• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSRUMEN PENILAIAN BERBASIS LINGKUNGAN LAHAN BASAH UNTUK MENGUKUR HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) SISWA KELAS XI MIPA DI SMAN 7 BANJARMASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INSRUMEN PENILAIAN BERBASIS LINGKUNGAN LAHAN BASAH UNTUK MENGUKUR HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) SISWA KELAS XI MIPA DI SMAN 7 BANJARMASIN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

125

INSRUMEN PENILAIAN BERBASIS LINGKUNGAN LAHAN BASAH

UNTUK MENGUKUR

HIGHER ORDER THINKING SKILLS

(HOTS)

SISWA KELAS XI MIPA DI SMAN 7 BANJARMASIN

Iskandar Zulkarnain, Elli Kusumawati, Lenny Marlina

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Jl. Brigjen H. Hasan Basri Kayutangi Banjarmasin

E-mail: hiskzulk@ulm.ac.id,

ellikusumawati@ulm.ac.id, lennymarlina2707@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan hasil pembuatan instrumen penilaian berbasis lingkungan lahan basah yang layak untuk mengukur HOTS siswa di kelas XI MIPA SMA Negeri 7 Banjarmasin. Metode yang digunakan adalah Research and Development level 4 dengan tahap pengembangan 4D oleh Thiagarajan yaitu Define, Design, Development and Dissemination. Penelitian ini tidak sampai pada tahap Dissemination. Teknik pengumpulan data adalah tes dan angket. Analisis data secara kualitatif terhadap angket untuk mendapat saran terhadap produk. Analisis data dengan uji statistik untuk menguji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Produk yang telah direvisi berupa tujuh soal pilihan ganda dan empat soal uraian.

Kata kunci: Instrumen Penilaian, HOTS, Lingkungan lahan basah Belajar adalah suatu perubahan terhadap

seseorang yang sifatnya menetap, peru-bahan tersebut disebabkan oleh penga-laman yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Tujuan belajar dapat dipenuhi dengan dilaksanakannya serang-kaian proses belajar. Aspek dalam proses belajar yang dapat diukur antara lain aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Peng-ukuran tersebut dinamakan penilaian, salah satu kegiatan terpenting dalam proses pem-belajaran didunia pendidikan. Menurut Anthony dalam Uno (2013:1) penilaian ada-lah sebuah tahapan yang dilalui oleh suatu badan lembaga organisasi atau institusi res-mi yang mengadakan suatu aktivitas untuk mendapatkan informasi yang digunakan da-lam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, program-program, ku-rikulum, dan kebijakan pendidikan, metode

atau instrumen pendidikan lainnya. Informasi tersebut dapat kita peroleh dengan meng-gunakan instrumen penilaian.

Instrumen penilaian dalam per-siapan proses pembelajaran perlu disusun berdasarkan standar pembuatan instrumen. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi. Seperti yang tercantum dalam Jihad & Haris (2009:67) istilah instrumen penilaian disebut dengan istilah teknik peni-laian yang berupa teknik tes dan non tes. Aspek yang ingin peneliti teliti merupakan aspek kognitif. Jadi, jenis instrumen yang disusun adalah instrumen penilaian berupa tes atau soal.

Permendiknas No. 59 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada lampiran I me-nyatakan bahwa salah satu dasar

(2)

penyem-purnaan kurikulum adalah adanya tantangan internal dan eksternal. Tantangan eksternal yang dimaksud terkait dengan berbagai per-masalahan global, lingkungan hidup, tekno-logi dan informasi, budaya, serta perkem-bangan pendidikan ditingkat internasional.

Berkenaan dengan tantangan in-ternasional tersebut, maka acuan dalam pe-nyusunan instrumen di Indonesia pada kuri-kulum 2013 adalah konsep instrumen yang dapat mengukur Higher Order Thinking Skills siswa dan bersifat kontekstual (Widana, 2015:4). Salah satu implementasi pembe-lajaran yang bersifat kontekstual adalah desain pembelajaran yang menggunakan kearifan lokal. Salah satu tujuannya adalah untuk mengenalkan peserta didik terhadap lingkungan sekitar dan mempermudah pe-mahaman tentang permasalahan matema-tika menggunakan konteks yang biasa mere-ka temumere-kan.

Pulau Kalimantan terdiri dari ba-nyak wilayah yang berlingkungan lahan basah. Lingkungan lahan basah terdiri dari beberapa karakteristik yaitu lingkungan so-sial, personal, alam, dan budaya. Ada ba-nyak potensi lingkungan lahan basah yang harus dipahami oleh siswa dan bisa diguna-kan sebagai bahan pembelajaran sebagai bentuk kesadaran terhadap kearifan lokal.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan peserta didik dan guru di SMAN 7 Banjarmasin, guru sudah mene-rapkan penggunaan soal HOTS pada per-sentase tertentu dalam proses penilaian hasil belajar. Namun, kebanyakan siswa kesulitan dalam memahami maksud soal meskipun banyak siswa pada sekolah ter-sebut yang memiliki prestasi dibidang mate-matika. Agar mempermudah siswa untuk memahami maksud dari soal yang diberikan, maka peneliti memanfaatkan kearifan lokal yaitu potensi lingkungan lahan basah dalam penyusunan soal untuk mengukur

kemam-puan berpikir tingkat tinggi siswa di SMAN 7 Banjarmasin.

Berdasarkan alasan tersebut, pe-nulis merasa tertarik untuk melakukan pene-litian dan pengembangan yang berjudul Ins-trumen Penilaian Berbasis Lingkungan Lahan Basah untuk Mengukur Higher Order Thinking Skills (HOTS) Siswa Kelas XI MIPA di SMAN 7 Banjarmasin.

Adapun tujuan penelitian ini ada-lah untuk mengetahui proses dan hasil pe-nyusunan instrumen penilaian berbasis ling-kungan lahan basah yang layak untuk meng-ukur Higher Order Thinking Skills (HOTS) Siswa kelas XI-MIPA di SMAN 7 Banjar-masin.

Instrumen Penilaian

Menurut Permendikbud nomor 104 tahun 2014, instrumen penilaian adalah alat yang dipakai untuk memenuhi tujuan pemelajaran seperti tes dan penilaian afektif. Menurut Permendikbud nomor 23 tahun 2016 pasal 14 ayat 1 instrumen penilaian yang digunakan oleh peserta didik berupa tes, penmberian tugas, observasi dan bentuk lain yang sesuai dengan tingkat perkem-bangan dan kompetensi peserta didik.

Menurut Uno (2013, 111) tes adalah seperangkat stimulus untuk menda-patkan jawaban-jawaban dasar untuk mene-tapkan hasil belajar yang diberikan kepada seseorang. Tes dipakai untuk mengukur penguasaan siswa terhadap pelajaran yang telah di sampaikan yang meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.

Tes yang dipilih pada penelitian ini berupa soal berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban dan tes yang berbentuk uraian. Tes tersebut mengguna-kan level kognitif menganalisi, mengevaluasi dan mencipta.

(3)

Parameter Instrumen yang Layak

Tes merupakan alat yang diguna-kan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam proses belajar. Sebagai alat yang baik untuk mengukur kemampuan tersebut , perlu ditentukan tolak ukur atau parameter tes yang layak. Tolak ukur tes yang dikatakan layak pada penelitian ini adalah valid berarti soal tes secara tepat dapat mengukur kemampuan yang diinginkan oleh peneliti, reliabilitas berarti tes akan menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda jika diujikan pada subjek, waktu dan tempat yang berbe-da, daya dembeda berarti tes dapat membe-dakan siswa yang memiliki kemampuan dengan klasifikasi baik, sedang, kurang dan rendah, serta tingkat Kesukaran Tes.

Kurikulum 2013 revisi tahun 2017

Kurikulum 2013 revisi tahun 2017 adalah kurikulum 2013 yang direvisi pada beberapa bagian walau tidak terlalu signi-fikan, perangkat pembelajaran guru salah satunya. Perangkat pembelajaran tersebut salah satunya adalah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang difokuskan untuk meningkatkan keterkaitan dan hubu-ngan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) K13 revisi 2017 yang dibuat harus muncul empat macam hal yaitu PPK, Literasi, 4C, dan HOTS.

Higher Order Thinking Skills (HOTS) HOTS adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang meliputi kemampuan berpikir logis, kritis, metakognitif, reflektif, dan kreatif. Kurikulum 2013 revisi tahun 2017 juga menekankan pada materi pembe-lajaran yang digunakan sampai mensyarat-kan peserta didik mampu untuk memper-kirakan, memprediksi, dan mendesain. Se-suai dengan alasan tersebut digunakanlah soal HOTS dalam proses pembelajaran.

Ranah HOTS yaitu analisis, evaluasi dan mencipta. Analisi adalah kemampuan ke-mampuan berpikir dalam menentukan spe-sifikasi aspek-aspek dari sebuah konteks tertentu, evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam memilih keputusan berda-sarkan informasi atau fakta, dan mencipta merupakan kemampuan berpikir dalam membangun sebuah ide.

Lingkungan Lahan Basah

Lahan basah yaitu wilayah-wila-yah yang tanahnya digenangi perairan. Lingkungan lahan basah adalah dataran rendah yang disekitarnya terdapat banyak air dengan ketinggian 300 meter diatas per-mukaan laut. Sedangkan lahan kering ber-ada pber-ada ketinggian 500 sampai 1500 meter diatas permukaan laut.

Hal hal yang mencakup lingkung-an sosial masyarakat lingkunglingkung-an lahlingkung-an ba-sah yaitu berbagai macam interraksi antar masyarakat atau interaksi masyarakat dengan lingkungannya, lingkungan personal yaitu keinginan seorang invidu untuk men-capai sesuatu, lingkungan alam terdiri dari keanekaragaman pada lingkungan lahan ba-sah, dan lingkungan budaya adalah keper-cayaan dan tradisi masyarakat setempat.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) level 4 yang meliputi proses meneliti dan menguji untuk menciptakan produk baru (Sugiyono, 2015: 47). Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan 4D oleh Thiagarajan dalam Sugiyono (2015:37) yaitu

Define, Design, Development and Dissemi-nation”. Namun, pada penelitian ini langkah pengembangan yang tidak dilakukan tahap Dissemination atau penyebaran karena pro-duk akhir tidak disebarkan kesekolah lain.

(4)

Tahap perancangan produk yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Langkah-langkah penyusunan soal HOTS menurut widana (2017) adalah menentukan KD yang dapat dibuat sebagai soal-soal HOTS, menentukan dan menyusun kisi-kisi soal, mencari rangsangan yang menarik dan bersifat nyata, menulis butir pertanyaan se-suai dengan kisi-kisi soal, dan membuat pe-doman penskoran atau kunci jawaban.

Pengembangan yaitu kegiatan menguji validitas, membuat produk dan melakukan uji coba. Tahapan uji coba dalam kasus tertentu dapat disederhanakan menu-rut Dick & Carey dalam Setyosari (2015:288) menjadi uji coba prototipe bahan secara perorangan dengan subjek 1-3 orang, uji coba kelompok kecil dengan subjek 5-8 orang dan Uji coba lapangan dengan subjek 15-30 orang. Tahapan pengembangan pada penelitian ini, terdiri dari pengujian internal, pengujian prototipe bahan secara per-orangan, revisi produk 1, pengujian kelom-pok kecil, revisi produk 2 dan pengujian lapangan. Pengujian internal merupakan pengujian yang dilakukan oleh ahli dan guru mata pelajaran matematika terhadap produk yang telah dibuat. Pembuatan produk.

Pengujian prototipe bahan secara perorangan dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang produk. Setelah dila-kukan uji coba maka diladila-kukan revisi sesuai masukan dari uji coba ini. Teknik pengum-pulan data yang digunakan dalam tahap uji coba prototipe bahan secara perorangan

adalah tes dan kuisioner. Teknik analisis da-ta yang digunakan dalam da-tahap uji coba pro-totipe bahan secara perorangan adalah ana-lisis secara deskriptif angket yang telah diisi siswa. Hasil analisis nanti akan digunakan sebagai saran perbaikan produk selanjutnya. Revisi produk 1 adalah revisi terhadap ins-trumen penilaian berdasarkan hasil analisis respon siswa setelah mengerjakan tes.

Pengujian kelompok kecil, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tahap uji coba kelompok kecil adalah pem-berian tes kepada siswa secara individu, untuk mendapatkan data hasil penilaian kognitif siswa. Teknik analisis data pada tahap ini adalah menggunakan uji statistik terhadap validitas, reliabilitas, daya pembe-da pembe-dan tingkat kesukaran.

Rumus menurut Ruseffendi dalam Jihad & Haris (2008:180) yang digunakan:

𝑟𝑋𝑌=

𝑁. ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)

√(𝑁. ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2). (𝑁. ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌)2)

Keterangan:

𝑟𝑋𝑌 = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Banyaknya peserta tes X = Nilai hasil uji coba Y = Nilai rata-rata harian

Interpretasi terhadap nilai koefisien relasi 𝑟𝑋𝑌 digunakan kriteria Nurgana pada tabell 1 berikut ini:

Tabel 1: Interpretasi terhadap nilai koefisien relasi 𝒓𝑿𝒀

Nilai 𝒓𝑿𝒀 Kriteria 0,80 – 1,00 Sangat tinggi 0,60 – 0,80 Tinggi 0,40 – 0,60 Cukup 0,20 – 0,40 Rendah 0 – 0,20 Sangat Rendah

(5)

Untuk mengukur tingkat reliabilitas soal digunakan perhitungan Alpha Cronbach. Rumus yang digunakan dinyatakan dengan:

𝑟11= [ 𝑛 𝑛 + 1] [1 − 𝑆𝑖2 𝑆𝑡2] Keterangan:

n = banyaknya butir soal 𝑆𝑖2 = jumlah varians skor tiap soal

𝑆𝑡2 = varians skor total 𝑆𝑖2=

∑ 𝑋2(∑ 𝑋) 2 𝑛 𝑛

Interpretasi nilai 𝑟11 mengacu pada pendapat Guilford dalam Jihad & Haris (2008:181) disajikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2: Interpretasi nilai 𝒓𝟏𝟏

Nilai 𝒓𝟏𝟏 Kriteria 0,90 – 1,00 Sangat tinggi 0,60 – 0,90 Tinggi 0,40 – 0,60 Sedang 0,20 – 0,40 Rendah 0 – 0,20 Sangat Rendah

Untuk perhitungan daya pembeda, dilakukan langkah para siswa didaftarkan dalam peringkat pada sebuah tabel kemu-dian dibuat pengelompokan siswa dalam dua kelompok yaitu kelompok atas terdiri atas 50% dari seluruh siswa yang mendapat skor tinggi dan kelompok bawah terdiri atas 50% dari seluruh siswa yang mendapat skor rendah. Daya pembeda ditentukan dengan:

𝐷𝑃 =𝑆𝐴− 𝑆𝐵 𝐼𝐴 Keterangan:

SA = jumlah skor kelompok atas pada soal yang dibuat

SB = jumlah skor kelompok bawah pada soal yang dibuat

IA = jumlah skor maksimal kelompok atas pada butir soal yang diolah.

Interpretasi nilai daya pembeda meng-acu pada pendapat Ruseffendi dalam Jihad dan Haris (2008: 181) disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3: Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda Kriteria Keterangan

0,40 atau lebih Sangat baik Tidak perlu diperbaiki 0,30-0,39 Cukup baik Mungkin perlu diperbaiki

0,20-0,29 Minimum Perlu diperbaiki

0,19 atau kurang Jelek Harus dirombak

Tingkat kesukaran (TK) pada masing masing butir soal dihitung dengan menggu-nakan rumus:

𝑇𝐾 =𝑆𝐴− 𝑆𝐵 𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠

Keterangan :

TK = Tingkat kesukaran SA = jumlah skor kelompok atas SB = jumlah skor kelompok bawah

(6)

n = jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah

maks = skor maksimal soal yang bersangkutan

Kriteria interpretasi tingkat kesukaran digunakan pendapat Sudjana dalam Jihad dan Haris (2008: 182) disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4: Kriteria interpretasi tingkat kesukaran

Nilai tingkat kesukaran Kriteria

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

Revisi produk 2 dilakukan berda-sarkan hasil uji statistik hasil penilaian kog-nitif siswa pada pengujian lapangan utama atau kelompok kecil. Pengujian lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tahap uji coba lapangan adalah pem-berian tes kepada siswa secara individu, un-tuk mendapatkan data hasil penilaian kognitif siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam tahap uji coba lapangan adalah uji statistik terhadap validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dengan rumus dan ketetapan yang sama dengan teknik analisis data pada tahap uji coba kelompok kecil. Revisi produk akhir akhir dilakukan berdasarkan hasil analisis uji statistik dari hasil penilaian kognitif siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rancangan produk

Peneliti menggunakan lingkungan lahan basah sebagai stimulus soal konteks-tual HOTS yang akan dibuat.

Hasil validasi ahli

Hasil pengujian internal 1 adalah sebelum instrumen penilaian diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan telaah terhadap isi, konstruk dan bahasa yang digunakan dalam instrumen. Telaah dilakukan oleh ahli yaitu dua orang dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung

Mangkurat yang berkompeten dalam bidang pembuatan instrumen penilaian dengan hasil layak.

Pernyataan-pernyataan yang su-dah sesuai ini disususun kembali, sedang-kan untuk pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai diperbaiki sesuai dengan masukan dari penelaah.

Hasil pengujian internal 2 dilaku-kan setelah instrumen direvisi pada pengu-jian internal 1. Pengupengu-jian internal 2 dilakukan oleh dua orang guru mata pelajaran mate-matika di SMAN 7 Banjarmasin dengan hasil layak.

Berdasarkan penilaian tim ahli (dosen) dan guru tersebut dapat disimpulkan bahwa draf awal instrumen penilaian peni-laian berbasis lingkungan lahan basah untuk mengukur Higher Order Thinking Skills telah lolos penilaian kelayakanya secara teoritik. Hasil validasi dan masukan dari tim ahli tersebut digunakan untuk merevisi draf awal instrumen sehingga menghasilkan instrumen penilaian berbasis lingkungan lahan basah untuk mengukur Higher Order Thinking Skills siswa kelas XI MIPA di SMAN 7 Banjar-masin.

Hasil uji coba prototipe bahan secara perorangan

Hasil berupa saran dari siswa setelah mengerjakan soal yaitu konteks soal pada soal pilihan ganda nomor 4,5 dan 7

(7)

tidak menarik, kalimat pada soal pilihan gan-da nomor 3, 5, 6 gan-dan 7 serta soal uraian no-mor 2 sulit dipahami dan soal pilihan ganda no. 1 dan 5 tidak ada pilihan jawabannya.

Hasil uji coba kelompok kecil

Hasilnya analisis validasi peker-jaan siswa berdasarkan hasil tes yang diker-jakan oleh siswa didapat bahwa soal pilihan ganda nomor 1 memiliki kriteria validitas sangat tinggi dan tidak perlu direvisi, soal pilihan ganda nomor 2 dan 6 memiliki kriteria validitas tinggi dan tidak perlu direvisi, soal pilihan ganda nomor 3 dan 7 memiliki kriteria validitas cukup dan perlu direvisi, soal pilihan ganda nomor 4 dan 5 memiliki kriteria vali-ditas cukup dan perlu direvisi, soal uraian nomor 1 memiliki kriteria validitas sangat tinggi dan tidak perlu direvisi, soal uraian nomor 2 dan 4 memiliki kriteria validitas tinggi dan tidak perlu direvisi, soal uraian nomor 3 memiliki kriteria validitas cukup dan perlu direvisi.

Hasilnya analisis reliabilitas pe-kerjaan siswa berdasarkan hasil tes yang dikerjakan oleh siswa didapat bahwa soal pilihan ganda nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 memiliki kriteria reliabilitas sangat baik dan tidak perli direvisi, soal uraian nomor 2 dan 3 memiliki kriteria reliabilitas sangat tinggi dan tidak perlu direvisi serta soal uraian nomor 1 dan 4 memiliki kriteria reliabilitas tinggi dan tidak perlu direvisi.

Hasil analisi daya pembeda soal berdasarkan hasil tes yang dikerjakan oleh siswa didapat bahwa soal pilihan ganda nomor 1 memiliki daya pembeda sangat baik sehingga tidak perlu direvisi, soal pilihan ganda nomor 2, 3 dan 6 memiliki daya pem-beda minimum sehingga perlu direvisi, soal pilihan ganda nomor 4, 5 dan 7 memiliki daya pembeda jelek sehingga perlu dirom-bak, soal uraian nomor 4 memiliki daya pem-beda sangat baik sehingga tidak perlu

dire-visi, soal uraian nomor 1 dan 2 memiliki daya pembeda cukup baik sehingga tidak perlu direvisi, serta soal uraian nomor 3 memiliki daya pembeda minimum sehingga perlu direvisi.

Hasil analisis tingkat kesukaran soal berdasarkan hasil tes yang dikerjakan oleh siswa didapat bahwa soal pilihan ganda nomor 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria sukar dan perlu direvisi, soal pilihan ganda nomor 1 memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria sedang dan tidak perlu direvisi, soal uraian nomor 1, 2, dan 3 memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria sukar dan perlu direvisi, serta soal uraian nomor 4 memiliki tingkat kesukaran sedang dan tidak perlu direvisi.

Berdasalkan hasil analisis vali-ditas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran produk, soal-soal yang tidak me-menuhi kriteria yang ditetapkan akan direvisi dengan mengacu kembali pada saran dan komentar pada pengujian internal. Hasil re-visi akan dijadikan instrumen penilaian tahap uji coba selanjutnya.

Hasil uji coba lapangan

Hasilnya analisis validasi pekerja-an siswa berdasarkpekerja-an hasil tes ypekerja-ang diker-jakan oleh siswa didapat bahwa soal pilihan ganda nomor 1, 2, 7 memiliki kriteria vali-ditas sangat tinggi dan tidak perlu direvisi, soal pilihan ganda nomor 3 dan 6 memiliki kriteria validitas tinggi dan tidak perlu dire-visi, soal pilihan ganda nomor 4 dan 5 memi-liki kriteria validitas cukup dan perlu direvisi, soal uraian nomor 1 dan 4 memiliki kriteria validitas sangat tinggi dan tidak perlu dire-visi, serta soal uraian nomor 2 dan 3 memi-liki kriteria validitas tinggi dan tidak perlu direvisi.

Hasilnya analisis reliabilitas pe-kerjaan siswa berdasarkan hasil tes yang dikerjakan oleh siswa didapat bahwa soal

(8)

pilihan ganda nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 memiliki kriteria reliabilitas sangat baik dan tidak perli direvisi, soal uraian nomor 1, 2 dan 3 memiliki kriteria reliabilitas sangat tinggi dan tidak perlu direvisi serta soal urai-an nomor 4 memiliki kriteria reliabilitas tinggi dan tidak perlu direvisi.

Hasil analisi daya pembeda soal berdasarkan hasil tes yang dikerjakan oleh siswa didapat bahwa soal pilihan ganda nomor 1, 2, 4 dan 5 memiliki daya pembeda sangat baik sehingga tidak perlu direvisi, soal pilihan ganda nomor 3 memiliki daya pembeda cukup baik sehingga tidak perlu direvisi, soal pilihan ganda nomor 6 dan 7 memiliki daya pembeda minimum sehingga perlu direvisi, soal uraian nomor 4 memiliki daya pembeda sangat baik sehingga tidak perlu direvisi, soal uraian nomor 1, 2 dan 4 memiliki daya pembeda sangat baik sehing-ga tidak perlu direvisi, serta soal uraian no-mor 3 memiliki daya pembeda cukup baik sehingga perlu direvisi.

Hasil analisis tingkat kesukaran soal berdasarkan hasil tes yang dikerjakan oleh siswa didapat bahwa soal pilihan ganda nomor 2, 4, dan 5 memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria sukar dan perlu direvisi, soal pilihan ganda nomor 1, 3, 6, dan 7 memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria sedang dan tidak perlu direvisi, soal uraian nomor 2 memiliki tingkat kesukaran dengan kriteria sukar dan perlu direvisi, serta soal uraian nomor 1, 3, dan 4 memiliki tingkat kesukaran sedang dan tidak perlu direvisi.

Berdasalkan hasil analisis validi-tas, reliabilivalidi-tas, daya pembeda dan tingkat kesukaran produk, soal-soal yang tidak me-menuhi kriteria yang ditetapkan akan direvisi dengan mengacu kembali pada saran dan komentar pada pengujian internal. Hasil revi-si akan dijadikan instrumen penilaian tahap uji coba selanjutnya.

Pembahasan

Penilaian merupakan salah satu bagian penting dari kegiatan pembelajaran. Pada saat studi pendahuluan dilakukan observasi dan pengamatan terhadap kurikulum dan instrumen penilaian yang digunakan oleh guru Matematika di SMAN 7 Banjarmasin. Dari observasi ini didapat bahwa kurikulum yang digunakan di SMAN 7 Banjarmasin adalah kurikulum 2013 revisi tahun 2017. Dilihat dari Silabus dan RPP yang digunakan oleh guru Matematika di SMAN 7 Banjarma-sin, perangkat pembelajaran ini sudah men-cantumkan penggunaan soal HOTS sebagai instrumen penilaian kognitif siswa. Namun, persentase soal HOTS yang digunakan ma-sih tergolong minim yaitu sekitar 0-25% saja sebagai instrumen penilaian setiap perte-muan. Padahal, menurut panduan Depdik-nas pada kurikulum 2013 revisi tahun 2017 guru diminta untuk mengintegrasikan soal HOTS.

Siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang memerlukan kemampuan analisis, evaluasi dan mencipta. Padahal siswa-siswa kelas XI MIPA di SMAN 7 Banjarmasin sudah memahami ma-teri pada soal tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa, dan dalam pembuatannya terdapat perbedaan yang sifnifikan daripada saat kita membuat soal matematika yang tidak memenuhi kriteria HOTS. Siswa akan lebih mudah memahami soal jika konteks soal menarik atau me-nyangkut lingkungan sekitar mereka.

Instrumen penilaian kognitif yang disusun dalam penelitian ini adalah instumen yang memakai konteks lingkungan lahan basah yang terdiri dari tujuh soal pilihan ganda dan empat soal uraian. Sebelum soal diujicobakan terlebih dahulu soal divalidasi oleh dua orang ahli dan dua orang guru mata pelajaran matematika di SMAN 7 Banjarmasin. Menurut Sugiyono (2015),

(9)

tahap tersebut merupakan tahap pengujian internal untuk mendapatkan saran kemudian direvisi dan selanjutnya memasuki tahap uji coba.

Peneliti mendapatkan saran dari siswa tentang instrumen yang diujikan seca-ra terbatas dan memasuki proses revisi lagi pada tahap uji coba prototipe bahan secara perorangan dengan sampel sebanyak tiga orang siswa kelas XI MIPA 3 di SMAN 7 Banjarmasin. Peneliti mendapat saran anta-ra lain memperbaiki konteks soal pilihan ganda nomor 4,5 dan 7 menjadi lebih menarik seperti yang sudah dijelaskan oleh Widana (2017) bahwa salah satu karak-teristik dari soal HOTS adalah menggunakan stimulus yang menarik dan kontekstual, memperbaiki kalimat pada soal pilihan gan-da nomor 3, 5, 6 gan-dan 7 serta soal uraian no-mor 2 agar mudah dipahami dan memper-baiki pilihan jawaban soal pilihan ganda no-mor 1 dan 5 karena tidak ada pilihan jawa-ban yang tepat sehingga direvisi untuk me-menuhi kriteria soal yang baik sesuai saran tersebut dan mengacu kembali kepada saran ahli.

Tahap uji coba kelompok kecil dila-kukan dengan sampel sebanyak delapan orang siswa kelas XI MIPA 6 di SMAN 7 Banjarmasin, hasil penilaian kognitif siswa dianalisis validitas, reliabilitas, daya pem-beda dan tingkat kesukarannya. Beberapa soal lolos tanpa revisi, dan soal yang lainnya harus direvisi dengan acuan saran dan ko-mentar ahli dan guru mata pelajaran mate-matika pada tahap pengujian internal. Soal yang direvisi antara lain soal pilihan ganda nomor 3, 4, 5 dan 7 serta soal uraian nomor 3 karena tidak memenuhi kriteria valid, soal pilihan ganda nomor 2, 3 ,4 , 5, 6 dan 7 serta soal uraian nomor 3 karena tidak memenuhi kriteria daya pembeda yang baik dan soal pilihan ganda nomor 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 serta soal uraian nomor 1, 2 dan 3 karena

memenuhi kriteria soal yang sukar. Soal-soal tersebut direvisi karena menurut Sudijono (2005) sebuah soal dikatakan layak apabila valid, reliabel, memiliki daya pembeda yang baik dan tingkat kesukarannya sedang. Soal direvisi sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan, perbaikan mengacu kembali kepada saran awal dari ahli.

Tahap uji coba lapangan dilakuakan dengan sampel 30 orang siswa kelas XI MIPA 2 di SMAN 7 Banjarmasin, hasil peni-laian kognitif siswa juga dianalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesu-karannya. Ada beberapa soal yang harus direvisi kembali pada tahap ini antara lain soal pilihan ganda nomor 4 dan 5 karena tidak memenuhi kriteria valid, soal pilihan ganda nomor 6 dan 7 karena tidak meme-nuhi kriteria daya pembeda yang baik dan soal pilihan ganda nomor 2, 4 dan 5 serta soal uraian nomor 2 karena memenuhi kri-teria soal yang sukar. Beberapa soal direvisi sesuai dengan kriteria yang sudah diten-tukan, perbaikan mengacu kembali kepada saran awal dari ahli. Hasil revisi ini akan menjadi produk akhir. Hingga hasil revisinya disebut produk akhir dari penelitian ini yang memenuhi kriteria istrumen yang layak yaitu valid, reliabel, daya pembeda yang baik dan tingkat kesukaran dengan rata-rata sedang.

Produk akhir berupa tujuh soal pili-han ganda dan empat soal uraian. Soal dibuat berdasarkan tingkat kognitif C4, C5 dan C6 serta cerita yang menggambarkan karakteristik lingkungan lahan basah. Cerita bertema tentang sawah, lautan, ikan, tana-man lahan basah, penemuan menggunakan tanaman dari lingkungan lahan basah dan lain lain.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

(10)

1) Penyusunan draf awal instrumen yaitu dengan validasi tim ahli yang dilakukan dua kali yaitu pengujian internal 1 dan pengujian internal 2 dengan hasil men-dapat penilaian kriteria layak dan bebe-rapa masukan.

2) Penyusunan draf 1 instrumen melalui uji coba prototipe bahan perorangan, dengan pertimbangan saran dari siswa. 3) Penyusunan draf 2 instrumen melalui uji coba kelompok kecil, dengan revisi soal pilihan ganda nomor 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 serta soal uraian nomor 1, 2 dan 3.

4) Penyusunan draf akhir instrumen melalui uji coba lapangan dengan revisi soal pilihan ganda nomor 2, 4, 5, 6 dan 7 serta soal uraian nomor 2.

5) Hasil revisi pada tahap uji coba lapa-ngan adalah produk akhir berupa nas-kah soal HOTS dengan konteks ling-kungan lahan basah yang terdiri dari tujuh soal pilihan ganda dan empat soal uraian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2015). Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill Sekolah Mene-ngah Atas. Jakarta: Kemdikbud. Anthony J. Nitko. 1996. Educational

Asses-ment of Student (New Jersey/

Columbus, Ohio: Merrill, an important of Prentice), hlm.4.

Budiman, Agus & Jailani. (2014). Pengem-bangan Instrumen Asesment Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada Mata Pelajaran Matematika SMP Kelas VIII Semester 1. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1. http:// eprints.uny.ac.id/12868/. (diakses pada tanggal 17 September 2017) Guilford, J. P. (1956). Fundamental Statistics

in Psykology and Education. New York: Mc Graw-Hill Book Co. Inc. Jihad, Asep & Haris, Abdul. (2009). Evaluasi

Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Press.

Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian: Kemdikbud. Permendikbud No. 59 Tahun 2014 Tentang

Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah: Kemdikbud. Permendikbud No. 104 Tahun 2014 Tentang

Pedoman Penilaian kurikulum 2013: Kemdikbud.

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika dasar untuk Penelitian Pendidikan. Ban-dung: IKIP Bandung Press.

Setyosari, Punaji. (2015). Metode Penelitian: Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Prenadamedia Group. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian &

Gambar

Tabel 1: Interpretasi terhadap nilai koefisien relasi
Tabel 3: Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Tabel 4: Kriteria  interpretasi tingkat kesukaran

Referensi

Dokumen terkait

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN,2010... 0 kilometers 250 500 * Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Walaupun konkrit tidak mempunyai sifat kenyal seperti yang terdapat pada keluli atau logam-logam lain, tetapi sifatnya yang keras dan mudah dikerjakan menyebabkan konkrit

Oleh karena itu akhirnya digunakan istilah serat pangan (dietary fiber), untuk menunjukkan bahwa lignin serta kahhidrat lain yang tidak dapat dicema termasuk ke

Fiduciary relation antara Holding Company selaku pemegang saham korporasi dengan Individu Direktur menegaskan adanya hubungan ketenagakerjaan yang erat antara Holding Company dan

Contoh yang lain adalah orang yang melapor kepada pemerintah atau pihak yang berwenang dengan mengatakan bahwa ada seseorang yang telah melakukan suatu tindakan

10% Program Pembinaan dan Fasilitasi Penatausahaan Keuangan Daerah Persentase PD yang Dibina Dalam Penatausahaan1.

Tombol Fn juga digunakan dengan tombol yang dipilih pada keyboard untuk menjalankan fungsi sekunder lainnya. Daftar