• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL STRUKTUR DATA. Program Studi Komputerisasi Akuntansi. AMIK Bina Sarana Informatika. Pontianak DISUSUN OLEH: RABIATUL ADWIYA NIP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL STRUKTUR DATA. Program Studi Komputerisasi Akuntansi. AMIK Bina Sarana Informatika. Pontianak DISUSUN OLEH: RABIATUL ADWIYA NIP."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

STRUKTUR DATA

DISUSUN OLEH:

RABIATUL ADWIYA

NIP. 201209659

Program Studi Komputerisasi Akuntansi

AMIK Bina Sarana Informatika

Pontianak

2018

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan modul

yang berjudul : “Struktur Data” dengan baik.

Buku petunjuk teori ini disusun sebagai pedoman khususnya bagi mahasiswa di Jurusan Teknik Informatika, dalam memberikan pengenalan, pemahaman serta mengasah kemampuan dalam bidang logika dan algoritma yang sudah menjadi kewajiban untuk dikenal dan dipahami sebagai dasar mata kuliah di bidang teknologi informasi. Diharapkan para mahasiswa nantinya bisa lebih terampil dan memahami segala bentuk teknologi informasi saat ini.

Bagimanapun penyusun telah berusaha membuat buku ini dengan sebaik-baiknya, namun tidak ada kesempurnaan dalam sebuah karya manusia. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini. Untuk itu pula segala masukan, kritik dan saran dari pembaca dapat menjadikan acuan bagi penyusun dalam penyempurnaan dan pembuatan buku berikutnya.

Tiada untaian kata yang dapat penyusun sampaikan selain panjatkan doa, semoga Allah SWT selalu membuka hati kita dengan cahaya-NYA dan mengajarkan ilmu-NYA kepada kita, serta menghindarkan kita dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Pontianak, Oktober 2018

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ... ii

DAFTAR ISI . ... iii

KONSEP STRUKTUR DATA DAN ARRAY. ... 4

SISTEM BILANGAN ... 12

REPRESENTASI DATA ... 21

ARRAY DIMENSI BANYAK ... 26

SINGLE LINKED LIST NON CIRCULAR ... 31

(4)

KONSEP STRUKTUR DATA DAN ARRAY

A. STRUKTUR DATA

Struktur Data adalah suatu koleksi atau kelompok data yang dapat dikarakteristikan oleh organisasi serta operasi yang didefinisikan terhadapnya. Pemakaian Struktur Data yang tepat didalam proses pemrograman, akan menghasilkan Algoritma yang lebih jelas dan tepat sehingga menjadikan program secara keseluruhan lebih sederhana.

B. KONSEP DASAR TIPE DATA

Pada garis besarnya, data dapat dikategorikan menjadi :

1. Type Data Sederhana / Data Sederhana Terdiri dari :

a. Data Sederhana Tunggal Misalnya : Integer, Real/Float, Boolean dan

Character.

b. Data Sederhana Majemuk Misalnya : String B.

2. Struktur Data Terdiri dari :

a. Struktur Data Sederhana Misalnya Array dan Record

b. Struktur Data Majemuk Terdiri dari :

1) Linier Misalnya : Stack, Queue dan Linear Linked List.

2) Non Linier Misalnya : Pohon (Tree), Pohon Biner (Binary Tree), Pohon

Cari Biner (Binary Search Tree), General Tree serta Graph.

C. DEFINIS ARRAY

Array / Larik adalah struktur data sederhana yang dapat didefinisikan sebagai pemesanan alokasi memory sementara pada komputer. Array dapat didefinisikan sebagai suatu himpunan hingga elemen yang terurut dan homogen. Terurut dapat diartikan bahwa elemen tersebut dapat diidentifikasi sebagai elemen pertama, elemen kedua dan seterusnya sampai elemen ke-n. sedangkan, homogen adalah bahwa setiap elemen dari sebuah Array tertentu haruslah mempunyai type data yang sama. Sebuah Array dapat mempunyai elemen yang seluruhnya berupa

(5)

integer atau character atau String bahkan dapat pula terjadi suatu Array mempunyai elemen berupa Array.

D. KARAKTERISTIK ARRAY

Array memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Mempunyai batasan dari pemesanan alokasi memory (Bersifat Statis)

2. Mempunyai Type Data Sama (Bersifat Homogen)

3. Dapat Diakses Secara Acak

E. 3 HAL YANG HARUS DIKETAHUI DALAM MENDEKLARASIKAN ARRAY

Ada 3 hal yang harus diketahui dalam mendeklarasikan Aarray yaitu :

1. Type data array

2. Nama variabel array

3. Subskrip / index array

F. JENIS ARRAY

Jenis Array (yang akan dipelajari) pada Modul ini adalah :

1. Array Dimensi Satu (One Dimensional Array)

Array Dimensi Satu (One Dimensional Array) dapat disebut juga dengan istilah vektor yang menggambarkan data dalam suatu urutan Deklarasi : Type_Data Nama_Variabel [index] Misalnya : int A[5];

Penggambaran secara Logika :

Elemen Array

A[1] A[2] A[3] A[4] A[5]

0 1 2 3 4

Subscript / Index

void main() { int bil [5];

(6)

clrscr;

cout<<"Masukkan 5 bilangan genap : "<< endl; for (int i = 0; i < 5; i++)

{ cout<<"Bilangan "; cout<< i + 1 <<" : "; cin>> bil[i]; cout<<endl; } cout<<endl;

cout<<"5 bilangan genap yang dimasukkan “ << endl; for (int i = 0; i < 5; i++)

cout<<" "<<bil[i]; getch();

}

(7)

Pemetaan (Mapping) Array Dimensi Satu Ke Storage

Konversi Bilangan :

a. Decimal adalah bilangan berbasis sepuluh yang terdiridari 0, 1, 2, 3,

4, 5, 6, 7, 8, dan 9 2

b. Hexadecimal adalah bilangan berbasis enam belas yang terdiri dari

0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, dan F.

Tabel di bawah adalah contoh konversi bilangan Decimal, dan Hexadecimal :

Contoh Konversi Antar Bilangan :

Konversi Bilangan Decimal ke Hexadecimal Contoh 254 (10) = ...(16) Caranya dengan membagi bilangan tersebut dengan enam belas sampai

(8)

bilangan tersebut tidak bisa lagi dibagi enam belas (kurang dari enam belas) dengan mencatat setiap sisa pembagian.

254 : 16 = 15 sisa 14 atau E (lihat tabel di atas) 15 : 16 = sisa 15 atau F (lihat tabel di atas)

Jadi 254 (10) = FE (16) diurutkan dari sisa pembagian terakhir.

Contoh Penerapan Array Dimensi 1 Pada Program C++

2. Array Dimensi Dua (Two Dimensional Array)

Sering digunakan dalam menterjemahkan matriks pada pemograman.

Deklarasi : Type_DataNama_Variabel [Index1] [Index2]

Missal : int A[3][2];

Penggambaran secara Logika :

0 1

0 1 2

(9)

Pemetaan (Maaping)Array Dimensi Dua Ke Storage

Terbagi dua cara pandang (representasi) yang berbeda

a. Secara Kolom Per Kolom (Column MajorOrder/CMO)

b. Secra Baris Per Baris (RowMajor Order / RMO)

Keterangan :

@M[i][j] = Posisi Array yang dicari, M[0][0] = Posisi alamat awal index array, i = Baris,

j = Kolom, N= Banyaknya elemen per baris

Penggambaran Secara Logika

Misal : int M[3][2];

(Array dengan 3 Baris & 2 Kolom)

Berdasarkan Cara Pandang :

1. Kolom Per Baris (Row Major Order / RMO)

M[0,0] M[0,1] M[1,0] M[1,1] M[2,0] M[2,1]

Jumlah elemen per kolom = 2

@M[i][j] = M[0][0] + {(j – 1) * K + (I – 1)} * L

(10)

2. Baris Per Kolom (Coloumn Major Order / CMO)

M[0,0] M[1,0] M[2,0] M[0,1] M[1,1] M[2,1]

Jumlah elemen per kolom = 3

3. Baris Per Kolom (Coloumn Major Order / CMO)

Contoh Pemetaan :

Suatu Array X dideklarasikan sebagai berikut : Float X[4][3], dengan alamat

index X[0][0] berada di 0011(H) dan ukuran type data float = 4

Tentukan berapa alamat array X[3][2] berdasarkan cara pandang baris dan kolom ?

(11)

LATIHAN 1.

1. Suatu array A dideklarasikan sbb : int A[50] dengan alamat awal berada di

0011(H). Tentukan berapa alamat array A[20] dan A[40]?

2. Suatu array X dideklarasikan sbb : Float X[4][5] dengan alamat awal berada

pada 0011(H). Tentukan berapa alamat array X[4][3], berdasarkan cara pandang baris dan kolom?

(12)

SISTEM BILANGAN

A. KONSEP DASAR SISTEM BILANGAN

Sistem bilangan adalah suatu cara untuk mewakili besaran dari suatu item fisik. Konsep dasar sistem bilangan dikarakteristikkan oleh basis (radix), absolute digit dan posisi (place) value, yang dituliskan:

Basis yang digunakan sistem bilangan tergantung dari jumlah nilai bilangan yang dipergunakan.

Sistem bilangan yang sering digunakan adalah:

1. Sistem bilangan desimal

 Sistem bilangan desimal menggunakan basis 10 (deca)

 Menggunakan 10 macam simbol bilangan berbentuk digit angka:

0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

 Dasar penulisan:

 Bentuk nilai desimal dapat berupa integer (bilangan bulat) dan pecahan

 Dapat ditulis dalam bentuk eksponensial yaitu ditulis dengan mantissa dan

exponent.

 Contoh: 1234 = 0,1234 x 10 4

mantissa exponent

 Penulisan base/radix dituliskan setelah absolut digit, yaitu A10, atau A(D).

Dalam hal ini yang dituliskan adalah A10.

 Contoh nilai 435210 dan 762,1510 dapat diartikan:

(13)

2. Sistem bilangan biner

 Sistem bilangan biner menggunakan basis 2 (binary)

 Menggunakan 2 macam simbol bilangan berbentuk digit angka: 0 dan 1

 Penulisan base/radix dituliskan setelah absolut digit, yaitu A2 atau A(B).

Dalam hal ini yang dituliskan adalah A2

 Dasar penulisan:

 Contoh penulisan: 1001 00112

3. Sistem bilangan oktal

 Sistem bilangan oktal menggunakan basis 8 (octal)

 Menggunakan 8 macam simbol bilangan berbentuk digit angka:

0,1,2,3,4,5,6,7

 Penulisan base/radix dituliskan setelah absolut digit, yaitu A 8 atau A(O).

Dalam hal ini yang dituliskan adalah A8

 Dituliskan:

 Contoh penulisan: 3478

4. Sistem bilangan hexadecimal

 Sistem bilangan hexadesimal menggunakan basis 16 (hexa)

 Menggunakan 16 macam simbol bilangan berbentuk digit angka:

0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F

 Penulisan base/radix dituliskan setelah absolut digit, yaitu A16 atau A(H).

Dalam hal ini yang dituliskan adalah A16

 Dituliskan:

 Contoh penulisan: A7816

B. SATUAN DATA

Komputer bekerja atas dasar sistem biner berupa 0 dan 1 yang disebut bit. Bit merupakan satuan data terkecil dalam sistem komputer. Bit-bit dapat digunakan untuk menyusun karakter apa saja. Sebuah karakter dinyatakan dengan 8 bit atau 16 bit.

A X 2n

A X 8n

(14)

1. Byte

 Byte merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan sebuah karakter

pada sistem ASCII atau EBCDIC

 1 byte = 8 bit

2. Kilobyte (KB)

 Biasa digunakan untuk berkas gambar berukuran kecil

 1 kilobyte = 1024 byte

3. Megabyte (MB)

 Biasa digunakan untuk menyatakan kapasitas RAM dalam PC

 1 MB = 1024 KB = 1.048.576 byte

4. Gigabyte (GB)

 Biasa digunakan untuk menyatakan kapasitas harddisk dalam PC

 1 GB = 1024 MB = 1.073.741.824 byte

5. Terabyte (TB)

 Biasa digunakan untuk menyatakan kapasitas harddisk dalam mainframe

 1 TB = 1024 GB = 1.009.511.627.776 byte

6. Petabyte (PB)

 1 PB = 1024 TB

C. SISTEM PENGKODEAN

Sistem yang digunakan untuk mengkodekan karakter bermacam-macam. Data disimpan dalam memori komputer menempati posisi 1 byte, yang menggunakan kombinasi dari digit Biner. Komputer berbeda dalam menggunakan kode biner untuk mewakili sebuah karakter. Ada beberapa kode yang akan dibahas, yaitu BCD, EBCDIC, ASCII dan Unicode.

1. BCD (Binary Coded Decimal)

 Merupakan kode biner yang digunakan hanya untuk mewakili nilai digit

desimal saja.

 Sebuah karakter BCD dinyatakan dengan 4 bit

 Karakter yang tersedia sebanyak 10 angka, yaitu angka 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

(15)

2. EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code)

 EBCDIC dikembangkan oleh IBM, yang diterapkan pada berbagai komputer

mainframe

 Sebuah karakter dinyatakan dengan 8 bit

 Karakter yang tersedia sebanyak 28 = 226 karakter

 Digunakan pada komputer generasi ketiga

3. ASCII (American Standard Code for Information Interchange)

 ASCII dikembangkan oleh ANSI (American National Standard Institute)

 Sebuah karakter ASCII dinyatakan dengan 8 bit

 Karakter yang tersedia sebanyak 226 karakter, meliputi huruf, angka, dan

(16)
(17)

4. Unicode

 Sebuah karakter Unicode dinyatakan dengan 16 bit

 Karakter yang tersedia sebanyak 65.536 karakter, meliputi huruf, angka, dan

spesial karakter, termasuk simbol Yunani, karakter grafis, simbol Arab dan Cina

D. KONVERSI BILANGAN

1. Konversi dari Bilangan Desimal ke Biner

 Dengan cara membagi bilangan desimal dengan 2 (basis biner) sampai tidak

bisa dibagi lagi

 Kemudian sisa pembagian diurutkan dari bawah ke atas dalam format 8 bit

 Contoh nilai 8910 akan dikonversikan menjadi Biner

2. Konversi dari Bilangan Desimal ke Oktal

 Dengan cara membagi bilangan desimal dengan 8 (basis oktal) sampai tidak

bisa dibagi lagi

 Cara yang digunakan sama dengan bilangan biner

 Contoh nilai 14710 akan dikonversikan menjadi Oktal

 Dituliskan dari bawah ke atas: 223

(18)

3. Konversi dari Bilangan Desimal ke Hexadesimal

 Dengan cara membagi bilangan desimal dengan 16 (basis hexa) sampai

tidak bisa dibagi lagi

 Cara yang digunakan sama dengan bilangan biner

 Contoh nilai 12310 akan dikonversikan menjadi Hexa

 Sisa 11 dikodekan menjadi B

 Maka hasilnya menjadi 12310 = 7B16

4. Konversi dari Bilangan Biner ke Desimal

 Dengan cara mengalikan masing-masing bit biner dalam bilangan sesuai

dengan radix dan position value-nya

 Contoh bit 11 01012 akan dikonversikan menjadi Desimal

5. Konversi dari Bilangan Biner ke Oktal

 Dengan cara membagi digit biner tersebut ke dalam tiga digit dari kanan

 Ketiga digit tersebut kemudian dikonversikan menjadi desimal

 Contoh bit 1010 10112 akan dikonversikan menjadi Oktal

Maka dituliskan menjadi 1010 10112 = 2538

6. Konversi dari Bilangan Biner ke Hexadesimal

(19)

 Keempat digit tersebut kemudian dikonversikan menjadi desimal

 Contoh bit 101010112 akan dikonversikan menjadi Hexa

Maka dituliskan menjadi 1010 10112 = AB16

7. Konversi dari Bilangan Oktal ke Desimal

 Dengan cara mengalikan masing-masing bit oktal dalam bilangan sesuai

dengan radix dan position value – nya

 Contoh bit 3718 akan dikonversikan menjadi Desimal

8. Konversi dari Bilangan Oktal ke Biner

 Dengan cara mengkonversikan setiap satu digit oktal menjadi tiga digit biner

 Contoh bit 718 akan dikonversikan menjadi Biner

Maka dituliskan menjadi 718 = 0011 10012

9. Konversi dari Bilangan Oktal ke Hexadesimal

 Konversi ini tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi harus

dikonversikan terlebih dahulu ke Desimal atau Biner

 Contoh bit 2438 akan dikonversikan menjadi Hexa

(20)

10. Konversi dari Bilangan Hexadesimal ke Desimal

 Dengan cara mengalikan masing-masing bit hexa dalam bilangan sesuai

dengan radix dan position value - nya

 Contoh bit 8F16 akan dikonversikan menjadi Desimal

11. Konversi dari Bilangan Hexadesimal ke Biner

 Dengan cara mengkonversikan setiap satu digit hexa menjadi empat digit

biner

 Contoh bit 8F16 akan dikonversikan menjadi Biner

Maka dituliskan menjadi 8F16 = 1000 11112

12. Konversi dari Bilangan Hexadesimal ke Oktal

 Konversi ini tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi harus

dikonversikan terlebih dahulu ke Desimal atau Biner sama dengan konversi dari oktal ke hexa

 Contoh bit 8F16 akan dikonversikan menjadi Oktal

(21)

REPRESENTASI DATA

A. PENGERTIAN

Komputer menggunakan dan memanipulasi data untuk perhitungan aritmatik, pemrosesan data, dan operasi logik. Type data yang digunakan dalam komputer digital diklasifikasikan:

 Data Numerik: merepresentasikan integer, pecahan, real, dan desimal berkode

biner.

 Data Logikal: digunakan oleh operasi seperti OR, AND, COMPLEMENT,

COMPARE dan SHIFT.

 Data Bit Tunggal: digunakan oleh operasi seperti SET, CLEAR, dan TEST.

 Data Alfanumerik: digunakan untuk manipulasi string oleh instruksi seperti

MOVE dan SEARCH

B. ILUSTRASI REPRESENTASI DATA

C. REFRESENTASI INTEGER

Untuk keperluan pengolahan dan penyimpanan data komputer, hanya bilangan biner yang dapat merepresentasikan bilangan Integer direpresentasikan selain oleh nilai bilangannya juga dengan adanya tambahan tanda (Signed Integer). Tipe:

(22)

 One’s Complement

 Two’s Complement

1. Representasi Sign-Magnitude

 Merepresentasikan bilangan integer negatif

 Bit yang paling kiri diidentifikasikan sebagai tanda (sign) :

 Jika bit paling kiri adalah nol maka bilangan tersebut positif

 Jika bit paling kiri adalah satu maka bilangan tersebut negative

 Contoh:

+1810 = 000100102

−1810 = 100100102

a. Penjumlahan pada Sign-Magnitude mempunyai aturan:

 Sign tidak dijumlahkan, hanya magnitude

 Buang carry out dari bit yang paling kiri

 Jumlahkan yang sign-nya sama

 Sign hasil = sign penambah

 Contoh penjumlahan 4 bit:

b. Pengurangan pada Sign-Magnitude mempunyai aturan:

 Lakukan pengurangan jika sign sama

 Jika sign tidak sama, ubah soal ke penjumlahan

 Contoh pengurangan:

c. Kelemahan Sign-Magnitude:

 Penambahan dan pengurangan memerlukan pertimbangan baik tanda

bilangan maupun nilai relatifnya

(23)

+010 = 000000002

−010 = 100000002

2. Representasi Komplemen Satu

 Komplemen pada dasarnya merubah bentuk pengurangan menjadi

pertambahan

 Komplementasi bilangan biner dengan cara mengubah 1 menjadi 0 dan 0

menjadi 1

 Contoh:

00110110 = 11001001

3. Representasi Komplemen Dua

 Dibentuk dengan mengambil komplemen satu dari bilangannya dan dengan

menambahkan 1 pada posisi paling kanan

 Contoh desimal 49 (dalam biner) menjadi bentuk komplemen dua:

D. PENJUMLAHAN BINER

Penjumlahan bilangan biner dilakukan sama seperti penjumlahan bilangan-bilangan desimal. Operasi pengurangan, perkalian dan pembagian seperti yang dilakukan pada komputer dan kalkulator digital sesungguhnya menggunakan penjumlahan sebagai operasi dasarnya.

Ada 4 kondisi dalam penjumlahan bilangan biner: 0 + 0 = 0

1 + 0 = 1 0 + 1 = 1

1 + 1 = 0 (carry out 1)

Maksud dari carry out, hasilnya tidak bisa memuat lebih dari 1 digit, tetapi

disimpan ke dalam kolom sebelah yang lebih tinggi nilainya (digit paling kiri yang diabaikan).

(24)

1. Penjumlahan Biner dengan Komplemen Dua

Ada beberapa kasus yang dapat dilakukan dengan komplemen dua:

a. Kasus 1: Dua Blangan Positip

Penjumlahan dari dua bilangan positip dilakukan secara langsung. Contoh:

b. Kasus 2: Blangan Positip dan Negatip yang lebih kecil

Contoh: 8 + (-4)

Caranya bilangan -4 akan diubah ke dalam bentuk komplemen dua, sehingga biner 4 (0100) menjadi:

c. Kasus 3: Blangan Positip dan Negatip yang lebih besar

Contoh: 8 + (-11)

Caranya bilangan -11 akan diubah ke dalam bentuk komplemen dua, sehingga biner 11 (1101) menjadi:

d. Kasus 4: Dua Blangan Negatif

Contoh: -8 + (-7)

Caranya bilangan -8 dan -7 akan diubah ke dalam bentuk komplemen dua, jadi biner 8 (1000) dan 7 (0111) menjadi:

(25)
(26)

ARRAY DIMENSI BANYAK

A. ARRAY DIMENSI TIGA (Three Dimensional Array)

Digunakan untuk mengelola data dalam bentuk 3 dimensi atau tiga sisi. Deklarasi : Type_Data Nama_Variabel [index1] [ndex2] [index3]; Misal : int A [3][4][2];

Menentukan jumlah elemen dalam Array dimensi 3 :

Contoh :

Suatu Array X dideklarasikan sbb : int A [3][4][2]; maka jumlah elemen Array dimensi tiga tersebut adalah :

B. PEMETAAN (MAPPING) ARRAY DIMENSI TIGA KE STORAGE

Contoh :

Suatu Array A dideklarasikan sebagai berikut : int A [2][4][3], dengan alamat awal

index A[0][0][0] berada di 0011(H) dan ukuran type data int = 2 Tentukan berapa

(27)
(28)

Tampilan Program

C. TRINGULAR ARRAY (ARRAY SEGITIGA)

Tringular Array dapat merupakan Upper Tringular (seluruh elemen di bawah diagonal utama = 0), ataupun Lower Tringular (seluruh elemen di atas diagonal utama = 0). Dalam Array Lower Tringular dengan N baris, jumlah maksimum elemen <> 0 pada baris ke-I adalah = I, karenanya total elemen <> 0, tidak lebih dari :

(29)

D. SPARSE ARRAY (ARRAY JARANG)

Contoh :

Diketahui suatu array segitiga atas memiliki 3 baris dan kolom, tentukan berapakah jumlah elemen yang bukan nol pada array tersebut.

I = N(N+1) / 2 I = 3 (3+1) / 2 = 12 / 2 = 6

Contoh bentuk array nya adalah seperti dibawah ini :

Suatu Array Upper Tringular dan Array Lower Tringular dapat dengan order yang sama, dapat disimpan sebagai suatu array dengan order yang berbeda, Contohnya :

(30)

Suatu Array yang sangat banyak elemen nol-nya, contohnya adalah Array A pada Gambar berikut :

LATIHAN 4.

1. Suatu array A dideklarasikan sbb: Float A[5][5][5] dengan alamat awal A[0][0][0]

= 0021(H), berapakah alamat array A[2][3][2] dan A[5][4][3]?

2. Suatu array B dideklarasikan sbb: Char B[3][4][3] dengan alamat awal A[0][0][0] =

(31)

SINGLE LINKED LIST NON CIRCULAR

A. KONSEP POINTER DAN LINKED LIST

Untuk mengolah data yang banyaknya tidak bisa ditentukan sebelumnya, maka disediakan satu fasilitas yang memungkinan untuk menggunakan suatu perubah yang disebut dengan perubah dinamis (Dinamic variable).

1. Perubah Dinamis (Dinamic variable

Suatu perubah yang akan dialokasikan hanya pada saat diperlukan, yaitu setelah program dieksekusi.

2. Perbedaan Perubah Statis & Dinamis

Pada perubah statis, isi Memory pada lokasi tertentu (nilai perubah) adalah data sesungguhnya yang akan diolah. Pada perubah dinamis, nilai perubah adalah alamat lokasi lain yang menyimpan data sesungguhnya. Dengan demikian data yang sesungguhnya dapat dimasukkan secara langsung.

Dalam hal cara pemasukkan data dapat diilustrasikan seperti dibawah ini.

B. DEKLARASI POINTER

Pointer digunakan sebagai penunjuk ke suatu alamat memori Dalam pemrograman C++, Type Data Pointer dideklarasikan dengan bentuk umum :

Type Data * Nama Variabel;

Type Data dapat berupa sembarang type data, misalnya char, int atau float. Sedangkan Nama veriabel merupakan nama variabel pointer.

Contoh penggunaan pointer dalam program C++: Void main()

{

int x,y,*z;

x = 75; //nilai x = 75

(32)

z = &x; //nilai z menunjuk kealamat pointer dari nilai x getch();

}

C. LINKED LIST (LINKED LIST)

Salah satu Struktur Data Dinamis yang paling sederhana adalah Linked List atau Struktur Berkait atau Senarai Berantai, yaitu suatu kumpulan komponen yang disusun secara berurutan dengan bantuan Pointer. Linked List (Senarai Berantai) disebut juga dengan Senarai Satu Arah (One-Way List). Masing-masing komponen dinamakan dengan Simpul (Node).

Setiap simpul dalam suatu Linked List terbagi menjadi dua bagian,yaitu :

1. Medan Informasi

Berisi informasi yang akan disimpan dan diolah.

2. Medan Penyambung (Link Field)

Berisi alamat berikutnya. Bernilai 0, Jika Link tersebut tidak menunjuk ke Data (Simpul) lainnya. Penunjuk ini disebut Penunjuk Nol.

Linked List juga mengandung sebuah variable penunjuk List, yang biasanya diberi nama START (AWAL) yang berisi alamat dari simpul pertama dalam List.

(33)

D. PENYAJIAN LINKED LIST DALAM MEMORY

Keterangan :

E. PERBEDAAN KARAKTERISTIK ARRAY DAN LINKED LIST

ARRAY LINKED LIST

Statis Dinamis

Penambahan / penghapusan data terbatas Penambahan / penghapusan data tidak terbatas

Random access Sequential access

Penghapusan array tidak mungkin Penghapusan linked list mudah

F. BENTUK NODE SINGLE LINKED LIST NON CIRCULAR

Single adalah field pointer-nya hanya satu dan satu arah,pada akhir node pointernya menunjuk NULL.

Sedangkan, Linked List adalah node-node tersebut saling terhubung satu sama lain. Setiap node pada linked list mempunyai field yang berisi pointer ke node berikutnya, dan juga memiliki field yang berisi data. Node terakhir akan menunjuk

(34)

ke NULL yang akan digunakan sebagai kondisi berhenti pada saat pembacaan isi linked list.

G. PEMBUATAN SINGLE LINKED LIST NON CIRCULAR

Deklarasi Node :

typedef struct TNode{ int data;

TNode *next; };

Keterangan:

 Pembuatan struct bernama TNode yang berisi 2 field, yaitu field data bertipe

integer dan field next yang bertipe pointer dari TNode.

 Setelah pembuatan struct, buat variabel head yang bertipe pointer dari TNode

yang berguna sebagai kepala linked list.

 Digunakan perintah new untuk mempersiapkan sebuah node baru berserta

alokasi memorinya, kemudian node tersebut diisi data dan pointer nextnya ditunjuk ke NULL.

TNode *baru; baru = new TNode; baru->data = data baru; baru->next = NULL;

H. SINGLE LINKED LIST NON CIRCULAR MENGGUNAKAN HEAD

Dibutuhkan satu buah variabel pointer yaitu head yang akan selalu menunjuk pada node pertama.

(35)

1. Deklarasi Pointer Penunjuk Head Single Linked List

 Manipulasi linked list tidak dapat dilakukan langsung ke node yang dituju,

melainkan harus menggunakan suatu pointer penunjuk ke node pertama (Head) dalam linked list.

 Deklarasinya sebagai berikut:

TNode *head;

2. Fungsi Inisialisasi Single Linked List

3. Function untuk mengetahui kondisi Single Linked List

 Jika pointer head tidak menunjuk pada suatu node maka kosong

int isEmpty() {

if (head == NULL) return 1; else return 0;

}

4. Menambah Node di Depan

 Penambahan node baru akan dikaitan di node paling depan, namun pada saat

pertama kali (data masih kosong), maka penambahan data dilakukan dengan cara: node head ditunjukkan ke node baru tersebut.

 Prinsipnya adalah mengkaitkan node baru dengan head, kemudian head akan

menunjuk pada data baru tersebut sehingga head akan tetap selalu menjadi data terdepan.

(36)

Ilustrasi penambahan node didepan

5. Menambah Node di Belakang

 Penambahan data dilakukan di belakang, namun pada saat pertama kali,

(37)

 Penambahan di belakang membutuhkan pointer bantu untuk mengetahui node terbelakang. Kemudian, dikaitkan dengan node baru.

 Untuk mengetahui data terbelakang perlu digunakan perulangan.

Menambahan node dibelakang dengan C++

(38)

6. Menghapus Node di Depan

 Penghapusan node tidak boleh dilakukan jika keadaan node sedang ditunjuk

oleh pointer, maka harus dilakukan penggunakan suatu pointer lain (hapus) yang digunakan untuk menunjuk node yang akan dihapus, barulah kemudian menghapus pointer hapus dengan menggunakan perintah delete.

 Sebelum data terdepan dihapus, terlebih dahulu head harus menunjuk ke

node berikutnya agar list tidak putus, sehingga node setelah head lama akan menjadi head baru

 Jika head masih NULL maka berarti data masih kosong!

(39)

Ilustrasi penghapusan node didepan

7. Menghapus Node di Belakang

 Membutuhkan pointer bantu dan hapus. Pointer hapus digunakan untuk

menunjuk node yang akan dihapus, pointer bantu untuk menunjuk node sebelum node yang dihapus yang akan menjadi node terakhir.

 Pointer bantu digunakan untuk menunjuk ke nilai NULL. Pointer bantu

selalu bergerak sampai sebelum node yang akan dihapus, kemudian pointer hapus diletakkan setelah pointer bantu. Selanjutnya pointer hapus akan dihapus, pointer bantu akan menunjuk ke NULL.

(40)

Ilustrasi penghapusan node dibelakang

8. Function untuk menghapus semua elemen Linked List

void clear() {

TNode *bantu,*hapus; bantu = head;

while(bantu!=NULL) { hapus = bantu; bantu = bantu->next;

delete hapus; }

(41)

head = NULL; }

I. MENAMPILKAN / MEMBACA ISI LINKED LIST

Linked list ditelusuri satu-persatu dari awal sampai akhir node. Penelusuran dilakukan dengan menggunakan pointer bantu, karena pointer head yang menjadi tanda awal list tidak boleh berubah/berganti posisi. Penelusuran dilakukan terus sampai ditemukan node terakhir yang menunjuk ke nilai NULL. Jika tidak NULL, maka node bantu akan berpindah ke node selanjutnya dan membaca isi datanya dengan menggunakan field next sehingga dapat saling berkait. Jika head masih NULL berarti data masih kosong!

void tampil(){ TNode *bantu; bantu = head; if(isEmpty()==0){

while(bantu!=NULL){

cout <<bantu ->data<<" "; bantu=bantu->next; }

printf(“\n”);

} else printf(“Masih kosong\n“); }

J. SINGLE LINKED LIST NON CIRCULAR MENGGUNAKAN HEAD DAN

TAIL

Dibutuhkan dua variabel pointer yaitu head dan tail. Head selalu menunjuk pada node pertama, sedangkan tail selalu menunjuk pada node terakhir. Kelebihan dari Single Linked List dengan Head & Tail adalah pada penambahan data di belakang, hanya dibutuhkan tail yang mengikat node baru saja tanpa harus menggunakan perulangan pointer bantu.

(42)

1. Inisialisasi Linked List TNode *head, *tail;

2. Fungsi Inisialisasi Linked List

void init(){

head = NULL; tail = NULL; }

3. Function untuk mengetahui kondisi LinkedList kosong / tidak

int isEmpty(){

if(tail == NULL) return 1; else return 0;

}

4. Menambah Node di Depan Dengan Head dan Tail

(43)

5. Menambah Node di Belakang Dengan Head dan Tail

(44)

6. Menghapus Node di Depan (Dengan Head dan Tail)

 Penghapusan node tidak boleh dilakukan jika keadaan node sedang ditunjuk

oleh pointer, maka harus dilakukan penunjukkan terlebih dahulu dengan pointer hapus pada head, kemudian dilakukan pergeseran head ke node berikutnya sehingga data setelah head menjadi head baru, kemudian menghapus pointer hapus dengan menggunakan perintah delete.

 Jika tail masih NULL maka berarti list masih kosong!

(45)

7. Menghapus Node di Belakang (Dengan Head dan Tail)

 Penghapusan node tidak boleh dilakukan jika keadaan node sedang ditunjuk

oleh pointer, maka harus dilakukan penunjukkan terlebih dahulu dengan variabel hapus pada tail. Jika tail masih NULL maka berarti list masih kosong!

 Dibutuhkan pointer bantu untuk membantu pergeseran dari head ke node

berikutnya sampai sebelum tail, sehingga tail dapat ditunjukkan ke bantu, dan bantu tersebut akan menjadi tail yang baru.

 Setelah itu hapus pointer hapus dengan menggunakan perintah delete.

(46)

8. Function untuk menghapus semua elemen LinkedList dengan HEAD & TAIL void clear() { TNode *bantu,*hapus; bantu = head; while(bantu!=NULL) { hapus = bantu; bantu = bantu->next; delete hapus; } head = NULL; tail = NULL; }

(47)

LATIHAN 5.

Buatlah Ilustrasi / Penggambaran untuk menambah dan menghapus node di posisi tengah pada :

1. Single Linked List dengan Head

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Jogiyanto.2000.Konsep Dasar Pemrograman Bahasa C, Andi:Yogyakarta

Nugroho, Adi. 2009. Algoritma Dan Struktur Data Dalam Bahasa Java. Andi : Yogyakarta

Pranata,Antonie.2000.Algortima dan Pemrograman, J&J Learning:Yogyakarta

Sanjaya,Dwi.2001. Bertualang dengan Struktur Data di Planet Pascal,J&J

Learning:Yogyakarta

Sjukani. Moh. 2009. Struktur Data (Algoritma & struktur Data 2) Dengan C, C++. Edisi 3. Mitra Wacana Media : Jakarta.

Gambar

Tabel  di  bawah  adalah  contoh  konversi  bilangan  Decimal,  dan  Hexadecimal :
Ilustrasi penambahan node didepan
Ilustrasi penambahan node dibelakang
Ilustrasi penghapusan node didepan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Otitis media akut dapat dise#a#kan invasi virus Campak ke dalam telin$a ten$a!% Gendan$ telin$a #iasana !peremia pada fase prodormal dan stadium erupsi% 4ika terjadi invasi

positi untuk (at bermuatan negati !anoda#. 3lektrolit dalam jam lemon bertenaga adalah asam sitrat. erakan elektron dimulai ketika lapisan seng pada salah satu paku

– Pada linked list : rear akan menunjuk ke node baru yang ditunjuk oleh tail... Penambahan element baru pada bagian

Kalau head tidak bernilai NULL alias telah dimiliki satu atau lebih node, yang pertama dilakukan adalah menghubungkan pointer next dari node aktif (curr) ke node yang baru saja

• Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien model regresi berganda pada Contoh Kasus 3.2 adalah β0=9.4401, β1=0.6426 dan β3=0.2190.. Seperti halnya

Kita seyogyanya tak perlu merasa rendah diri dengan kemampuan matahari, bulan, angin, laut, maupun setan yang dalam beberapa bidang melangkahi kesanggupan manusia,

Dengan mengikuti training SW 03, Anda diharapkan dapat menggunakan software AnswerTree yang memiliki berbagai metode analisis untuk melakukan prediksi

Nilai koefisien kontingensi yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,247 menunjukkan keeratan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian TB paru pada anak