab. Temanggung, serta banyaknya MMT yang bernuansa kuda lumping menghiasi setiap jalan di Kota Temanggung, menunjukkan seni kebudayaan ini mempunyai nilai jual dan membuat Temanggung identik dengan seni Kuda Lumping.

Peranan Informasi dan Komunikasi

(42)

komunikasi dan teknologi, (c) Faktor Penarik mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi dan pemantapan sistem pendidikan nasional, (d) Faktor Reaktif meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat (suryo 2002).

Dalam kaitannya dengan eksistensi Kebudayaan untuk terus ada dan berkembang dalam setiap daerah, harus berupaya untuk memenuhi faktor pendorong yang meliputi pembangunan Komunikasi dan Teknologi, pada era digital dan perkembangan media sosial yang universal, secara tidak langsung memberikan rangsangan kepada setiap pelaku seni dan Kebudayaan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi dengan tujuan, tetap bisa mengenalkan dan juga mempromosikan seni kebudayaan Daerah. Temanggung dalam upanyanya memenuhi tantangan globalisasi media dan perkembangan teknologi nampaknya berjalan sedikit lambat daripada daerah lain seperti Yogjakarta,Magelang, dan Dieng, sebagai daerah yang berbasis kebudayaan lokal yang dikenal terlebih dahulu oleh masyarakat luas dan perkenalan terhadap media sosial, tetapi temanggung bukan berarti tanpa bergerak dan tidak berusaha, Temanggung dalam menjawab ekspektasi masyarakat umum, mulai mengenalkan Kebudayaannya dan wisata alamnya, melalui Masyarakat yang berkunjung dan di unggah ke media Sosial.

(43)

keindahan gambarnya. Masyarakat Temanggung dalam memperhatikan seni kebudayaanya pada dasarnya sudah menjadi bagian dari rutinitasnya, dikarenakan Kebudayaan merupakan representasi dari jati diri masyarakat temanggung yang kental dengan Budaya Jawa dan tradisinya. Keinginan Pemerintah memajukan Kebudayaan dan Pariwisata melalui Teknologi dan informasi, di imbangi dengan keinginan, spirit dan keyakinan dengan tindakan nyata oleh masyarakat serta pelaku seni, untuk bersama mengenalkan Kebudayaan dan Pariwisata melalui tindakan nyata. Antusiasme masyarakat terhadap wisata Budaya dan Alam yang di transfer dalam bentuk gambar dan vidio melalui sosial media dengan harapan memenuhi syarat di era digital agar mampu mengenalkan dan menginformasikan kebudayaan lokal dan Pariwisata Alam Temanggung sebagai Indentitas Nasional.

Kebudayaan Jawa di Temanggung

Kebudayaan dalam arti sempit sering diartikan sebagai kesenian. Dalam arti luas, kebudayaan setidaknya meliputi tujuh sistem yaitu: (1) sistem religi dan upacara keagamaan, (2) sistem dan organisasi kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata pencaharian, dan (7) sistem teknologi dan peralatan. Menurut Koentjaraningrat (1978: 11-12) yang menunjukkan identitasnya suatu kebudayaan adalah unsur-unsur yang menonjol dari kebudayaan itu. Jadi yang menjadi identitas kebudayaan Jawa adalah unsur yang menonjol dari kebudayaan Jawa yaitu bahasa dan komunikasi, kesenian, dan kesusastraan, keyakinan keagamaan, ritus, ilmu gaib, dan beberapa pranata dalam organisasi sosial.

(44)

Kamajaya Partokusumo (1986: 85) adalah pancaran atau pengeJawantahan budi manusia Jawa yang merangkum kemampuan, cita-cita, ide maupun semangatnya dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir batin.Kebudayaan Jawa merupakan kebudayaan yang dianut oleh orang-orang Jawa. Kebudayaan Jawa meliputi daerah yang luas yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan orang Jawa yang tinggal di pulau lain merupakan sub variasi kebudayaan Jawa yang berbeda karena mereka tetap mempertahankan kebudayaannya.

Selanjutnya dikemukakan bahwa hanya ada satu unsur kebudayaan yang dapat menonjolkan sifat khas dan mutu yang tinggi yaitu kesenian. Masyarakat Jawa juga mempunyai kesenian yang bermacam-macan ragamnya dari berbagai daerah di Jawa yaitu seni musik, seni tari, seni bangunan. Kesenian tersebut mempunyai ciri khas yang menunjukkan identitas masyarakat Jawa yang membedakan dengan kesenian daerah lainnya. Menurut pandangan orang Jawa sendiri, kebudayaannya tidak merupakan satu kesatuan yang homogen. Mereka sadar akan adanya suatu keanekaragaman yang sifatnya regional sepanjang daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Keanekaragaman regional kebudayaan Jawa ini sedikit banyak cocok dengan daerah-daerah logat bahasa Jawa dan tampak juga dalam unsur-unsur seperti makanan, upacara-upacara rumah tangga, kesenian rakyat, dan seni suara (Koentjaraningrat. 1984: 165). Sifat dan ciri kebudayaan Jawa yang tidak homogen ini masih nampak dalam kehidupan masyarakat Jawa sekarang.

(45)

Refleksi kebudayaan dalam Masyarakat Jawa, salah satunya adalah Kesenian yang terbentuk dari adat istiadat masyarakat sebagai identitas masyarakat Jawa. Temanggung dengan Kesenian Kuda lumpingnya merepresentasikan bagaimana kesenian sebagai identitas masyarakatnya. Banyaknya kesenian Kuda Lumping dan juga paguyuban yang ada di Kab. Temanggung, membuat daerah ini menjadi salah satu daerah yang erat dengan seni kuda lumping, kebiasaan dan juga keinginan dari masyarakat untuk terus nguri-nguri kabudayan jawa, merupakan salah satu gambaran bagaimana kebudayaan jawa di Temanggung sangat berpengaruh, berada dalam daerah Jawa Tengah dan karakter masyarakat pegunungan dengan sifat masyarakat yang masih menjunjung tinggi kebudayaan jawa dalam hal berbicara dan perbuatannya, membuat masyarakat Temanggung masih memegang erat budaya Jawa meskipun ada budaya yang lain yang di aplikasikan dalam kehidupan sosial mereka.

(46)

berkewajiban untuk memayu hayuning raga, sesama, bangsa, dan bawana” (Imam Sutardjo, 2008: 14-15).

Kebudayaan Jawa memiliki perbedaan atau variasi yang beraneka ragam tetapi pada dasarnya perbedaan itu tidak bersifat mendasar karena apabila diteliti, unsur-unsur itu masih menunjukkan satu pola ataupun satu sistem kebudayaan Jawa. Berdasarkan pengertian dan penafsiran perihal karakter masyarakat Jawa, membuat Kesenian untuk terus berada dalam kehidupan sosial merupakan salah satu tindakan nyata masyarakat jawa untuk menjalani kehidupan yang damai, sejahtera,aman, sesuai dengan kekuatan hidup untuk kepentingan pribadi, kepentingan bersama,dan bernegara secara adil dan sama. kebudayaan Jawa di Temanggung pada dasarnya mempunyai kesamaan dengan kebudayaan jawayang ada di daerah lain di Jawa Tengah.

(47)

Pembentukan dan upaya ini tidak lepas dari peranan Masyarakan dan tentunya media Sosial. Dalam kaitannya dengan eksistensi Kebudayaan untuk terus ada dan berkembang dalam setiap daerah, harus berupaya untuk memenuhi faktor pendorong yang meliputi pembangunan Komunikasi dan Teknologi, pada era digital dan perkembangan media sosial yang universal, secara tidak langsung memberikan rangsangan kepada setiap pelaku seni dan Kebudayaan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi dengan tujuan, tetap bisa mengenalkan dan juga mempromosikan seni kebudayaan Daerah. Bagaimana kebudayaan lokal dan pariwisata yang mulai terangkat dan menjadi salah satu aspek yang menjanjikan untuk Kab. Temanggung, membuat kompetisi dalam promosi dan juga menarik wisatawan, ataupun menyita perhatian masyarakan umum secara global. dilakukan dengan media sosial sebagai suatu sarana yang praktis dan efektif, dalam memperkenalkan keidentikan,keindahan dan cultur serta kenyamanan daerah Temanggung. Semuanya tidak akan berjalan lancar dan tetap berkesinambungan tanpa peranan masyarakat yang masih menjunjung tinggi dan tetap menyadari bahwa kesenian dan alam merupakan bagian dari budaya Jawa.

(48)

partisipasi Masyarakat yang masih memegang erat budaya jawa, sebagai pelaku serta penjaga dan menjadikan Kebudayaan lokal dan alam merupakan bagian dari Budaya Jawa yang patut untuk di lestarikan dan terus berproses, dalam eksistensinya untuk menjadikan kebudayaan lokal yang mencerminkan indentitas Nasional Bangsa Indonesia yang Berbeda-beda.

Identitas Budaya Sebagai Instrumen Pembangunan Pariwisata

Daerah

Pada dasarnya pembangunan dalam suatu daerah meliputi beberapa aspek sosial, diantaranya aspek sosial ekonomi, sosial politik, sosial lingkungan dan sosial budaya. Sudah menjadi hal yang lumrah adanya setiap perkembangan daerah ditentukan pada pembangunan dan juga pertumbuhan ekonomi dalam sekala makro, aspek ekonomi memang lebih kelihatan di banding dengan aspek sosial yang lain. Dalam pembahasan ini bagaimana penulis memberikan refleksi berbeda terhadap pembangunan daerah dalam budaya jawa.

(49)

seni kuda lumping dan paguyubannya patut untuk dinantikan kelanjutannya.

Keberadaan kesenian dan juga kebudayaan daerah di Temanggung memberikan suatu tanggapan dan respon dari pemangku kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah, bagaimana kebijakan yang dilakukan dalam upaya memaksimalkan seni budaya yang sudah ada sering kali menemui halangan baik secara internal maupun eksternal dalam prosesnya, tetapi dalam prakteknya tidak ada kesalahan yang besar dan fatal yang dilakukan pemerintah, masyarakat membuat keinginan dan harapan mereka tercapai dengan usaha mereka sendiri dan berinisiatif sehingga pada prakteknya kebijakan yang seharusnya dibuat untuk mengatur masyarakat, menjadi kegiatan dalam kehidupan sosial masyarakat yang ada menjadi refleksi dan dijadikan kebijakan dan di awasi sesuai dengan asas-asas kebijakan dan ketentuan norma yang berlaku. Manuver pemerintah dalam proses kebijakan , memberikan respon yang menarik dengan mengedepankan kebudayaan lokal dan juga keindahan alam sebagai aset pariwisata dalam pengenalan daerah Temanggung.

(50)

Kebudayaannya dan wisata alamnya, melalui Masyarakat yang berkunjung dan di unggah ke media Sosial.

Sama seperti kebanyakan Daerah di sekitarnya, Temanggung menjadi dikenal dengan wisata alamnya dan juga keseniaanya melalui unggahan masyarakat melalui Facebook, Instagram,twiter,web, dan lain sebagainya. Melihat semakin banyaknya metode promosi gratis menggunakan Media Sosial, pemerintah Kab. Temanggung, membuat Web Resmi Kab Temanggung, yang berisi tentang daerah Pariwisata dan juga Seni Kebudayaan temanggung melalui blog Wisata Temanggung, Wisata-Kabupaten-Temanggung-Bersenyum, dan masih banyak lagi unggahan foto dari masyarakat ke media sosial dan juga penelitian yang melibatkan seni kebudayaan dan pariwisata daerah Temanggung. Berekspresi dan mengedepankan media sosial serta keidentikan Kesenian dan pariwisata alamnya, Temanggung membentuk identitasnya dengan karakter masyarakatnya sendiri yang membantu proses dalam pembentukan identitas kebudayaan itu nyata dan berjalan sesuai dengan kehidupan sosial,semua ini berhubungan dengan karakter masyarakat Jawa, membuat Kesenian untuk terus berada dalam kehidupan sosial merupakan salah satu tindakan nyata masyarakat jawa untuk menjalani kehidupan yang damai, sejahtera,aman, sesuai dengan kekuatan hidup untuk kepentingan pribadi, kepentingan bersama,dan bernegara secara adil dan sama.

(51)

menunjang kebutuhan Masyarakat untuk pembentukan Identitas kebudayaan lokal.

Identitas budaya sebagai aspek penting dalam pembangunan daerah merupakan hakekat yang pasti dan nyata. Berada dalam kultur dan budaya yang menjadi identitasnya sudah seharusnya setiap daerah terlebih dahulu mencari identitas budaya daerah dan memanfaatkan ketersediaan daerah, pandangan yang sering keliru adalah proses pembangunan daerah yang meniru atau mengaplikasikan proses pembangunan yang dimiliki daerah lain padahal itu tidak sesuai dengan kebutuhan daerahnya, hal itu kemungkinan terjadi karena tidak mempunyai identitas kebudayaan, tidak mengenal daerah dan terlalu cepat melakukan perubahan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kebutuhan dan karakter daerah. Melihat dari konsep yang dikemukakan oleh Coleman bagaimana pembangunan merupakan refleksi sistem tindakan sosial adalah dua orang actor yang memiliki control atas sumber daya kepentingan satu sama lain,yang memiliki tujuan dan melibatkan satu sama lain,yang pada akirnya akan memberikan karakter pada tindakan mereka masing-masing (Coleman 1990).

Gambar

Gambar 5.1 Penari Utama/Lakon dalam pementasan  Kuda Lumping
Gambar 5.2 Peta Kec. Kandangan, Kab. Temanggung
Gambar 5.3 Peta Kecamatan Tlogomulyo, Kab. Temanggung
Gambar 5.4  Penabuh Gamelan dalam pagelaran Kuda Lumping KL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesialan PPM peladnd fisik basi pelarih ppl-p da pOpNAS pcndidikd Kepelalihm Oknmga di Dadah Isriheq Yog/akarta dapar dilindat lanjuti denge Untut nenp€mud.h dalm noingtattm

Skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan Nelayan di Desa Kilensari Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo” adalah hasil karya saya, dan dalam naskah skripsi

[r]

Kami yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja II Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Bengkulu Selatan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bengkulu Selatan Nomor 027/39

Adanya berbagai upaya yang dilakukan home industry batik pasir semeru seperti bentuk prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, pengembangan,

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

perusahaan menemui masalah turnover yang cukup tinggi sehingga berdampak pada2. hasil produksi perusahaan

Umum : Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai proses yang terdapat dalam suatu siklus proyek konstruksi secara umum dan mampu mengintegrasikan perencanaan manajemen konstruksi