• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN GAYUNGAN SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN GAYUNGAN DISTRICT, SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN GAYUNGAN SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN GAYUNGAN DISTRICT, SURABAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI

KECAMATAN GAYUNGAN SURABAYA

STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN

GAYUNGAN DISTRICT, SURABAYA

Yulinah Trihadiningrum*, Bagoes Ario Sukanto

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Abstrak

Kebiasaan masyarakat di daerah perkotaan umumnya mencampur semua komponen sampah rumah tangga termasuk sampah B3. Hal tersebut bertentangan dengan Undang-Undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, yang mengatur bahwa penghasil limbah harus memisahkan komposisi limbah B3 dari jenis limbah lain. Pada penelitian mengenai sampah B3 kali ini, digunakan Kecamatan Gayungan sebagai lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini digunakan pedoman SNI 19-3964-1995 tentang metode pengambilan dan pengukuran timbulan sampah. Pengambilan contoh sampah untuk Kecamatan Gayungan dilakukan di 100 rumah selama 8 hari. Pengambilan contoh sampah dilakukan di empat kelurahan yang berbeda, yaitu Dukuh Menanggal (25 sampel), Menanggal (25 sampel), Gayungan (25 sampel) dan Ketintang (25 sampel).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa timbulan sampah B3 rata – rata di Kecamatan Gayungan adalah 2,33 g/orang.hari dengan total timbulan sampah B3 satu Kecamatan Gayungan sebesar 85 kg/hari. Jenis limbah B3 terdiri dari mudah terbakar, beracun dan korosif. Rekomendasi yang dapat diberikan dari penelitian mengenai pengolahan sampah B3 permukiman di Kecamatan Gayungan adalah dengan sistem pemilahan dari sumber, pewadahan khusus sampah B3, penyimpanan sementara sampah B3 di LPS, dan sistem pengumpulan sampah B3 menuju LPS dengan mengikuti peraturan tentang pengelolaan limbah B3 yang berlaku.

Kata kunci: Kecamatan Gayungan, Sampah B3, pengelolaan sampah B3 permukiman

1. Pendahuluan

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, maka semakin meningkat pula produksi sampah yang dihasilkan. Tidak terkecuali sampah yang mengandung Bahan Berbahaya Beracun atau yang lebih dikenal B3. Selama ini pabrik dianggap sebagai sumber penghasil B3, tetapi kenyataannya aktifitas rumah tangga juga menjadi salah satu sumber penghasil sampah B3 yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan di sekitar tempat tinggal kita. Pembuangan sampah B3 dalam permukiman memang tidak begitu banyak, tetapi karena populasi yang besar dan tidak ada penanganan khusus, maka akan menimbulkan bahaya yang serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia (Lakshmikantha, 2007).

Menurut Undang-undang no 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah mempunyai kontribusi besar terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca karena penumpukan sampah tanpa diolah akan melepaskan gas metana (CH4) (Suyoto, 2008).

Menurut Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3, limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan

(2)

lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lain. Sedangkan yang dimaksud dengan sampah B3 permukiman atau sampah B3 rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan mengandung bahan dan/atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan/atau beracun (Bagusirawan, 2008).

Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 jo PP no.18/1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. Dari peraturan tersebut menjelaskan limbah yang termasuk ke dalam limbah B3 adalah yang memenuhi salah satu atau lebih karakteristik: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Limbah lain yang apabila diuji dengan metode toksikologi dapat diketahui termasuk dalam jenis limbah B3 (Trihardiningrum, 2000).

Jenis sampah B3 rumah tangga dapat dikelompokkan berdasarkan jenis aktivitas rumah tangga, yaitu bahan atau bekas kemasan produk yang berasal dari (1) aktivitas dapur seperti pembersih lantai, pembersih oven, pengkilat logam, dll. (2) aktivitas kamar mandi seperti pembersih kamar mandi, pembersih toilet, pemutih pakaian, dll. (3) aktivitas garasi dan pembengkelan seperti pembersih body mobil, berbagai cat untuk mobil, aki, dll. (4) aktivitas ruangan di dalam rumah seperti baterai bekas, cairan untuk pengilap mebel, cat, tiner, cairan penghilang karat, pembasmi serangga, lampu neon, parfum, obat-obatan kadaluarsa, dll. (5) aktivitas pertamanan seperti pestisida, cairan pembunuh jamur, racun tikus, dll. Sampah B3 permukiman ini yang akan menjadi pembahasan dalam studi ini khususnya mengenai kajian sistem pengelolaan sampah B3 permukiman di Kecamatan Gayungan Surabaya.

Secara teknis operasional, pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan mulai dari upaya reduksi limbah yang akan terbentuk sampai terbentuknya limbah oleh penghasil. Rantai berikutnya adalah pemanfaatan limbah oleh pemanfaat, pengumpulan limbah oleh pengumpul, pengangkutan limbah oleh pengangkut, dan pengolahan atau penimbunan limbah oleh pengolah.

Kegiatan tersebut berkaitan erat dengan berbagai pihak yang merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3. Setiap mata rantai tersebut memerlukan pengawasan dan pengaturan. Aspek pengawasan dan sanksi juga diatur dalam peraturan.

Kecamatan Gayungan merupakan salah satu kecamatan di Surabaya Selatan yang dipadati pemukiman. Karena kepadatan itulah kecamatan Gayungan berpotensi menimbulkan limbah B3 pemukiman yang umumnya masih digabung dengan sampah rumah tangga biasa. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan warga akan bahaya yang ditimbulkan sampah B3 pada kesehatan lingkungan dan kurang mengerti kelompok-kelompok jenis sampah B3 rumah tangga. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengelolaan secara sistematis hal ini di sebabkan agar dapat menghasilkan hasil yang optimal bagi semua pihak yang terkait.

Tujuan dari penelitian kali ini adalah menghitung laju timbulan dan komposisi sampah B3 rumah tangga di Kecamatan Gayungan Surabaya, mengkaji sistem pengelolaan sampah B3 permukiman saat ini di Kecamatan Gayungan, dan merekomendasikan sistem pengelolaan sampah B3 permukiman yang memadai di Kecamatan Gayungan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Metodologi

Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan sehingga memudahkan perencanaan dari upaya pengelolaan sampah limbah B3 permukiman. Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan mengumpulkan data sampling dan data observasi lapangan. Sedangkan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan peta dari instansi yang terkait.

Pengumpulan data timbulan sampah B3 yang dilakukan dengan mengambil contoh sampah rumah tangga dari permukiman di Kelurahan Gayungan. Metode pengambilan dan pengukuran contoh sesuai dengan SNI 19-3964-1995 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Data Timbulan Sampah B3 dan non B3

•Menentukan lokasi pengambilan contoh sampah B3 dan non B3 •Frekuensi pengambilan sampel dilakukan selama 8 hari

•Penentuan jumlah sampel

Penentuan jumlah sampel yang akan diambil menggunakan persamaan sebagai berikut 1. Bila jumlah penduduk ≤ 106 jiwa.

(3)

P = Cd .√Ps Dimana :

Ps = jumlah penduduk bila ≤ 106 jiwa

Cd = koefisiensi perumahan ( Cd=1, jika kota metropolitan dan besar = 1. Jika kota sedang dan kecil = 0,5).

2. Bila jumlah penduduk ≥ 106 jiwa P = Cd . Cj . √Ps Cj = 6 10 penduduk jumlah Dimana :

Ps = jumlah penduduk bila ≥ 106 jiwa

Cd = koefisiensi perumahan ( Cd=1, jika kota metropolitan dan besar = 1. Jika kota sedang dan kecil = 0,5).

Karena jumlah penduduk Kecamatan Gayungan adalah 36.495 jiwa (≤ 106 jiwa) maka untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus P = Cd .√Ps. Dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Gayungan merupakan salah satu kecamatan yang berada di dalam wilayah Kota Metropolitan Surabaya maka digunakan Cd = 1. Diperoleh jumlah sampel sebanyak 191 sampel, karena rata-rata jumlah penghuni di setiap rumah di Kecamatan Gayungan ini adalah 5 orang, maka akan dilakukan pengambilan sampel sebanyak 38 rumah. Namun agar memperoleh hasil yang lebih akurat, maka dilakukan pengambilan sampling sebanyak 100 rumah, agar memenuhi syarat pengambilan sampel 200 lb untuk komposisi sampah (Tchobanoglous, Theisen dan Vigil, 1993). Jumlah pelayanannya terbagi menjadi empat lokasi pengambilan sampling yaitu 25 rumah di Kelurahan Dukuh Menanggal, 25 rumah di kelurahan Menanggal, 25 rumah di Kelurahan Gayungan, dan 25 rumah di Kelurahan Ketintang.

b. Data Komposisi Sampah B3

Diperoleh dari hasil pemilahan sampah B3 rumah tangga sesuai karateristik yang tercantum dalam PP No.85/1999 jo PP no.18/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yaitu mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, infeksius, bersifat korosif dengan cara sebagai berikut:

Menimbang sampah B3 total.

Memilah sampah B3 secara umum berdasarkan Peraturan Pemerintah No.85 Tahun 1999 dan SNI 19-2454-2002.

Menimbang masing-masing sampah B3 berdasarkan karakteristik. Menghitung komposisi sampah B3.

Setelah diketahui berat masing-masing jenis sampah B3, maka dihitung komposisi sampah B3 berdasarkan karakteristik.

3. Pengolahan dan Pembahasan

Pengolahan data dan pembahasan untuk sistem pengumpulan dan pewadahan sebagai berikut :

1.

Perhitungan timbulan sampah B3 rumah tangga di Kecamatan Gayungan

Timbulan sampah yang diukur adalah timbulan sampah total dari permukiman. Timbulan sampah B3 diukur setelah dilakukan pemilahan. Perhitungan timbulan sampah pada Kecamatan Gayungan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Untuk menghitung timbulan sampah digunakan persamaan:

Timbulan Sampah = Timbulan sampah per orang/hari x Jumlah penduduk.

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Timbulan Sampah B3 (Berat) Permukiman Kecamatan Gayungan Sampling Hari Ke Berat Total (kg/hari)=A Jumlah Penduduk (orang) =B Timbulan Sampah (g/orang.hari)= A/B 1 1,96 421 4,66 2 0,25 0,59

(4)

Sampling Hari Ke Berat Total (kg/hari)=A Jumlah Penduduk (orang) =B Timbulan Sampah (g/orang.hari)= A/B 3 0,57 1,35 4 2,80 6,65 5 0,61 1,45 6 0,28 0,67 7 0,45 1.07 8 0,93 2,21 Rata - Rata 2,33

2. Perhitungan komposisi sampah B3 rumah tangga

Timbulan sampah total diklasifikasikan berdasarkan komponennya dan digambarkan melalui diagram. Selanjutnya timbulan sampah B3 diklasifikasikan berdasarkan karakteristiknya dan digambarkan melalui diagram. Komposisi sampah Untuk menghitung komposisi berdasarkan karakteristik digunakan rumus sebagai berikut:

% Komposisi sampah = 100% sampah l berat tota komponen berat x

No Karakteristik Sampah B3 % Komposisi Sampling Hari Ke- Rata – Rata (%)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Mudah Terbakar 35,55 0 19,23 66,42 40,98 0 0 0,79 20,37 2 Beracun 59,85 100 79,92 23,25 49,18 99,59 100 77,38 73,40 3 Korosif 4,60 0 1,60 7,38 9,84 0,81 0 21,83 5,70

Dari hasil penemuan sampling di lapangan selama 8 kali didapatkan komposisi sampah B3 yang berdasarkan karakteristiknya di Kecamatan Gayungan antara lain:

• Beracun yang terdiri dari: kemasan produk/ obat kadaluasa, kemasan pestisida, minyak rambut, kemasan pembersih lantai, kemasan shampo obat, bola lampu, dan baterai.

• Mudah terbakar yang terdiri dari: korek api gas/ pemantik rokok, kemasan oli, kemasan tinta, penghapus tinta (Tipe ex), besi penyemprot cat mobil, kemasan cat, kemasan pengkilat cat, kemasan thiner, cartridge printer.

• Korosif yang terdiri dari : kemasan pembersih kolam, kemasan pembersih gelas, elektronik dan charger handphone rusak, dan kemasan pemutih pakaian.

3. Perhitungan densitas sampah B3 rumah tangga

Data densitas sampah diperoleh dari literatur, jika tidak terdapat dari literatur maka dicari hasil perhitungan dengan cara dan ketentuan yang terdapat dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-3964-1995. Hasil pengukuran densitas sampah B3 selama 8 hari di Kecamatan Gayungan dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Densitas Sampah = ) (m sampah volume (kg) sampah berat 3

Namun ada beberapa kasus pengukuran volume sampel yang menggunakan semacam tupperware berukuran 12 L. Rumus yang digunakan adalah:

(5)

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Densitas Sampah B3 di Kecamatan Gayungan

Hari

Ke- Berat isi (kg) Tinggi Sampah (m) Luas Kotak (m²) Vol sampah (m³) Densitas (kg/m³)

0 1 2 3 2 x 3 = 4 1/4 = 5 1 1,96 0,39 0,04 0,0156 125,32 2 0,26 0,05 0,045 0,0023 115,00 3 0,32 0,28 0,04 0,0112 28,30 4 2,71 0,53 0,04 0,0212 127,83 5 0,61 0,27 0,04 0,0108 56,48 6 0,25 0,28 0,04 0,0112 21,96 7 0,43 0,3 0,04 0,012 35,92 8 0,50 0,14 0,045 0,0063 79,62 Rata – Rata 0,88 73,80

3.1 Pola Pengelolaan Sampah B3 Permukiman

Pola pengelolaan yang akan diteliti pada studi ini berdasarkan PP No.85/1999 jo PP no.18/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, antara lain :

•Pewadahan Sampah B3

Kriteria wadah untuk sampah B3 direncanakan sesuai Kep-01/Bapedal/09/1995. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pewadahan sampah B3 antara lain ukuran wadah

Perhitungan volume rata-rata sampah B3 Kecamatan Gayungan. Rata-rata volume sampah B3 tiap orang = 0,0283 L/orang.hari Volume wadah sampah B3 tiap rumah:

= Volume sampah B3 tiap rumah x Jumlah orang tiap rumah x frekwensi = 0,0283 L/orang.hari x 5 orang x 90 hari

= 12,74 L = 13 L

Dari perhitungan di atas didapatkan hasil yang terlalu kecil sehingga direncanakan volume wadah diperbesar menjadi 36L dengan panjang 30 cm, lebar 30 cm dan tinggi 40 cm. Pertimbangan memperbesar volume wadah antara lain sebagai faktor keamanan apabila terjadi penambahan jumlah sampah B3 dan estimasi keseimbangan antara ukuran wadah sampah B3 dengan ukuran jenis sampah B3 sehingga wadah sampah dapat menampung sampah B3 tersebut. Desain wadah sampah B3 untuk Kecamatan Gayungan dapat disesuaikan dengan desain wadah sampah B3 yang sudah terdapat di negara maju. Contoh wadah sampah B3 di Negara maju dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Wadah sampah B3 akan didesain dengan bentuk yang ergonomis sesuai dengan fungsinya, sedangkan warna wadah untuk sampah B3 disarankan mengikuti SNI 19-2454-2002. Selain warna, pada sampah B3 harus diberi simbol berdasarkan karakteristik sampah B3

Gambar 3.1 Keterangan

Wadah ini dapat digunakan untuk limbah B3 seperti baterai Bahan : Logam

Volume : 25L Sumber :

Anonim, 2010, battery container.

(6)

•Penentuan pengumpulan sampah B3 permukiman

Definisi pengumpulan sampah menurut SNI 19-2454-2002 adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya ketempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung. Alat pengangkut sampah B3 harus memenuhi ketentuan Kep-05/Bapedal/09/1995. Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun untuk bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dikemas dalam jenis botol atau kemasan kecil lain, dapat diangkut menggunakan kendaraan pengangkut biasa yang dilengkapi plakat simbol B3 karakteristik campuran. Keamanan bahan berbahaya dan beracun (B3) harus terjamin selama perjalanan.

• Kendaraan gerobak motor, mobil box dan gerobak dapat digunakan dalam sistem pengumpulan sampah B3.

Berikut ini adalah keuntungan dan kerugian penggunaan kendaraan gerobak motor, mobil box, dan gerobak:

Keuntungan penggunaan kendaraan bermotor (motor box): 1. Efisiensi waktu

2. Dapat digunakan untuk melayani jalan perkampungan yang sempit

3. Pengangkutan sampah B3 sudah cukup aman. Box sampah B3 disekat berdasarkan karakteristik sehingga sampah B3 tidak bercampur ketika diangkut. 4. Lebih mudah menempatkan tempat pemberhentian untuk pengambilan sampah

B3.

Kerugian penggunaan kendaraan bermotor:

Volume sampah B3 yang dapat dikumpulkan tidak terlalu banyak, sehingga kurang efisien waktu maupun trip.

Keuntungan penggunaan mobil box:

1. Volume sampah yang dapat dikumpulkan lebih banyak sehingga lebih efisien waktu

2. Cukup aman digunakan untuk mengangkut sampah B3. Kerugian penggunaan mobil box:

1. Sulit dalam pelayanan pada jalan perkampungan yang sempit 2. Beban biaya kepada masyarakat cukup mahal.

3. Sulit mencari tempat pemberhentian saat pengambilan sampah B3 dari sumber. Keuntungan penggunaan gerobak:

1. Beban biaya kepada masyarakat relatif murah karena tidak memerlukan BBM. 2. Dapat digunakan untuk melayani jalan perkampungan yang sempit.

3. Cukup aman digunakan untuk mengangkut sampah B3. Kerugian penggunaan gerobak:

1. Kurang efisiensi waktu.

2. Sampah B3 yang dikumpulkan kurang begitu banyak.

Berdasarkan pertimbangan faktor kondisi lingkungan Kecamatan Gayungan dan keuntungan serta kerugian kendaraan pengumpul, maka dipilih kendaraan pengumpul sampah B3 menggunakan gerobak. Gambar kendaraan pengumpul dapat dilihat pada gambar 3.2, 3.3 dan 3.4.

(7)

Gambar 3.2 Kendaraan Pengumpul tampak samping Sampah B3 Permukiman

Gambar 3.3 Kendaraan Pengumpul tampak atas Sampah B3 Permukiman

(8)

Volume kendaraan pengumpul sampah B3 dapat diketahui dari perhitungan berdasarkan asumsi jumlah rumah 2 RT. Digunakan asumsi pelayanan 2 RT untuk tiap kendaraan pengumpul. Hal ini untuk memaksimalkan waktu dan ruang dalam proses pengumpulan. Asumsi 2 RT = 70 rumah

Volume kotak pengumpul = jumlah timbulan sampah per rumah x jumlah rumah x faktor aman

= 13 L x 70 rumah x 2 = 1.820 L ≈ 2 m3

Dimensi box yang dipilih adalah 160 x 90 x 80

Kendaraan pengumpul sampah B3 dibagi menjadi tiga ruang, berdasarkan karakteristik sampah B3 yang teridentifikasi di Kecamatan Gayungan yaitu:

1. Volume tiap ruang di buat sama, dengan dipasang dua sekat yang mambagi lebar box menjadi tiga bagian.

2. Lebar masing-masing ruang dalam box 30 cm, tinggi 80 cm dan volume 1,16 m3

Bahan gerobak terbuat dari rangka berupa besi, ban roda terbuat dari karet, velg tipe 275/17, dinding dan lantai gerobak terbuat dari plat ezeer dengan ketebalan 1,2mm, sambungan dilas penuh sehingga kedap air, pintu belakang dibuka dengan cara diangkat ke atas dan gerobak dicat sesuai undang-undang B3 yang berlaku.

Pengumpulan sampah B3 diambil selama 90 hari sekali dengan rute pengangkutan adalah 2 RT karena untuk efisiensi ruang box dan waktu pengumpulan.

•Penentuan jenis dan kapasitas kontainer sampah B3 permukiman di LPS Kecamatan Gayungan

Diasumsikan 1 Kelurahan di Kecamatan Gayungan memiliki 9 RW dan 1 RW terdiri dari 1824 rumah.

= Volume total sampah B3 di kontainer

= Volume sampah B3 tiap rumah x Jumlah rumah dalam 1 Kelurahan x Frekuensi = 0,0283 L x 1824 rumah x 90 hari

= 4,65 L = 5 m³

(9)

•Rekomendasi.

Agar timbulan sampah B3 yang dihasilkan oleh permukiman tidak terlalu banyak maka perlu adanya rekomendasi yang dapat dilakukan oleh pihak masyarakat dan pemerintah. Berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Rekomendasi untuk masyarakat:

1. Menyediakan sarana pewadahan untuk sampah B3.

2. Mengurangi konsumsi penggunaan produk yang berbahan B3.

3. Menyimpan sampah B3 tidak lebih dari 90 hari, kecuali sampah yang mempunyai karakteristik infeksius.

4. Bila menemukan sampah B3 yang infeksius harap langsung dibuang tidak disimpan. Karena dapat membahayakan.

Rekomendasi untuk pemerintah:

1. Wajib menyediakan sarana khusus pengolahan sampah B3 permukiman, antara lain countainer di TPS dan saarana pengangkutan sampah B3.

2. Melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam upaya pengolahan sampah B3. 3. Mengupayakan adanya sosiaisasi kepada warga tentang sampah B3 sehingga dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya sampah B3

4. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan dapat ditarik kesimpulan diantaranya timbulan sampah B3 (berat) rata-rata tiap orang 2,33 g/orang.hari selama penelitian 8 hari. Sedangkan timbulan sampah B3 tiap rumah seberat 11,65 g/rumah.hari, dan untuk seluruh Kecamatan Gayungan diperoleh hasil seberat 85 kg/hari.

Komposisi sampah B3 yang terdapat di Kecamatan Gayungan berdasarkan penelitian terdiri dari sampah B3 beracun, mudah terbakar dan korosif. Rekomendasi peneliti untuk pengelolaan sampah B3 permukiman di Kecamatan Gayungan meliputi pemilahan sampah B3 dari sumber, pewadahan khusus sampah B3 dalam wadah dengan volume 36L, penyimpanan sementara sampah B3 di TPS, selanjutnya akan disalurkan kepada jasa pengelola sampah B3 permukiman.

Daftar Pustaka

Anonim. 2007. Kecamatan Gayungan Dalam Angka.

Anonim. 2004. KeputusanDirektur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.725/AJ.302/DRJD/2004 Tentang Penyelenggaraan Pengangkutan Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3) Di Jalan.

Anonim. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang tata-cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3.

Anonim. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-05/Bapedal/09/1995 tentang Simbol Dan Label Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.

Anonim. 2008. Pengolahan Sampah Di Permukiman. SNI 3242:2008.

Anonim. 1995. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. SNI 19-3964.

Anonim. 2008. Undang-undang RI No.18/2008 tentang Pengelolaan Sampah

Anonim. 2001. Peraturan Pemerintah RI No.74/2001 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Anonim. 1999. Peraturan Pemerintah RI No.18/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Anonim. 1999. Peraturan Pemerintah RI No. 85/1999 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Bagusirawan.2008.Waspada Sampah B3 Rumah Tangga, <URL:http://bagusirawan.blogspot.com/ 2008/03/ waspada-sampah-b3-rumah-tangga.html>

Heimlich, Joe. 2010. Disposing of Hazardous Household Waste, <URL:http://chemicallypure.com/disposing-of-hazardous-household-waste>

(10)

Lakshmikantha, H., Lakshminarasimaiah, N., 2007. “Household Hazardous Waste Generation-Management”. Proceedings of the International Conference on Sustainable Solid Waste Management. pp.163-168.

Riandani, A., 2011. “Studi Pengelolaan Sampah B3 Permukiman Di Kecamatan Sukolilo, Surabaya” Sara, O., Liliana, M., Otoniel, B., 2006. ” Comparative analysis of hazardous household waste in two

Mexican regions” Waste Management 27, <URL:http://www.sciencedirect. com/science/article/pii/S0956053X0600136X>

Suyoto, B., 2008. “Fenomena Gerakan Mengolah Sampah”. Prima Infosarana Media, Jakarta.

Tchobanoglous, G., Theisen, H. dan Vigil, S., 1993. “Integrated Solid Waste Management: Engineering Principles ang Management Issues”. McGraw-Hill, Inc. Singapore.

Gambar

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Timbulan Sampah B3 (Berat) Permukiman Kecamatan Gayungan  Sampling Hari  Ke  Berat Total  (kg/hari)=A  Jumlah Penduduk (orang) =B  Timbulan Sampah  (g/orang.hari)= A/B  1  1,96  421  4,66  2  0,25  0,59
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Densitas Sampah B3 di Kecamatan Gayungan
Gambar 3.2 Kendaraan Pengumpul tampak samping Sampah B3 Permukiman
Gambar 3.5 Skema Pengumpulan sampah B3 di Kecamatan Gayungan

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan sistem pengelolaan sampah di Kecamatan Semarang Tengah dengan menggunakan paradigma baru yaitu dengan 3R di sumber timbulan dan pemilahan sampah di

Dengan mencermati tindakan para nasabah, Anggota, dan pengurus Bank Sampah Gading Resik yang berada di Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya, maka

Meskipun kuantitas sampah B3 rumahtangga (SB3-RT) di Kabupaten Sleman hanya 2,44 g/orang/hari atau sekitar 0,488% dari sampah domestik, tetapi karena memiliki karakteristik

(2012), perubahan cara berpikir masyarakat mengenai pengelolaan sampah rumah tangga untuk mengurangi sampah di sumber melalui partisipasi warga harus diintegrasikan ke

sebesar 0.0348 kg/pasien/hari. Timbulan limbah B3 yang dihasilkan oleh puskesmas tergantung pada kegiatan yang dilakukan di sumber limbah B3. Jika sebagian besar

Menganalisa dan mengkaji pengelolaan limbah B3 (reduksi, pewadahan, penyimpanan, transportasi, dan pengumpulan) yang dihasilkan dari bengkel kendaraan bermotor roda empat di

Perencanaan sistem pengelolaan sampah di Kecamatan Semarang Tengah dengan menggunakan paradigma baru yaitu dengan 3R di sumber timbulan dan pemilahan sampah di

Sumber : Dokumentasi Peneliti Proses pemisahan dahan dengan daun untuk diolah menjadi upuk Sumber: Dokumentasi Peneliti Tempat pembuangan sampah sementara menur Sumber: Dokumentasi