• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun dan diusulkan oleh: SRI FAJRIANI. Nomor Stambuk : PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Disusun dan diusulkan oleh: SRI FAJRIANI. Nomor Stambuk : PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

TATA KELOLA KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT SEMEN TONASA DALAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA BIRING ERE TONASA II KABUPATEN PANGKEP

Disusun dan diusulkan oleh:

SRI FAJRIANI

Nomor Stambuk : 10561 04950 14

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelas Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan diajukan oleh SRI FAJRIANI

Nomor Stambuk: 10561 04950 14

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN PERNYATAAN Saya yang bertanda tangaPn di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Sri Fajriani

Nomor Induk : 10561 04950 14

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 27 Februari 2020 Yang Menyatakan,

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nyakepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tata Kelola Kemitraan Corporate Social Responsibility PT Semen Tonasa Dalam Penyediaan Air Bersih Di Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep”. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program Ilmu Administrasi Negara di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Kepada Ibu Dr. Hj. Fatmawati, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Abdi, M.Pd selaku pembimbing II. Terima kasih atas segala bimbingan, ajaran dan ilmu-ilmu baru yang penulis dapatkan selama penyusunan skripsi ini. Dengan segala kesibukan masing-masing dalam pekerjaan maupun pendidikan, masih bersedia untuk membimbing dan menuntun penulis dalam meyusun skripsi ini. Terima kasih dan mohon maaf bila ada kesalahan yang penulis telah lakukan.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

vii

3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. 4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos, M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Negara dan Ibu Nurbiah Tahir, S.Sos, M.AP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Kedua orang tua penulis, Ibunda Hj. Johar, Ayahanda Jumaedi, kakak-kakak penulis Mohammad Iqbal, S.Pd, M.Pd, Ayu Ashari, S.Ds, Dede Rosmala, Amd.Keb Adik-adik tercinta Ananda, Hisyam, Tasya dan seluruh keluarga besar penulis. Terima kasih atas curahan kasih sayang, dorongan doa, nasihat, motivasi, dan pengorbanan materialnya selam penulis menempuh studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Imu Administrasi Negara Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

7. Segenap Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Teman –teman 2014 kelas D Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang sudah banyak membantu dan memberikan masukan oleh penulis. 9. Teruntuk sahabat penulis Andi Sulfiah, Wirda Al Mas’ud dan Hasmiati

terima kasih banyak atas dorongan semangat dan kebersamaan yang tidak terlupakan.

(8)

viii

10. Teman-teman seperjuangan Kuliah Kerja Profesi (KKP) Desa Bonto Bulaeng Kecematan Bonto Tiro Kabupaten Bulukumba yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi.

11. Kepada seluruh karyawan PT. Semen Tonasa terima kasih telah mengijikan penulis untuk melakukan penelitian dan membantu penulis selama penelitian.

12. Kepada kepala desa Biring Ere, Forum Mitra Amanah serta Masyarakat terima kasih telah membantu penulis dalam melengkapi tulisan penulis

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Rasa hormat dan terima kasih bagi semua pihak atas segala dukungan dan doanya semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenaan terbatasnya pengalaman dan pengatahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kririk yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Makassar, 27 Februari 2020

(9)

ix ABSTRAK

SRI FAJRIANI. 2019. Tata Kelola Kemitraan Corporate Social Responsibility Dalam Penyediaan Air Bersih Di Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep. (Dibimbing Oleh Fatmawati Dan Abdi).

Tujuan penelitiaan ini adalah untuk mengetahui tata kelola kemitraan penyediaan air bersih di Desa Biring Ere Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan tipe penelitiaan menggunakan deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme kemitraan antara PT. Semen Tonasa dan Forum Mitra Amanah Desa Biring Ere Kabupaten Pangkep dalam penyediaan air bersih menunjukkan bahwa telah terlaksana namun pada pemanfaatannya belum sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan teori hollow state yang dikemukakan Profan dan Millward yaitu mekanisme, struktur, dan insentif. Peneliti menemukan bahwa mekanisme dalam penyediaan air bersih yaitu melalui tahap pengusulan program, peninjaun lapangan, kontrak dan kesepakatan, bantuan dana, pelaksanaan serta monitoring. Sedangkan pada struktur PT. Semen Tonasa bertindak sebagai pemberi anggaran dan Forum Mitra Amanah sebagai pengelola anggaran. Dan tidak ada pemberian insentif yang diberikan oleh PT. Semen Tonasa kepada Forum Mitra Amanah dalam penyediaan air bersih. Tetapi dengan adanya tata kelola kemitran ini memberikan manfaat bagi masyarakat di Desa Biring Ere Kabupten Pangkep. Kata kunci: Tata Kelola, Kemitraan, Air Bersih

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tata Kelola ... 11

B. Prinsip tata kelola yang baik ... 12

C. Tujuan dan Manfaat Tata Kelola Perusahaan ... 12

D. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik... 13

E. Konsep Kemitraan ... 15

F. Prinsip-Prinsip Kemitraan ... 16

G. Tujuan Kemitraan ... 17

H. Model-Model Kemitraan... 17

(11)

xi

J. Corporate Social Responsibility ... 22

K. Manfaat Corporate Social Responsibility ... 24

L. Dimensi Dan Indikator Corporate Social Responsibility ... 27

M. Mempertahankan Keberlangsungan Program Corporate ... 29

N. Pengertian Air Bersih ... 29

O. Kerangka Pikir ... 30

P. Fokus Penelitian ... 33

Q. Deskripsi Fokus Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 36

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... 36

C. Sumber Data ... 37

D. Informan Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 38

G. Pengabsahan Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 41

B. Mekanisme Tata Kelola Kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Semen Tonasaa Dalam Penyediaan Air Bersih di Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep ... 51

C. Struktur Tata Kelola Kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Semen Tonasa Dalam Penyediaan Air Bersih di Desa Biring Ere Tonasa II KabupatenPangkep ... 73

D. Insentif Tata Kelola Kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Semen Tonasa Dalam Penyediaan Air Bersih di Desa Biring Ere Tonasa II Kabupaten Pangkep ... 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 86

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

(13)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaadaan Sosisl Ekonomi Penduduk Desa Biring Ere ... 47 Table 2. Jumlah Penduduk Berdasaran Kelompok Umur Desa Biring Ere ... 47

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Situasi pembangunan saat ini, tanggungjawab perusahaan tidak lagi dihadapkan pada aspek keuntungan secara ekonomisnya saja. Namun peran perusahaan yang menjadi perhatiaan terbesar dalam lingkungan masyarakat telah ditingkatkan dengan adanya kepekaan dan kepeduliaan terhadap lingkungan dan masalah etika. yaitu kondisi keuangan perusahaan menjadi mutu yang direfleksikan, akan tetapi juga harus mengacuh pada aspek sosial dan lingkungannya. Perusahaan tidak pula semata-mata hanya mengacu pada kegiatan ekonomi untuk menghasilkan keuntungan demi kelangsungan usahanya, tetapi juga bertanggungjawab terhadap sosial dan lingkungan. Dasar pemikirannya adalah menggantungkan semata-mata kesehatan finansial tidak menjamin perusahaan bisa tumbuh berkelanjutan.

Salah satu solusi yang dimaksud meningkatkan aspek sosial dan lingkungan yaitu dengan meningkatkan perberdayaan dan pembangunan masyarakat dengan memanfaatkan peran aktif pihak ketiga atau swasta ataupun dengan bermitra dengan forum atau masyarakat sipil, melalui peran tata kelola perusahaan yaitu CSR (Corporate Social Responsibility) misalnya dalam penyediaan air bersih, yaitu lebih dikenal tanggung jawab sosial perusahaan atas keberadaannya beroperasi pada sebuah wilayah.

Peraturan pemerintah No. 47 tahun 2002 tentang tanggungjawab sosial dan lingkungan perseroaan terbatas, dimana tanggung jawab perusahaan adalah

(15)

melanjutkan komitmen sebagai bisnis untuk bersikap secara ethnic, bermoral dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi. Dimana perusahaan juga harus mengintegrasi antara kegiatan sosial dan masalah lingkungan, yang berhubungan dengan operasi bisnis

Air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting unuk menunjang kehidupan makhluk hidup. Air sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk bisa melanjutkan kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Kenyataannya bahwa air sangat penting bagi kehidupan dikarenakan Separuh bagian bumi yang kita tempati terdiri dari air.

Masyarakat berhak mendapatkan penyediaan air bersih karena sangat berpengaruh dan memberikan kontribusi yang sangat penting dalam memajukan kesehatan lingkungan, yakni dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang berkaitan dengan air dan berperang dalam meningkatkan standart atau taraf/kualitas hidup masyarakat. Sampai saat ini, penyedian air bersih untuk masyarakat di indonesia masih di hadapkan pada beberapa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya.

Penerapan tata kelola perusahaan di Indonesia beberapa tahun belakangan ini terus mendapatkan porsi penting bagi top manajemen di berbagai perusahaan di Indonesia. Yang dimana untuk meningkatkan kualitas penerapan tata kelola perusahaan sangat penting dengan adanya kesadaran dan melalui perundang-undangan dan peraturan serta ketentuan yang dibuat oleh regulator.Masing-masing lembaga regulator tersebut memiliki beragam peraturan-peraturan, pedoman-pedoman atau berbagai kajian tentang penerapan tata kelola

(16)

perusahaan.Rujukan paling mendasar atas pelaksanaan tata kelola perusahaan bagi seluruh perusahaan (dalam konteks ini perseroan terbatas) tentu saja mengacu kepada Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroaan terbatas.

Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabiltas dan tanggung jawab perusahaan CSR (Corporate Social Responsibility), khususnya dalam penerapan dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik. Fokus utama lainnya adalah bagaimana untuk bisa meningkatkan kemampuan ekonomi yang ditujukan pada sistem tata kelola perusahaan untuk mengoptimalisasi dan mengembangkan hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahtraan atau pendekatan kepada masyarakat.

Terminologi kerjasama (partnership) atau kemitraan, lazim digunakan untuk menggambarkan sebuah jalinan kerja antara dua atau lebih individu/organisasi untuk memproduksi suatu barang (goods) dalam memberikan suatu pelayanan (kariem, 2003).

Kerangka kebijakan dalam sebuah kemitraan adalah bagian dari prinsip ke-11 dari good governance, yaitu kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat (private and civil society partnership) menurut (Bappenas, 2007), kemitraan harus di dasarkan pada kebutuhan riil.

Program kemitraan pada dasarnya merupakan wujud tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Secara umum, diwujudkan melalui upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahtraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga dan

(17)

memelihara kelestarian lingkungan. Dengan itu diperlukan kerjasama kolaboratif masing-masing pihak diikat oleh adanya satu kepentingan bersama untuk mencari solusi terhadap masalah atau isu tertentu, yang dirasakan oleh para pihak. Kemaun untuk malakukan kerjasama muncul karena adanya keinginan untuk mencari solusi terhadap masalah yang dirasakan bersama oleh suatu organisasi publik dengan mitrannya dari sektor bisnis atau swasta. Keduannya merasa bahwa masalah atau kepentingan tersebut dapat diselesaikan secara lebih mudah apabila mereka secara bersama-sama bekerja untuk mencari solusi terhadap masalah kepengtingan bersama tersebut.

Menggunakan konsep yang sederhana kerjasama antara organisasi publik dengan swasta memiliki beberapa ciri, antara lain yaitu; kerjasama bersifat sukarela, masing-masing pihak memiliki kedudukan yang serata, masing-masing juga memiliki otonomi dan kekuasaan untuk mengambil keputusan secara independen walaupun mereka sepakat untuk tunduk pada kesepakatan bersama, dan para pihak yang bekerjasama memiliki tujuan yang bersifat transformasional atau memiliki kenginan untuk meningkatkan kapasitas sistemik.

Konsep kemitraan antara organisasi publik dan swasta, mengeliminasi kerjasama antara organisasi publik dan swasta yang semata-mata berbasis kontraktual, dimana masing-masing pihak hanya melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang diatur dalam kontrak. Kerjasama yang dituntut dalam konsep kemitraan antara organisasi publik dan swasta adalah kerjasama yang masing-masing pihak memiliki kepedulian melebihi apa yang diatur dalam kontrak dalam rangka mewujudkan tujuan dan nilai yang di yakni bersama. Motivasi untuk

(18)

bekerjasama lebih didorong oleh kenginan untuk mewujudkan tujuan bersama, yang tanpa berkerjasama masing-masing pihak merasa tidak memiliki kapasitas untuk mewujudkannya.

PT. Semen Tonasa adalah salah satu perusahaan BUMN yang berkewajiban menerapkan CSR (Corporate Social Responsibility) di Sulawesi Selatan salah satunya adalah dalam penyediaan air bersih. Perusahaan yang berdiri tahun 1960 ini tercatat sebagai salah satu perusahaan yang eksis dan salah satu produsen semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang menduduki lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere, Kecematan Bungoro, Kabupaten Pangkep. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5,980,000 ton semen per tahun ini.

PT. Semen Tonasa menyadari bahwa keberhasilan harmonis, dinamis serta saling menguntungkan dengan masyarakat oleh karenanya PT. Semen Tonasa mempunyai kewajiban dan tanggungjawab terhadap kepentingan masyarakat. Bagi PT. Semen Tonasa kelangsungan dan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan tidak hanya didasarkan pada kekuatan finansial saja namun harus memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup dimana PT. Semen Tonasa beropreasi. Kaleidoskop CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Semen Tonasa di bidang kesehatan tahun 2016 Januari salah satunya memberikan bantuan air bersih kepada 9 Desa/Kelurahan yang berada di sekitar lingkup PT. Semen Tonasa sebanyak 9 unit dengan nilai Rp. 912,263,100. Dalam pelaksanaan PT. Semen Tonasa melibatkan partisipasi masyarakat dan mitranya.

Forum Mitra Amanah merupakan syarat mutlak untuk dapat terus mengakomodasikan aspirasi masyarakat desa melalui usulan program sesuai

(19)

dengan kebutuhan masyarakat desa. Dalam hal ini bermitra dengan perusahaan yaitu PT. Semen Tonasa, dimana pengurus forum harus mampu mengikuti irama kerja dan tuntutan perusahaan, khususnya terkait dengan program-program sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam wilayah lingkar perusahaan.

Forum Mitra Amanah salah satu forum lingkar desa PT. Semen Tonasa yang mengakomodasikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat dari perusahaan terhadap berbagi Program CSR (Corporate Social Responsibility), baik itu program infrastruktur maupun non infrastruktur maupun program community development (comdev). Desa/Kelurahan lingkar PT. Semen Tonasat tersebut adalah Desa Bulu Cindea, Desa Bowong Cindea, Kelurahan Samalewa, Kelurahan Sapanang, Desa Biringere, Kelurahan Bontoa, Kelurahan Kalabbirang, Desa Mangilu, Desa Bluu Tellue, Desa Taraweang, Desa Tabo-Tabo.

Sektor swasta dalam hal ini sebagai pihak pengembang atau pelaksana seringkali sulit tumbuh karena mengalami hambatan, seperti sulitnya memperoleh berbagai bentuk izin dan kemudahan lainnya. Indikator minimal yang diperlukan adalah pemahaman aparat pemerintah tentang pola-pola kemitraan, lingkungan yang kondusif bagi masyarakat yang kurang mampu untuk berkarya, sedangkan perangkat pendukung indikatornya adalah peraturan-peraturan dan pedoman yang mendorong kemitraan pemerintah, dunia usaha, swasta, masyarakat, peraturan yang berpihak pada masyarakat yang kurang mampu serta adanya program-program pemberdayaan. Melihat kondisi tersebut, perlu adanya peran PT. Semen Tonasa dalam menemukan solusi yang dapat dilakukan yakni dengan adanya kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam mengurai permasalahan yang terjadi.

(20)

Penyediaan air bersih secara tidak langsung berhubungan dengan tingkat kesehatan masyarakat yang dimana erat kaitannya dengan kualitas pembangunan manusia yang membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi. Namun, pengelolaan sumber daya air saat ini yang menjadi perhatiaan yang buruk mengakibatkan tidak meratanya penyebaran air. Tentu saja berdampak pada kemampuan masyarakat menengah ke bawah untuk menikmati pelayanan air bersih. Pada kenyataannya sekarang masyarakat menengah ke bawah di Desa Biring Ere tidak mempunyai akses terhadap air bersih. Bahkan masyarakat menengah ke bawah harus membayar jauh lebih mahal guna mendapatkan air bersih tersebut sehingga banyak yang dari mereka tidak sanggup membayar, harus menggunakan air yang tidak bersih. Dan disamping itu daerah yang ada di sekitar PT. Semen Tonasa khususnya desa Biring Ere juga kesulitan memperoleh air bersih dikarenakan topografi daerah tersebut, sehingga membutuhkan sistem infrastruktur pasokan air bersih untuk memungkinkan masyarakat sekitar agar dapat mengakses air bersih.

Tata kelola kemitraan khususnya dalam pelaksanan CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Semen Tonasa belum mampu membantu menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi masyarakat, karena pengelolahan di lapangan menghadapi masalah dan kendala, seperti program tidak sinergis dengan harapan masyarakat, program belum menyentuh persoalan utama masyarakat. dilatarbelakangi karena kurangnya perencanaan, pengawalan sampai pada tahap evaluasi yang terkesan normatif.

(21)

Dalam penerapan tata kelola, dukungan infrastruktur dan soft struktur juga memiliki peran yang penting dalam rangka memberikan kejelasan fungsi, hak, kewajiban dan tanggung jawab serta kejelasan sistem yang digunakan secara akuntabel untuk meningkatkan keberhasilan usaha dalam upaya meningkatkan nilai perusahan jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder.

Melihat hal tersebut PT. Semen Tonasa berkomitmen untuk melakukan kegiatan kemitraan dengan forum mitra amanah dalam pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility) secara berkelanjutan di bidang kesehatan khususnya dalam penyediaan air bersih agar masyarakat yang ada disekitar beroprasinya PT. Semen Tonasa dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah, meningkatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pembangunan sarana air bersih dan kesehatan lingkungan dan meningkatkan efesiensi waktu dan efektifitas pemanfaatan air bersih. Secara kuantitaf nilai ekonomis yang diperoleh oleh PT. Semen Tonasa berkurang namun dampaknya dirasakan bagi masyarakat di sektor beroprasinya PT. Semen Tonasa dan mampu agar meningkatkan perekonomian serta mensejahtrakan bagi masyarakat khususnya yang ada di wilayah PT. Semen Tonasa.

Setelah mengkaji berbagai uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Tata Kelola Kemitraan Corporate Social Responsibility PT. Semen Tonasa Dalam Penyediaan Air Bersih Di Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep”.

(22)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep?

2. Bagaimana struktur tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep?

3. Bagaimana insentif tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep?

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mekanisme tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep.

2. Untuk mengetahui struktur tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep.

3. Untuk mengetahui insentif tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep.

(23)

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memeberikan tambahan pengetahuan akademis terutama bagi jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar tentang tata kelola kemitraan pelakasanaan Corporate Social Responsibility.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi PT. Semen Tonasa dan Organisasi Publik dalam tata kelola kemitraan Corporate Social Responsibility lainnya, dalam memperbaiki dan menyempurnakan konsep kemitraan pelaksanaan Corporate Social Responsibility bidang kesehatan.

(24)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Konsep dan Teori

A.1. Tata Kelola

A.1.1. Pengertiaan Tata Kelola

Suatu tata kelola adalah sebagiamana mengubah kebiasaan dalam pengambilan keputusan oleh karena itu pengambilan keputusan harus mengacu kepada prinsip-prinsip tata kelola. Pada abad ke-19 Woodrow Wilson (2002) mendefinisikan tata kelola sebagai sebuah pemerintah yang benar dan berhasil melaksanakan suatu kebijakan dengan memperhatikan tingkat efesiensi dan dengan mengeluarkan biaya dan tenaga kerja yang paling sedikit, meskipun sudah lama dikembangkan tata kelola mendapat perhatian yang cukup besar dari kalangan pembuat kebijakan.

Jogiyanto Abdullah (2011) menjelaskan bahwa tata kelola adalah suatu proses yang dilakukan oleh suatu organisasi atau masyarakat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi.

Forum For Corporate GovernanceIn Indonesia (2000) mendefinisikan bahwa tata kelola perusahaan merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan masalah akuntabilitas dan tanggungjawab para pemegang kepentingan baik dari dalam maupun dari luar yang berkaitan dengan hak dan kewajiban antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan pihak kreditur, pemerintah, karyawan maupun masyarakat.

(25)

Gunasi, T. (2003) menyatakan esensi tata kelola perusahaan adalah peningkatan kinerja perusahaan manajeman dengan adanya pengarahan yang bersifat akuntabilitas terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan aturan yang berlaku

A.1.2. Prinsip Tata Kelola Yang Baik

Menurut KNKG (2006) secara umum terdapat lima prinsip tata kelola yang disingkat dengan TARIF:

a. Transparan (transparency), penyediaan informasi, material dan relavan yang mudah dipahami.

b. Akuntabilitas (accountability), sistem kerja atau kinerja yang harus dipertanggungjawabkan secara transparan.

c. Pertanggungjawaban (responsibility), pedoman yang berisi peraturan perundang-undangan yang harus dipatuhi serta dilaksanakan dengan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan.

d. Kemandirian (independency), suatu keaadaan pengelolaan yang dimana program harus terlaksana secara professional dikelola tanpa benturan kepentingan, pengaruh dan tekanan dari pahak lain.

e. Kewajaran dan kesetaraan (fairness), adanya perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dapat memenuhi hak-hak para stakeholder dalam keadilan dan kesetaraan.

(26)

A.1.3. Tujuan Dan Manfaat Tata Kelola Perusahaan

Daniri (2006) berpendapat bahwa ada lima macam tujuan utama dari tata kelola perusahaan, yaitu sebagai berikut:

a. Dapat melindungi segala hak dan kepentingan pemegang saham

b. Dapat melindungi para anggota stakeholders dan non pemegang saham dalam mendapatkan haknya

c. Meningkatkan nilai perusahaan

d. Dengan adanya efesiensi dan evektifitas dapat meningkatkan kinerja dewan pengurus

e. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan

A.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kebehasilan Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Mengacu pada pendapat Daniri (2005) ada dua faktor yang memegang peranan terhadap keberhasilan tersebut yaitu:

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah berbagai faktor yang dapat muncul dari luar perusahaan sehingga dapat memeberikan pengaruh keberhasilan pada sistem tata kelola perusahaan yang baik. Faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Terdapat supremasi hukum yang efektif dan konsisten yang mampu menjamin jalannya tata kelola yang baik.

(27)

2. Adanya dukungan pelaksanaan dari sektor publik/ lembaga pemerintahan

3. Terdapat contoh pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik dan tepat yang dapat menjadi standar pelaksanaan tata kelola perusahaan yang efektif dan professional. Dengan kata lain, semacam acuan, sehingga sistem tata nilai sosial dapat terbangun dan mendukung penerapan tata kelola perusahaan di kalangan masyarakat.

2. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang mengatur keberhasilan pemegang dan pelaksanaan praktik tata perusahaan yang baik. Yaitu sebagai berikut:

1. Adanya budaya perusahaan yang mendukung penerapan tata kelola perusahaan pada sistem mekanisme kerja manajemen dalam perushaan.

2. Terdapat berbagai pedoman peraturan serta kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai tata kelola perusahaan.

3. Adanya manajeman pengawasan yang mengatur segala resiko perusahaan yang didasarkan pada kaidah-kaidah standar tata kelola perusahaan.

4. Terdapat sistem audit (pemerikasaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

(28)

5. Tersedianya informasi di kalangan publik sehingga publik mampu memahami segala hal yang menyangkut setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan dari waktu ke waktu.

A.2. Kemitraan

A.2.1. Konsep Kemitraan

Menurut Sulistiyani (2004) secara etimologis partnership, berasal dari kata partner. Yaitu “pasangan, jodoh, sekutu, atau kampanyon”. Sedangkan Partnership yaitu persekutuan atau perkongsian. sehingga kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atau bisnis, sebuah perusahaan atau gabungan yang dimiliki bersama oleh badan hukum atau swasta, atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas bidang tertentu, atau tujuan sehingga dapat memperoleh hasil yang baik.

Sedangkan menurut Louis E. Boone dan David L. Kurtz (2002), kemitraan juga termasuk partnership merupakan afiliasi dari dua atau lebih perusahaan dengan tujuan bersama, yaitu saling membantu dalam mencapai tujuan bersama.

Kemitraan dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara kelompok maupun individual, menurut Notoatmodja (2003), kemitraan merupakan kerjasama formal yang dilakukan antara individu, kelompok, organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.

(29)

Adapun menurut Tugimin (2004), kerjasama adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh beberapa pihak secara bersama-sama dengan penuh tanggungjawab untuk memperoleh hasil yang lebih baik daripada dikerjakan secara individu.

Hafsa (2000) kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu yang saling membutuhkan untuk meraih keuntungan bersama dalam kegiatan yang telah ditentukan bersama.

Berdasarkan pengertian diatas, maka kemitraan dapat terbentuk apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Ada dua pihak atau lebih.

1) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan. 2) Ada kesepakatan.

3) Saling membutuhkan

A.2.2. Prinsip-Prinsip Kemitraan

Kemitraan memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya. Wibisono (2007) berpendapat bahwa tiga rumus penting tersebut antara lain:

1. Kesetaraan atau Keseimbangan (Equity)

Hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya. Bukan mengenai kekuasaan melainkan di dalamnya terdapat penghargaan kewajiban dan ikatan yang diberikan, untuk menghindari perilaku antagonisme sehingga harus dibangun rasa saling percaya.

(30)

2. Transparansi

Untuk menghindari rasa saling curiga antar sesama mitra diperlukan keterbukaan, untuk menjalin kerjasama antara mitra kerja. Meliputi transparansi pengelolaan informasi dan transparansi pengelolaan keuangan. 3. Saling menguntungkan

Adanya kerjasama yang dilakukan dengan baik sehingga dapat memberikan pengaruh dan manfaat yang baik untuk semua pihak yang terlibat dalam proses kemitraan.

A.2.3. Tujuan Kemitraan

Kemitraan bertujuan untuk saling menguntungkan agar mitra usaha dapat memperoleh nilai-nilai baru dalam melakukan usaha sehingga para mitra dapat memperluas wawasan, kreatifitas dan mampu mengambil resiko terhadap perencanaan kerja yang telah direncanakan.

Tujuan terjadinya suatu kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang lebih baik, dengan saling memberikan manfaat antara pihak yang bermitra, dan bukan sebaliknya ada suatu pihak yang dirugikan atau merugikan. Untuk mendapatkan keseimbangan dan konsistensi antara satu dengan lain, maka para mitra harus menguntungkan serta memperbesar manfaat (Sulistiyani, 2014).

Kemitraan dapat dilakukan oleh beberapa pihak baik perorangan maupun badan hukum atau kelompok. Pihak yang bermitra tersebut memiliki status yang setara dan saling melengkapi dan menutupi masalah

(31)

masing-masing pihak yang salang bermitra, memiliki kesamaan misi atau visi yang

berbeda tetapi saling melengkapi secara fungsional dengan

mempertimbangkan masalah yang ada.

A.2.4. Model-model Tata Kelola Kemitraan 1. Mekanisme Tata Kelola Kemitraan

Tata kelola yang baik merupakan suatu rangkaian mekanisme atau sistem yang mengendalikan dan mengarahkan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (Stakeholders)sebagai dasar peningkatan kinerja (Monks, 2003). Mekanisme tata kelola merupakan suatu sistem yang diterapkan oleh perusahan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kinerja jangka panjang namun tetap memperhatikan kepentingan lingkungan sekitar lainnya sebab mekanisme tata kelola ini mempengaruhi penetapan dan pencapaian tujuan dengan memaksimalkan sumber daya yang tersedia. Berdasarkan pada pedoman good corporate governance indonesia (GCG) mekanisme tata kelola merupakan suatu tata hubungan diantara menajemen perseorangan, direksi, pemodal, masyarakat dan intitusi lainnya yang dijalankan sesuai dengan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Susilo dan Simarmata, 2007). Dalam pelaksanaan mekanisme tata kelola berdasarkan pada aturan yang berlaku terbagi atas lima prinsip utama yang terkandung didalamnya yaitu sebagai berikut:

(32)

1. Transparansi

Transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanankan proses pengembalian keputusan dan menyampaikan informasi material yang relevan mengenai perusahan kepada masyarakat secara akurat dan tepat waktu.

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kejelasan mengenai fungsi pelaksanaan dan pertanggungjawaban serta pengawasan sehingga pelaksanaan mekanisme tata kelola dilaksanankan secara efektif dan efisien.

3. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban merupakan kesesuaian pengelolaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku termaksud peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Kemandirian

Kemandirian merupakan suatu keadaan dimana kebijiakan mekanisme tata kelola dilaksanakan secara profesioanal tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Berbeda dengan pendapat Profan dan Millward (1994) mengatakan bahwa penyelenggaraan mekanisme tata kelola menggunakan konsep hollow state yaitu pekerjaan pemerintah lebih banyak dikontrakkan (contracting out) kepada pihak kedua sehingga pihak pertama hanya akan menangani urusan

(33)

yang essential sajasehingga dalam konsep hollow stateini akan memberikan perbedaan pada umumnya yaitu mekanisme birokrasi, dimana dalam konsep ini mempunyai sedikit order/perintah serta mekanisme kontrol. Terdapat banyak potensi fleksibilitas untuk mengubah yang ada.

Mekanisme tata kelola yang dimaksud adalah bantuan dana, kesepakatan serta kontrak, yang berdasarkan pada otoritas dan sanksi. Ketika pihak pertama sanggup menjadi inti agensi dalam mengontrol mekanisme kemitraan, maka proses dalam kemitraan tersebut dapat dilihat dari perspektif Hollow State bersifat terintegrasi atau tidak terfragmentasi, dimana efektivitas kerjasama dapat dicapai dengan baik. Sebaliknya ketiga mekanisme dalam proses kemitraan/kerjasama terpisah, dan tidak terlihatnya peran pemerintah sebagai inti agensi, maka mekanisme dalam proses tersebut terfragmentasi (Profan dan Millward,1994).

Berdasarkan uraian diatas mekanisme tata kelola adalah suatu rangkaian proses pengarahan, pengelolaan dan pengontrolan yang dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan memperhatikan pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pihak pertama dan kesepakatan pada surat perjajian kerjasama pihak pertama dan pihak kedua sebagai tanggungjawab sosial dan lingkungan sekitarnya.

2. Struktrur Tata Kelola Kemitraan

Struktur tata kelola kemitraan ditetapkan untuk memastikan agar penerapan tata kelola kemitraan dapat berjalan dengan efektif melalui

(34)

pembagian peran, tugas dan tanggungjawab secara jelas sejalan dengan ketentuan undang-undang perseroan terbatas No. 40 Tahun 2007 tentang struktur tata kelola kemitraan yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau stakeholder, Dewan Komisaris dan Direksi sebagai infrastruktur pendukung dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya dibawah dewan komisariat telah dibentuk Komite Dewan Komisariat dan Sekertaris dewan Komisariat. Demikian juga dibawah Direksi telah dibentuk unit kerja yang bertanggungjawab dalam implementasi tata kelola kemitraan serta mitra kerja dari Komite Dewan Komisariat.

Berdasarkan pada struktur yang dibentuk untuk mengetahui peran penting dalam penerapan tata kelola kemitraan dan menjalankan fungsi, tugas dan tanggungjawab untuk kepentingan bersama. Rapat Umum Pemengang Saham (RUSP) merupakan organ perseroan yang memiliki wewenang yang tidak dilimpahkan kepada Dewan Komisariat dan Direksi dimana Direksi memiliki tanggungjawab penuh atas tata kelola kemitraan sesuai dengan amanah yang diberikan maka Dewan Komisariat akan bertanggungjawab dengan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tata kelola kemitraan yang dilakukan oleh Direksi sehingga dapat melakukan penasihatan maka Dewan Komisariat dan Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUSP pada akhirnya Dewan Komisarian dan Direksi akan bertanggungjawab langsung pada RUSP namun RSUP tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas,

(35)

fungsi dan wewenang Dewan Komisarian dan Direksi sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan.

3. Insentif Tata Kelola Kemitraan

Pengertian insentif berdasarkan perspektif ini, merupakan hal-hal yang diberikan oleh pihak pemberi kerja atau pihak pertama kepada pihak kedua dalam proses kemitraan yang dilakukan agar program kerjasama tersebut dapat berlangsung dengan efektif. Efektifitas suatu kemitraan juga sangat dipengaruhi oleh insentif yang terintegrasi teori ini mengemukakan bahwa pendanaan yang baik menunjukkan performa atau kinerja yang lebih baik di bandingkan sistem pendanaan yang minim. Sistem yang stabil, meskipun di desain secara minim atau pendanaan tidak cukup mengizinkan individu atau lembaga yang terdapat didalamnya sanggup memecahkan suatu masalah dan menyetujui pembagian kerja dalam sistem tersebut.

Stabilitas memberikan keyakinan bahwa kerjasama akan memiliki hasil yang baik karena bertindak seperti barang hak milik yang jelas untuk investor yang berarti bahwa jika mereka berinvestasi untuk jangka panjang akan berpeluang untuk memperoleh keuntungan, tidak menempatkan sistem pelayanan untuk tawaran setiap tiga tahun adalah cara untuk mencegah perilaku individu yang mungkin rasional dalam jangka pendek tetapi secara kolektif akan merusak dalam jangka panjang. Hal tersebut menawarkan insentif kepada provider untuk mengklarifikasi masalah tindakan kolektif menjadi milik mereka (Tenri, 2004).

(36)

Menurut Sulistiyani (2004) model-model kemitraan dapat dibedakan menjadi:

1. Pseudo partnership (kemitraan semu)

Kemitraan semu adalah sebuah persekutuan yang terjadi antara dua pihak atau lebih.Namuntidak sesungguhnya melakukan kerjasama secara seimbang antara satu dengan yang lainnya. Bukan suatu pihak belum tentu memahami secara benar akan makna suatu persekutuan yang dilakukan dan untuk semua tujuan telah disepakati bersama.

2. Mutualism partnership (kemitraan mutualistik)

Kemitraan mutualistik, kerjasama pihak yang satu dengan pihak yang lainnya, yang menyadari akan adanya aspek penting dalam melakukan kemitraan yaitu saling memberikan manfaat yang lebih sehingga dapat mencapai tujuan yang optimal. Manfaat yang saling silang antara pihak yang berkerjasama dapat diperoleh sehingga memudahkan untuk mewujudkan visi dan misi, dan sekaligus saling menguntungkan satu dengan yang lainnya.

3. Conjugation partnership (kemitraan melalui peleburan dan

pengembangan)

Kemitraan konjugasi merupakan kemitraan yang dianologikan dari kehidupan “paramicium” dua paramicium malakukan konjugasi untuk mendapatkan energi kemudian terpisah satu sama lain, dan selanjutnya dapat melakukan pembelahan diri, bertolah dari analogi tersebut maka

(37)

organisasi, agen-agen, kelompok-kelompok atau perorangan yang memiliki kelemahan dalam melakukan usaha atau mencapai tujuan organisasi dapat melakukan kemitraan dengan model ini.

A.2.5. Indikator Keberhasilan Kemitraan

Dalam proses implementasinya, pelaksanaan kemitraan yang dilakukan harus didasarkan pada kepentingan pihak yang bermitra, dalam hal ini harus dijalankan secara ideal untuk mendapatkan hasil yang baik. Menurut Wibisono (2007), hal yang dilakukan antara perusahaan dengan pemerintah maupun komunitas/masyarakat dalam bermitra dapat mengarah pada tiga pola, diantaranya:

1. Pola Kemitraan Kontra Produktif

Fokus pada pola ini yaitu mengejar profit sebesar-besarnya, yang dimana Perusahaan berjalan dengan targetnya sendiri jika perusahaan berpijak pada pola konvensional yang hanya mengutamakan kepentingan mitra yang terkait. Semantara hubungan dengan pemerintah dan komunitas atau masyarakat hanya sekedar pemanis belaka.

2. Pola Kemitraan Semiproduktif

Pola kemitraan ini bersifat jangka pendek yang mengedepankan aspek kearifan yang dimana pemerintah, komunitas atau masyarakat dianggap sebagai objek dan masalah diluar perusahaan.Sehinggapada pola ini lebih mementingkan kepentingan perusahaan.

(38)

3. Pola Kemitraan Produktif

Pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subyek dan dalam pradigma mommont interest.Yang dimana perusahaan dengan mitranya memberikan keuntungan masing-masing dalam proses kerja. Sehingga mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, Bahkan bisa menjadi mitra dilibatkan pada hubungan resourced based partnership, dimana mitra diberi kesempatan menjadi bagian dari shereholders.

A.3. Corporate Social Responsibility

A.3.1. Pengertian Corporate Social Responsibility

Dilihat dari asal katanya, Corporate Social Responsibility (CSR) berasal dari literatur etika bisnis di Amerika Serikat dikenal sebagai corporate social responsibility atau social responsibility of corporation. Kata corporation atau perusahaan telah dipakai dalam bahasa indonesia yang diartikan sebagai perusahaan, khususnya perusahaan besar. Dilihat dari asal kataya, “perusahaan” berasal dari bahasa Latin “cospus/corpora” yang berarti badan. Dalam sejarah perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan itu merupakan suatu badan hukum yang didirikan untuk melayani kepentingan umum, namun dalam perkembangannya justru menumpuk keuntungan. (Isa dan Buryra 2007).

Menurut Achda (2006), Corporate Social Responsibility (CSR) dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, serta

(39)

terus-menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibilty (CSR), muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mancapai keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahtraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam. Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari stakeholders perusahaan maka konsep tanggung jawab sosial muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu konsep yang mewajibkan perusahaan untuk memenuhi dan memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan.

Lusa (2007) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial secara lebih sederhana dapat diartikan sebagi timbal balik perushaan kepada masyakarat dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntugan atas masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dimana dalam proses pengambilan keuntungan tersebut seringkali perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan ataupun dampak sosial lainnya.

Corporate Sosial Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya

(40)

yang kerena pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari operasi perusahaan (Nursahid, 2006).

Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Socal Responsibility juga memberikan definisi corporate social responsibility (CRS). Meskipun pedoman corporate social responsibility (CSR) standar internasional ini baru akan ditetapkan tahun 2010, draf pedoman ini bisa dijadikan rujukan. Menurut ISO 26000, corporate social responsibility (CSR) adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahtraan masyarakat. Mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internsional, serta terintegrasi dalam organisasi secara menyeluruh.

A.3.2. Manfaat Corporate Social Responsibility

Keuntungan melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Suhandri M. Putri (Untung, 2008) ada 10 keuntungan yang dapat diperoleh yaitu sebagi berikut:

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan perbuatan destrktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaliknya kontribusi positif pasti akan mendongkrak image dan reputasi positif perusahaan.

(41)

2. Layak mendapatkan social licence to operate. Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan keuntungan dari perusahaan, maka dengan sendirinya mereka akan merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan kepada perusahaan adalah keleluasan untuk menjalankan roda bisnisnya di kawasan tersebut.

3. Merekduksi resiko bisnis perusahaan. Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahn perusahaan merupakan hal yang esensial untuk suksenya usaha.

4. Melebarkan akses sumber daya. Track records yang baik dalam pengelolaan Corporate Social Responsibility merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan.

5. Membentangkan akses menuju Market. Investasi yang ditanamkan untuk program. Corporate Social Resonsibility ini dapat menjadi tiket bagi perusahan menuju peluang yang lebih besar. Termasuk didalamnya memupuk loyalitas konsumen dan menebus pangsa pasar baru.

6. Mereduksi biaya. Banyak contoh penghematan biaya yang dapat dilakukan dengan Corporate Social Responsibility. Misalnya mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi. Selain dapat menghemat biaya produksi, juga membantu agar limbah buangan ini menjadi lebih aman bagi lingkungan.

(42)

7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder. Implementasi Corporate Social Rsponsibility akan membantu manambah ferkuensi komunikasi dengan stakeholder, dimana komunikasi ini akan semakin menambah terus. 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator. Perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility umumnya akan meringankan beban pemerintah sebagai regulator yang sebenarnya beranggung jawab terhadap kesejahtraan lingkungan dan masyarakat.

9. Meningkatkan semangat dan priduktivitas karyawan. Image perusahaan yang baik di mata stakeholder dan kontribusi positif yang diberikan perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan, akan menimbulkan kebanggan tersendiri bagi karyawan yang bekerja dalam perusahaan mereka sehingga meningktkan motivasi kerja mereka

10. Peluang mendapatkan penghargaan banyaknya atau reward yang diberikan kepada pelaku Corporate Social Responsibility sekarang, akan menambah kas bagi perusahaan untuk mendapatkan award.

Susanto (2007) mengemukakan bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6 (enam) manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu sebagai berikut:

1. Mengurangi resiko dan tuduhan tehadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang merasakan manfaat dari aktivitas yang dijalankan.

(43)

2. Corporate Social Responsibility (CSR) dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis.

3. Keterlibatan dan kebanggan karyawan. Karyawam akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahtraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. 4. Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan secara konsisten akan

mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdersnya.

5. Meningkatkan penjualan. Konsumen akan lebih menyukai produk yang dihasilkan oleh perusahan yang secara konsisten menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) sehingga memiliki reputasi yang baik.

6. Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.

A.3.3. Dimensi dan Indikator Corporate Social Responsibility

Menurut Mazurkiewicz (2004) perbedaan persepsi dari konsep-konsep diantara sektor swasta, pemerintah, dan organisasi masyarakat berdasarkan perspektif tersebut CSR yaitu:

1. Sebuah perusahaan yang menjalankan usahanya secara bertanggung jawab dalam hubungan dengan kepentingan stakeholders internal (pemegang saham, karyawan, pelanggan dan pemasok).

(44)

2. Peran bisnis dalam hubungan dengan negara, lokal dan nasional, serta lembaga-lembaga antar negara atau standart.

3. Kinerja bisnis yang bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat di mana ia beroprasi dan komunikasi global.

Perspektif pertama meliputi tata kelola perusahaan yang baik, tanggung jawab produk, kondisi kerja, hak pekerja, pelatihan dan pendidikan. Kedua yaitu meliputi kepatuhan perusahaan dengan peraturan yang relavan, dan tanggung jawab perusahaan sebagai wajib pajak, memastikan bahwa negara dapat berfungsi secara efektif. Perspekti ketiga yaitu multi-layered (berbagai lapisan) dan bisa melibatkan hubungan perusahaan dengan orang-orang dan lingkungan di masyarakat di mana ia beroprasi, dan orang-orang untuk yang eksport.

Sedangkan menurut Girvy Kavei (Wibisono 2007) ada 3 area corporate social responsibility CSR yang harus diperhatikan oleh perusahaan:

1. Ditempat kerja, yatu seperti aspek keselamatn dan kesehatan kerja, pengembangan skill karyawan, dan kepemilikan saham.

2. Dikomunitas, antara lain dengan memberikan beasiswa dan pemberdayaan ekonomi.

3. Dilingkungan, misalnya pelestarian lingkungan dan proses produksi yang ramah lingkungan.

(45)

A.3.4. Mempertahankan Keberlangsungan Program Corporate Social Responsibility

Radyati (2008) menjelaskan kiat-kiat yang diberikan oleh peserta untuk tetap dapat mempertahankan keberlangsungan program corporate social responsibility (CSR) yang telah diterepkan oleh perusahaan, diantaranya:

1. Jangan memberikan uang kepada komunitas, tetapi beri mereka bekal pengetahuan melalui palatihan-palatihan.

2. Melatih kader-kader penerus kegiatan CSR, yang disebut dengan duplikasi kader-kader kepemimpinan atau cloning kader. Kepemimpinan informal diciptakan, dapat berasal dari dalam perushaan (karyawan), atau dari luar, seperti tokoh pemuda atau tokoh masyarakat. Misalnya unilever, mereka mendidik kader yang disebut dengan “Environmental Carde”

3. Program CSR yang sudah berhasil dapat dijadikan proyek percontohan untuk diterapkan didaerah lain, tetapi harus disesuaikan dengan kearifan lokal pada daerah tersebut. Hal ini disebabkan karakteristik masyarakat disuatu daerah belum tentu sama dengan daerah lan.

A.4. Air Bersih

A.4.1. Pengertian air bersih

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/ MENKES/ SK/ XI/ 2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industry terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitas memenuhi

(46)

persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum dan dimasak.

Sumber-sumber air yang berada di sekitar pemukiman baik itu air alam, maupun setelah mengalami proses pengelolahan terlebih dahulu, dalam memenuhin kebutuhan air bersih manusia dapat dimanfaatkan. Menurut Sugiharto (1987) tempat sumber air dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Air hujan, air angkasa dan wujud lainnya dapat berupa salju

2. Air pemukiman, air yang berada di permukaan bumi dapat berupa air sungai, air danau, air laut

3. Air tanah, terbentuk dari sebagian dari air hujan yang jatuh ke permukaan dan sebagian meresap ke dalam tanah melalui pori-pori dan akar tanaman.

Di Indonesia, sebagai besar masyarakat (khususnya di daerah pedesaan) menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Mereka menggunakan sarana sumur galian untuk mengambil air tanah.Sumur galian merupakan sarana air bersih yang paling sederhana dan sudah lama dikenal masyarakat.

B. Kerangka Pikir

PT. Semen Tonasa sebagai salah satu pemangku kepentingan, dimana masyarakat sekitar merupakan bagian dari perseroan yang menjadi indikator sekaligus pihak yang mendapat multiflier effect dari perkembangan bisnis PT. Semen Tonasa salah satunya adalah Desa Biringere Kecematan Bungoro Kabupaten

(47)

Pangkep. PT. Semen Tonasa turut bertanggung jawab dan mendorong kemajuan masyarakat atau mengurangi dampak operasi, kelestarian lingkungan dan dukungan energi.

Tata kelola perusahaan merupakan proses penting yang mengatur dalam pengelolaan biaya dan keuntungan yang didapatkan pada kegiatan bisnis dengan stakeholders baik secara internal maupun eksternal. dimana bantuan yang diberikan tidak menutup kemungkinan diberikan untuk mengembangkan usaha yang dikembangkan,tapi konsepnya luas dan tidak bersifat statis dan pasif, tetapi merupakan hak dan kewajiban yang dimilki bersama.

Implementasi CSR (Corporate Social Responsibility) yaitu mengenai program peningkatan kesejahtraan masyarakat misalnya di bidang kesehatan, pembangunan masyarakat serta pembinaan wilayah yang secara berkesinambungan tersebut ternyata membawa dampak yang cukup signifikan. Dalam mengeimplementasikan suatu program kerja kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) dalam peneyediaan air bersih, masing-masing pihak dituntut memiliki kepedulian melebihi apa yang sudah disepakati bersama didalam kontrak dalam rangka mewujudkan tujuan dan nilai yang diyakini bersama.

Kemitraan pemerintah dan swasta merupakan program strategis yang penting dilakukan sebab tidak mungkin seluruh permasalahan pembangunanmasyarakat dapat diselesaikan oleh pemerintah daerah sendiri.Olehkarena itu perlu dikembang-kan kemitraan antara pemerintah dengan berbagai pihak, baik sektor swasta ataupun sektor ketiga melalui skema kemitraan pemerintah daerah.

(48)

Menurut Provan dan Mildward (1994) dalam konsep hollow state yaitu dalam penyelenggaraan pelayanan publik melibatkan intensitas pihak ketiga pelaksanaan program-program pembangunan dari pemerintah, Dalam konsep ini ada 3 hal utama yang menjadi fokus dalam hubungan kemitraan antara pemerintah dan swasta: (1) Mekanisme, (2) Struktur dan (3) Insentif.

Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkan kerangka pikir sebagai berikut:

C. Fokus Penelititian

Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada tata kelola kemitraan salah satu program corporate social responsibility (CSR) bidang kesehatan dalam penyediaan air sebagai upaya membentuk citra perusahaan PT. Semen Tonasa.

Penyediaan Air Bersih

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomer/ 1405/MENKES/SK/XI/2002

Insentif

Tata Kelola Kemitraan Corporate Social Responsibility PT Semen Tonasa Dalam Penyediaan Air Bersih Di Desa Biringere

(49)

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Tata kelola atau yang lebih dikenal dengan sebutan good governance, adalah segala sesuatu yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dimana dalam konsep kemitraan merupakan upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing. Pada konsep hollow state, ada tiga hal utama yang menjadi fokus dalam hubungan kemitraan:

1. Mekanisme

Mekaniasme yang terdapat dalam Hollow State yang membedakan dengan konsep kemitraan lainnya pada umumnya, dimana Hollow State memiliki sedikit order/perintah dan mekanisme kontrol. Terdapat banyak potensi fleksibilitas untuk mengubah dan mengadaptasi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Mekanisme yang dimaksud di dalamnya seperti bantuan dana, kontrak dan kesepakatan, dan tidak berdasarkan semata-mata pada otoritas dan sanksi dari pihak pemberi kerja. Ketika pihak pemberi kerja mampu menjadi inti agency dalam mengontrol mekanisme kemitraan maka proses kemitraan tersebut dilihat dari perspektif Hollow State bersifat terintegrasi dimana efektifitas kerjasama bisa dicapai dengan baik.

(50)

2. Struktur

Tipe struktur dalam teori konsep Hollow State berfokus pada suatu kemitraan yang dilakukan pihak pertama kepada pihak kedua. pembahasan struktur dalam Hollow State tidak ada pemahaman konvesional mengenai struktur organisasi/kerja pada suatu kemitraan, melainkan membahas tentang peran aktor dan tugas aktor-aktor yang terlibat pada kegiatan kerjasama. Tipe struktur dalam teori Hollow State menyatakan bahwa struktur akan efektif ketika jaringan-jaringan aktor-aktor terintegrasi dimana hanya ketika integrasi ini tersentralisasikan melalui satu inti agensi. Struktur ini menfasilitasi terciptanya integrasi dan koordinasi dan relatif lebih efesien.

3. Insentif

Pengertian insentif berdasarkan berdasarkan perspektif ini merupakan hal-hal yang diberikan oleh pihak pemberi kerja kepada pihak kedua dalam proses kemitraan yang dilakukan agar program kerjasama tersebut dapat berlangsung dengan efektif. Efektifitas suatu kemitraan juga sangat dipengaruhi oleh inentif yang terintegrasi. Teori ini mengemukakan bahwa pendanaan yang baik menunjukkan performa atau kinerja yang lebih baik dibandingkan sistem pendanaan yang minim. Ketika tingkat kewajaran dari pendanaan dikombinasikan dengan desain kemitraan yang sesuai stabilitas hubungan pihak pertama dengan pihak kedua juga berpengaruh. Sistem yang stabil, meskipun di desain secara minim atau pendanaan tidak cukup, mengizinkan

(51)

individu atau lembaga yang terdapat didalamnya mampu untuk memecahkan masalah dan menyepakati pembagian kerjasama sistem tersebut.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di lokasi Desa Biringere Kecematan Bungoro Kabupaten Pangkep dan PT. Semen Tonasa. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juni 2019, dengan dasar untuk mengetahui tata kelola kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Semen Tonasa dalam penyediaan air bersih di Desa Biringere Tonasa II Kabupaten Pangkep.

B. Jenis dan Tipe penelitian a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu berupa tulisan atau kata-kata lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati guna mendapat data-data yang diperlukan.

b. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah fenomenologi dimana peneliti berusaha mengungkap atau menjelaskan apapun yang terjadi dilapangan, atau fenomena-fenomena pengalaman yang terjadi yang bersifat rasional yang dilandasi dengan kesadaran yang terjadi pada beberapa individu atau informan yang terkait.

(53)

A. Sumber Data a. Data Primer

Data primer yaitu berupa data yang diperoleh dari partisipan.Dataprimer maksudnya adalah pengamatan yang bersifat partisipatoris artinya dengan wawancara bersama mitra CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Semen Tonasa yaitu Forum Mitra Amanah dan staff dari PT. Semen Tonasa tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari berbagai literatur, buku-buku, internet atau tulisan yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti.

D. Informan Penelitian

Dalam penulisan kualitatif, informant dipilih secara purposive.informant dipilih yang memiliki power atau jabatan tinggi pada objek yang akan diteliti oleh peneliti. Informan penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

Nama Jabatan Jumlah

Ir. H. Ilyas HM Kepala Biro CSR 1

Mursalam Ketua umum forum mitra amanah 1

Nurmiati Bendahara Forum Mitra Amanah 1

Andi. Alan S. Ago Kepala Desa Biring Ere 1

(54)

E. Teknik pengumpulan data a. Teknik Wawancara

Adanya pertemuan antara pihak satu dengan pihak lannya, dengan melakukan tanya jawab untuk bertukar informasi dan ide, sehingga dapat memberikan masukan untuk mengisi data yang sudah disiapkan oleh peneliti.

b. Teknik Observasi

Observasi (pengamatan) sebagai teknik pengumpulan data, mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik pengumpulan data yang lain. Suatu kegiatan yang tidak terbatas, tetapi juga mengarah pada objek-objek alam yang lain. Dalam teknik observasi, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari sehingga peneliti bisa mendapakan sumber data yang akan sedang diamati.

c. Study Dokumentasi

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya momumental dari seseorang. Dokumen yang berbentu tulisan misalnya berkas mengenai hal yang terkait atau catatan harian, sejarah kehidupan, biografi. Dokumen berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.

F. Teknik analisis data

Miles and Huberman dalam Sugiyono (2014) merumuskan tiga teknik analisis data dan peneliti menggunakan teknik analisis data menurut Miles and Huberman dalam Sugiono yaitu:

(55)

a. Data Reduction

Mereduksi data berarti merangkum, atau melihat hal-hal yang pokok pada suatu penelitian, sehingga data yang direduksi dapat memberikan gambaran

yang lebih jelas, sehingga dapat memudahkan peneliti untuk

mengumpulkan data yang diperlukan. b. Data Display

Penyajian data dalam penelitian kualitatif biasanya dilakukan dengan teks naratif, bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Sehingga dapat memudahkan penyajian data yang akan dilakukan, berdasarkan apa yang telah dipahami.

c. Conculasion Drawing/Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kuantitaf adalah penerikan kesimpulan dan verifikasi. Dilakukan verifikasi karena kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti tentang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

G. Pengasahan data

Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan valid, maka dari itu peneliti menggunakan metode triangulasi menurut Patton dalam Sulstiany (1999) yaitu:

(56)

a. Triangulasi Data

Berisi dokumen, arsip, hasil wawancara, dan hasil observasi yang memiliki sudut pandang yang berbeda.

b. Triangulasi Pengamat

Dalam hal ini, dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat yang dapat memberikan masukan terhadap hasil penelitian yang akan diamati untuk menghasilkan data.

c. Triangulasi Teori

Menggunakan berbagai teori yang berlainan untuk melengkapi penelitian yang diteliti oleh peneliti sehingga dapat memasuki syarat penelitian.

d. Triangulsi Metode

Dalam penelitian ini, peneliti melakukakn metode wawancara pada objek yang akan diteliti yang dibarengi dengan metode observasi pada saat melakukan wawancara.

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Wilayah penelitian merupakan hal yang diperlukan untuk memberikan pendalaman dan pemahaman mengenai permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut. Berikut gambaran mengenai Kabupaten Pangkep, Desa Biringere, PT. Semen Tonasa dan Forum Mitra Amanah.

A.1. Gambaran umum Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) terletak di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Selatan, dengan Ibukota Pangkajene sebagai pusat pelayanan wilayah bagi Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) dengan luas wilayah 1.112,29 km² atau 111.229 Ha dan mempunyai ketinggian tempat rata-rata 8 meter diatas permukaan laut. Secara geografis Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) terletak diantara 4°40´ LS sampai 8°00´ LS diantara 110° BT sampai dengan 119°48´67´ BT. Dimana Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) terdiri dari 9 Kecematan terletak pada wilayah daratan dan 4 Kecematan terletak di wilayah Kepulauan.

Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) adalah:

a) Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Barru b) Sebalah selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros

c) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone dan Kabupaten Maros

Gambar

Tabel 1.  Keaadaan Sosisl Ekonomi Penduduk Desa Biring Ere ..................... 47  Table 2
Table 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar penyediaan air bersih di Desa  Biring Ere Dusun Balang
Gambar penyediaan air bersih di Desa  Biring Ere, Dusun Biring Ere
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis dan teori pendukung di atas dapat disimpulkan bahwa tingginya kedisiplinan tenaga kesehatan di BRSU Tabanan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaannya

It will be used for research entitled: Online English Tenses Exercises Using Hot Potatoes Software for Tenth Grade students of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. In giving your opinion

Alla olevassa taulukossa (taulukko 3) Koulukorpus-aineiston yleisimpien lekseemien kumulatiivista frekvenssiä verrataan peruskoulun 2. luokan oppikirjoihin sekä

Tugas utama dari Perusahaan Penilai dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham ini sesuai dengan Standar Profesi dan Peraturan Pasar Modal yang berlaku, meliputi pemeriksaan secara

Transaksi Politik Calon kepala daerah dengan pengurus partai politik (Elit Partai) mengakibatkan adanya kerjasama dalam hal menggunakan kekuasaanya sebagai elit partai

Pusat Cyber Development adalah sebuah penyedia jasa layanan media online, media promosi, dan media informasi lainnya yang berdiri pada tahun 2010 lalu hingga

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan intelektual dalam kinerja karyawan, berarti hipotesis yang menyatakan “ Diduga faktor kemampuan intelektual tidak