• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKURASI DIAGNOSTIK KECACINGAN METODE DIRECT SLIDE DAN KATO KATZ PADA PENDERITA HELMINTHIASIS DI KOTA MATARAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AKURASI DIAGNOSTIK KECACINGAN METODE DIRECT SLIDE DAN KATO KATZ PADA PENDERITA HELMINTHIASIS DI KOTA MATARAM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Virtual conferense via zoom meeting, 9-10November 2020 | 562

AKURASI DIAGNOSTIK KECACINGAN METODE DIRECT SLIDE DAN KATO

KATZ PADA PENDERITA HELMINTHIASIS DI KOTA MATARAM

Eva Triani1*, Putu Suwitasari1, Rika Hastuti Setyorini2, Eka Arie Yuliyani3,Dody Handito4

1Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 3Bagian Ilmu Kesehatan THT Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 4Bagian Gizi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram

*Corresponding Author Email: evatriannisa@gmail.com ABTSRAK.

Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh karena masuknya parasit (berupa cacing) kedalam tubuh manusia. Jenis cacing yang sering ditemukan menimbulkan infeksi adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Necator americanus) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminthiasis. Pemeriksaan infeksi kecacingan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif yang sering digunakan adalah metode Direct slide, sedangkan pemeriksaan kuantitatif yang sering digunakan adalah metode Kato Katz.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan akurasi pemeriksaan infeksi kecacingan antara metode Direct slide dengan metode Kato Katz dengan melakukan pemeriksaan sampel feses. Penelitian ini dilakukan pada Murid Sekolah Dasar Negeri 47 Ampenan yang terletak di pesisir pantai di Kota Mataram, dimana daerah pesisir pantai merupakan salah satu tempat perkembangbiakan cacing yang cukup baik.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan

cross sectional. Untuk penegakan diagnosis kecacingan dan jenis cacing yang menginfeksi dilakukan pemeriksaan telur cacing pada tinja sampel dengan metode Direct slide dan Kato

Katz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sampel yang terinfeksi STH lebih banyak

ditemukan dengan metode Kato-Katz. Hasil pengukuran dengan metode Direct slide dan metode KatoKatz menunjukkan prevalensi tertinggi infeksi STH adalah infeksi Ascaris lumbricoides. Metode Direct slide menghasilkan tingkat sensitifitas sebesar 95,16% dan spesifisitas sebesar 100%.

Keyword: infeksi kecacingan, Direct slide, Kato Katz

1. PENDAHULUAN

Infeksi Kecacingan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang masih tinggi prevalensinya terutama pada kelompok umur balita dan anak usia sekolah dasar terutama di daerah pedesaan dan daerah kumuh perkotaan[1]. Definisi infeksi Kecacingan menurut WHO adalah sebagai infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus [2]. Diantara nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa disebut dengan cacing jenis STH yaitu A.lumbricoides, N.americanus, T.trichuira dan A.duodenale [3].

Infeksi Kecacingan umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim basah dimana hygiene dan sanitasinya buruk, Penyakit ini merupakan penyakit infeksi paling umum menyerang kelompok masyarakat ekonomi lemah dan ditemukan pada berbagai golongan usia. Penyakit ini tidak selalu menyebabkan kematian atau bahkan penyakit yang berat, namun dalam keadaan yang bersifat kronis pada penderitanya dapat menyebabkan gangguan absorbsi dan metabolisme zat-zat gizi yang berujung pada kekurangan gizi dan menurunnya daya tahan tubuh [4].

(2)

Virtual conferense via zoom meeting, 9-10November 2020 | 563 Prevalensi infeksi STH di Indonesia masih tinggi dan distribusi secara luas di daerah pedesaan dan perkotaan, khususnya di daerah pedesaan masih sangat tinggi. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh lingkungan yang sesuai untuk perkembangan cacing, serta sanitasi yang buruk dan kebersihan pada diri sendiri yang buruk. Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat lebih tinggi di daerah perkotaan (41,5%) dibandingkan di daerah perdesaan (22,8%) [5].

Penyakit kecacingan yang diakibatkan oleh infeksi Soil Transmitted Helminth dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderita sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena adanya kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Kecacingan mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan (absorpsi), dan metabolisme makanan. Secara kumulatif infeksi cacinganan dapat menimbulkan kurangan gizi berupa kalori dan protein, serta kehilangan darah yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak. Khusus anak usia sekolah, keadaan ini akan berakibat buruk pada kemampuannya dalam mengikuti pelajaran di sekolah [6].

Sensitifitas dan spesifitas merupakan dua indikator yang menunjukkan validitas suatu pemeriksaan diagnostik. Semakin tinggi nilai sensitivitas dan spesifisitasnya, maka semakin akurat suatu pemeriksaan dalam melakukan penegakan diagnosis Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ditujukan penelitian ini ditujukan untuk menghitung prevalensi infeksi kecacingan, dan jenis cacing yang paling banyak menginfeksi pada anak sekolah dasar, serta membandingkan keakuratan uji diagnostik dengan menggunakan dua metode yang berbeda.

2. METODE

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan uji diagnostik untuk membandingkan akurasi pemeriksaan infeksi kecacingan antara metode

Direct slide dengan metode Kato-Katz dengan melakukan pemeriksaan sampel feses. Penelitian ini dilakukan pada murid Sekolah Dasar Negeri 47 Ampenan, Kota Mataram. Pemeriksaan feses dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid Sekolah Dasar Negeri 47 Ampenan yang berjumlah 113 murid. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 68 sampel.

2.1 Bahan

Sampel tinja, Reagensia Kato yang terdiri dari Malachite green 3% dalam aquadest, glycerine phenol 6% dalam aquadest, lembar selofan berukuran 22x40 mm. Lembar selofan ini direndamkan selama 24 jam ke dalam reagensia Kato sebelum digunakan, kawat kasa stainless (60 atau 80 meshs) atau kasa nilon (105 meshs) ukuran 3 cm x 3 cm, Pola: karton persegi ukuran 3 cm x 4 cm x 1.37 mm (tebalnya) dengan lubang berdiameter 6 mm, kertas minyak, object glass, prop karet/botol kecil, lidi dan/atau spatula sebagai aplikator, pinset, sarung tangan

2.2Mekanisme Pengambilan Sampel

Cara Pengambilan Feses dilakukan pada saat murid sedang buang air besar pada pagi hari atau malam hari, tidak boleh terkena air, urin ataupun lantai kamar mandi. Tinja ditampung dalam kontainer kosong yang telah diberikan label identitas dan dikumpulkan pada waktu di sekolah. Prosedur pengambilan sampel dimulai dari mempersiapkan alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tinja atau feses, kemudian

(3)

Virtual conferense via zoom meeting, 9-10November 2020 | 564 melakukan cuci tangan rutin sesuai teknik aseptik (prosedural) dan memakai sarung tangan sebelum kontak dengan sampel atau sebelum melakukan pemeriksaan. Setelah itu Melakukan pemeriksaan makroskopis terhadap sampel pemeriksaan yang sudah disediakan.

2.3Prosedur pemeriksaan metode Direct slide

Letakkan satu tetes larutan NaCl 0.9% atau Larutan Lugol atau Larutan Eosin 2% ke atas kaca obyek yang sudah disediakan, kemudian menggunakan lidi atau batang ambil sedikit feses (± 1-2 mg) dan campurkan dengan tetesan larutan sampai homogen dan menjadi suspensi yang rata. Pada pewarnaan dengan Larutan Eosin cara pembuatan sediaan sama, hanya saja sediaan harus tipis, sehingga warnanya merah jambu muda. Bila warnanya merah jambu tua atau jingga maka berarti sediaan terlampau tebal dan harus diulang kembali.Pada pewarnaan dengan Larutan Lugol cara pembuatan sediaan sama, namun sediaan tidak perlu terlalu tipis. Buang bila ada bagian-bagian atau serat yang kasar pada kaca objek.Tutup dengan kaca penutup ukuran 22 x 22 mm dengan perlahan-lahan, sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk gelembung – gelembung udara yang muncul saat pengamatan. Melakukan pemeriksaan secara sistematik dengan menggunakan pembesaran rendah (Obyektif

10x). Hasil dapat berupa cacing maupun telur cacing [7].

2.4 Prosedur pemeriksaan metode Kato Katz

Letakkan sampel tinja di atas kertas minyak. Tekan bagian atas tinja dengan kasa. Tinja halus yang keluar melalui kasa diambil dengan lidi/spatula. Pada object glass yang bersih dan bebas debu/lemak, dengan menggunakan aplikator letakkan sampel tinja kedalam lubang karton pola sampai penuh, lalu angkat karton pola sehingga sampel tinja tertinggal pada object glass sebanyak isi lobang karton. Menutup tinja tersebut dengan lembar selofan yang sudah disiapkan. Selofan ditekan-tekan perlahan dengan prop karet/botol kecil sampai tinja di bawahnya tersebar serata mungkin di bawah selofan. Keringkan larutan yang berlebihan dengan cara membalikkan object glass sebentar pada kertas saring/tisu sambil menekan perlahan sehingga cairan sisa terserap, kemudian dibalikkan kembali. Diamkan selama 15 menit pada suhu kamar. Sediaan siap diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x. Hitung telur cacing yang ada pada sediaan [7].

2.5 Cara Menghitung telur cacing

Adapun cara menghitung jumlah telur cacing dalam feses adalah sebagai berikut: [4]

NEPG (number of egg per gram) = R x Y = 1.000

41,7 = 24 Keterangan :

Y = jumlah telur per slide 41,7= Berat tinja dalam template

R = Hasil pembagian 1 g (1000 mg) tinja dibagi dengan berat tinja sesuai ukuran lubang karton (mg)

(4)

Virtual conferense via zoom meeting, 9-10November 2020 | 565

Jenis Cacing Intensitas Infeksi (Jumlah Telur/gram)

Ringan Sedang Berat

A. Lumbricoides T. trichura Hookworm 1-4999 1-999 1-1999 5000-49999 1000-9999 2000-3999 ≥50000 ≥10000 ≥4000

2.6Cara Menghitung Prevalensi

Jumlah specimen positif telur A. lumbricoides

(a) PAL = --- x100%

Jumlah specimen yang diperiksa

Jumlah specimen positif telur T. trichuria

(b) PTT = --- x100%

Jumlah specimen yang diperiksa

Jumlah specimen positif telur cacing tambang

(c) PCT = --- x100%

Jumlah specimen yang diperiksa

Keterangan :

PAL (Prevalensi A. lumbricoides) PTT (Prevalensi T. trichiura) PCT (Prevalensi Cacing Tambang)

2.7 Cara Menghitung Sensitivitas dan Spesifisitas:

Positif Benar

Sensitifitas (%) = --- x100%

Positif Benar + Negatif Palsu

Negatif Benar

Spesifitas (%) = --- x 100% Positif Palsu + Negatif Benar

Analisa data dilakukan dengan menghitung nilai sensitifitas dan spesifisitas

metode Direct slide dibandingkan dengan metode Kato-Katz dengan menggunakan

tabel 2x2.

Tabel .2. Tabel Perhitungan Nilai Sensitifitas dan Spesifisitas[4]

Pemeriksaan feses dengan metode direct slide

Pemeriksaan feses dengan metode Kato-Katz

Positif infeksi STH Negatif infeksi STH

Positif infeksi STH

Negatif infeksi STH Positif Benar Negatif Palsu Positif Palsu Negatif Benar

(5)

Virtual conferense via zoom meeting, 9-10November 2020 | 566

3.1Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan feses

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 68 sampel penelitian yang diperiksa dengan metode Direct slide terdapat 59 sampel (86,76%) terinfeksi STH dan dengan metode Kato-Katz terdapat 65 sampel (95,59%) terinfeksi STH.

Tabel .3. Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Feses Berdasarkan Metode Pemeriksaan

Metode

Pemeriksaan Hasil Test N %

Direct Slide Kato-Katz Positif Negatif Positif Negatif 59 9 65 3 86,76 13,24 95,59 4,41

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar murid SD Negeri 47 Ampenan terinfeksi cacing STH yaitu 65 orang murid (95,59%), Diketahui bahwa prevalensi infeksi kecacingan di Indonesia adalah 60-80% dan paling banyak menyerang anak usia SD. Beberapa penelitian tentang infeksi cacing ternyata menunjukkan bahwa anak usia sekolah merupakan golongan yang sering terkena

infeksi cacing karena sering berhubungan dengan tanah [2,3]. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pemeriksaan infeksi STH dengan metode Kato-Katz

memberikan hasil positif 65 sampel (95,59%) yang lebih banyak dibandingkan dengan metode Direct slide 59 sampel (86,76%). Metode Kato Katz merupakan baku

emas untuk pemeriksaan infeksi STH, WHO merekomendasikan metode Kato Katz

untuk pemeriksaan infeksi STH. Penelitian yang pernah dilakukan didapatkan sensitifitas dari pemeriksaan Kato Katz mencapai 95%.

3.2Distribusi frekuensi hasil tes dengan metode direct slide berdasarkan jenis STH

dan Pengukuran

Hasil pengukuran dengan metode direct slide menunjukkan sebanyak 51 orang

terinfeksi A. lumbricoides atau prevalensi A. lumbricoides 75%, 43 orang terinfeksi

T.trichiura atau prevalensi T. trichiura 63%, dan 31 orang terinfeksi hookworm atau

prevalensi hookworm 46%. Prevalensi tertinggi adalah prevalensi infeksi A.

lumbricoides (75%).

Tabel.4. Distribusi Frekuensi Hasil Tes dengan Metode Direct Slide berdasarkan Jenis STH dan Pengukuran

Jenis STH Hasil Test Metode Direct Slide N Persentase A. Lumbricoides Positif 51 75 Negatif 17 25 T.trichuria Positif 43 63 Negatif 25 37 Hookworm Positif 31 46 Negatif 37 54

3.3Distribusi frekuensi hasil tes dengan metode Kato-Katz berdasarkan jenis STH

(6)

Virtual conferense via zoom meeting, 9-10November 2020 | 567 Hasil pengukuran dengan metode Kato-Katz menunjukkan sebanyak 59 orang terinfeksi A. lumbricoides atau prevalensi A. lumbricoides 87%, 49 orang terinfeksi T. trichiura atau prevalensi T. trichiura 72%, dan 40 orang terinfeksi hookworm atau prevalensi hookworm 59%. Prevalensi tertinggi infeksi A. lumbricoides (87%).

Tabel.5. Distribusi Frekuensi Hasil Tes dengan Metode Kato-Katz Berdasarkan Jenis

STH dan Pengukuran

Jenis STH Hasil Test Metode Kato Katz N Persentase A.lumbricoides Positif 59 87 Negatif 9 13 T.trichuria Positif 49 72 Negatif 19 28 Hookworm Positif 40 59 Negatif 28 41

Hasil pengukuran Direct slide dan Kato-Katz menunjukkan bahwa prevalensi

infeksi STH tertinggi adalah infeksi A.lumbricoides (75% dan 87%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taye di Ethiopia (2014) yang

menunjukkan bahwa prevalensi infeksi A. lumbricoides lebih tinggi (15,2%)

dibandingkan dengan prevalensi Hookworms dan T. trichiura (12.1%). Hasil

penelitian ini juga sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan pada beberapa sekolah dasar di wilayah Indonesia yang menunjukkan prevalensi cacing tertinggi

adalah A. lumbricoides (74,70%-80%) dan T. trichiura (25,30%-68,42%)[1,5].

Faktor resiko terjadinya infeksi STH dan tingginya prevalensi disebabkan

karenakeberadaan berbagai jenis biologik, sosial, tingkah laku dan faktor lingkungan

seperti kemiskinan, tempat tinggal di bawah standar dan kebersihan individu dan masyarakat. Beberapa penelitian di negara tropis menunjukan bahwa faktor

lingkungan dan tingkah laku mempengaruhi derajat infeksi STH[7].

3.4 Perbandingan hasil pemeriksaan metode Direct slide dengan metode Kato-katz dan uji diagnostik metode Direct slide

Pemeriksaan dengan metode Direct slide terdapat 59 sampel (86,76%) yang

positif infeksi STH dan 9 sampel (13,24%) yang negatif infeksi STH. Sedangkan dengan metode Kato-Katz terdapat 65 sampel (95,59%) yang positif infeksi STH dan 3 sampel (4,41%) yang negatif infeksi STH. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 59 sampel (86,76%) positif infeksi STH dengan metode Direct slide dan metode Kato-Katz, tidak ada sampel positif infeksi STH dengan metode Direct slide tetapi negatif

dengan metode Kato-Katz. Sebanyak 6 sampel (8,9%) negatif infeksi STH dengan

metode Direct slide tetapi positif infeksi STH dengan metode Kato-Katz , dan

sebanyak 3 sampel (4,4%) negatif infeksi STH baik dengan metode Kato Katz ataupun metode Direct slide. Nilai diagnostik pemeriksaan dengan metode Direct slide dalam mendeteksi infeksi STH diperoleh dengan mentabulasi data dan dimasukkan ke dalam tabel 2x2, kemudian dihitung nilai sensitifitas dan spesifisitas dengan

menggunakan rumus.

Tabel.7. Sensitifitas Metode Direct Slide Mendeteksi Infeksi STH Dibandingkan dengan Metode Kato-Katz

(7)

Virtual conferense via zoom meeting, 9-10November 2020 | 568

Metode Direct Slide Metode Kato-Katz

Positif Negatif Total

Pengukuran Positif 59 0 59 Negatif 6 3 9

Total 65 3 68 Berikut ini menunjukkan hasil sensitifitas dan spesifisitas pada pemeriksaan

metode Direct slide dibandingkan dengan baku emas metode Kato-Katz dalam

mendeteksi infeksi STH diperoleh sensitifitas 95,16% dan spesifisitas 100%.

Pada dasarnya suatu uji diagnostik merupakan penelitian observasional yang membandingkan hasil dugaan/prediksi suatu pemeriksaan atau test, terhadap suatu nilai baku yang mendekati kebenaran/gold standard. Seberapa besar hasil pemeriksaan dapat mendekati/menduga nilai sebenarnya akan menentukan besarnya akurasi pemeriksaan tersebut, baik dalam kepastian terdapatnya penyakit

ataupun kepastian normal atau tidaknya seseorang [8]

4. KESIMPULAN

Hasil pengukuran dengan metode Direct slide dan metode Kato-Katz menunjukkan prevalensi tertinggi infeksi STH adalah infeksi A. lumbricoides. Pemeriksaan metode Direct slide terdapat 59 sampel yang positif infeksi STH sedangkan metode Kato-Katz terdapat 65 sampel yang positif infeksi STH. Sampel yang positif infeksi STH dengan metode Direct slide dan metode Kato-Katz sebanyak 59 sampel.Tidak ditemukannya sampel positif infeksi STH dengan metode Direct slide tetapi negatif

dengan metode Kato-Katz. Sebanyak 6 sampel menunjukkan hasil yang negatif dengan metode Direct slide tetapi positif dengan metode Kato-Katz dan 3 sampel yang negatif dengan metode Kato-Katz dan metode Direct slide. Metode direct slide menghasilkan tingkat sensitifitas sebesar 95,16% dan spesifisitas sebesar 100%.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada pihak SDN 47 Ampenan yang telah bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini,Fakultas Kedokteran Universitas Mataram yang telah memberikan izin dan kesempatan ,serta pihak LPPM Universitas Mataram yang telah memfasilitasi dan memberikan bantuan dana untuk terlaksananya penelitian ini.

6. DAFTAR REFERENSI

1) Andaruni, Adisti., 2012. Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Infeksi Cacingan pada Anak di SDN 01 Pasirlangu Cisarua. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran dan Rumah Sakit Hasan

Sadikin. Bandung. Available at

:http://www.journals.unpad.ac.id/index.php/ejournal/article/view/597

2) World Health Organization (WHO)., 2011. Soil Transmitted Helminthes. Intestinal Worms 2011. [online], Available at: http://www.who.int/intestinal worms/en/

3) Gandahusada, S., Ilahude, H.H.D., & Pribadi, W., 2004. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

4) Ideham, B. & Pusarawati, S., 2009. Buku Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press.

5) Wati Murti. S.E., 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Kecacingan Pada Siswa SDN Bangkal 3 Kecamatan Cempaka. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Lambung Mangkurat : Kalimantan Selatan.

(8)

Virtual conferense via zoom meeting, 9-10November 2020 | 569 6) Brooker S., et al., 2000. Epidemology Single and Multiple Species of Helminth Infection Among

School Children In Busia District, Kenya. East African Medicak Journal Vol.77 No. 3 March 2000, hal 1 .Available at http://www.ajol.info/index.php/eamj/article/view/46613

7) Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal PP dan PL., 2012. Pedoman Pengendalian Kecacingan. Jakarta: Subdit Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

8) Samad. H., 2009. Hubungan Infeksi Dengan Pencemaran Tanah Oleh Telur Cacing Yang Ditularkan Melalui Tanah Dan Perilaku Anak Sekolah Dasar Di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. Universitas Sumatera Utara : Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dengan MLA sertifikat akreditasi dan sertifikasi yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi yang diakreditasi oleh anggota MLA diakui oleh anggota MLA lainnya,

Jaya Institute Indonesia telah merancang sebuah program In-House Training yang berkualitas tinggi, Efektif, Efisien, Terjangkau, dengan Narasumber Terbaik, langsung bisa di

Selanjutnya evaluasi dilakukan setelah data tersebut dijalankan pada software matlab, kemudian dianalisis hasil running program matlab tersebut sehingga didapatkan

Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi

Pendek kata dapat ditegaskan bahwa konsep Aja Wera, bukan bentuk larangan melainkan semacam tuntunan bahwa bilamana hendak mempelajari, memahami, mendalami bahkan

BFI Finance Indonesia TBK Jakarta (disingkat BFI Finance atau Perusahaan) didirikan pada 7 April 1982 dengan nama PT Manufacturers Hanover Leasing Corporation

Pendidikan dan Pelatihan Fungsional yang selanjutnya disebut Diklat Fungsional adalah Diklat yang memberikan keterampilan dan/atau penguasaan pengetahuan fungsional di bidang

M PT Karya Jaya Parakawan memiliki dokumen Dokumen Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam (RKUPKKH- HA) Berbasis Inventarisasi Hutan Menyeluruh