• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Jalan Manunggal no.35 kecamatan bogor barat Tanggal Pemeriksaan : 8 Oktober 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Jalan Manunggal no.35 kecamatan bogor barat Tanggal Pemeriksaan : 8 Oktober 2013"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS Identitas Penderita

Nama : An. AS

Umur : 11 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Sunda

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jalan Manunggal no.35 kecamatan bogor barat Tanggal Pemeriksaan : 8 Oktober 2013

Anamnesis

Keluhan utama: kedua mata terasa kabur a. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dengan keluhan mata terasa kabur sejak lebih kurang satu tahun yang lalu. Mata kabur timbul secara perlahan, awalnya mata kabur dirasakan tidak terlalu mengganggu yang kemudian lama – kelamaan dirasakan pasien mengganggu kegiatan hariannya seperti membaca dan melihat papan tulis saat di sekolah. Pasien juga mengeluhkan mata terasa kabur jika membaca agak jauh tetapi lebih jelas waktu baca dekat.

b. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat sakit mata sebelumnya dan terkena benda asing pada mata disangkal. c. Riwayat pengobatan

Pasien belum pernah berobat sebelumnya, riwayat memakai kacamata disangkal. d. Riwayat kebiasaan

Pasien mengatakan bahwa ia hobi bermain komputer hingga berjam-jam tanpa istirahat.

(2)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital Takanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit Suhu : Afebris Pernafasan : 16x/menit Kepala : Normocephali

Mata : ( Lihat Status Oftalmologi)

Telinga : Normotia, tidak ada serumen maupuin sekret Hidung : Normosepta, tidak ada deviasi septum Mulut : Bibir tidak kering maupun sioanosis Tenggorokan : Tidak hiperemis, T1-T1 tenang

Leher : KGB dan Tiroid tidak teraba membesar Thoraks

Jantung : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-) Paru : Suara nafas vesikuler, tidak ditemukan ronkhi atau

wheezing

Abdomen : Supel, tidak ditemukan nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba

Bising usus normal

Ekstremitas : Keempat ekstremitas hanga dan tidak oedem IV. Status Oftalmologi

OD OS

Visus 1,0 f 0,5 f

Kedudukan Bola Mata

Posisi Orthoforia Orthoforia

Eksoftalmus -

-Enoftalmus -

(3)

Supersilia Alopesia - -Palpebra Superior Edema - -Spasme - -Hiperemis - -Benjolan - -Ulkus - -Fistel - -Hordeolum - -Khalazion - -Ptosis - -Palpebra Inferior Edema - -Hiperemis - -Benjolan - -Ulkus - -Fistel - -Hordeolum - -Khalazion -

-Margo Palpebra Superior et Silia

Edema - -Hiperemis - -Ektropion - -Entropion - -Sekret - -Benjolan - -Trikasis - -Madarosis - -Ulkus - -Fistel -

-Margo Palpebra Inferior et Silia

Edema -

-Hiperemis -

-Ektropion -

-Entropion -

(4)

-Benjolan -

-Trikasis -

-Madarosis -

-Ulkus -

-Fistel -

-Area Kelenjar Lakrimalis

Edema - -Hiperemis - -Fistel - -Benjolan - -Punctum Lakrimalis Edema - -Hiperemis - -Fistel - -Epikantus -

-Konjungtiva Tarsalis Superior

Kemosis - -Hiperemis - -Anemis - -Folikel - -Papil - -Lithiasis - -Simblefron -

-Konjungtiva Tarsalis Inferior

Kemosis - -Hiperemis - -Anemis - -Folikel - -Papil - -Lithiasis - -Simblefron -

-Konjungtiva Forniks Superior et Inferior

Kemosis -

-Hiperemis -

-Folikel -

-Simbleferon -

(5)

Kemosis - -Pterigium - -Pinguekula - -Flikten - -Simbleferon - -Injeksi Konjungtiva - -Injeksi Silier - -Injeksi Episklera - -Perdarahan Subkonjungtiva - -Kornea Kejernihan + + Edema - -Ulkus - -Flikten - -Macula - -Leukoma - -Leukoma adherens - -Stafiloma - -Neovaskularisasi - -Pigmen iris - -Bekas jahitan - -Tes fluoresin - -Tes sensibilitas + +

Tes placid Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Limbus Kornes Arkus Senilis - -Bekas Jahitan - -Sklera Sklera biru - -Episkleritis - -Skleritis - -COA

Kejernihan Jernih Jernih

Iris

Warna Cokelat Cokelat

Kripta Nyata Nyata

Pupil

(6)

Ukuran 3mm 3mm

Isokoria Isokor Isokor

RCL + +

RCTL + +

Lensa

Kejernihan Jernih Jernih

Vitreus Humour

Kejernihan Jernih Jernih

Funduskopi

Funduskopi Tidak ada kelainan Tidak ada kelianan Tekanan Intra Okuler

Palpasi Normal Normal

Tonometer Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan Pemeriksaan Penunjang

Dengan menggunakan kartu Snellen ditemukan :

VOD : 0,2 C-3,50 1,0

VOS : 0,25 C-3,00 1,0

Resume

Pasien perempuan berumur 11 tahun datang dengan keluhan mata terasa kabur sejak lebih kurang satu tahun yang lalu. Mata kabur timbul secara perlahan, awalnya mata kabur dirasakan tidak terlalu mengganggu yang kemudian lama – kelamaan dirasakan pasien mengganggu kegiatan hariannya seperti membaca dan melihat papan tulis saat di sekolah. Pasien juga mengeluhkan mata terasa kabur jika membaca agak jauh tetapi lebih jelas waktu baca dekat. Pasien memiliki kebiasaan bermain computer berjam-jam. Pada pemeriksaan dengan kartu snelen didapatkan VOD : 0,2 C-3,50 ; VOS : 0,25 C-3,00

(7)

ODS Miopia moderate Penatalaksanaan :

Autogentonic eye drop 4 tetes/hari ODS Vitanorm tab 2x1

Koreksi dengan kacamata spheris negative monofocal dengan kekuatan lensa OD : -3,50

OS : -3,00 Prognosis

ODS : Ad vitam : ad bonam Ad visam : dubia ad bonam

BAB I PENDAHULUAN

Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata mempunyai susunan lensa, sistem difragma yang dapat berubah-ubah (pupil) dan retina yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat

(8)

perbatasan refraksi : (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) permukaan antara permukaan anterior kornea dan humor aqueous, (3) perbatasan antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalina dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan vitrous humor.

Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti pungtum proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina atau faveola bila mata istirahat. Pada emetropia pungtum remotum terletak di depan mata sedang pada mata hipermetropia titik semu dibelakang mata.

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, iris, pupil, retina, cairan mata, lensa, benda kaca dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai emetropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia atau astigmat.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi

Miopia berasal dari bahasa latin μυωπία, muōpia, “nearsightedness”. Miopia adalah mata dengan daya lensa positif lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina.

2.2 Klasifikasi

Menurut penyebabnya, miopia dibagi menjadi : 1. Miopia aksialis

Oleh karena jarak anterior dan posterior terlalu panjang. Normal jarak ini 23 mm. Pada miopia 3 D = 24mm, miopia IOD = 27mm. Dapat merupakan kelainan congenital ataupun akwisita, juga ada faktor herediter. Yang congenital didapatkan pada markoftalmus, sedangkan yang akwisita terjadi :

a. Bila anak membaca terlalu dekat, maka ia harus berkonvergensi berlebihan, muskulus rectus internus berkontraksi berlebihan, bola mata terjepit oleh otot-otot mata luar yang menyebabkan polus posterior mata , tempat yang paling lemah dari bola mata, memanjang.

b. Muka yang lebar juga menyebabkan konvergensi yang berlebihan bila hendak mengerjakan pekerjaan dekat, sehingga menimbulkan hal yang seperti diatas.

c. Bendungan , peradangan atau kelemahan dari lapisan yang mengelilingi bola mata, disertai dengan tekanan yang tinggi disebabkan oleh penuhnya vena dari kepala, akibat membungkuk dapat menyebabkan tekanan pula pada bola mata, sehingga polus posterior menjadi memanjang.

Pada orang dengan miopia 6 dioptri, punctum remotumnya 100/6 = 15cm. jadi harus membaca pada jarak yang sangat dekat sehingga ia harus mengadakan konvergensi yang berlebihan. Akibatnya polus posterior mata lebih memanjang dan miopia nya bertambah. Jadi didapatkan suatu lingkaran setan antara miopia yang tinggi dan konvergensi. Semakin lama miopia nya semakin progresif.

(10)

2. Miopia pembiasan

Penyebabnya dapat terletak pada : a. Kornea

Congenital : keratokonus dan keratoglobus

Akwisita : keratektasia, karena menderita keratitis kornea menjadi lemah. Oleh karena tekanan intraokuler, kornea menonjol kedepan

b. Lensa

Lensa terlepas dari zonula zinii, pada luksasi lensa atau subluksasi lensa, oleh kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih cembung. Pada katarak imatur, akibat masuknya humor akueus, lensa mennjadi cembung

c. Cairan mata

Pada penderita diabetes mellitus yang tak diobati, kadar gula dari humor akueus meninggi menyebabkan daya biasnya ikut meninggi.

Berdasar tinggi dioptri nya : 1. Miopia sangat ringan : 1 dioptri 2. Miopia ringan : 1-3 dioptri 3. Miopia sedang : 3-6 dioptri 4. Miopia tinggi : 6-10 dioptri 5. Miopia sangat tinggi : >10 dioptri

Berdasar klinis dibedakan :

a. Miopia stasioner, miopia simpleks, miopia fisiologik

Timbul pada umur masih muda, kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada waktu atau segera setelah pubertas, atau didapat kenaikan sedikit sampai umur 20 tahun. Besar dioptri nya kurang dari -5D atau -6D. Tajam penglihatan dengan koreksi yang sesuai dapat mencapai keadaan normal.

b. Miopia progresif

Dapat ditemukan pada semua umur dan dimulai sejak lahir. Kelainan mencapai puncaknya sewaktu masih remaja, bertambah terus sampai umur 25 tahun atau lebih. Besar dioptri melebihi 6 dioptri.

(11)

Miopia progresif yang lebih ekstrim. Miopia progresif dan miopia maligna disebut juga miopia patologik atau degenerative, karena disertai degenerasi koroid dan bagian lain pada mata.

Miopia kadang-kadang dibagi berdasarkan usia terjadinya miopia, yaitu: 1. Kongenital miopia atau infantil miopia, muncul pada saat lahir dan menetap

selama masa infant.

2. Miopia onset usia muda, terjadi sebelum usia 20 tahun

 Miopia masa sekolah, biasanya terjadi pada masa anak-anak, ketika usia sekolah. Bentuk miopia ini diakibatkan penggunaan mata untuk bekerja secara dekat selama masa sekolah.

3. Miopia onset usia tua

 Miopia onset usia dewasa awal, terjadi antara usia 20 dan 40 tahun.  Miopia onset usia dewasa akhir, terjadi setelah usia 40 tahun.

Miopia juga dapat dibagi berdasarkan gambaran klinisnya, yaitu :

a. Miopia simple, lebih sering daripada tipe-tipe miopia lainnya dan di cirikan dengan mata yang terlalu panjang untuk tenaga optiknya (yang ditentukan dengan kornea dan lensa kristal) atau optik terlalu kuat dibandingkan panjang aksisnya. b. Miopia nocturnal, night miopia atau twilight miopia, merupakan keadaan dimana

mata mempunyai kesulitan untuk melihat pada area dengan cahaya kurang, namun penglihatan pada siang hari normal.

c. Pseudomiopia, terganggunya penglihatan jauh yang diakibatkan oleh spasma otot siliar.

d. Miopia yang didapat, terjadi karena terkena bahan farmasi, peningkatan level gula darah, sklerosis nukleus atau kondisi anomali lainnya.

e. Nearwork Induced Transient Myopia (NITM)

2.3 Patogenesis Refraksi :

Penyebab miopia tersering adalah karena mata yang terlalu panjang, penjelasan etiologik harus bisa menjelaskan pemanjangan aksial tersebut. Sampai saat ini, tidak ada teori yang bisa menjelaskan secara baik pemanjangan ini. Pada

(12)

pertengahan tahun 1900, para ahli mata percaya miopia merupakan penyakit keturunan dan pengaruh bekerja secara dekat terhadap terjadinya miopia tampaknya terjadi secara insedental.

Ada dua mekanisme dasar yang menyebabkan miopia : kehilangan bentuk (juga dikenal dengan kehilangan pola) dan defokus optik. Kehilangan bentuk terjadi jika kualitas gambar pada retina menurun, defokus optik terjadi jika sinar difokuskan di depan atau dibelakang retina. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya miopia adalah :

 Kombinasi faktor genetik dan lingkungan : “kelemahan genetik” terhadap faktor lingkungan dikatakan merupakan salah satu penjelasan berbedanya miopia antara individu atau populasi. Namun jika terjadi perubahan lingkungan – adanya televisi dan komputer- dapat mengubah insiden dari miopia. Sehingga dapat disimpulkan beberapa orang-dipengaruhi oleh genetik-memiliki resiko tinggi menjadi miopia jika dipengaruhi kondisi lingkungan modern dengan banyak bekerja secara dekat.  Faktor genetik : banyaknya variasi miopia pada etnik tertentu merupakan bukti

tambahan yang mendukung pengaruh genetik pada terjadinya miopia. Peneliti juga menemukan adanya kerusakan pada gen PAX6 berhubungan dengan terjadi miopia pada penelitian menggunakan orang kembar. Faktor genetik dapat bekerja melalui berbagai cara biokimia untuk menyebabkan miopia, lemahnya atau hancurnya jaringan ikat merupakan salah satu yang penting. Faktor genetik termasuk keturunan, peningkatan kelemahan terhadap pengaruh lingkungan dan fakta bahwa seseorang tidak menderita miopia pada situasi tertentu merupakan indikasi faktor keturunan berpengaruh pada setiap kasus.

 Faktor lingkungan : teori lain menduga mata menjadi tegang diakibatkan kerja tambahan secara terus-menerus secara dekat dan menetap pada posisi dekat dan latihan mata dapat melonggarkan otot siliar dan memperbaiki kemampuan untuk melihat jauh.

2.4 Epidemologi

Prevalensi secara global terhadap gangguan refraksi diperkirakan sebanyak 800 juta sampai 2.3 miliar. Insiden dari miopia dalam sampel populasi berbeda-beda dan dipengaruhi oleh usia, negara, jenis kelamin, ras, etnik, pekerjaan, lingkungan dan faktor lainnya. Pada daerah tertentu yaitu Cina, India dan Malaysia, lebih dari 41%

(13)

populasi dewasa menderita miopia sampai 1 dioptri dan lebih dari 80% populasi dewasa menderita miopia sampai 0.5 dioptri. Penelitian terbaru di Inggris terhadap siswa yang baru lulus mendapatkan 50% orang Inggris kulit putih dan 53.4% siswa Asia-Inggris menderita miopia. Di Australia, prevalensi miopia secara keseluruhan (lebih dari 0.5 dioptri) diperkirakan sebesar 17%. Sedangkan prevalensi miopia di Amerika sebesar 20%. Perbedaan etnik dan ras juga mempengaruhi prevalensi dari miopia. Prevalensi miopia dilaporkan sebesar 70-90% pada beberapa Negara Asia, 30-40% di Eropa dan Amerika serta 10-20% di Afrika. Beberapa penelitian menunjukkan insiden miopia bertambah dengan meningkatkannya tingkat pendidikan dan adanya hubungan antara miopia dan IQ. Menurut Arthur Jensen, penderita miopia memiliki IQ 7-8 lebih tinggi dibandingkan bukan penderita miopia. Karakteristik personal lainnya seperti, penghargaan diri, pencapaian sekolah, waktu yang dihabiskan untuk membaca, kemampuan bahasa dan waktu yang dihabiskan untuk kegiatan olahraga berhubungan dengan munculnya miopia pada beberapa penelitian.

2.5 Tanda dan Gejala Klinis Gejala subjektif miopia antara lain:

a. Kabur bila melihat jauh.

b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat.

c. Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi).

d. Astenovergens

Gejala objektif miopia antara lain: 1. Miopia simpleks :

a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.

b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

2. Miopia patologik :

a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.

b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada.

(14)

1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia. 2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil

terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.

3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula.

4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer.

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, sklera oleh koroid. Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina bagian perifer. Streak retinoskopi dan Auto refraksi merupakan pemeriksaan penunjang lain yang dapat menunjang diagnosis dari miopia. 2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis miopia ditegakkan secara subyektif dan obyektif. Menegakkan diagnosis secara subyektif melalui gejala klinis pada miopia dan menggunakan cara trial and error. Diagnosis secara obyektif menggunakan pemeriksaan penunjang berupa funduskopi, streak retinoskopi dan autorefraksi. Diagnosis banding dari miopia adalah hipermetropi, astigmatisma, dan kelainan pada segmen belakang mata

2.8 Penanganan

a. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan

(15)

demikian juga bila diberikan S-3.25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.

b. Selain kacamata, lensa kontak juga alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan. Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Lensa ini mempunyai diameter 8-10 mm, nyaman dipakai karena terapung pada kornea seperti kertas yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung baik pada permukaan kornea maka permukaan belakang berbentuk sama dengan permukaan kornea. Permukaan belakang lensa atau base curve dibuat steep (cembung kuat), flat (agak datar) ataupun normal untuk dapat menempel secara longgar sesuai dengan kecembungan kornea. Perlekatan longgar ini akan memberikan kesempatan air mata dengan mudah masuk diantara lensa kontak dan kornea. Air mata ini diperlukan untuk membawa makanan seperti oksigen. Keuntungan dibandingkan dengan kaca mata biasa antara lain: Pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dibanding bayangan normal dan lapang pandangan menjadi lebih luas karena tidak banyak terdapat gangguan tepi bingkai pada kaca mata.

c. Astringen tetes mata.

d. Tablet yang mengandung billbery. e. Operasi :

1. LASIK : Laser Assisted Insitu Keratomileusis.

Salah satu terapi pembedahan yang cukup populer adalah dengan cara LASIK atau bedah dengan sinar laser. Definisi LASIK menurut catatan dari Gading Laser Sight Centre, Jakarta : LASIK adalah salah satu teknik tindakan bedah refraksi yang menggunakan laser sebagai alat bantu koreksi kelainan refraksi (pembiasan) pada miopia, hipermetropia, dan astigmatis. LASIK menurut Rico Hallen : LASIK adalah prosedur yang mengubah bentuk kornea secara permanen, mencakup hingga bagian depan mata dengan menggunakan excimer laser.

Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak. b. Kelainan refraksi:

(16)

Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri. Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri. c. Usia minimal 18 tahun.

d. Tidak sedang hamil atau menyusui.

e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun.

f. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam) bulan.

g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma dan ambliopia.

h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens).

Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:

a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil.

b. Sedang hamil atau menyusui.

c. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis. d. Riwayat penyakit glaukoma.

e. Penderita diabetes mellitus. f. Mata kering

g. Penyakit : autoimun, kolagen. h. Pasien Monokular.

i. Kelainan retina atau katarak.

Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, kemudian mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.

(17)

Persiapan calon pasien LASIK:

a. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi. b. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan.

c. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan Custumize LASIK.

d. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi.

Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien.

Keuntungan dari operasi LASIK adalah :

• Dapat menghilangkan ketergantungan pada pemakaian kacamata atau lensa kontak bagi penderita kelainan refraksi (miopi, astigmatisma dan hipermetropi).

• Operasi singkat. • Tanpa rasa sakit.

• Tidak memerlukan rawat inap.

• Tidak perlu disuntik, tapi cukup menggunakan anastesi melalui tetes mata. • Penyembuhan berjalan relatif cepat dan penglihatan pun cepat membaik. • Memiliki tingkat keberhasilan hingga 90% (Prof Ion Constable dari Lions

Eye Institute Australia).

• Sangat sedikit orang yang mengeluh kembali setelah melakukan operasi ini.

Kekurangan operasi LASIK adalah :

• Biaya operasi mahal, sekitar 15-20 juta untuk satu kali operasi. • Pasien tetap sadar selama operasi berlangsung.

• Dapat terjadi kemungkinan kelebihan atau kekurangan refraksi.

• Setelah operasi mata mungkin saja terasa berpasir dan sensitif terhadap cahaya.

(18)

• Dua minggu setelah operasi tidak diizinkan untuk berenang atau melakukan aktifitas ekstrim yang bisa membuat mata iritasi.

• Bila operasi tidak berjalan sempurna pasien bisa saja kehilangan penglihatannya.

2. Phakic + IOL : anterior chamber lens clip 3. CLE (Clear Lens Extraction) + IOL

4. Laser diode/Argon : jika ada hole/break pada ora serata retina 2.9 Prognosis

Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat progresi miopia, antara lain dengan :

1. Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata. 2. Pemberian tetes mata atropin.

3. Menurunkan tekanan dalam bola mata.

4. Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada anak.

5. Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh – dekat.

Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Tanzil M, Salamun dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2003:5.

2. Bandung Eye Cantre. Minus Tinggi dan Komlikasi Mata. http://www.bandungeyecentre.com/index.php.

3. Tanjung H. Perbedaan Rata-rata Rigiditas Okuler pada Miopia dan Hipermetropia RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: USU Digital Library, 2003:2-3.

4. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta:1993. Hal 255-56.

5. Linstorm RL, Hardten DR, Chu YR. Laser In Situ Keratomileusis (LASIK) for

the Treatment of Low, Moderate dan High

Referensi

Dokumen terkait

oryzae (Xoo). Kehilangan yang diakibatkan oleh penyakit tersebut di Indonesia mencapai 70 – 80%, di India mencapai 74 – 81% dan Jepang mencapai 20 – 50%, sehingga menyebabkan

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak kriteria kinerja, maka peneliti menggunakan kriteria kinerja menurut Suyadi Prawirosentono yang meliputi: efektifitas,

Hal ini berarti bahwa pinjaman kredit yang diberikan betul-betul yakin bahwa nasabah atau debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterima sesuai dengan jangka waktu dan

Sedangkan kompetensi dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi Inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran yang mencakup sikap

Dari hasil penelitian di dapat 3 skenario kebijakan yang dapat memperbaiki kualitas air Sungai Pegirian di Kelurahan Ujung yaitu penggusuran rumah sekitar aliran

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,

Analisis kebijakan merupakan salah satu metode dalam penelitian yang ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap isu sosial teknis dan diarahkan

Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus Pada Pengusaha Counter