1
PENGURUSAN AKTA KELAHIRAN GRTAIS DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN PINRANG
Disusun dan diusulkan oleh
RINARTO
Nomor Stambuk 10561 3342 09
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
PENGAJUAN SKRIPSI
IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) DALAM PENGURUSAN AKTA KELAHIRAN GRTAIS DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN
SIPIL KABUPATEN PINRANG
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Negara ( S.Sos )
Disusun dan Diajukan Oleh :
RINARTO
Nomor Stambuk 10561 3342 09
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Rinarto.T
Nomor Stambuk : 10561 3342 09
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 2014
Yang Menyatakan
Rinarto.T
ABSTRAK
Rinarto. 2014. Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Dalam Pengurusan Akta Kelahiran Gratis Di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang. (Dibimbing oleh Ruskin Azikin dan Samsir Rahim)
Salah satu daerah yang menerapkan program akta kelahiran gratis yakni Kabupaten Pinrang. Kesadaran masyarakat untuk melapor ke aparat pemerintah memang masih rendah dan juga dipengaruhi juga keterbatasan akses ke kantor pemerintahan. Selain itu masalah yang paling fenomenal terkait akta kelahiran gratis masih banyak keluhan dari masyarakat mengingat proses pembuatan akta kelahiran itu sendiri, terkadang masyarakat di janji akan cepat proses pembuatan akta kelahiran anak-anaknya ataupun yang sudah dewasa tapi nyatanya sekitar satu atau dua bulan baru jadi, sehingga masyarakat banyak yang mengeluh dengan kurangnya pelayan yang efektif dari pemerintah, disisi lain yang paling mengganjal masyarakat mengenai kepengurusan akta kelahiran gratis ini adalah masih banyak masyarakat dipungut biaya dalam pengurusan akta kelahiran gratis, sehingga masih banyak masyarakat bingung, mengingat bahwa program semacam ini tidak dipungut biaya apapun
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam pengurusan akta kelahiran gratis di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,wawancara dan dokumentasi. Dalam menganalisis data digunakan reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan untuk keabsahan data digunakan triangulasi sumber,triangulasi teknik,dan triangulasi waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam pengurusan akta kelahiran gratis di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang terdiri dari empat variabel yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur organisasi. Pemenuhan terhadap keempat variabel tersebut dapat dikatakan telah maksimal dengan kata lain Implementasi kebijakan program akta kelahiran gratis pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pinrang telah tercapai. Namun ada salah satu dari indikator penelitian dari variabel sumberdaya yaitu indikator fasilitas membuktikan bahwa masih kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung proses implementasi kebijakan program akta kelahiran gratis
Kata Kunci: Implementasi SIAK, Akta Kelahiran Gratis.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Dalam Pengurusan Akta Kelahiran Gratis di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang ”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat kepada Kedua pembimbing penulis yaitu Bapak Drs.Ruskin Azikin,MM sebagai pembimbing pertama dan Bapak Samsir Rahim,S.Sos,M.Si sebagai pembimbing kedua yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis walaupun disibukkan dengan aktivitas lain. Ucapan terimakasih yang tak terhingga juga kami sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr.Burhanuddin S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala bimbingan yang telah diberikan selama ini.
3. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi yang telah menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan dibangku perkuliahan.
4. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Tanang dan Ibunda Ramasia yang telah mendidik dan membimbing saya dari kecil hingga dewasa dan
selalu memberikan pelajaran yang berharga serta kakak tercinta Risnawati,S.Pd dan Rismawati,S.Pd yang selalu memberi saya semangat dan dorongan untuk menjadi orang yang sukses dalam meraih gelar sarjana.
5. Bapak H. Hamka Mahmud, SH, M.Si selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di instansi tersebut.
6. Segenap pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang yang telah banyak memberikan informasi dan data yang dibutuhkan selama penelitian.
7. Sahabat-sahabat saya, Marky, Rusdy, M.Daus, Syawal, Dirgahayu, Edi Mulya, Erniwati, Ernawati, Seri Hussein, yang tak pernah bosan memberikan motivasi, serta seluruh rekan-rekan Ilmu Administrasi Negara UNISMUH Makassar angkatan 2009 dan Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya dan tiada manusia yang luput dari salah dan khilaf.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga saran dan kritik tersebut menjadi motivasi kepada penulis untuk lebih tekun lagi belajar. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapaat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Amin.
Makassar, 2014
Penulis,
Rinarto.T
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Konsep Implementasi ... 10
B. Konsep dan Pengertian SIAK ... 10
C. Konsep Akta Kelahiran ... 18
D. Kerangka Pikir ... 24
E. Fokus Penelitian ... 25
G. Deskripsi Fokus Penelitian... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27
B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 27
C. Sumber Data ... 28
D. Informan Penelitian ... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ... 29
F. Teknik Analisis Data... 30
G. Keabsahan Data... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 33
A. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil... 33
B. Tugas Pokok dan Fungsi... 35
C. Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dalam Pengurusan Akta Kelahiran Gratis... .. 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... . 65
DAFTAR PUSTAKA... 68
DAFTAR TABEL
TABEL 01 DAFTAR NAMA INFORMAN PENELITIAN... 29 TABEL 02 KLASIFIKASI PEGAWAI... 48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Isu kependudukan adalah isu yang sangat strategis dan bersifat lintas sektor. Oleh karena itu, pengintegrasian berbagai aspek kependudukan ke dalam perencanaan pembangunan dan bagaimana pembangunan kependudukan itu sendiri akan dicapai, akan menjadi pekerjaan besar yang harus diwujudkan.
Dalam hal ini, upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan kependudukan, sebagai wujud dinamika penduduk dengan berbagai kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar ke depan nanti pengelolaan perkembangan kependudukan dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi antara kuantitas dan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas penduduk dan penataan penyebarannya yang didukung oleh upaya-upaya perlindungan dan pemberdayaan penduduk dan peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang wawasan kependudukan bahkan sejak usia dini. Dengan adanya permasalahan yang masih perlu dibenahi khususnya pada pengurusan akta kelahiran yaitu perlu peningkatan pelayanan kepada masyarakat mengingat pegawai masih minim di dalam menangani pengurusan akta kelahiran tersebut.dan juga masih perlu adanya kedisiplinan terhadap para pegawai yang kurang peduli terhadap waktu yang telah disepakati bersama pada saat pembuatan akta kelahiran maupun sesudah pembuatan akta kelahiran tersebut, agar nantinya masyarakat yang mengurus akta kelahiran dapat mengurus sesuai apa yang di harapkan atau yang diinginkan oleh karena itu di dalam pengurusan akta kelahiran gratis ini perlu di perhatikan dan tidak pandang
bulu, artinya bahwa siapa yang terlebih dulu maka dia berhak mengurus lebih dulu walaupun ada pihak keluarga yang ingin mengurus akta kelahiran pada saat itu juga mengingat masalah yang seperti ini sudah banyak masyarakat yang mengeluh terhadap sistem kekeluargaan, jabatan dan kenalan pegawai di kantor tersebut.Ini benar-benar perlu dihilangkan sistem yang kurang baik di daerah kita khususnya di Kabupaten Pinrang. Peran pemerintah harus benar di dalam menjalankan tanggung jawab sebagai pemimpin agar masyarakat senang dan bangga di dalam pengurusan dokumen kependudukan baik itu Kartu Tanda Penduduk,Akta kelahiran dan lain-lain.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menegaskan bahwa dalam perencanaan pembangunan daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik yang menyangkut masalah kependudukan, masalah potensi sumber daya daerah maupun informasi tentang kewilayahan lainnya.
Selain itu, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang mengamanatkan bahwa data penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi kependudukan (SIAK) dan tersimpan didalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan. Dalam pemenuhan hak penduduk, terutama di bidang pencatatan sipil masih ditemukan penggolongan penduduk yang didasarkan pada perlakuan diskriminatif yang membeda-bedakan suku, keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan produk kolonial Belanda. Penggolongan penduduk dan pelayanan diskriminatif yang
demikian itu tidak sesuai dengan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan pengadministrasian kependudukan mengalami kendala yang mendasar sebab sumber data kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu Sistem Administrasi Kependudukan yang utuh dan optimal.
Kondisi sosial dan administratif seperti yang dikemukakan di atas memiliki sistem database kependudukan yang menunjang pelayanan administrasi kependudukan. Kondisi itu harus diakhiri dengan pembentukan suatu sistem administrasi kependudukan yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan yang profesional. Seluruh kondisi tersebut menjadi dasar pertimbangan perlunya membentuk Undang-undang administrasi kependudukan.
Gagasan menyusun suatu sistem administrasi yang menyangkut seluruh masalah kependudukan, yang meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan data informasi kependudukan, patut menjadi perhatian untuk mewujudkannya. Karena sampai saat ini, peraturan perundang-undangan yang mendukungnya masih terpisah-pisah, berjalan sendiri-sendiri tanpa ada kaitan satu dengan lainnya. Perwujudan suatu sistem memang sangat didambakan oleh masyarakat. Bahkan sebagai ciri dari penyelenggaraan negara yang modern khususnya bidang pelayanan masyarakat. Kebutuhan yang paling dekat adalah pencatatan sipil, namun demikian belum ada yang secara otomatis dapat mengalir datanya pada pendaftaran penduduk. Pada prakteknya, ternyata masing-masing
masih mementingkan kepentingan sektoralnya dari pada lebih memperhatikan kepentingan bersama secara koordinatif.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) merupakan sebuah sistem informasi yang dibangun untuk mendukung proses administrasi kependudukan yang meliputi pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. SIAK adalah Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, yaitu sistem informasi yang dibangun untuk mendukung proses administrasi kependudukan yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standar khusus yang bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi di bidang kependudukan. Administrasi kependudukan meliputi Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Dengan adanya sistem ini akan terwujud database kependudukan nasional secara bertahap.
Pengembangan sistem ini telah dimulai pada tahun 2003 dengan diluncurkannya SIAK Online dari Kecamatan ke Data Center Kependudukan yang kemudian disusul dengan SIAK Offline di Kabupaten/Kota pada tahun 2005.
SIAK Online memberikan layanan pendaftaran penduduk dan catatan sipil di Tempat Perekaman Pendaftaran Penduduk (TPDK) di kecamatan-kecamatan yang langsung terhubung dengan Data Center Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan (Ditjen Adminduk) melalui VPN Dial. Hingga saat ini telah terhubung sebanyak 70 kecamatan ke Data Center. Namun demikian, ada beberapa kendala yang dialami dalam pengoperasian aplikasi SIAK Online antara lain biaya koneksi VPN Dial dan lambatnya waktu transmisi. Menyadari keterbatasan infrastruktur telekomunikasi di daerah-daerah, maka aplikasi SIAK
Online dikonversi menjadi SIAK offline pada tahun 2005 agar daerah khususnya Kabupaten/Kota dapat memberikan layanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil tanpa harus terhubung dengan Data Center Direktur Jenderal Administrasi Kependudukan, kedua aplikasi ini merupakan cikal bakal dari pengembangan database kependudukan nasional yang terkonsolidasi. Terwujudnya database ini akan mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan umum dan fasilitas perlindungan data pribadi penduduk. Kebijakan publik akan efektif jika dapat diimplementasikan, biayanya ditolerir, diterima masyarakat, dan memiliki dukungan politis. Agar Undang-Undang Administrasi Kependudukan berfungsi baik, juga diperlukan dukungan aturan pelaksanaan, anggaran, dan petugas yang terlatih, khususnya di tingkat Pemerintah Daerah.
Tertib administrasi kependudukan memerlukan sistem legislasi yang baik. Hal ini juga sangat dibutuhkan di Kabupaten Pinrang dalam penertiban dokumentasi kependudukan. Dalam penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) ini dilakukan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
Salah satu bagian dari pencatatan sipil di Kabupaten Pinrang yang menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) yakni akta kelahiran. Hal ini juga yang melatarbelakangi munculnya suatu kebijakan di Kabupaten pinrang mengenai ketertiban administrasi kependudukan yakni penggratisan akta kelahiran.
Hak pertama anak setelah dilahirkan yang seharusnya diberikan negara adalah dicatatkan kelahirannya dan mendapat akta kelahiran, sebagaimana
dinyatakan Konvensi Hak Anak yang telah distratifikasi Pemerintah Indonesia pada 1990.
Akta kelahiran adalah akta catatan sipil hasil pencatatan terhadap peristiwa kelahiran seseorang. Jika seorang anak belum punya akta kelahiran maka secara de jure keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini mengakibatkan anak yang lahir tersebut tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya serta tidak terlindungi keberadaanya.
Pemerintah saat ini sudah membuat Rencana Strategis (Renstra) dimana pada tahun 2011, seluruh anak Indonesia mempunyai akta kelahiran. Renstra ini tertuang dalam Surat Edaran Mendagri No, 474.1/2218/SJ tanggal 1 Agustus 2008, yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota dimana diharapkan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota menempatkan pencatatan kelahiran pada program prioritas untuk masalah kependudukan. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga menyebutkan, identitas anak harus diberikan oleh negara sejak anak dilahirkan, dituangkan dalam akta kelahiran. Kewajiban negara menyediakan akta kelahiran juga ditegaskan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Adminduk).
Menurut data Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2005, Kepemilikan akta kelahiran di Indonesia baru mencapai 58,95% sedangkan menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2007, diantara anak balita (usia 0-4 tahun), 56.4% Belum punya akta kelahiran. Ternyata anak balita yang berasal dari 20%
rumah tangga termiskin (kuintil-1) yang belum punya akta kelahiran sekitar 75.1%. Hal inilah yang menjadi kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam penertipan administrasi kependudukan saat ini, terkhusus di Kabupaten Pinrang.
Namun penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Kabupaten Pinrang setidaknya memberikan kontribusi terhadap penertiban administrasi kependudukan terkhusus pada pengadaan akta kelahiran bagi anak di Kabupaten Pinrang yang harusnya mendapatkan legalisasi kependudukan.
Salah satu daerah yang menerapkan program akta kelahiran gratis yakni Kabupaten Pinrang, tetapi masih ada sebagian daerah yang memasukkan biaya pengurusan akta kelahiran sebagai pendapatan asli daerah (PAD)nya. Selain itu kesadaran masyarakat untuk melapor ke aparat pemerintah memang masih rendah dan juga dipengaruhi juga keterbatasan akses ke kantor pemerintahan. Selain itu masalah yang paling fenomenal mengenai pengambilan akta kelahiran gratis masih banyak keluhan dari masyarakat mengingat proses pembuatan akta kelahiran itu sendiri, terkadang masyarakat di janji akan cepat proses pembuatan akta kelahiran anak-anaknya ataupun yang sudah dewasa tapi nyatanya sekitar satu atau dua bulan baru jadi, sehingga masyarakat banyak yang mengeluh dengan kurangnya pelayan yang efektif dari pemerintah, disisi lain yang paling mengganjal masyarakat mengenai kepengurusan akta kelahiran gratis ini adalah masih banyak masyarakat dipungut biaya dalam pengurusan akta kelahiran gratis, sehingga masih banyak masyarakat bingung, mengingat bahwa proker semacam ini tidak dipungut biaya apapun. Maka dari itu, pemerintah Daerah Kabupaten
Pinrang dituntut untuk mampu merealisasikan pengurusan akta kelahiran ini sesuai semestinya.
Berdasarkan masalah di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Dalam Pengurusan Akta Kelahiran Gratis Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis berupaya membatasi masalah yang akan diteliti sesuai yang tertuang dalam rumusan masalah untuk disajikan sebagai pertanyaan umum yang akan dijawab dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana implemetasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam Pengurusan Akta Kelahiran gratis Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang?
2. Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam Pengurusan Akta Kelahiran gratis Pada Dinas , Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui implemetasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam Pengurusan Akta Kelahiran gratis Pada Dinas , Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam Pengurusan Akta Kelahiran gratis Pada Dinas , Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang.
D. Kegunaan Penelitian
Berangkat dari masalah di atas, maka kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
a. Dapat memperluas dan memperkaya wawasan ilmiah, khususnya dalam Ilmu Administrasi.
b. Sebagai bahan informasi bagi calon peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama.
2. Kegunaan Praktikal
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat memberikan sumbangsih positif bagi pemeritah daerah Kabupaten Pinrang, para implementator (stakeholder) kebijakan dalam menentukan kebijakan/strategi untuk meningkatkan peran dan partisipasi aktif tentang penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Indonesia khususnya Kabupaten Pinrang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Implementasi
Seringkali dalam penggunaan konsep implementasi secara eksplisit mencakup tindakan oleh individu atau kelompok privat (swasta) dan publik yang langsung pada pencapaian serangkaian tujuan terus menerus dalam keputusan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini meliputi antarusaha mentransformasi keputusan ke dalam tindakan opersional, berusaha mencapai perubahan besar dan kecil sebagaimana yang dimandatkan oleh keputusan kebijakan.
Implementasi dalam arti secara fleksibel adalah pelaksanaan.
Implementasi dapat diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan berkesinambungan yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program menjadi kenyataan. Secara garis besar, implementasi merupakan setiap kegiatan yang dilakukan menurut rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari beberapa pengalaman di Negara-negara maju maupun Negara-negara berkembang menunjukkan bahwa dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan berbagai faktor mulai dari yang sederhana hingga rumit turut mempengaruhi proses implementasi. Pengaruhnya dapat sebagai pendorong keberhasilan mencapai tujuan atau sebaliknya menjadi penyebab kegagalan.
Upaya untuk memahami adanya perbedaan antara yang diharapkan tercapainya dengan fakta yang telah terjadi telah menimbulkan kesadaran mengenai pentingnya suatu pelaksanaan. Nurdin (2002 :70) Implementasi adalah
10
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem.
Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Sedangkan menurut Guntur (2004:39) Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif Wahab dalam Nuriyanti (2013:127) Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu- individu, pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Anggara (2012:532) menyebutkan bahwa “implementasi adalah melaksanakan sebuah keputusan kebijakan, biasanya dikaitkan dengan sebuah perundang-undangan, disusun oleh pemerintahan baik eksekutif maupun keputusan peradilan”. Suatu proses implementasi dalam kenyataan yang sesungguhnya dapat berhasil, kurang berhasil maupun gagal sama kali ditinjau dari hasil yang dicapai karena dalam proses tersebut turut bermain dan terlibat berbagai unsur pengaruh yang bersifat mendukung maupun menghambat pencapaian sasaran program. Berhasil atau terhambatnya suatu proses implementasi karena ada faktor-faktor atau unsur- unsur yang mempengaruhinya. Sedangkan menurut Hanifah (2002:67) Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik kedalam administarasi, pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.
Menurut Wahab dalam Anggara (2012:530) menyebutkan bahwa implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Implementasi kebijakan sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan, yang biasanya dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan, Perintah Eksekutif atau Dekrit Presiden. Sedangkan Tachjan dalam Wisman (2010:10) menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan adminsitratif yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan dan disetujui. Kegiatan ini terletak di antara perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan mengandung logika top-down, maksudnya menurunkan atau menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro menjadi alternatif yang bersifat konkrit atau mikro.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh parah ahli tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa implementasi merupakan pelaksanaan suatu kegiatan pemerintah secara terarah, terkoordinasi untuk mencapai sasaran kebijakan.
Seperti yang dikemukakan oleh Edward III dalam (Subarsono, 2005:90), bahwa berhasil atau terhambatnya suatu proses implementasi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:
a. Komunikasi
Komunikasi sangatlah penting peranannya karena suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksananya. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi atau trasmisi kejelasan dari informasi tersebut.
b. Sumber Daya
Ada empat komponen yang merupakan komponen dari sumber daya yaitu:
staf yang cukup, informasi yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas dan tanggungjawab serta fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
c. Sikap dan komitmen dari para pelaksana
Keberhasilan implementasi suatu program didukung oleh sikap dan komitmen dari para pelaksana dalam hal ini adalah aparatur negara yang menjadi implementator. Jika ada sikap acuh atau tidak peduli akan kewajiban sebagai stakeholder, maka program yang diharapkan tidak dapat tercapai.
d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yaitu adanya standar prosedur operasi yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan dari suatu program untuk berjalannya proses implementasi dengan baik dan tepat pada sasaran yang telah ditentukan bersama.
Apabila keempat hal tersebut di atas tidak ada maka akan sulit sekali mencapai hasil yang memuaskan karena penyelesaian masalah-masalah yang bersifat adhoc memerlukan penanganan dan penyelesaian khususnya tanpa pola baku. Fragmentasi yang sering terjadi didalam organisasi harus dihindari dan diatasi dengan cara system koordinasi yang baik.
Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya yang secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi dan berlangsung
dalam hubungan berbagai variable. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana dan kinerja kebijakan publik.
Implementasi yang merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan pemerintah setelah perumusan dan penetapan kebijakan. Implementasi kebijakan menurut Van Metern dan Van Horn dalam Wahab (1997:51) adalah tindakan- tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu maupun pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan sebelumnya.
Alasan dikemukakannya hal ini ialah bahwa proses implementasi itu akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijaksanaan semacam itu, dalam artian bahwa implementasi kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikendaki relatif sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan, terutama mereka yang mengoperasikan program di lapangan relatif tinggi.
Hal ini yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn dalam Hill and Hupe (2002:46) bahwa jalan yang menghubungkan antara kebijaksanaan dan prestasi kerja dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas (independent variable) yang saling berkaitan. Variabel-variabel bebas itu ialah:
a. Ukuran dan tujuan implementasi
Ukuran dan tujuan implementasi harus jelas dan terukur sehingga dapat terealisir. Apabila ukuran dan tujuan implementasi abu-abu, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen tersebut.
b. Sumberdaya
Implementasi perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumber daya non-manusia (non-human resources).
Keberhasilan suatu proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil, maka kinerja publik sangat untuk diharapkan.
c. Karakteristik agen pelaksana
Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu kebijakan.
d. Sikap/kecenderungan (disposition) para pelaksana
Disposisi implementator ini mencakup tiga hal yang penting, yakni:
1) Respon implementator terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan.
2) Kognisi, yakni pemahaman implementator terhadap suatu kebijakan.
3) Intensitas disposisi implementator, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementator.
e. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana
Keberhasilan suatu kebijakan juga harus didukungan dengan komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana sehingga tidak menimbulkan miscommunication (kesalahpersepsian) akan suatu kebijakan dalam porses
implementasinya.
f. Kondisi sosial, ekonomi,dan politik
Faktor lingkungan eksternal sangat mempengaruhi proses implementasi kebijakan, sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan menberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik partisipan yakni mendukung atau menolak suatu kebijakan, bagaimana opini publik yang ada dilingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi suatu kebijakan.
B. Konsep dan Pengertian Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
Salah satu kebijakan kependudukan yang menanggapi perubahan- perubahan kependudukan adalah kebijakan administrasi kependudukan. Kebijakan ini merupakan kebijakan kependudukan yang bersifat nasional terpadu yang melibatkan seluruh komponen yang terkait. Pengertian administrasi kependudukan yang biasa disebut dengan singkatan Adminduk dapat ditelusur dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 1 yang menyatakan bahwa administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendafta-ran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Berdasarkan pengertian ini maka ruang lingkup administrasi kependudukan meliputi 3 (tiga) komponen yaitu: (1) Kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk; (2) Kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pencatatan sipil; dan (3) Kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk 8 (delapan) pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Penerapan (SIAK) secara khusus dimaksudkan untuk menyelenggarakan administrasi kependudkan yang tertib dan terpadu,bersifat universal,permanen wajib dan berkelanjutan. SIAK menyediakan data dan informasi mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil secara akurat,lengkap,mutakhir,dan mudah diakses sebagai acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan.
Tujuan pengelolaan kependudukan adalah untuk membuat masyarakat nyaman dalam bertempat tinggal di suatu kawasan. Semakin padat atau tinggi pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap standar hidup, tingkat pengangguran, sosial, budaya dan juga ekonomi. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai lembaga pelayanan publik, mempunyai tugas yang sangat berat untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan pengelolaan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendudukan dan Pencatatan Sipil Daerah merupakan tonggak sangat penting untuk memulai pengelolaan kependudukan secara lebih
profesional. keikutsertaan masyarakat pun mempunyai peranan sangat penting, karena bagaimanapun baiknya manajemen pengelolaan kependudukan, kalau tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk tertib, administrasi kependudukan akan merupakan pekerjaan yang sia-sia. Salah satu bentuk pengelolaan kependudukan adalah dengan melaksanakan tertib administrasi kependudukan. Implementasinya antara lain adalah dengan cara dilakukannya razia KTP di tempat keramaian ataupun ke tempat yang diindikasikan potensi terjadi banyak pelanggaran kependudukan. Hal ini untuk memberi shock therapy kepada masyarakat, sehingga masyarakat menyadari pentingnya identitas, karena merupakan bukti diri (legitimasi) otentik bagi penduduk WNI ataupun WNA bahwa seseorang diakui sebagai penduduk di suatu daerah.
C. Konsep Akta Kelahiran
Sebuah kebijakan mengemukakan apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan. Sebuah kebijakan memberikan semacam teori yang mendasari klaim legitimasi. Dengan banyaknya masalah mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang tertib administrasi dengan penerapan sistem informasi dan teknologi yang semakain canggih. Adapun kebijakan pemerintah tersebut adalah kebijakan sistem informasi administrasi kependudukan yang disingkat dengan SIAK, berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan.
Salah satu kebijakan kependudukan yang menanggapi perubahan- perubahan kependudukan adalah kebijakan administrasi kependudukan. Kebijakan ini merupakan kebijakan kependudukan yang bersifat nasional terpadu yang
melibatkan seluruh komponen yang terkait. Pengertian administrasi kependudukan yang biasa disebut dengan singkatan Adminduk dapat ditelusur dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 1 yang menyatakan bahwa administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Berdasarkan pengertian ini maka ruang lingkup administrasi kependudukan meliputi 3 (tiga) komponen yaitu: (1) Kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk; (2) Kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pencatatan sipil; dan (3) Kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk 8 pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Adapun landasan hukum terbentuknya kebijakan penertiban administrasi kependudukan yaitu maka dari itu pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan, Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang persyaratan dan tata cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, Peraturan Menteri Nomor 28 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil di daerah.
Administrasi Kependudukan diarahkan untuk memenuhi hak azasi setiap orang di bidang administrasi kependudukan tanpa diskriminasi melalui pelayanan publik yang profesional. Pendaftaran penduduk dilakukan dengan pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk serta penerbitan dokumen kependudukan. Adapun salah satu kegiatan penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pencatatan sipil adalah akta kelahiran. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak diamatkan bahwa anak adalah karunia Tuhan yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak asasi sebagai manusia seutuhnya yang harus dijaga dilindungi.
Salah satu wujud perlindungan hak anak adalah pengakuan akan identitas dirinya yang dapat diperoleh melalui pencatatan kelahiran. Pencatatan kelahiran sangat penting karena merupakan bukti otentik keberadaan seseorang anak yang didalamnya memberikan kejelasan 1) jati diri pribadi, yang meliputi: nama, jenis kelamin, dan tanggal lahir. 2) status hubungan kekeluargaan yang meliputi: anak keberapa, nama ibu, dan nama ayah dan 3) status kewarganegaraan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak dimilikinya pengakuan legal atas beradaan dirinya, berarti secara teknis anak tersebut tidak memiliki nama, tidak memiliki jenis kelamin, tidak memiliki tanggal lahir, tidak memiliki hubungan kekeluargaan dengan siapapun dan juga tidak memiliki status kewarganegaraan.
Kejelasan identitas diri seorang anak akan menghindarkan dirinya dari berbagai pelanggaran hak-hak asasinya seperti eksploitasi, diskriminasi, tindak kekerasan maupun upaya diperjual-belikan karena anak tidak jelas siapa orang
tuanya. Sedangkan status kewarganegaraan akan terkait dengan berbagai pelayanan, fasilitas dan perlindungan yang diberikan negara.
Meskipun pencatatan kelahiran sangat penting bahkan karena pentingnya UNICEF menyebutnya sebagai “the first right” yang tidak terpisahkan dari hak asasi manusia, namun kenyataannya sampai sekarang masih banyak anak Indonesia yang belum dicatat kelahirannya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pencatatan kelahiran di Indonesia yaitu rendahnya pencatatan kelahiran di Indonesia akibat dari sistem pencatatan dan statistik vital di Indonesia yang tidak berjalan secara efektif. Selain itu juga disebabkan ketidaktahuan orang tua dan masyarakat pentingnya pencatatan kelahiran bagi seorang anak.
Padahal sebenarnya pencatatan kelahiran merupakan hak asasi setiap anak yang dijamin oleh negara, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 7 Konvensi Hak Anak yang menyatakan bahwa “anak sejak lahir berhak atas sebuah nama, berhak memperoleh kewarganegaraan, sejauh memungkinkan berhak mengetahui dan dipelihara oleh orang tuanya. Sebagai wujud kepeduliannya terhadap hak anak tersebut maka pemerintah telah membebaskan biaya pencatatan kelahiran sebagaimana dinyatakan dalam pasal 28 ayat 3 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak bahwa “akta kelahiran menjadi tanggungjawab pemerintah dan penertibannnya tidak dipungut biaya.
Belum ada suatu referensi buku yang membahas mengenai pengertian secara jelas tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) karena sistem kependudukan ini merupakan suatu kebijakan sistem baru yang diterapkan
oleh pemerintah untuk menciptakan suatu aturan yang mengatur penertiban administrasi kependudukan yang masih memilki banyak masalah. Adapun landasan hukum terbentuknya kebijakan penertiban administrasi kependudukan yaitu Maka dari itu pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tantang administrasi kependudukan.
SIAK adalah Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, yaitu suatu system informasi berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi di bidang kependudukan dan juga membantu bagi petugas di jajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan dalam menyelenggarakan layanan kependudukan. Dalam implementasinya, SIAK menerapkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang merupakan nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia, yang berlaku selamanya. Dalam SIAK, database antara kecamatan, kabupaten-kota, provinsi, dan Departemen Dalam Negeri (Depdagri) akan terhubung dan terintegrasi.
Seseorang tidak bisa memiliki identitas ganda dengan adanya nomor identitas kependudukan (NIK). Sebab, nomor bersifat unik dan akan keluar secara otomatis ketika instansi pelaksana memasukkannya ke database kependudukan.
Tujuan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) yaitu:
1. Database Kependudukan terpusat melalui pemberlakuan Nomor Induk Kependudukan (NIK) Nasional dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan.
2. Database Kependudukan dapat diintegrasikan untuk kepentingan lain (Statistik, Pajak, Imigrasi, dan lain-lain).
3. Sistem SIAK terintegrasi (RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Pendaftaran Penduduk, Catatan Sipil, dan lain-lain).
4. Standarisasi Nasional.
5. Melindungi hak-hak individu penduduk, melalui pelayanan penerbitan dokumen kependudukan (KK, KTP dan Akta-Akta Catatan Sipil) dengan mencantumkan NIK Nasional .
Sebuah implementasi harus sesuai apa yang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan. Sebuah implementasi memberikan semacam teori yang mendasari klaim legitimasi. Dengan banyaknya masalah mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang tertib administrasi dengan penerapan sistem informasi dan teknologi yang semakain canggih. Adapun kebijakan pemerintah tersebut adalah implementasi sistem informasi administrasi kependudukan yang disingkat dengan SIAK, berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan.
Program yang diimplementasikan pemda ini sangat penting bagi masyarakat setempat mengingat meningkatkan pelayanan publik, sekaligus telah terdaftar di data bes warga nenagara indonesia, dan mempunyai identitas individu.akan tetapi sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK), belum sepenuhnya berjalan sesuai apa yang kita harapkan, mengingat kurangnya informasi yang aktual dari pihak pemda,bagaimana mestinya seharusnya proker
SIAK ini di dalam pengurusan tidak di pungut biaya, tapi nyatanya masi banyak masyarakat membayar di dalam pengurusan akta kelahiran, apakah ini di namakan sebuah loyalitas pemda mengambil sebuah keputusan yang logis.
D. Kerangka pikir
Berdasarkan masalah yang akan diteliti, penulis membuat kerangka pikir mengenai konsep implementasinya dengan indikator ,(l) komunikasi (2) sumberdaya (3) disposisi (4) struktur birokrasi. Untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang strategis maupun operasional untuk suatu program atau kebijakan agar pencapaian sasaran. maka faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) gratis, harus di perhatikan juga. Indicator yang mempengaruhi system informasi administrasi kependudukan adalah pertama, pendidikan ketika pendidikan para birokrat sesuai dengan disiplin ilmunya maka pelayanan akan terlaksana dengan baik, ke dua, insentif ketika perkerjaan dengan insentif maka semangat kerja dalam melayani public akan lebih baik, ketiga sarana dan prasarana. Sebagai factor yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pelayanan publik. Ketika ketiga indikator tersebut masih menjadi kendala atau penghambat, maka proses terciptanya efektivitas sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK) gratis kurang maksimal, maka dari itu perlu adanya pelayanan terhadap masyarakat yang efektif,atau memberikan pemahaman terlebih dahulu tentang SIAK sehingga implementasi SIAK gratis dapat berjalan sesuai apa yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut:
Implementasi SIAK
1. Komunikasi 2. Sumberdaya 3. Disposisi 4. Struktur
Birokrasi
Efektifitas Akta Kelahiran Gratis Bagan Kerangka Pikir
E. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian dari kerangka pikir di atas maka fokus penelitian ini adalah mengenai implemetasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam Pengurusan Akta Kelahiran gratis Pada Dinas Tenaga kerja, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang. Dengan indikator 1) komunikasi, 2) sumberdaya, 3) disposisi, 4) struktur birokrasi dan factor yang mempengaruhi dengan indicator 1) perda, 2) insentif, 3) sarana dan prasaran.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Komunikasi adalah interaksi antara satu orang dengan orang lain untuk melaksanakan kebijakan yang telah disepakati : (a).Transmisi (b).Kejelasan (c).konsistensi
Factor-faktor yang mempengaruhi 1. Perda 2. Insentif 3. Sarana dan
prasarana
2. Sumber daya merupakan pelaksana atau orang yang melayani masyarakat yang berhubungan dengan keperluan public : (a).Staf (b).Informasi (c).wewenang (d).Fasilitas
3. Disposisi merupakan kemampuan seseorang atau birokrat dalam melayani masyarakat sehingga masyarakat merasa puas atau menerima pelayanan itu dengan merasa senang dan baik : (a).Pengangkatan Birokrat (b).Insentif 4. Struktur birokrasi merupakan kejelasan pekerjaan setiap orang atau birokrat
dalam melaksanankan tugasnya sehingga pekerjaan akan lebih efektif : (a).Standar Operasional Prosedures (SOP) (b).Fragmentasi
5. perda merupakan peraturan daerah yang dibuat oleh pemerintah daerah untuk mengatur system kerja dalam pelayanan public.
6. insentif merupakan penghasilan yang didapatkan oleh seseorang sesuai dengan kerjanya sehingga lebih lebih meningkatkan gairah kerja seseorang.
7. sarana dan prasarana merupakan alat atau barang yang menunjang dalam melaksanakan pekerjaan
8. Efektifitas adalah pencapaian tujuan yang diinginkan oleh pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang dalam hal ini terciptanya tertib administrasi kependudukan secara tepat dari berbagai alternatif yang telah direncanakan sebelumnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung selama kurang lebih 2 (dua) bulan. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas , Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang sebagai salah satu unsur birokrasi pemerintah di tingkat kabupaten yang secara fungsional bertanggung jawab terhadap terwujudnya tertib administrasi kependudukan.
Adapun alasan pemilihan lokasi ini didasarkan pada: (1) Dinas , Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang merupakan salah satu unsur birokrasi di tingkat kabupaten yang menangani sistem informasi dan administrasi kependudukan; (2) Masih adanya pemungutan dalam pengurusan akta kelahiran gratis kepada masyarakat yang melakukan pengurusan akta kelahiran pada Dinas , Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang. Adapun pertimbangan dalam pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas efektifitas, waktu, dana dan kemudahan dalam mengumpulkan data karena lokasi tersebut mudah dijangkau oleh penulis.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan tentang pengurusan akta kelahiran gratis di Kabupaten Pinrang khususnya pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
2. Tipe Penelitian ini adalah tipe fenomenologi dimaksudkan untuk memberi gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti berdasarkan pengalaman yang dialami oleh informan.
C. Sumber Data
27
Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Data primer, yaitu data empiris yang diperoleh dari informan berdasarkan hasil wawancara. Jenis data yang ingin diperoleh adalah mengenai proses pengurusan akta kelahiran gratis pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang serta data-data lain yang dibutuhkan untuk melengkapi penyusunan proposal.
2. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai laporan- laporan atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan dalam penelitian. Adapun laporan atau dokumen yang bersifat informasi tertulis yang dikumpulkan peneliti adalah jumlah masyarakat yang melakukan pengurusan akta kelahiran gratis pada Dinas , Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang.
D. Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian ini adalah:
1. Kepala Dinas Tenaga Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang).
2. Kepala Bagian Dinas Tenaga Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang
3. Staff Dinas Tenaga Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang 4. Masyarakat yang melakukan pengurusan akta kelahiran gratis sebanyak 1
orang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 01 Daftar nama Informan
No Inisial Nama Jabatan Jumlah
1 HM H.Hamka
Mahmud,SH,M.Si
Kepala Dinas 1 Orang
2 HD H.Darna,SE Sekretaris Dinas 1 Orang
3 AS Andi Suriamma,SH Kasubag perencanaan dan keuangan
1 Orang
4 JT Drs.Jamaluddin.T Kabid Catatan Sipil 1 Orang
5 AA Abdul Aziz Masyarakat 1 Orang
Total Informan 5 Orang
E. Teknik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Pengamatan (observasi)
Pada metode pengamatan ini, peneliti akan melakukan pengamatan langsung ke lapangan mengenai proses pengurusan akta kelahiran gratis pada Dinas , Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang.
2. Wawancara (interview)
Peneliti akan melakukan wawancara langsung secara mendalam kepada informan yang menjadi obyek dari penelitian ini. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi penelitian mengenai implementasi sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK) dalam pengurusan akta
kelahiran gratis pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang.
3. Dokumentasi
Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data pegawai pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang dan data-data masyarakat yang melakukan pengurusan akta kelahiran gratis.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Dalam model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman Dalam Sugiyono (2012:92-99) ketiga komponen tersebut yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan makin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit.
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
2. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification) Langkah ketiga dalam analisis data kulitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila data kesimpulan data yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh kembali bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
G. Keabsahan Data
Salah satu cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengujian kredibilitas data adalah dengan triangulasi. Menurut Sugiyono (2012:125) Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Lebih lanjut Sugiyono (2012:127) membagi triangulasi ke dalam tiga macam, yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada. Kemudian peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, dan membandingkan hasil wawancara dengan doumen yang ada.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda- beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil peneitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang
1. Sejarah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang Periode Orde Baru (masa transisi 1966-1969), Kementerian Perburuhan berubah nama menjadi Departemen (Depnaker) berdasarkan Keputusan tersebut jabatan Pembantu Menteri dilingkungan Depnaker dihapuskan dan sebagai penggantinya dibentuk satu jabatan Sekretaris Jenderal. Masa transisi berakhir tahun 1969 yang ditandai dengan dimulainya tahap pembangunan Repelita I, serta merupakan awal pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT I).
Pada pembentukan Kabinet Pembangunan II, Depnaker diperluas menjadi Departemen , Transmigrasi dan Koperasi, sehingga ruang lingkup tugas dan fungsinya tidak hanya mencakup permasalahan kean tetapi juga mencakup permasalahan ketransmigrasian dan pengkoperasian. Susunan organisasi dan tata kerja Departemen Transmigrasi dan Koperasi diatur melalui Kepmen Nakertranskop Nomor Kep 1000/Men/1975 yang mengacu kepada KEPPRES No 44 Tahun 1974.
Dalam Kabinet Pembangunan III, unsur koperasi dipisahkan dan Departemen , Transmigrasi dan Koperasi, sehingga menjadi Departemen dan Transmigrasi (Depnakertrans). Dalam masa bakti Kabinet Pembangunan IV dibentuk Departemen Transmigrasi, sehingga unsur transmigrasi dipisah dari Depnaker Susunan organisasi dan tata kerja Depnaker ditetapkan dengan Kepmennaker No. Kep 199/Men/1984 sedangkan susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Transmigrasi Nomor: Kep-55A/Men/1983. Pada masa reformasi Departemen dan Departemen Transmigrasi kemudian bergabung kembali pada tanggal 22 Februari 2001. Usaha penataan organisasi Departemen
33
dan Transmigrasi terus dilakukan dengan mengacu kepada Keputusan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2002 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja. Kemudian pada tahun 2006 dibentuklah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang.
2. Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang a. Visi
"Terwujudnya dan Masyarakat Transmigrasi yang Produktif, Kompetitif dan Sejahtera"
b. Misi
Adapun penjabaran misi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang sebagai berikut:
1) Perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pelayanan penempatan serta penguatan informasi pasar kerja dan bursa kerja.
2) Peningkatan kompetensi ketrampilan dan produktivitas dan masyarakat transmigrasi.
3) Peningkatan pembinaan hubungan industrial serta perlindungan sosial dan masyarakat transmigrasi.
4) Peningkatan pengawasan kean.
5) Percepatan dan pemerataan pembangunan wilayah.
6) Penerapan organisasi yang efisien, tatalaksana yang efektif dan terpadu dengan prinsip kepemerintahan yang baik (good governance), yang didukung oleh penelitian, pengembangan dan pengelolaan informasi yang efektif.
B. Tugas Pokok, Fungsi, dan Rincian Tugas pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang
1. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan teknis, mengkoordinasikan, membina dan menyelenggarakan pelaksanaan urusan bidang , transmigrasi, kependudukan dan catatan sipil. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Perumusan kebijakan teknis dalam bidang , kependudukan dan catatan sipil.
b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bidang kependudukan dan catatan sipil.
c) Pembinaan dan pelaksanaan atas penyelenggaraan daerah di bidang , kependudukan dan catatan sipil.
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Adapun rincian tugas Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai berikut:
a) Merumuskan rencana strategik dan program kerja dinas sesuai visi dan misi daerah.
b) Menyelenggarakan kebijakan, pedoman, norma, standar, prosedur, evaluasi, pelaporan dan pembinaan sumber daya manusia aparatur pelaksana urusan pemerintahan bidang kesejahteraan.
c) Menyelenggarakan program perluasan kerja melalui bimbingan usaha mandiri dan sektor informal serta program padat karya skala kota.
d) Melaksanakan kebijakan strategi pusat dan propinsi dan penetapan kebijakan daerah dan pelaksanaan strategi penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kean.
e) Merencanakan dan membina pada perusahaan, dana penyelenggaraan sistem informasi kean.
f) Merencanakan formasi, karir dan diklat sumberdaya manusia aparatur urusan pemerintahan bidang kean.
g) Menyebarkan informasi pasar kerja dan pendaftaran pencari kerja.
h) Merumuskan kebijakan daerah dan melaksanakan strategi penyelenggaraan urusan pemerintahan dibidang ketransmigrasian yang meliputi penyiapan permukiman dan penempatan, pengembangan masyarakat dan kawasan transmigrasi, pengarahan dan fasilitas perpindahan transmigrasi.
i) Menyelenggarakan pelayanan pencatatan sipil dalam sistem administrasi kependudukan.
j) Menyelenggarakan pelayanan pendaftaran penduduk dalam sistem administrasi kependudukan.
k) Menyelenggarakan kebijakan pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas/penataan persebaran, perlindungan penduduk dalam konteks pembangunan berkawasan kependudukan.
l) Memberikan saran dan pertimbangan kepada walikota.
2. Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang Sekretaris mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelaksanaan kegiatan ketatausahaan meliputi administrasi umum, kepegawaian surat menyurat,
penyusunan program kegiatan, pelaporan dan keuangan. Sekretaris Dinas , Kependudukan dan Catatan Sipil mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Perumusan kebijakan teknis administrasi kepegawaian, perencanaan dan pelaporan serta keuangan
b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan asministrasi umum, kepegawaian, perencanaan dan pengelolaan keuangan, evaluasi dan pelaporan.
c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan sub bagian
d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan sub bagian pelaksanaan urusan kepegawaian dinas.
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberika pimpinan.
Adapun rincian tugas sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai berikut:
a) Merencanakan, mengkoordinasikan, menggerakkan dan mengendalikan serta menetapkan kebijakan umum kepegawaian, keuangan dan perlengkapan.
b) Menyusun kegiatan tahunan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
c) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkup dinas.
d) Mengkoordinasikan dan memberi petunjuk kepada para kepala bidang untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
e) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan umum.
f) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan kepegawaian.
g) Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan pengelolaan keuangan dan asset.
h) Mengelola dan mengkoordinasikan urusan perlengkapan.
i) Menginventalisir permasalahan-permasalahan dan menyiapkan data/bahan pemecahan masalah sesuai bidang tugasnya.
j) Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan.
k) Menyiapkan bahan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
3. Sub Bagian Administrasi Umum dan Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang
Sub Bagian Administrasi Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan administrasi umum dan kepegawaian, perlengkapan serta administrasi surat menyurat dan barang inventaris kantor.
Fungsi dari Sub Bagian Administrasi Umum dan Kepegawaian antara lain:
a) Pelaksana kebijakan teknis sub bagian.
b) Pelaksana program dan kegiatan.
c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian dan pengawasan program kegiatan pejabat fungsional umum dalam lingkup sub bagian.
d) Pelaksana evaluasi program dan kegiatan pejabat fungsional umum dalam lingkup sub bagian.
Adapun rincian tugas Sub Bagian Administrasi Umum dan Kepegawaian sebagai berikut:
a) Malaksanakan penataan dan pengelolaan administrasi umum dan administrasi kepegawaian.
b) Mengelola dan melaksanakan urusan ketatausahaan dan kearsipan dinas c) Melaksanakan urusan administrasi dan pembinaan, pengawasan kepegawaian
di lingkungan dinas.
d) Melaksanakan tugas humas dan keprotokelaran dan perjalanan dinas.
e) Melaksanakan urusan rumah tangga dinas.
f) Melaksanakan pengelolaan dan pemeliharaan atas barang inventasris kantor baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
4. Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pinrang
Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas pokok menyusun dan membuat program kerja dan pengelolaan keuangan dinas. Fungsi dari Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan antara lain:
a) Pelaksana kebijakan teknis sub bagian perencanaan dan keuangan.
b) Pelaksana program dan kegiatan.
c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian dan pengawasan program dan kegiatan pejabat fungsional dalam lingkup sub bagian.
d) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat fungsional dalam lingkup sub bagian.
Adapun rincian tugas Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan sebagai berikut:
a) Melaksanakan perumusan program kerja dinas baik yang bersifat program kerja jangka panjang maupun jangka menengah.