• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun dan diusulkan oleh : DJOKO PRASETYO S. Nomor Stambuk : PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Disusun dan diusulkan oleh : DJOKO PRASETYO S. Nomor Stambuk : PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM LAYANAN IZIN SEMAKIN CEPAT (LIPAT) DALAM PELAYANAN PUBLIK DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN ENREKANG

Disusun dan diusulkan oleh :

DJOKO PRASETYO S Nomor Stambuk : 105610538615

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM LAYANAN IZIN SEMAKIN CEPAT (LIPAT) DALAM PELAYANAN PUBLIK DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN ENREKANG

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

DJOKO PRASETYO S Nomor Stambuk : 105610538615

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iii

ABSTRAK

Djoko Prasetyo S, Implementasi Program Layanan Izin Semakin Cepat (LIPAT) Dalam Pelayanan Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang. Skripsi (Dibimbing oleh Anwar dan Adnan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengimplementasian program layanan izin semakin cepat (LIPAT) dalam pelayanan publik di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Enrekang. Jenis penelitian ini menggunakan metode Penelitian kualitatif, penelitian kualitatif yakni penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan proses kegiatan berdasarkan apa yang ada dilapangan sebagai bahan untuk menemukan kelemahan dan kekurangan sehingga dapat ditentukan upaya untuk memperbaikinya, menganalisis suatu gejala, peristiwa, dan fakta yang ada dilapangan. Sumber data terdiri dari data primer yang diperoleh melalui wawancara sedangankan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-catatan, laporan maupun arsip resmi yang dapat didukung dengan kelengkapan data primer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengimplementasian program layanan izin semakin cepat (LIPAT) dalam pelayanan publik bisa di katakan sudah cukup baik. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa indikator-indikator yang digunakan dalam pengimplementasian kebijakan yaitu kondisi lingkungan, hubungan antar organisasi, sumberdaya organisasi, karateristik dan kemampuan agen pelaksana.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah segala puji bagi allah subuhanahuWaTa’la yang telah memberikan berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas isin-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Semoga Shalawat. Salam dan keberkahan selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dandan banyak orang-oran disekitar penulis. Kepada kedua orang tua saya Sulaiman M dan St Khadijah yang telahbanyak memberikan support dan doa yang takhenti-hentinya baik itu secara fisik maupun mental sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini. Ini lah yang bisa diberikan dari hasil jerih payah dan perjuangan yang telah saya berikan, semoga setelah ini dapat menjadi kebanggaan keluarga, dan semoga menjadi pintu gerbang kejenjang dan proses selanjutnya yang akan dapat membahagiakan kalian nantinya, Amiin.

Dan diikuti ucapan terimah kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran berupa haraan, bantuan dan dorongan moril sehingga rangkaiaan penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada Bapak

Dr Anwar Parawangi M.Si dan Adnan Ma’ruf S.Sos M.Si selaku pembimbing I

dan pembimbing II yang telah berkenan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal persiapan penelitian sehingga selesainya penyusunan skripsi ini. tak lupa penulis hanturkan terimakasih kepada :

(7)

v

Awal persiapan penelitian sehingga selesainya penyusunan skripsi ini, tak lupa penulis lanturkan terima kasih kepada :

1. Dr.Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Nasrulhaq, S.Sos., MPA selaku ketua Jurusan yang telah banyak membantu penulis selama masa perkulihaan.

3. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selamah menempu pendidikan di jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Muhammadiyah Makassar. 4. Seluru Staf dan Pegawai FISIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Terima kasih kepada seluruh keluarga saya yang selalu memberikan do’a, memberikan semangat, dan bantuan baik moril maupun materil.

6. Terima kasih kepada teman-teman Executive 015 Kelas D yang telah menemani dan membantu saya sejak awal masuk Universitas Muhammadiyah Makassar sampe sekarang ini.

7. Terimah kasih kepada teman KKP Pakubalaho Haris, Janwar, Cahya, Ira, Yuli Asti, Ninda, Susi, Oda atas masukan dan bantuannya.

8. Terima kasih kepada teman-teman Pasukan Tamalate Fathur, Enno, Rahmat, Syarfan, Fachrul, Aan, Anca, Om Arnold, Arif, Dian, Bambel, Dedy, Gugi, Wahyu, Yaya, Yuyu, Iman, Iwang, Ayyub yang selama ini selalu memberi dukungan dan memberikan saya semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

(8)

vi

Terima kasih atas bantuannya selama ini akhirnya dengan segalah kerendahan hati, penulis merasa bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kesalahan. Oleh karna itu, saran dan kritik sangat diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan pengorbanan yang telah diberikan yang memungkinkan terselesaikannya skripsi ini. bernilai ibadah dan memperoleh imbalan yang berlipat ganda disisi Allah SWT, Amin. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Makassar, Agustus 2020

(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...

Halaman Persetujuan ... i

Halaman Penerimaan Tim ... ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat penelitian ... 8

Bab II Tinjauan Pustaka ... A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Tinjauan tentang Implementasi Program ... 11

C. Tinjauan tentang Pelayanan Publik ... 17

D. Pelayanan Terpadu Satu Pintu ... 28

E. Program Layanan Izin Cepat (LIPAT) ... 30

F. Kerangka Pikir ... 31

Bab III Metode Penelitian ... A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 35

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 35

C. Sumber Data Penelitian ... 36

D. Informan Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknis Analisis Data ... 39

(10)

viii

Bab IV Hasil dan Pembahasan ...

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 42

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan Penelitian ... 63

Bab V Kesimpulan dan Saran ... A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

NO Informan Penelitian Jumlah

1 Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu 1 2 Kepala Bidang Penyelenggara Pelayanan Perizinan 1

3 Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 1

4 Pegawai Operasional 3

5 Masyarakat penggguna jasa pelayanan 4

Tabel 4.1

No Nama Kecamatan

Jumlah

Kelurahan

Jumlah Desa

1 Kecamatan Alla 3 5 2 Kecamatan Anggeraja 3 12 3 Kecamatan Baraka 3 12 4 Kecamatan Baroko - 5 5 Kecamatan Bungin - 6

6 Kecamatan Buntu Batu - 8

7 Kecamatan Cendana - 7

8 Kecamatan Curio - 11

(12)

x 10 Kecamatan Maiwa 1 21 11 Kecamatan Malua 1 7 12 Kecamatan Masalle - 6 Jumlah 17 112 Tabel 4.2

No Nama Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Cendana 4254 4579 8833 2 Baraka 11347 11108 22455 3 Buntu Batu 6955 6647 13602 4 Anggeraja 12643 12687 25330 5 Malua 3989 4178 8167 6 Alla 11380 10821 22201 7 Curio 8243 7865 16108 8 Masalle 6593 6288 12881 9 Baroko 5444 5139 10583 10 Enrekang 15727 16494 32221 11 Bungin 2264 2187 4451 12 Maiwa 12358 12424 24782 Tabel 4.3 NO STRUKTUR JABATAN/ KEPEGAWAIAN JUMLAH

KONDISI SAAT INI

STATUS PENDIDIKAN

1. Kepala Dinas 1 ASN Strata Dua (S2)

2 . Sekretaris 1 ASN Strata Dua (S2)

Sub Bagian Perencanaan Staf perencana 1 1

ASN TK

Strata Dua (S2) SMU Sub Bagian Umum dan Kep

Staf Umum & Kepegawaian Staf Umum & Kepegawaian

1 2 1 ASN ASN TK Strata Satu (S1) Strata Satu (S1) & SMU SMU

Sub Bagian Keuangan Staf Keuangan Staf Keuangan Staf Keuangan 1 2 1 2 ASN ASN ASN TK Strata Satu (S1) Diploma 3 (D3) & SMU SMU

(13)

xi 3. Kepala Bagian Pengendalian Pelaksanaan

PM

1 ASN Strata Satu (S1)

Kasi Pemantauan dan Pengawasan PM 1 ASN Strata Satu (S1)

Kasi Pembinaan Penanaman Modal 1 ASN Strata Satu (S1)

Staf Bidang Pengendalian Penanaman Modal

5 TK Strata Satu (S1) & SMU

4. Kepala Bidang Promosi PM 1 ASN Strata Satu (S1)

Kasi Sarana & Prasarana Promosis Penanaman Modal

1 ASN Strata Satu (S1)

Kasi Pengembangan dan Pelaksanaan Promosi PM

1 ASN Strata Satu (S1)

Staf Bidang Promosi Penanaman Modal 3 TK Strata Satu (S1) & SMU

5. Kepala Bidang Perencanaan Pengembangan Iklim PM

1 ASN Strata Dua (S2)

Kasi Pemberdayaan Usaha Daerah 1 ASN Strata Satu (S1)

Kasi Perencanaan Penanaman Modal 1 ASN Strata Satu (S1)

taf Bidang Perencanaan & Pengembangan Iklim PM

4 TK Strata Satu (S1) & SMU

6. Kepala Bidang Pelayanan Perizinan 1 ASN Strata Dua (S2)

Kasi Pengaduan Perizinan Penanaman Modal

1 ASN SMU

Kasi Administrasi Pelayanan Perizinan & Non Perizinan

1 ASN Diploma Tiga (D3)

Staf Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Gambar 4.1

Pelayanan Perizinan Di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kab Enrekang

1. Kondisi Lingkungan 2. Hubungan antar Organisasi 3. Sumberdaya Organisasi Untuk

Implementasi Program 4. Karateristik dan kemampuan

agen pelaksana

Implementasi Program Layanan Izin Semakin Cepat (LIPAT) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Enrekang

(15)

xiii Gambar 4.2

(16)

xiv Gambar 4.4

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga Negara dan penduduk atau suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik.Pela yanan publik semakin penting dengan diberlakukannya otonomi daerah,Pemerintah daerah sebagai daerah yang otonom mempunyai kebebasan yang luas untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan terus meningkat dari waktu ke waktu.Tuntutan tersebut semakin berkembang seirama dengan tumbuhnya kesadaran bahwa warga Negara memilik hak untuk dilayani dan kewajiban pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Mariun, 1979).

Berdasarkan penelitian terdahulu dari Nur Lia Halim (2017) hasil dari penelitinnya menyatakan bahwa pelayanan yang efisien dapat dilihat dari mekanisme pelayanannya, asas hukum yang cepat, mudah, dan biaya ringan. Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan publik tidak hanya menciptakan sebuah pelayanan yang efisien, tapi bagaimana agar pelayanan dapat dilakukan dengan tidak membedakan status masyarakat dan menciptakan pelayanan

(18)

yang prima, adil dan demokratis. Berdasarkan keputusan Menteri pendayagunaan aparatur Negara nomor 63 tahun 2003 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan, masyarakat berhak mendapatkan kemudahan dalam setiap yang terjadi di demokrasi. Bahwa Negara melindungi segenap warga Negara terwujud dalam penjaminan pelayanan yang prima dan professional.

Pelayanan Publik diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 yang mana mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintah yang baik yang merupakan efektivitas fungsi-fungsi pemerintahan dalam pelayanan publik. Maka dari itu system pemerintahan yang ada di Indonesia meletakan pelayanan sebagai dasar membangun hubungan birokrasi antara Negara dengan masyarakat yang mereka letakan dalam system pemerintahan. Pelayanan sebagai jembatan tercapainya tujuan bersama sudah pasti harus mendapatkan perhatian khusus demi tercapainya cita-cita bangsa.Untuk itu birokrasi dituntut menjadi lebih professional dalam menjalankan tugasnya dan lebih bertanggung jawab mengingat pelayanan publik merupakan salah satu perwujudan dari fungsi Negara yang terjemahkan dalam sikap dan perilaku aparat birokrasi.Dengan konsep seperti ini maka diharapkan adanya hubungan timbal balik yang terjadi antara masyarakat dengan pemerintah demi terwujudnya kesejahteraan bersama.

Birokrasi memeliki peran strategis dalam menentukan apakah suatu pelayanan yang diberikan sudah berkualitas atau belum, karena pemberian pelayanan kepada masyarakat merupakan kewajiban utama pemerintah. Oleh karena itu, pelayanan yang

(19)

diberikan pemerintah sebagai penyedia jasa pelayanan kepada masyarakat sangatlah ditentukan oleh kinerja pelayanan yang diberikan.Di dalam penyelenggaraan pelayanan publik, para birokrat belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik karena masih berorientasi pada kekuasaan yang amat kuat selama ini dan telah membuat birokrasi menjadi semakin jauh dari misinya untuk memberikan pelayanan publik.Birokrasi dan para pejabatnya lebih menempatkan dirinya sebagai penguasa daripada sebagai pelayan masyarakat.

Dalam rangka mencapai pemyelenggaraan pemerintah yang baik tidak mungkin semua diserahkan kepada pemerintah pusat.Maka dari itu, setiap daerah diberikan kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri yang disebut dengan otonomi daerah.Oleh karena itu diberlakukan desentralisasi, yaitu adanya penyerahan wewenang kepada daerah-daerah otonom untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri.Dengan adanya desentraslisasi ini masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam pengelolaan daerahnya serta kebutuhan masyarakat di daerah diharapkan dapat lebih mudah untuk terpenuhi karena tidak harus jauh-jauh mengurus segala sesuatunya ke pemerintah pusat.

Dengan adanya otonomi daerah, mendorong daerah untuk melaksanakan otonominya dengan kewenangan-kewenangan yang efektif yang dapat berjalan dengan demokratis.Dengandiberlakukannya otonomi daerah, hal ini membuat daerah dituntut untuk mengelola dan memanfaatkan secara optimal segala sumberdaya baik ekonomi, sumberdaya alam ataupun sumberdaya manusia yang ada di daerah untuk

(20)

menjamin berlangsungnya pembangunan daerah. Pelaksanaan otonomi daerah akan mendorong pemikiran baru bagaimana menata kewenangan yang efektif dan efisien. Artinya pemerintahan dapat diselenggarakan secara demokratis, penyelenggaraan pemerintahan saat ini bukan lagi semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh aktor dalam sebuah Negara.

Pada dasarnya pelayanan publik mencakup tiga aspek, yaitu pelayanan barang, pelayanan jasa, dan pelayanan administratif.Wujud pelayanan administratif adalah layanan berbagai perizinan.Salah satu indikator keberhasilan pelakasanaan otonomi daerah adalah kemampuan pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan kepada publik dengan baik.Artinya masyarakat dapat memperoleh pelayanan secara mudah.Murah, cepat dan ramah yang pada akhirnya mencapai ukuran kepuasan publik yang dikehendaki.Pelayanan merupakan wujud dari fungsi pemerintah sebagai bukti pengabdian kepada masyarakat.

Pemerintah Indonesia mengintruksikan kepada seluruh kepala daerah agar dapat segera menerapkan pola pelayanan perizinan terpadu satu pintu melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 24 tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perizinan Terpadu Satu Pintu, yang jenis kelembagaannya diserahkan kepada daerah untuk memilih jenis lembaga yang sesuai apakah berbentuk dinas, kantor atau badan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan daerah dalam mengelolanya. Dengan dibentuknya Kantor/Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu Satu pintu ini sebagai institusi yang khusus bertugas memberikan pelayanan

(21)

perizinan kepada masyarakat, dalam hal pengurusan peizinan masyarakat hanya cukup mendatangi satu Kantor/Badan/Dinas saja.

Menyikapi Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 24 tahun 2006, Pemerintah Kabupaten Enrekang mengambil kebijakan untuk membentuk Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu,sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 2007 tentang pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang. Kebijakan yang diambil Pemerintah Kabupaten Enrekang ini menjadi cerminan sikap Pemerintah dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui sebuah reformasi birokrasi.

Keterpaduan pelayanan perizinan berarti memangkas birokrasi yang selalu dikeluhkan berbelit-belit. Masyarakat tidak perlu lagi bolak-balik antara satu kantor dengan kantor lainnya untuk mendapatkan otorisasi jenis perizinan yang sedang diurus, karena semuanya bisa selesai dalam satu kantor yaitu di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu pintu. Manfaat pelayanan satu pintu ini adalah masyarakat dapat menerima pelayanan yang lebih sederhana, jelas, aman, transparan, efisien, ekonomis, adil, merata, tepat waktu dan terkoordinasi. Penyelenggaraan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non-perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

(22)

Penerapan system Pelayanan Terpadu Satu Pintu merupakan suatu langkah yang signifikan sebagai wujud peningkatan pelayanan perizinan di Kabupaten Enrekang. Tentunya berbagai layanan publik yang diselenggarakan akan menjadi tolak ukur pelayanan publik di Kota/Kabupaten Enrekang. Namun di dalam penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu ini masih ada keluhan-keluhan dari masyarakat. Yaitu, pelaksanaan pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat sehingga menyulitkan masyarakat yang berada di pelosok-pelosok desa untuk mendapatkan pelayanan perizinan. Faktor jarak untuk mendapatkan perizinan dan sarana prasarana untukMasyarakatke Kantor Pelayanan Modal dan Pelayanan terpadu Satu Pintu ini sering menjadi faktor penghambat utama Masyarakat untuk mendaftar atau mendapatkan pelayanan.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang sebagai penyelenggara perizinan dan terbentuk dari sebuah proses dalam rangka mencari pola terbaik dan mencari jawaban atas setiap keluhan dari Masyarakat atas pelayanan yang diberikan mengeluarkan suatu program untuk memaksimalkan pelayanan. Program ini disebut dengan Program Layanan Izin Cepat (LIPAT). Program ini merupakan suatu program yang dikeluarkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu berdasar pada Peraturan Bupati Enrekang Nomor 14 tahun 2014 Tentang pendelegasian kewenangan di bidang perizinan dan non perizinan kepada kepala Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(23)

Berdasarkan uraian di atas dengan melihat UU No.25 tahun 2009 menyatakan bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan/rangkaian dalam rangka pemulihan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dan/ atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Maka dari itu menurut G Shabbbir Cheema dan Dennis A Rondinelli mengemukakan bahwa dalam menyukseskan program-program pemerintah yang bersifat desentralistis ada 4 indikator yang dapat mempengaruhi pengimplementasian dari suatu program yaitu : Kondisi Lingkungan, Sumberdaya Organisasi, Hubungan antar organisasi, Karateristik dan Kemampuan Agen Pelaksana. Maka dari itu penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui. Implementasi Program Layanan Izin Semakin Cepat (LIPAT) Dalam Pelayanan Publik di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diuraikan rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana implementasi program Layanan Izin Semakin Cepat (LIPAT) dalam pelayanan public dari segi kondisi lingkungan, hubungan antar organisasi, sumberdaya organisasi, karateristik dan kemampuan agen pelaksana di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang?

(24)

2. Apa faktor penghambat atau kendala dalam implementasi program Layanan Izin Semakin Cepat (LIPAT) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan penelitian ini yaitu untuk :

1. Untuk mengetahui Implementasi Program Layanan Izin Cepat (LIPAT) dalam pelayanan publik dari kondisi lingkungan, hubungan antar organisasi, sumberdaya organisasi, karateristik dan kemampuan agen pelaksana di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang

2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan Program Layanan Izin Cepat (LIPAT) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan informasi dan wawasan yang lebih lengkap dan mendalam tentang pelayanan publikmengenai perizinan dalam sebuah instansi sehingga dapat memberikan kontribusi pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan.

(25)

2. Secara Praktis

a. Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat menamambah wawasan dan pengetrahuan serta meningkatkan kemampuan yang dimiliki untuk mendalami teori yang di terima.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan serta solusi yang objektif dalam penerapan asas kemudahan, kecepatan, dan keterjangkauan di Dinas Penanaman Modan dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Enrekang.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

(26)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dalam mendukung penelitian ini, diantaranya :

1. Penelitian Nur Lia Halim (2017) dengan judul “Pelayanan Perizinan Pada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Kabupaten Enrekang”. Yang menyimpulkan bahwa Sistem pelayanan perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal di Kabupaten Enrekang dapat dilihat dari mekanisme pelayanan perizinan dan asas hukum yang cepat, mudah, dan biaya ringan. Dengan melihat hal tersebut dan respon yang diberikan masyarakat Kabupaten Enrekang atas pelayanan yang diselenggarakan menunjukan bahwa pelayanan perizinan di kabupaten Enrekang telah mengalami perbaikan namun masih terdapat beberapa Masyarakat yang mengeluh terhadap pelayanan yang dilakukan melalui penerapan system pelayanan perizinan terpadu satu pintu.

2. Penelitian Suhartoyo (2019) dengan judul “Implementasi Fungsi Pelayanan Publik Dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu”. Yang menyimpulkan bahwa dalam pelayanan publik keberhasilan pelayanan menunjukkan adanya efisien dalam dalam pelayanan, memiliki standar waktu yang jelas, memiliki prosedur

(27)

pelayanan yang sederhana, dan mudah diakses oleh orang membutuhkan pelayanan.

3. Penelitian Dani Boy Damanik (2017) dengan judul “Implementasi Kebijakan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar”. Yang menyimpulkan bahwa Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) sudah berjalan dengan baik. Namun penyampaian kebijakan SPIPISE kepada masyarakat belum maksimal, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pematangsiantar kurang intens mensosialisasikan kebijakan SPIPISE kepada masyarakat. Akibatnya kebijakan SPIPISE tidak begitu diketahui oleh masyarakat.

B. Tinjauan Tentang Implementasi Program

1. Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Wahab adalah :

(28)

Konsep implementasi berasal dari bahasa bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carryng out(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”(Webster dalam wahab, 2004:64).

Selain pengertian implementasi menurut Webster di atas dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn yang menjelaskan bahwa implementasi yaitu Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individy-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. (Meter dan Horn dalam Wahab, 2004:65)

Pandangan Meter dan Horn bahwa Implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuann yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya. Namun dalam praktiknya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari undang-undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Mazmanian dan Sebastiar juga mendefinisikan implementasi sebagai berikut: Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

(29)

keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan-keputusan badan peradilan. (Mazmanian dan Sebastiar dalam Wahab, 2004:68)

Implementasi menurut Mazmanian dan Sebastiar merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan-keputusan yang penting atau seperti keputusan-keputusan badan peradilan. Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.

2. Pengertian Program

Program adalah tahapan dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program telah dimuat berbagai aspek antara lain :

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai

b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan itu.

c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

(30)

Selanjutnya Keban (2004:35), menyebutkan : Apakah program efektif atau tidak, maka standar penilaian yang dapat dipakai adalah organisasi, interpretasi, penerapan.Ketiga standar penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Organisasi

Maksudnya disini adalah organisasi pelaksanaan program. Selanjutnya organisasi tersebut harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Struktur organisasi yang kompleks, struktur ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem yang ada tersebut.

b. Interpretasi

Maksudnya disini agar program dapa dilaksanakan sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petumjuk teknis yang dikeluarkan oleh [ejabat yang berwewenang.

1. Sesuai dengan peraturan berarti setiap pelaksanaan kebijakan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku baik peraturan tingkat pusat, propinsi, kabupaten.

2. Sesuai dengan petunjuk pelaksana berarti pelaksanaan kebijaksanaan dari peraturan sudah dijabarkan cara pelaksanaannya pada

(31)

kebijaksanaan yang bersifat administratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktifitas pelaksanaan program.

3. Sesuai petunjuk teknis berarti kebijaksanaan yang sudah dirumuskan dalam bentuk petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar memudahkan dalam dalam operasionalisasi program. Petunjuk ini bersifat strategis lapangan agar dapat berjalan efisien dan efektif, rasional dan realistis.

c. Penerapan

Maksudnya disini peraturan/kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan. Untuk dapat melihat ini harus dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas. Program kerja serta jadwal kegiatan yang disiplin.

1. Prosedur kerja yang jelas dan prosedur kerja yang sudah ada harus memiliki prosedur kerja agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara unit kegiatan yang terdapat di dalamnya.

2. Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik, sehingga tujuanj program dapat direalisasikan dengan efektif.

3. Jadwal kegiatan program yang sudah ada harus dijadwalkan kapan dimulai dan diakhiri suatu program agar mudah dalam mengadakan evalusasi. Dalam hal ini yang diperlukan adanya tanggal pelaksanaan dan rampungnya sebuah program sudah ditentukan sebelumnya.

(32)

3. Implementasi Program

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, sehingga masyarakat dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan. Berhasil atau tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksanaannya (eksekutif). Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan penting artinya karena pelaksanaan baik itu organisasi maupun perorangan bertanggungjawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses impelementasi. (Riggs,2005:54)

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi program merupakan tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interpretasi dan penerapan. Guna mencapai tujuan implementasi program secara efektif, pemerintah harus melakukan aksi atau tindakan yang berupa penghimpunan sumber dana dan pengelolaan sumber daya alam dan manusia. Hasil yang diperoleh dari aksi pertama dapa disebut input kebijakan, sementara aksi yang kedua disebut sebagai proses implementasi kebijakan. (Ratmiko,2005:4)

(33)

Untuk mengoperasionalkan implementasi program agar tercapainya suatu tujuan serta terpenuhinya misi program diperlukan kemampuan yang tinggi pada organisasi pelaksanaannya. Model efektifitas implemenrasi program yang ditawarkan oleh Kertonegoro (2004:17), menyebutkan bahwa ada empat faktor dalam melaksanakan suatu kebijakan, yakni: komunikasi, sumber-sumber, kecendrungan-kecendrungan atau tingkah laku dan struktur birokrasi.

C. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik

1. Pengertian Publik

Publik merupakan sejumlah manusia yang mempunyai pandangan berfikir yang sama dan harapan yang sama, maksudnya setiap orang mempunyai pandangan yang sama terhadap suatu hal yang bersifat umum. Sementara istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum, masyarakat, Negara.Publik secara umum mempunyai konotasi sempit dan spesifik yang merupakan sekumpulan individu-individu yang terikat suatu ikatan solidaritas tertentu (Ruslan, 1997)

Arti dari kata publik itu sendiri adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki ( Inu Kencana Syafie dkk, 1998). Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai publik, maka dapat disimpulkan bahwa publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kepentingan dan harapan yang sama, yaitu kepentingan yang berhubungan dengan orang banyak.

(34)

2. Pengertian Pelayanan Publik

Pengertian pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanana oleh instansi Pemerintah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat AG. Subarsono (Agus Dwiyanto,2005:141) yang mendefinisikan pelayanan publik sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Pengguna yang dimaksud adalah warga Negara yang membutuhkan pelayanan publik seperti, pembuatan akta kelahiran pembuatan KTP, akta nikah, akta kematian, sertifikat, dll.

Pelayanan publik dapat dimaknai sebagai pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah di tetapkan (Joko Widodo, 2001). Menrut Undang-undang No 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik diuraikan bahwa pelayanan publik adalah :

“Segala bentuk kegiatan dalam rangka pengaturan, pembinaan, bimbingan, penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kepada masyarakat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku”

Merujuk pada pengertian dari Departemen Dalam Negeri (2004) menyebutkan bahwa “pelayanan publik adalah pelayanan Umum” dan mendifinisikan pelayanan umum sebagai suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang

(35)

memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk, baik berupa barang dan jasa.

Dari berbagai pengertian pelayanan publik di atas dapat disimpulkan definisi pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik (pemerintah) sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan dan keperluan penerima pelayanan atau masyarakat maupun pelaksana ketentuan peraturan perundang-undangan yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan-aturan pokok dan tata cara yang telah di tetapkan. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan masyarakat.

3. Asas-asas Pelayanan Publik

Pelayanan publik dilakukan tiada lain untuk memberikan kepuasan bagi pengguna jasa, karena itu penyelenggaraannya secara niscaya membutuhkan asas-asas pelayanan. Dengan kata lain, dalam memberikan pelayanan publik, instansi penyedia pelayanan public harus memerhatikan asas pelayanan publik.

Asas-asas pelayanan publik menurut keputusan Menpan Nomor 63/2003 sebagai berikut :

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

(36)

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golonngan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan public harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Asas-asas penyelenggaraan pelayanan publik juga diatur dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 5 tahun 2009 tentang Pelayanan publik yang dikutip oleh Eny Kusdarini (2011:190) yakni terdiri dari 12 asas :

a. Asas kepentingan umum b. Asas kepastian hukum

(37)

c. Asas kesamaan hak

d. Keseimbangan hak dan kewajiban e. Asas keprofesionalan

f. Asas partisipatif

g. Asas persamaan perlakuan/tidak deskriminatif h. Asas keterbukaan

i. Asas akuntabilitas

j. Asas fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan k. Asas ketepatan waktu

l. Asas kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Berdasarkan pengertian diatas, maka pelayanan publik akan berkualitas apabila memenuhi asas-asas diantaranya: transparansi, akuntabilitas, partisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak, dan kewajiban, keprofesionalan, fasilitas, ketepatan waktu dan kemudahan.

4. Standar Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, standar pelayanan haruslah meliputi :

a. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan dan penerima pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi

(38)

permasalahan di kemudian hari. Prosedur pelayanan harus ditetapkan melalui standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan dapat memahami mekanismenya.

b. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. Semakin cepat waktu penyelesaian pelayanan, maka akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang diberikan. c. Produk Pelayanan

Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Hasil pelayanan akan diterima seuai dengan ketentuan yang telah ditetapka. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga memang membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat.

d. Biaya Pelayanan

Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada pemberi pelayanan. Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan, khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang mampu.

(39)

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang keberhasilan penyelenggara pelayanan.

f. Kompetensi Petugas Pemberian Pelayanan

Kompetensi petugas pemberian pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan agar pelayanan yang diberikan bermutu.

5.Jenis-jenis Pelayanan Publik

Timbulnya pelayanan umun atau publik dikarenakan adanya kepentingan, dan kepentingan tersebut bermacam-macam bentuknya sehingga pelayanan publik yang dilakukan juga ada beberapa macam .berdasarkan keputusan MENPAN No.63/KEO/MENPAN/7/2003 dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2006:20) kegiatan pelayanan umum atau publik antara lain :

a. Pelayanan administratif

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk

(40)

(KTP), Akte kelahiran, IMB, Paspor, Kartu JKN/Jamkesda dan sebagainya.

b. Pelayanan Barang

Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang yang dibutuhkan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainya.

c. Pelayanan Jasa

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pemeliharaan kesehatan, pendidikan, penyelenggaraan transportasi pengiriman barang (POS) dan sebagainya.

6. Prinsip-prinsip pelayanan publik

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/MPAN/7/2003 Tentang pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, terdapat 10 prinsip pelayanan umum, yaitu sebagai berikut:

a. Kesederhanaan

rosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan

b. Kejelasan

Mencakup : 1) Persyaratan teknis dan administrative pelayanan publik, 2) Unit kerja/pejabat yabg berwewenang dan bertanggung jawab, 3) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

(41)

c. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum

f. Tanggungjawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana kerja

Peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana dan teknologi telekomunikasi dan informatika.

h. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi sarana dan prasarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi.

i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberi pelayanan dengan ikhlas.

(42)

j. Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tumggu yang nyaman, bersih, rapih, lingkungan yang indah dan sehat, serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti tempat parker, toilet, tempat ibadah dan lainnya.

7.Unsur-unsur pelayanan

Menurut Moenir, A.S (2008:186) menyatakan bahwa unsur-unsur pelayanan publik tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena akan membentuk proses kegiatan (Activity), adapun unsur-unsur tersebut yakni :

a. Tugas Layanan

Dalam pelayanan umum pemerintah harus memberikan pelayanan sesuai dengan tugas yang diterima untuk melayani semua kepentingan masyarakat.

b. Sistem atau prosedur pelayanan

Dalam pelayanan umum perlu adanya system informasi, prosedur dan metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan. c. Kegiatan Pelayanan

Dalam pelayanan umum kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat harus bias sepenuhnya memenuhi kebutuhan tanpa adanya diskriminasi.

d. Pelaksana Pelayanan

Pemerintah sebagai pelaksana pelayanan semaksimal mungkin mengaatur dan merencanakan program secara matang agar proses pelayanan akan

(43)

meghasilkan struktur pelayanan yang mudah, cepat, tidak terbelit-belit, dan mudah dipahami masyarakat.

8.Bentuk-bentuk Pelayanan Publik

Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat.Adapun kegiatan yang dilakukan oleh aparat pemerintah terdiri dari berbagai macam bentuk.Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003, pelayanan publik dibagi berdasarkan 3 kelompok, yaitu:

a. Kelompok Pelayanan Administratif, yaitu bentuk pelayanan yang menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau publik. Misalnya status Kewarganegaraan, kepemilikan, dan lain-lain.

b. Kelompok Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai/bentuk jenis barang yang digunakan publik. Misalnya penyedia tenaga listrik, air bersih dan lain-lain.

c. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik. misalnya pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan transportasi, dan lain-lain

9.Prosedur Pelayanan Publik

Untuk menyusun prosedur pelayanan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(44)

a. Identifikasi langkah-langkah aktivitas dalam memberikan satu jenis pelayanan, mulai dari awal sampai selesainya pelayanan dilaksanakan. b. Identifikasi dimulai dari aktifitas yang dilakukan oleh pelanggan ketika

akan mengajukan suatu jenis pelayanan tertentu kepada unit penyediaan pelayanan

c. Identifikasi aktivitas proses pengolahan pelayanan dimulai dari ketika petugas menerima pelanggan yang akan mengajukan pelayanan, sampai dengan aktivitas penyampaian produk pelayanan setelah selesai diproses oleh pihak unit penyediaan pelayanan.

d. Membuat alur proses setiap aktivitas tersebut secara sekuens. Alur proses ini nantinya akan merupakan alur yang harus dilalui, makin cepat pelayanan dan alur untuk proses pengelolaan pelayanan.

D. Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kantor pelayanan terpadu satu pintu (KPTSP) merupakan unsur pelaksanaan pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang kepala kantor yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan Penyelengaaran Perizinan dan Non Perizinan berdasarkan Pendelegasian atau Pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

(45)

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dibentuk berdasarkan peraturan daerah no 3 tahun 2007 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (KPTSP) Kab Enrekang. Dalam peraturan daerah nomor 3 tahun 2007 pasal, 2 dan 3 disebutkan tentang tugas dan fungsi KPTSP, yaitu KPTSP mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyelenggarakan pelayanan perizinan dan non perizinan sesuai batas kewenangan yang diberikan.

Dalam melaksanakan tugasnya KPTSP menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a) Melaksanakan pelayanan administrasi dan ketatausahaan dengan mengacu pada prinsip kordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan keamanan berkas.

b) Mengadakan perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan perizinan dan non perizinan.

c) Memberikan pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang tugasnya.

d) Menyiapkan pelaksanaan pelayanan perizinan, non perizinan, informasi pelayanan dan pengaduan masyarakat.

e) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atas kebijakan Bupati. f) Pelaksanaan tugas pembantu dari pemerintah pusat yang menjadi

(46)

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah Kabupaten Enrekang mengambil suatu kebijakan dengan membentuk Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada tanggal 22 Oktober 2008, diatur dalam peraturan daerah Kabupaten Enrekang Nomor 6 tahun 2008 tentang pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satupencerminan pemerintah kabupaten untuk menciptakan iklim, mendorong kearah terciptanya keseragaman pola dan langkah, penyelenggaraan dan pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat sehinggah adanya keterpaduan perizinan, akhirnya masyarakat dapat menerima pelayanan yang lebih sederhana. Dalam rangka implementasi Permendagri No.24 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu, ide dasar kebijakan ini adalah mengintegrasikan seluruh proses perizinan kedalam satu system pelayanan terpadu satu pintu.

Secara umum Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang dimaksudkan untuk mewujudkan visi, misi, strategi, kebijakan, program pelayanan publik dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan terpadu satu pintu sebagai berikut :

a) Meningkatkan kualitas layanan publik

b) Memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik

c) Meningkatkan citra aparatur pemerintah dengan member pelayanan, mudah, cepat, aman dan sejahtera.

(47)

E. Program Layanan Izin Semakin Cepat (LIPAT)

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang terus berupaya untuk memaksimalkan layanan prizinan di Kabupaten Enrekang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mempercepat dan mempermudah pelayanan melalui program Layanan Izin Cepat (LIPAT). Program LIPAT merupakan suatu upaya untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya dunia usaha di Kabupaten Enrekang. Program ini sudah disesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tertuang dalam surat keputusan Bupati Enrekang nomor 349/KEP/VIII/2018.

Program ini merupakan suatu program yang dikeluarkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu berdasar pada Peraturan Bupati Enrekang Nomor 14 tahun 2014 Tentang pendelegasian kewenangan di bidang perizinan dan non perizinan kepada kepala Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terutama dari aspek waktu dan biaya pelayanan.Melalui penyelenggaraan program LIPAT ini masyarakat dapat menerima pelayanan yang lebih cepat, terukur dan jelas lebih cepat dibandingkan sebelum dikeluarkannya program ini. Bila sebelumnya untuk mengurus suatu jenis surat, warga harus ke beberapa instansi untuk mendapatkan surat rekomendasi dan datang ke Kantor Dinas Penanaman Modal yang terletak di Kecamatan Enrekang, dan juga yang menjadi permasalahanyaitu akses warga yang berada di pelosok-pelosok desa atau yang berada di luar daerah kecamatan Enrekang yang ingin mengurus perihal perizinan.

(48)

F. Kerangka Pikir

Melalui program Layanan Izin Cepat (LIPAT) ini maka akan sangat berpengaruh kepada kualitas pelayanan publik yang diberikan baik dalam bidang pelayanan pemerintahan khususnya dalam hal pembangunan, bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang sosial, bidang kesejahteraan masyarakat dan dalam bidang pertanahan sehinga dapat meningkatkan kualitas pelayanan di kabupaten Enrekang.

Berdasarkan hal tersebut, maka teori yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori dari G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli yakni menggambarkan kerangka konseptual yang dapat digunakan untuk menganalisis pengimplementasian program-program pemerintah yang bersifat desentralistis, dengan 4 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan dampak dari suatu program, adapun Model gambarnya dapat dilihat dari model kerangka pikir dibawah ini :

(49)

Gambar 2.1 Model Kerangka Pikir

1. Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka, fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu berfokus pada teori dari Shabbir G Cheema dan Dennis A Rondinelli yaitu Kondisi lingkungan, Sumberdaya Organisasi, Hubungan antar organiasi, Karateristik dan kemampuan agen pelaksana. Teori ini menggambarkan kerangka konseptual

1. Kondisi Lingkungan 2. Hubungan antar Organisasi 3. Sumberdaya Organisasi Untuk

Implementasi Program 4. Karateristik dan kemampuan

agen pelaksana

Implementasi Program Layanan Izin Semakin Cepat (LIPAT) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Enrekang

Pelayanan Perizinan Di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kab Enrekang

(50)

yang dapat digunakan untu menganalisis pengimplementasian program-program pemerintah yang bersifat desentralistis,.

2. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang akan dilakukan sehingga harus diungkapkan secara eksplisit untuk mempermudah melakukan observasi. Adapun fokus penelitian ini adalah menganalisis pengimplementasian program Layanan Izin Cepat (LIPAT) dengan menggunakan teori G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli dengan melihat 4 Indokator yaitu :

a. Kondisi Lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi Implementasi kebijakan, yang dimaksud lingkungan disini adalah mencakup lingkungan sosio kultural serta keterlibatan penerima program. Kondisi lingkungan terdiri dari faktor tipe sistem politik, struktur pembuat kebijakan, karateristik struktur politik lokal, kendala sumber daya, sosiokultural, derajat keterlibatan para penerima program, tersedianya infrastruktur fisik yang cukup.

b. Hubungan Antar Organisasi

Dalam banyak program, Implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi bagi keberhasilan suatu program. Hubungan antar organisasi terdiri dari faktor kejelasan dan konsistensi sasaran program, pembagian fungsi antar instansi yang pantas, standarisasi prosedur

(51)

perencanaan, standarisasi prosedur perencanaan, ketepatan dan kualitas komunikasi antar imstansi, efektivitas jejaring untuk mendukung program. c. Sumberdaya Organisasi

Implementasi kebijakan perlu didukung oleh sumberdaya baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia (non human resouces). Sumberdaya organisasi terdiri dari faktor kontrol terhadap sumber dana, keseimbangan antara pembagian anggaran dan kegiatan program, ketepatan alokasi anggaran, pendapatan yang cukup untuk pengeluaran, dukungan pemimpin politik pusat, dukungan pemimpin politik lokal, dan komitmen dari birokrasi.

d. Karateristik dan Kemampuan Agen Pelaksana

Yang dimaksud karateristik dan kemampuan agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. Karateristik dan kemampuan agen pelaksana terdiri dari Faktor Keterampilan teknis dan politis petugas, kemampuan untuk mengkoordinasi, mengontrol dan mengintegrasikan keputusan, dukungan dan sumberdaya politik instansi, sifat komunikasi internal, hubungan yang baik antara instansi dengan pihak diluar pembuat, kualitas pemimpin imstansi yang berdangkutan, lomitmen petugas terhadap program, kedudukan instansi dalam hirarki sistim administrasi.

(52)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini kurang lebih 2 bulan lamanya setelah ujian proposal dilaksanakan dan lokasi penelitian ini berada di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Enrekang, Jl. Jendral Sudirman No 03, kelurahan Leoran, kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana Program Layanan Izin Cepat (LIPAT) dalam pelayanan publik di Kabupaten Enrekang.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian kualitatif, penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan proses kegiatan berdasarkan apa yang ada dilapangan sebagai bahan untuk menemukan kelemahan dan kekurangan sehingga dapat ditentukan upaya untuk memperbaikinya, menganalisis suatu gejala, peristiwa, dan fakta yang ada dilapangan.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah fenomenologi, melakukan pengumpulan data dengan wawancara dan data secara tertulis di Dinas Penanaman

(53)

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Enrekang agar tujuan dari penelitian dapat akurat dengan apa yang terjadi di lapangan dan apa yang terdapat pada dokumen-dokumen kemudian selanjutnya dengan observasi partisipn untuk mengetahui kenyataan yang terjadi dilapangan apakah sesuai dengan strategi yang diinginkan.

C. Sumber Data Penelitian

Dalam pengumpulan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan ini maka data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer, yakni :

1. Data Sekunder

Pada data sekunder, sumber data dalam penelitian yang diperoleh peneliti didapatkan secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa buktu, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak di publikasikan.

2. Data Primer

Pada data primer, sumber data dalam penelitian diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan dalam untuk mendapatkan data primer yaitu : a. Metode Survey dan b. Metode Observasi.

(54)

D. Informan Penelitian

Teknik penggunaan informan yang digunakan dalam penelitian ini ialah purposive sampling yaitu penentuan informanpenelitianyang mengatahuiinformasi secarah mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang mempunyai hubungan dengan hal yang akan diteliti, mengetahui dan terlibat langsung maupun mempunyai pengaruh dalam penelitian seperti:

Tabel 3.1 Informan Penelitian

NO Informan Penelitian Jumlah

1 Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu 1 2 Kepala Bidang Penyelenggara Pelayanan Perizinan 1

3 Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 1

4 Pegawai Operasional 3

5 Masyarakat penggguna jasa pelayanan 4

E. Teknik Pengumpulan Data

Secara garis besar, teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data dalam studi kasus dapat berupa observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

1. Wawancara (Interview)

Dalam wawancara membutuhkan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan responden. Dalam melakukan wawancara

(55)

informan dapat menyampaikan informasi yang kompherensif sebagaimana apa yang diharapkan oleh peneliti. Agar dalam wawancara efektif, maka terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu : 1) mengenalkan diri, 2) menjelaskan maksud kedatangan, 3) menjelaskan materi wawancara, 4) mengajukan pertanyaan. Maka dari itu informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana yang diharapkan oleh peneliti.

2. Observasi (Pengamatan)

Dalam melakukan Observasi salah satu teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan pertolongan indra mata. Observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dangan menggunakan pancaindra, yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian.Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3. Dokumentasi

Dalam teknik pengumpulan data dengan caraDokumentasi didapatkan dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang di buat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi, sebagian besar data yang

(56)

tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya.Sifat utama data ini tak terbataspada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flasshdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain

F. Teknis Analisis Data

Data yang diperoleh atau dikumpulkan dalam penelitian ini baik data primer maupun sekunder merupakan data yang sifatnya kualitatif.Maka data yang digunakanpun adalah analisis kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Dimana proses pengolahan datanya yakni setelah data tersebut terkumpul dan dianggap telah cukup maka kemudian data tersebut diolah dan dianalisis secara deduktif yaitu dengan berlandaskan pada dasar-dasar pengetahuan umum lalu meneliti persoalan yang dapat bersifat khusus. Analisis data terbagi menjadi beberapa langkah yaitu :

1. Reduksi data

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data .

(57)

2. Penyajian Data

Menyajikan data dalam penelitian dengan teks yang bersifat naratif sehingga memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam data kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini masih sebagai hipotesis dan akan berubah menjadi teori bila didukung oleh data

G. Pengabsahan Data

Dalam pengabsahan data atau validitas data berguna sebagai pembuktian bahwa apa yang telah diteliti atau diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Untuk memperoleh keabsahan data, penulis melakukan uji kredibilitas, kredibilitas merupakan suatu keadaan/ kondisi yang dapat dipercaya dan bisa dipertanggung jawabkan sebagaimana mestinya.kredibilitas mengacu pada validitas atau kepercayaan atau kebenaran data yang diperoleh. Kredibilitas data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Maka dari itu pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan :

1. Perpanjangan Pengamatan

Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,wawancara kembali sumber data, baik yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini dilakukan guna menguatkan hubungan peneliti dengan narasumber agar terbangun kondisi

(58)

yang akrab, terbuka, dan saling memercayai, sehingga dapat menggali dan mendapatkan informasi yang tepat.

2. Penentuan Ketekunan Peneliti

Melakukan pengamatan secara lebih cerma dan berkesinambungan, sehingga kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi

Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu : (1) Triangulasi Sumber, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda; (3) Triangulasi waktu, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi berbeda.

(59)

43 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Kabupaten Enrekang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Enrekang, Kabupaten Enrekang terletak ±235 Km sebelah utara Kota Makassar. Secara geografis Kabupaten Enrekang terletak pada koordinasi antara 3º 14’ 36” sampai 3º 50’ 00” Lintang Selatan dan 190º 40’ 53” sampai 120º 06’ 33” Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Batas Utara : Kabupaten Tanah Toraja 2. Batas Timur : Kabupaten Luwu

3. Batas Selatan : Kabupaten Sidendreng Rappang 4. Batas Barat : Kabupaten Pinrang

1. Batas Daerah Kabupaten Enrekang

Selama setengah dasawarsa terjadi perubahan administrasi pemerintah baik tingkat kecamatan maupun pada tingkat desa/kelurahan, yang awalnya pada tahun 1995 hanya berjumlah 5 kecamatan dan 54desa/kelurahan, tetapi pada tahun 2008 smpai 2019 jumlah kecamatan mencapai 12 kecamatan dan 112 desa/kelurahan. Adapun pembagian kecamatan dalam lingkup kabupaten Enrekang antara lain :

(60)

Tabel 4.1

Nama Kecamatan, Jumlah kelurahan dan Desa di Kabupaten Enrekang

No Nama Kecamatan Jumlah

Kelurahan Jumlah Desa 1 Kecamatan Alla 3 5 2 Kecamatan Anggeraja 3 12 3 Kecamatan Baraka 3 12 4 Kecamatan Baroko - 5 5 Kecamatan Bungin - 6

6 Kecamatan Buntu Batu - 8

7 Kecamatan Cendana - 7 8 Kecamatan Curio - 11 9 Kecamatan Enrekang 6 13 10 Kecamatan Maiwa 1 21 11 Kecamatan Malua 1 7 12 Kecamatan Masalle - 6 Jumlah 17 112

Sumber : BPS Kabupaten Enrekang

Secara umum, bentuk topografi wilayah Enrekang telah terbagi atas wilayah perbukitan (karst) yang telah terbentang di bagian Utara dan Tengah lembah yang curam, sungai, berbagai jenis flora yang banyak ditemukan pohonan bitti, pohon

Gambar

Tabel 3.1   Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten NatunamerupakanOrganisasi Perangkat Daerah yang baru dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN BENGKALIS.. BASUKI RAKHMAD, AP,

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KARIMUN NOMOR : 02 TAHUN 2021 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENANGANAN PENGADUAN PADA DINAS

SKPD : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu KABUPATEN/KOTA

Cukup Baik : Apabila pelayanan Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dan Tenaga Kerja Kabupaten Kuantan Singingi memberikan biaya pelayanan yang sama dengan

Organisasi : 2-18.0-00.0-00.01 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sub Unit Organisasi : 2-18.0-00.0-00.01.0001 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

bahwa pelayanan perizinan secara terpadu di Kabupaten Bandung Barat dilaksanakan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu berdasarkan Peraturan Bupati

Secara umum mutu kualitas pelayanan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Semarang ditinjau dari sisi prosedur