• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS AIR SUMUR GALI DI WILAYAH PERTAMBANGAN EMAS TRADISIONAL DESA PANTON LUAS KECAMATAN SAWANG TAHUN 2016 DUG WELL WATER QUALITY IN THE VILLAGE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS AIR SUMUR GALI DI WILAYAH PERTAMBANGAN EMAS TRADISIONAL DESA PANTON LUAS KECAMATAN SAWANG TAHUN 2016 DUG WELL WATER QUALITY IN THE VILLAGE"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

326

DUG WELL WATER QUALITY IN THE VILLAGE OF TRADITIONAL GOLD MINING DISTRICT PANTON LUAS SAWANG 2016

Darmiati*

*Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Aceh, 23352, Indonesia Email: darmiati0075@gmail.com

Abstrak: Para penambang menggunakan Merkuri dalam usaha memisahkan emas

dari material pembawanya yang mengakibatkan degradasi lingkungan. Pencemaran merkuri yang lama akan menimbulkan kecacatan saraf dan fisik secara permanen. Tujuan penelitian untuk mengetahui kualitas air sumur gali di wilayah pertambangan emas tradisional desa Panton Luas Kecamatam Sawang, Aceh Selatan tahun 2016. Penelitian ini mengunakan metode Deskriptif Kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah sumur gali warga yang berada disekitar penambangan emas. Pemilihan sampel dengan purposive sampling. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan uji laboratorium. Analisis laboraturium terhadap kadar Merkuri pada air sumur gali menggunakan metode AAS. Hasil penelitian nenunjukkan bahwa kandungan Merkuri dalam air sumur gali pada 33 sampel berada di bawah baku mutu yaitu 0,00019 (memenuhi syarat). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti debit mata air sumur yang besar, kedalaman sumur gali berkisar 2-3 meter dari permukaan tanah (sumur dangkal), dan beberapa hal lain. Saran: Adanya pemantauan secara berkala terhadap kegiatan penambangan, pemeriksaan kualitas air bersih (air sumur). Diperlukan inovasi baru untuk tehnik penambangan emas dan pengolahan limbah ke tehnik yang ramah lingkungan.

Kata Kunci: Pencemaran Merkuri, kegiatan penambangan emas tradisional,

penambang, sumber pencemar, sumur gali

Abstract: The miners use mercury in an attempt to separate the gold from the carrier

material resulting in environmental degradation. Pollution over time will cause physical disabilities and permanent nerve damage. The focus of this research is to find the quality of water wells in the area of the traditional gold mining village of Panton Luas Kecamatam Sawang, South Aceh in 2016. This research uses descriptive quantitative methods. The subjects were residents of dug wells villages which are located around gold mines. Selection of the sample was done by purposive sampling. The collection of data was done by observation, interviews and laboratory tests. Laboratory analysis on levels of mercury in the water wells using AAS method. The research shows that the content of mercury in water wells in 33 samples were below the quality standard that is 0.00019. This quality was influenced by several factors at study sate such as the water perculation was significant, the depth of wells around 2-3 meters from the ground (shallow wells), and some other things. Suggestion: There should be regular monitoring of the mining activities, inspection of water quality (water wells). New innovation are required for developing gold mining and processing techniques for waste water into environmentally friendly techniques.

Keywords: Mercury pollution, traditional gold mining activities, miners, pollutant

(2)

LATAR BELAKANG

Sumber daya alam logam mulia (emas) yang ditemukan dibeberapa wilayah aceh menjadi prospek yang mengiurkan bagi masyarakat juga pengusaha. Kegiatan penambangan emas tradisional di Aceh yang dimulai sejak 2007 telah menimbulkan dampak serius. Kegiatan pertambangan yang selama ini dilakukan di hutan lindung telah menyebabkan kerusakan hutan. Sementara kegiatan penambangan yang dilakukan disekitar pemukiman dan sungai menyebabkan pencemaran sumber air bersih yang menyebabkan penurunan kualitas air tanah.1,2 Kualitas air tanah menjadi sangat penting, karena sebagian besar pengguna air tanah menggunakan air tersebut secara langsung dan air tanah masih menjadi sumber air minum utama bagi sebagian penduduk.

Pencemaran air dan tanah pada kegiatan penambangan emas tadisional terjadi akibat penggunaan merkuri dalam usaha memisahkan emas dari material pembawanya. Proses pengolahan biji emas menggunakan metode amalgamasi yaitu proses pengikatan logam emas dari bijih tersebut dengan menggunakan merkuri.3

Merkuri merupakan logam berat yang sangat beracun, bila bercampur dengan enzim didalam tubuh manusia akan menyebabkan hilangnya kemam-puan enzim untuk bertindak sebagai katalisator bagi fungsi tubuh. Menurut Widowati4 efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme dalam tubuh, menyebabkan alergi bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia maupun hewan. Suprihanto5 menyatakan, seberapa jauh kontaminasi bersifat racun terhadap manusia dan lingkungan tergantung dari sifat resistensi dan akumulasi dalam tubuh, ataupun kepekaan manusia terhadap kontami-nasi tersebut.

Telah terjadi kasus keracunan merkuri dibeberapa negara, seperti di Pakistan pada tahun 1963 mengakibatkan 4 orang meninggal dan 34 lainnya dirawat. Di Guatemala tahun 1966 menyebabkan 20 orang meninggal dan 45 orang lainnya dirawat.6 Di Jepang Tahun 1955-1960 terdata 110 kematian, hal ini terulang lagi di tahun 1968, dengan 5 kasus kematian dan 25 orang cidera. 4,7

Pencemaran Merkuri juga terjadi Indonesia seperti kasus teluk Buyat

(3)

yang diakibakan oleh pencemaran penambangan emas PT. Newmont dan aktivitas penambangan emas tanpa ijin sehingga mencemari beberapa bantaran sungai di Kalimantan Tengah. Data yang diperoleh WALHI di Kalimantan Tengah yaitu kadar merkuri di permukaan air Sungai Rungan mencapai 0,008 mg/l dan di Sungai Kahayan 0,005 mg/l. Padahal, Menurut permenkes No 907 tahun 2002 bahwa kadar merkuri yang diperbolehkan berada dalam air yakni 0,001 mg/ L. Kadar merkuri di dasar sungai juga di atas ambang batas, yaitu 0,554 mg/l di Sungai Rungan, dan 0,789 mg/l di Sungai Kahayan. Sementara , ambang batas yang ditetapkan untuk sedimen hanya 0,005 mg/l. 4, 6

Penduduk Desa Panton Luas sebagian besar menggunakan air sumur gali dan air sungai sebagai saran air bersih. Terdata 246 sumur dengan jumlah penduduk 1.053 jiwa (pria 530 jiwa dan wanita 523 jiwa). Memiliki 1 Puskesmas Pembantu, 2 perawat dan 2 dukun.8 Penduduk yang bekerja pada penambang emas tradisional berkisar 205 orang dan penambang yang berkunjung ke puskesmas sebanyak 100 orang. Penyakit terbanyak adalah ISPA sebesar 262 kasus, dispepsia 200 kasus,

penyakit kulit 184, RA 166, hypertensi 140, common cold 132 kasus, cephalgia 12, diabetes mellitus 90 kasus, hypertensi 75 kasus, penyakit kulit lainnya 70 kasus.

Hasil observasi lapangan terlihat bahwa kegiatan penambangan dan proses pencucian emas dilakukan di sungai dan pekarangan rumah. Limbah merkuri dari kegiatan tailing langsung di buang ke tanah tanpa proses pengolahan. Limbah tersebut meresap ke dalam tanah sehingga berpotensi mencemari sumber air bersih yaitu air sumur gali. Jika air yang telah terkontaminasi dikomsumsi oleh masyarakat setempat tentu sangat membahayakan kesehatan mereka. Secara umum kegiatan tersebut memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan. Tindakan preventif sangatlah diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan alam yang lebih luas.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yang menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya atau untuk mendeskripsikan nilai-nilai dari suatu variabel.

(4)

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Panton Luas Kecamatan Sawang, Aceh Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah sumur gali sebanyak 246 sumur. Jumlah sampel 33 sumur gali (total sampling). Penentuan sampel penelitian menggunakan tehnik purposive sampling dengan menggunakan kriteria inklusi, hanya Sumur gali yang dipergunakan oleh keluarga dengan jarak 15 meter dari kegiatan pencucian emas dan sumur gali tidak tertutup atau tutup sumur mudah dibuka untuk pengambilan sampel dan melihat kondisi fisik sumur.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jarak sumber pencemar (kegiatan penambangan), lama Kegiatan, Kondisi fisik sumur gali dan variabel terikat adalah kadar Hg dalam air sumur gali.

HASIL PENELITIAN

Gambaran kedalaman muka air sumur Ketinggian permukaan air sumur paling banyak terdapat pada kedalaman 2.5 meter dari permukaan tanah, yaitu sebanyak 69.7%, dengan demikian sumur gali masyarakat desa panton luas termasuk dalam kategori sumur dangkal

(1-10 meter) Gambaran ketinggian permukaan air sumur dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 1. Ketinggian permukaan air

sumur (n=33)

Ketinggian Permukaan muka air sumur

Jumlah % 2 2,5 3 Meter meter meter 6 23 4 18,2 69,7 12.1

Gambaran Lama Kegiatan

Berdasarkan data, diperoleh lamanya kegiatan Pencucian emas yang telah dilakukan di Glondongan yang berada disekitar perumahan paling banyak berkisar antara 5 sampai 8 tahun yaitu sebesar 78.8%.

Tabel 2. Lama Kegiatan (Glondongan )

Lama Jumlah %

1-4 tahun 7 21.2

5-8 tahun 26 78.8

Jumlah 33 100.0

Gambaran Jarak Sumber Pencemar Secara umum sebagian besar sumber pencemar berada dalam jarak <10 meter. Berdasarkan data, sebesar 72.7% jarak sumber pencemar yaitu jarak glondongan dan bak penanpungan sisa pencucian emas dari sumur gali paling banyak ditemukan pada jarak <10 meter.

(5)

Tabel 3. Jarak sumber pencemar

terhadap sumur gali

Jarak Sumber

Pencemar Jumlah %

< 10 meter 24 72.7 > 10 meter 9 27.3

Jumlah 33 100.0

Gambaran Kondisi Fisik Sumur Gali Penilaian risiko pencemaran terhadap fisik sumur dilakukan dengan melihat kondisi dan mengukur bagian-bagian fisik sumur, mencakup cincin sumur, dinding sumur dan lantai. Berdasarkan hasil observasi dari 33 sumur gali, sebagian besar kondisi fisik sumur dalan kondisi baik, hanya 9.1% memiliki dinding sumur < 3 meter.

Tabel 4. Kondisi fisik sumur gali

(n=33)

Kondisi fisik sumur Ya % Tdk %

Cincin < 75 cm 6 18,2 27 81.8

Cincin pecah/kurang sempurna

5 15,2 28 84,8

Dinding sumur dari material mudah dilalui air 4 12,1 29 87,9 Dinding sumur < 3 meter 3 9.1 30 90.9 Dinding retak 7 21,2 26 78.8

Radius lantai sumur < 1 meter

5 15.2 28 84.8

Lantai retak 4 12.1 29 87.9

Gambaran Kondisi Fisik Bak Penampungan Limbah

Penilaian risiko pencemaran terhadap kondisi fisik bak

penampungann dilakukan dengan melihat bahan pembuatan lantai/dinding bak penampungan. Berdasarkan hasil observasi kondisi fisik bak penampungan limbah, sebagian besar bak penampungan dalam kondisi tidak baik, dapat dilihat pada tabel dibawah (Tabel 9), lebih dari 50% dari setiap item yang dinilai dalam kedaan tidak baik.

Tabel 5. Kondisi fisik bak penampungan limbah

Kondisi fisik bak Penampungan Tdk % Ya % Total % Lantai / dinding bak penampungan kedap air 17 51.5 16 48.5 33 100 Bak penampungan terplester sempurna 20 60.6 13 39.4 33 100 Tersedianya spal 18 54.5 15 45.5 33 100

Kondisi SPAL baik 20 60.6 13 39.4 33 100

Gambaran Kadar Merkuri dalam air sumur gali

Merujuk kepada Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, dinyatakan bahwa untuk menilai kualitas air bersih dari segi kimia parameter yang dipakai adalah 0,001 mg/l. Analisis kadar merkuri air yang dilakukan di Balai Laboratorium Lingkungan Hidup Kota Madya Banda Aceh terhadap 33 air sumur gali, didapati sebanyak 33 sampel memenuhi

(6)

syarat atau berada di bawah baku mutu yaitu 0,00019 ml/l (memenuhi syarat). Kandungan kadar merkuri air sumur gali dapat digambarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Kadar Merkuri dalam air

sumur gali (n=33)

Merkuri (Hg) Frekuensi %

0,001 0 0

0,001 33 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil uji laboraturium terhadap kadar merkuri dalam air sumur dinyatakan memenuhi syarat baku mutu air bersih sesuai dengan Permenkes RI. No: 416/MENKES/PER/IX/1990. Hasil uji laboraturium dinyatakan 33 (100%) air sumur gali berada di bawah baku mutu yaitu < 0.00019 dengan demikian air sumur gali di desa Panton Luas kecamatan Sawang layak untuk di komsumsi dan dipakai untuk kebutuhan MCK.

Tabel 7. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat risiko pencemaran

Variabel Kategori Jlh (%) Jarak sumber pencemar Risiko pencemaran tinggi Risiko pencemaran rendah 24 9 72.7 27.3 Lama Kegiatan Risiko pencemaran tinggi Risiko pencemaran rendah 26 7 78.8 21.2 Kondisi fisik sumur gali Kondisi fisik sumber pencemar Tidak baik Baik Tidak baik Baik 6 27 17 16 18.2 81.8 51.5 48.5 Kualitas Hg dalam air sumur gali Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat 0 30 0 100

Pada Tabel 9 memperlihatkan distribusi dari tiap-tiap variabel yang diukur berdasarkan tingkat risiko pencemaran. Pada variabel jarak sumber pencemar, jarak bak penampungan memiliki risiko pencemaran tinggi sebesar 72.7%. Pada variabel lama kegiatan pada glondongan, frekuensi tertinggi sebesar 72.5% dalam kategori resiko pencemaran tingggi. Pada variabel kondisi fisik sumur gali, frekuensi tertinggi sebesar 81.8% dalam kategori baik, sementara pada variabel kondisi fisik sumber pencemar, frekuensi tertinggi sebesar 51.5% dalam kategori tidak baik. Hasil uji laboraturium terhadap kadar Hg dalam air sumur gali dinyatakan sebanyak 33 air sumur gali (100%) memenuhi syarat.

(7)

PEMBAHASAN

Kondisik Fisik Air Sumur Gali

Hasil Observasi dan pemeriksaan fisik air sumur gali baik dari segi warna, bau, rasa dan kekeruhan semuanya dalam kondisi yang baik. Air sumur gali berwarna sangat jernih sehingga peneliti dapat melihat dasar sumur dengan bebatuaan kecil dan pasir dengan sangat jelas, tidak tercium bau menyengat yang mengindifikasikan sumur tercemar oleh bahan kimia dan bahan biologis. Dilakukan test terhadap rasa, air sumur tidak berasa dan tidak terdapat kekeruhan. Berdasarakan hasil pemeriksaan fisik tersebut dapat di simpulkan bahwa air sumur masyarakat di desa Panton Luas Kecamatam Sawang, Aceh Selatan dalam keadaan Normal sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Permenkes RI. No: 416/MENKES/PER/IX/1990, yang menyatakan bahwa parameter kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif.

Jarak Sumber Pencemar (Bak Penampungan) Terhadap Kadar Merkuri Air Sumur Gali.

Jarak bak penampungan sisa kegiatan pencucian emas dengan sumur gali, secara umum sebagian besar sumber pencemar berada dalam jarak <10 meter yang artinya jarak sumber pencemar berada dalam resiko pencemaran tinggi. Namun hasil pemeriksaan laboraturium menyatakan bahwa air sumur masyarakat layak untuk di konsumsi. Dengan demikian disimpulkan, jarak sumber pencemar yang berada dalam resiko pencemaran tinggi (<10 meter) tidak mempengaruhi kualitas air sumur gali. Masyarakat masih dapat menggunakan air sumur gali dengan aman untuk kebutuhan minum dan MCK.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Boky9 menyakatan bahwa kadar memerkuri dalam air sumur menunjukkan di bawah baku mutu (memenuhi syarat untuk di konsumsi). Namun pada semua sampel (15 sampel) air sumur mengandungan merkuri dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Ketentuan jarak yang ditetapkan dari sumber pencemar yaitu 0 meter didapati konsentarsi Hg rata-rata 0,000134 mg/l, pada jarak 500 meter konsentarsi Hg rata-rata 0,000066 mg/l dan jarak 1000 meter ditemukan konsentarsi Hg rata-rata 0,000045 mg/l.

(8)

Penelitian yang dilakukan oleh Musthofa10 desa Saba Padang juga menyatakan hal yang sama bahwa seluruh sampel air sumur yang diperiksa (9 sampel) dinyatakan dalam kondisi memenuhi syarat baku mutu. Namum jika ditinjau konsentrasi merkuri tiap-tiap sampel menunjukan bahwa konsetrasi Hg tertinggi ditemukan pada jarak 10 meter dari sumber pencemar sebesar 0,0005 mg/l dan konsentasi Hg terendah pada jarak 99 meter dari sumber pencemar sebesar 0,00001 mg/l. Jadi semakin dekat jarak sumur dengan pertambangan maka semakin besar kandungan merkuri dalam air sumur gali.

Terdapat perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Puti11 yang dilakukan di Padang Propinsi Sumatera Barat yang menyatakan secara keseluruhan sumur yang berada pada jarak 98 – 331 m tidak memenuhi persyaratan baku mutu Permenkes No.416, namun setelah jarak sekitar 330 m tidak ditemukan lagi kandungan logam berat yang melebihi baku mutu.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa semakin jauh jarak sumur dangkal terhadap sumber pencemar semakin rendah konsentrasi logam

berat. Perbedaan hasil uji pada penelitian bisa saja terjadi mengingat perbedaan dalam penetapan lokasi penelitian, jenis tanah, juga dalam pemberian batasan terhadap jarak sumber pencemar, dimana semakin pendek jarak antara sumur gali dan sumber pencemar maka akan semakin tinggi kadar merkuri air sumur gali.

Lama Kegiatan/pekerjaan yang telah dijalani.

Hasil wawancara diperoleh data bahwa masyarakat telah melakukan kegiatan penembangan emas sejak 8 tahun yang lalu dan memiliki glondongan di masing-masing rumah, masa kerja yang tertinggi rata- rata selama 6 tahun dan masih aktif sampai saat ini. Masyarakat sangat antusias dengan pekerjaan tersebut, meraka mengatakan bahwa dengan ditemukan emas di wilayah Sawang kabupaten Aceh Selatan menjadikan perekonomi-an masyarakat makin baik. Pada awal ditemukan emas masyarakat melakukan pendulangan emas di gunung sehingga harus mengginap di empat selama beberapa hari. Namun seiring meningkatnya pendapatan keluarga, mereka dapat membeli mesin glondongan dan melakukan proses pencucian emas di sekitar rumah

(9)

masing-masing. Keberadaan mesin glondongan disekitar rumah memang sangat membantu dalam melaksakan pekerjaan sehingga mereka dapat bekerja kapan saja mereka inginkan disamping dapat mengerjakan pekerjaan lainnya. Namun yang dikhawatirkan dari segi kesehatan adalah keberadaan glondongan disekitar rumah/ pemukiman akan meyebabkan terjadinya pencemaran air tanah (air sumur gali). Semakin lama masa kerja semakin besar limbah yang dihasilkan. Dari pengolahan data diketahui lama kegiatan pencucian emas di glondongan berada dalam kategori resiko pencemaran tinggi.

Kondisi Fisik Sumur Gali

Hasil observasi di lokasi penelitian ditemukan kontruksi fisik sumur gali dari setiap item penilain lebih dari 78% dalam kondisi baik, dengan kedalaman sumur rata-rata 2.5 meter. Kontruksi sumur gali yang baik ini, dapat yang menjadi salah satu faktor terhalangnya kontaminasi Merkuri dalam air sumur sehingga air sumur masyarakat desa Panton Luas layak untuk dikonsumsi..

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil analisa penelitian Puti11 yang me yatakan bahwa pengaruh konstruksi sumur baik berupa konstruksi alamiah,

beton maupun batu bata tidak signifikan terhadap parameter dalam air tanah termasuk logam berat.

Menurut Entjang12 sumur yang memenuhi syarat kesehatan minimal harus memiliki beberapa persyaratan: 1) jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah dan sumber pengotoran lainnya; 2) syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, serta lantai sumur; 3) dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air dengan jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah; 4) bibir sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air, setinggi minimal 70 cm, bibir sumur merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur; 5) lantai sumur gali harus dibuat dari bahan kedap air ± 1,5 meter lebarnya dari dinding sumur.

Pada Penelitian Adekunle13 di Negeria memberikan gambaran bahwa sumur yang tidak bercincin atau cincin tidak kedap air mudah mengalami kontaminasi oleh limbah. Penelitian Sworobuk14 di Virginia juga menyatakan bahwa sumur yang memiliki cincin tidak kedap air mengalami kontaminasi tinggi. Sudah dapat dipastikan bahwa kontruksi sumur akan mempengaruhi terhadap

(10)

pencemaran terlebih jika sumber pencemar sangat dekat dengan sumur gali.

Kondisi Fisik Bak Penampungan Dari Sisa Kegiatan Pencucian Emas

Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap kontruksi fisik bak penampungan, lebih dari 50% dari setiap item yang di observasi dalam kondisi yang tidak baik, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik sumber pencemar dalam kategori tidak baik. Hanya 45.5% yang memiliki saluran pembungan limbah, yang lainnya sebesar 54.5% langsung mengalirkan air ke got yang terbuat dari bahan yg tidak kedap air dan langsung mengalirkan ke pekarangan rumah dengan membuat alur air yang seadanya.

Menurut Sirait15 pencemaran sumur gali dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kondisi geografis, hidrogeologi, topografi tanah, musim, aliran air tanah dan kontruksi bangunan fisik sumur gali. Sasrodarsono and Kensaku17 menyatakan bahwa mekanisme pencemaran dalam tanah sebagian besar terjadi atas dukungan tekstur/komposisi tanah. Tekstur tanah di lokasi penelitian sebagian besar tersusun oleh material Alluvial.8 Pada

umumnya jenis tanah alluvial memiliki tingkat porositas yang tinggi tetapi daya perkolasi dan permeabilitasnya rendah, gerak horizontal air tanah ditentukan oleh formasi geologi daerah dan kemiringan lapisan batuan, akibat gerak horizontal inilah terjadi arah aliran air tanah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.

Selain komposisi/tekstur tanah, ada beberapa faktor lainya yang ikut berperan dalam pencemaran air sumur gali seperti: 1) Faktor hidrobiologi yang meliputi kedalam air tanah, arah dan kecepatan air tanah serta porositas dan permeabilitas tanah yang tinggi (kerikil, batu pasir); 2) Topografi tanah yaitu kondisi lapisan permukaan tanah, daratan tinggi atau rendah dan sudut kemiringan tanah; 3) Meteorologi dimana pada daerah dengan curah hujan yang tinggi, sumur harus berjarak lebih jauh dengan sumber pencemar; 4) Kebudayaan: adanya kebiasaan masyarakat dimana mereka membangun sumur tanpa dinding sumur yang berbahan dasar semen; 5) Frekuensi pengambilan/pemompaan: Semakin banyak air sumur yang diambil maka kecepatan aliran air tanah makin cepat untuk mengisi kekosongan.17

(11)

Hasil Observasi sumur dan lokasi letak sumur masyarakat desa Panton Luas dapat digambaran sebagai berikut; kecepatan aliran air tanah untuk mengisi air sumur sangat kencang, dilihat dari besarnya mata air dan debit air yang tinggi, dekatnya pemukiman dengan gunung dan sungai menjadikan air sumur cepat terisi dan tidak kering-kering padahal ketinggian air sumur dari dasar sumur berkisar ½ sampai 1 meter. Selain itu faktor topografi tanah dan kemiringan tanah yang lebih cenderung tinggi pada daerah pemukiman karena berada di kaki bukit sehingga air sumur masyarakat selalu mendapat suplay air dari pengunungan dan juga sungai. Faktor-faktor tersebut diduga mempengaruhi kadar merkuri dalam air sumur sehingga keberadaannya sulit terdeteksi dalam air sumur seperti hasil pemerikasaan laboraturium yang terlihat pada tabel 8 yang menyatakan sebanyak 100% (33 sampel) memenuhi syarat, dengan demikian air sumur masyarakat Panton Luas berada dalam batas aman atau layak untuk dikomsumsi karena memenuhi syarat air bersih ( 0,001mg/l).

KESIMPULAN

Kadar merkuri yang ditemukan di Desa Panton Luas berada di bawah baku mutu yaitu <0,00019 (memenuhi Syarat). Namun lambatlaun konsentrasi merkuri akan terakumulasi dalam jumlah yang besar jika tidak dilakukan pengawasan dan pembenahan terhadap tataletak glondongan, syarat pembuatan bak penampungan yang baik dan cara perlindungan diri dari bahaya merkuri.

Rendahnya kadar merkuri disebabkan oleh banyak faktor diantaranya: dekatnya lokasi pemukiman dengan pegunungan dan sungai sehingga air sumur mendapat suplay yang cepat dari air bawah tanah, sumur memiliki debit air yang besar sehingga air cepat mengisi kekosongan ruang, kedalaman air sumur berkisar antara 2-3 meter (sumur dangkal) dengan ketinggian muka air sumur dari dasar tanah ½-1 meter. Rata-rata kontruksi sumur gali masyarakat berada dalam kondisi baik dan rata-rata letak sumur gali diatas/ lebih tinggi dari bak penampungan serta tidak sejajar.

SARAN

Hasil penelitian menjadi data base bahan pertimbangan bagi pengambilan kebijakan pengelolaan sumberdaya mineral.

(12)

Peran aktif petugas kesehatan dalam upaya melaksanakan program penyehatan air melalui kegiatan inspeksi sanitasi secara berkala, pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat menyangkut sanitasi lingkungan, upaya pencegahan pencemaran air bersih, pemeliharaan sarana fisik termasuk sanitasi di lingkungan sumur.

Bagi Dinas pertambangan, sumber daya mineral dapat melakukan Inspeksi terhadap kegiatan pertambangan dan pemantauan glondongan dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang: Bahaya pencemaran merkuri, memberikan pemahaman dan anjuran pada masyarakat, tentang pentingnya membangun bak penampungan sesuai ketentauan yang telah ditetapkan, perlunya perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, untuk pendampingan teknis bagi para penambang dan pengelola dalam upaya mendesain pengelolaan aktivitas masyarakat pertambangan yang lebih baik, terkontrol dan berkelanjutan, misalnya mengganti teknik penambangan emas yang menggunakan Hg dengan teknik penambangan yang lebih ramah lingkungan.

Bagi masyarakat dianjurkan untuk melakukan renovasi ulang terhadap kontruksi bak penampungan, dan pembuatan bak penampungan bagi yang belum memiliki bak penampungan, perlunya diadakan musyawarah untuk mufakat dalam menempatkan glondongan agar jauh dari sumur gali baik terhadap sumur sendiri maupun sumur tetangga (sesuai ketetapan Depkes tentang jarak sumur gali dari sumber pencemar) sehingga memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA 1. https://www.academia.edu/628902 2/Akademisi_media_massa_dan_L SM_Sekuriti asi_merkuri_di_Aceh. 2. http://simlingkungan.minerba.esdm .go.id/forumasgm/?p=827.

3. Widodo, 'Pengaruh Perlakuan Amalgamasi Terhadap Tingkat Perolehan Emas Dan Kehilangan Merkuri.', Riset Geologi dan Pertambangan, (2008).

4. Wahyu Widowati, Astiana Sastiono, and Raymond jusuf, Efek Toksik Logam (Yogyakarta: Andy Yogyakarta, 2008).

(13)

5. Suprihanto Notodarmojo, Pencemaran Tanah Dan Air Tanah (Bandung: ITB, 2005). 6. Heryando Palar, Pencemaran Dan

Toksikologi Logam Berat (Jakarta: Rineka Cipta., 2008).

7. Wahid Iqbal Mubarak, and Nurul Chayatin, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori Dan Aplikasi (Jakarta: Salemba Medika, 2009). 8. Qanun Gampong Panton Luas No 1

Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Gampong Tahun 2015-2020', (2015).

9. Umboh Harvani Boky, B. Ratag, 'Differences Content of Mercury (Hg) Water Well Drilling Based on the Distance from the Sources of Pollution in Mining Area Tatelu I Village', JIKMU, 5. No, 1 Januari (2015).

10. Saddam Musthofa, Devi Naria Santi, Taufik Ashar, 'Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal ', ( 2015).

11. Puti Sri Komala, Budhi Primasari, Fitri Rivai, 'Pengaruh Sistem Open Dumping Di Lokasi Pembuangan

Akhirterhadap Kandungan Logam Berat Pada Air Tanah Dangkal Di Sekitarnya.', Teknik No. 29 Vol.1 Thn. XV April (2008).

12. Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000).

13. Adekunle A.S. (2009) Effects of Industrial Effluent on Quality of Well Water Within Asa Dam Industrial Estate, Ilorin, Nigeria. Nature and Science, 7(1).

14. Sworobuk, Constance B.LAW, and Gary K.Bissonnette, ' Assessment of the Bacteriological Quality of Rural Groundwater Supplies in Northern West Virginia. Water, Air, and Soil Pollution.', 36 (1987), 163-70.

15. Sirait, 'Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Merkuri Pada Air Sumur Gali Di Area Penambangan Emas Tanpa Izin Di Desa Selogiri Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah.', (2010.).

16. Sastrodarsono, and Kensaku, Hidrologi Untuk Pengairan (Jakarta: PT. Prandnya Paramita 2003).

17. Budiman Chandra Pengantar Kesehatan Lingkungan (Jakarta: EGC, 2007)

Gambar

Tabel  1.  Ketinggian  permukaan  air  sumur (n=33)
Tabel  3.  Jarak  sumber  pencemar  terhadap sumur gali

Referensi

Dokumen terkait

Dalam program pengembangan ilmu, baik dalam ilmu alam, ilmu sosial humaniora, maupun ilmu keislaman, tidak bisa dinafikan keberadaan “asumsi dasar” yang dalam taraf tertentu bersifat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja, motivasi kerja, stress kerja dan gaji terhadap kinerja karyawan pada PT Adira Finance

Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen kualifikasi yang Saudara ajukan pada pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan Renovasi Gedung Kantor Pengadilan Agama Sumbawa

Berdasarkan hasil uji statistik diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian ketuban pecah dini lebih sering terjadi pada ibu bersalin multipara, hal ini disebabkan karena

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan, bahwa pada penelitian sebelumnya tidak mendeteksi elemen kamus berupa label kamus selain jenis kata dan elemen

Ini terbukti dengan banyaknya jumlah peserta pameran dalam Pekan Komik dan Animasi (PKAN) yang di gelar di galeri Nasional beberapa tahun belakang. Perkembangan industri komik

Bersadarkan penelitian Ekawati (2010), juga disimpulkan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan kembung pada kondisi MEY terjadi pada tingkat produksi sebesar 2.662

dengan menggunakan metode Rule-Based Question Answering System untuk mencari jawaban berdasarkan kata kunci dari pertanyaan yang diajukan user. Dalam hal ini Rule Based QAS