MANUSKRIP
KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU HAMIL DI RSUD
KABUPATEN BEKASI TAHUN 2018
Disusun Oleh :
Rosnia Hari Santi
Data Penulis :
Rosnia Hari Santi
1rosnia.harisanti@gmail.com
Eviana Yatiningsih
2PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDIKA CIKARANG BEKASI
Tahun 2018
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDIKA CIKARANG BEKASI
Karya Tulis Imiah, Juni 2018
ABSTRAK
Rosnia Hari Santi1, Eviana Yatiningsih2
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU HAMIL DI RSUD KABUPATEN BEKASI TAHUN 2018
Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu maupun janin, misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi puerperalis/masa nifas, dry labour/partus lama, dapat pula menimbulkan perdarahan post partum, morbiditas dan mortalitas maternal, bahkan kematian. Kasus Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Kabupaten Bekasi pada tahun 2016 sebanyak 120 kasus dari 488 persalinan (24%) pada tahun 2017 dari bulan januari sampai bulan juni angka kejadian ketuban pecah dini sebanyak 187 kasus dari 506 persalinan (36%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kejadian ketuban pecah dini dengan usia ibu, paritas, pekerjaan, infeksi di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2018.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2017 yaitu 506 ibu bersalin. Sampel yang digunakan adalah seluruh ibu bersalin dengan ketuban pecah dini pada tahun 2017 dengan jumlah 187 kejadian. Didapatkan 187 sampel total yang mengalami KPD sehingga ditemukan pembanding atau non sampelnya 187 ibu bersalin. Sumber data didapat dari rekam medik (data sekunder). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Hasil penelitian Uji Statistic Chi-Square berdasarkan analisis univariat didapatkan bahwa sebagian kecil ibu bersalin di RSUD Kabupaten Bekasi mengalami ketuban pecah dini yaitu sebanyak 187 orang (50%) termasuk dalam kategori usia ibu beresiko sebanyak 183 (48,9), mengalami paritas primi dan grande sebanyak 165 orang (44,1%), bekerja sebanyak 165 (44,1), mengalami infeksi sebanyak 144 (38,5). Berdasarkan analisis bivariat didapatkan hasil bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini adalah usia ibu (p value:0,007;OR:1,789), paritas (p value:0,000;OR:2,157), pekerjaan (p value:0,001;OR:2,063), infeksi (p value:0,000;OR:11,340).
Kesimpulan dari 4 variabel yang diteliti (usia ibu, paritas, pekerjaan, infeksi) hasilnya berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu hamil di RSUD Kabupaten Bekasi. Saran yang diharapkan dapat meningkatkan frekuensi dan kualitas promosi kesehatan tentang penanggulangan ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
PROGRAM OF STUDY DIII MIDWIFERY INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE MEDIKA CIKARANG BEKASI
Scientific writing, June 2018
ABSTRACT
Rosnia Hari Santi1, Eviana Yatiningsih2
FACTORS RELATED TO THE EVENT PREMATURE RUPTURE IN WOMEN MATERNITY BEKASI DISTRICT HOSPITAL YEAR 2018
The incidence of premature rupture of membranes can cause some problems for both mother and fetus, for example the mother may suffer from puerperalis infection, dry labour, can also postpartum hemorrhage, maternal morbidity and mortality,even death.The case of premature rupture of membranes in Bekasi District Hospital in 2016 was 120 cases out of 488 deliveries (24%) in 2017 from January to June of the incidence of early rupture of membranes as many as 187 cases from 506 deliveries (36%). The purpose of this study was to determine the relationship between the incidence of premature rupture of mother age, parity, employment, infection at Bekasi District Hospital 2018.
The type of this research is maternity analytic research using cross sectional research design.The population in this study were all mothers in Bekasi District Hospital 2017 which is 506 maternity mothers.The samples used were all mothers with ruptured membranes early in 2017 with a total of 187 client.Obtained 187 total samples that experienced KPD so that found the comparison or non-sample 187 maternity mothers. Data source is obtained from medical record (secondary data). Data analysis used in this research is univariate and bivariate analysis.
Chi-Square statistic test result based on univariate analysis found that a small number of mothers in RSUD of Bekasi Regency experienced early rupture of membrane that is 187 respondents (50%) included in maternal age category at risk as much as 183 (48,9), experiencing prime parity and grande as many as 165 respondents (44.1%), working as many as 165 (44.1), suffered 144 infections (38.5). Based on bivariate analysis, it was found that the variables associated with the incidence of premature rupture of membranes were maternal age (p value: 0.007, OR: 1,789), parity (p value: 0,000; OR: 2,157), occupation (p value: 0.001; OR: 2.063 ), infection (p value: 0,000; OR: 11,340).
The conclusions of the 4 variables studied (maternal age, parity, occupation, infection) resulted from the incidence of premature rupture of membranes in maternal mothers in Bekasi District Hospital. Suggestions that health providers are expected to increase the frequency and quality of health promotion about early rupture of membranes in mothers.
Pendahuluan
Kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah, oleh karena itu pelayanan antenal / asuhan antenal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Tenaga kesehatan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwa. Tanda bahaya kehamilan meliputi : Perdarahan pervaginam, mual muntah berlebihan, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, ketuban pecah dini (KPD). (Yuni, 2010).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan di atas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam kaitannya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya. (Manuaba, 2008).
Menurut WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelairan hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelairan hidup, Thailand 44 per 100.000 kelairan hidup, Brunei Darussalam 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelairan hidup. (WHO, 2014).
Menurut data hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi yakni 359 per 100.000 kelahiran hidup. Selain AKI, Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih tinggi mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini akan diatasi oleh
Sustainabel Development Goals (SDG’s)
yang dalam targetnya menyatakan bahwa pada tahun 2030 akan mengurangi AKI hingga dibawah 70/100.000 kelahiran hidup dan mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal hingga 12/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015). Hal ini berkaitan dengan perdarahan kehamilan dan persalinan (27%) eklampsia (23%) infeksi (11%) partus lama (5%) nifas (11%). (Depkes RI, 2014).
Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 jumlah AKI mencapai 823 orang, dan jumlah
J u r n a l K e t u b a n P e c a h D i n i | 2 AKB 3.369 kasus kematian. (Pikiran
rakyat.com). Menurut Kepala Dinas Kabupaten Bekasi menjelaskan pada tahun 2016 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bekasi sebanyak 33 orang dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bekasi sebanyak 53 bayi. (Dinkes Kabupaten Bekasi, 2016).
Dari data di atas disebutkan bahwa kematian ibu disebabkan karena komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas misalnya infeksi, eklampsia, perdarahan, emboli air ketuban, trauma anastesi, trauma operasi, dan lain-lain. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari adanya komplikasi atau penyulit kehamilan seperti febris (24%), infeksi saluran kemih (31%), dan ketuban pecah dini (45%). (BKKBN, 2013).
Penyebab ketuban pecah dini (KPD) belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologis selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensi, kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktor golongan darah, faktor paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan
ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis. (Prawirohardjo, 2010).
Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada ketuban pecah dini. (Ayurai, 2010).
Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu maupun janin, misalkan pada ibu dapat menyebabkan infeksi puerperalis/masa nifas, dry labour/ partus lama, dapat juga menimbulkan pendarahan post partum, morbiditas dan mortalitas maternal, bahkan kematian. Resiko kecacatan dan kematian janin juga tinggi pada kejadian ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadian mencapai hampir 100% apabila ketuban pecah dini preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu. (Ayurai, 2010).
Ketuban Pecah Dini (KPD) menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau
menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim. (Manuaba, 2010).
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan tersedianya tenaga kesehatan terlatih pada persalinan sangat penting untuk deteksi dini dan penanganan tepat-cepat yaitu memberi asuhan dan konseling kehamilan, pelayanan ANC, persalinan yang aman dan bersih, serta mampu mengidentifikasi kelainan kehamilan dan melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap agar tidak terjadi komplikasi pada persalinan yang terjadi tanpa dapat diketahui penyebabnya atau diperkirakan sebelumnya. (Prawirohardjo, 2007).
Dari hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi pada tahun 2016 dari 488 ibu bersalin didapatkan kejadian ketuban pecah dini berjumlah 120 (24%), sedangkan pada tahun 2017 dari 506 ibu bersalin didapatkan kejadian ketuban pecah dini 187 (36%). Dari data di atas didapatkan peningkatan angka kejadian ketuban pecah dini (KPD) dari tahun 2016 sampai 2017, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor–Faktor Apa Sajakah Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2018?”
Kerangka konsep pada peneliti ini mengacu pada teori Sarwono Prawirohardjo (2010), maka peneliti mengambil beberapa variabel yang akan diteliti terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen atau variabel bebas dan variabel dependen atau variabel terikat. Variabel bebas yang akan diteliti yaitu faktor usia ibu, paritas, pekerjaan dan infeksi dan variabel terikat yaitu ketuban pecah dini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara variabel usia ibu, paritas, pekerjaan dan infeksi dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2018.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional dimana variabel independen dan dependen diobservasi dan dikumpulkan dalam saat yang bersamaan. (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2018. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Oktober 2017 mulai dari perizinan, survey pendahuluan sehingga pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 28 Februari – 28 Mei 2018.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang datang ke kamar bersalin dan tercatat dalam rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
J u r n a l K e t u b a n P e c a h D i n i | 4 Bekasi pada bulan Januari sampai Juni tahun
2017 yaitu sebanyak 506 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu populasi dijadikan sampel dengan total sampel pada tahun 2017 berjumlah 374 kasus dari bulan Januari – Juni Tahun 2017. Data tersebut diambil direkam medik.
Agar sampel tidak menyimpang dari populasi ditetapkan kriteria retriksi mencakup kriteria inklusi maupun eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel, sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel atau dengan kata lain kriteria untuk mengeluarkan subjek yang karena beberapa sebab. (Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian ini yang termasuk kriteria inklusi adalah ibu-ibu yang bersalin dengan ketuban pecah dini di RSUD Kabupaten Bekasi pada tahun 2017 dan ibu-ibu yang bersalin di RSUD Kabupaten Bekasi yang memiliki data rekam medik yang lengkap.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data mengenai variabel yang diteliti. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah seluruh data yang bersumber dari rekam medik yaitu berupa data sekunder dengan menggunakan lembar
checklist.
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar isian (checklist) sebagai alat untuk
mendata ulang dari rekam medik pasien ibu bersalin di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2017.
Pengolahan data pada penelitian ini dengan bantuan perangkat lunak yaitu menggunakan program computer aplikasi statistic dengan beberapa tahapan, editing yaitu memeriksa kembali kebenaran dan kelengkapan data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Coding yaitu
mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori-kategori/klasifikasi, klasifikasi dilakukan dengan memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.
Processing, setelah semua isian checklist hasil
observasi terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati proses pengkodean, langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari checklist ke paket program komputer (SPSS). Cleaning yaitu pengecekan kembali data yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak (Notoatmodjo, 2012).
Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel usia ibu, paritas, pekerjaan dan infeksi dengan ketuban pecah dini (Notoatmodjo, 2012).
Hasil Analisis Univariat
Dalam hasil univariat ini menjelaskan secara deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian yang terdiri dari Ketuban Pecah Dini, Usia ibu, Paritas, Pekerjaan, Infeksi. Data-data ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Hasil analisis univariat penelitian ini adalah :
Tabel 1 Analisis univariat
Variabel F % KPD 0. Ya 1. Tidak 187 187 50 50 Usia Ibu 0. Beresiko 1. Tidak beresiko 183 191 48,9 51,1 Paritas
0. Primi dan Grande 1. Multipara 165 209 44,1 55,9 Pekerjaan 0. Bekerja 1. Tidak Bekerja 165 209 44,1 55,9 Infeksi 1. Infeksi 2. Tidak Infeksi 144 230 38,5 61,5
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 374 responden di RSUD Kabupaten Bekasi yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 187 responden (50%), sedangkan yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 187 responden (50%), yang berusia <20 dan ≥35 tahun atau yang beresiko sebanyak 183 responden (48,9), sedangkan yang berusia 20-35 tahun atau yang tidak beresiko sebanyak 191 responden (51,1), yang memiliki paritas primipara dan grandemultipara sebanyak 165 responden (44,1), sedangkan yang memiliki paritas
multipara sebanyak 209 responden (55,9), yang memiliki pekerjaan sebanyak 165 responden (44,1), sedangkan yang tidak memiliki pekerjaan 209 responden (55,9), yang mengalami infeksi sebanyak 144 responden (38,5), sedangkan yang tidak mengalami infeksi 230 responden (61,5).
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
yaitu usia ibu, paritas, pekerjaan dan infeksi dengan kejadian ketuban pecah dini menggunakan uji Chi-Square.
Tabel 2 Analisis Bivariat
Variabel KPD P Value OR F % F % Usia Ibu <20 dan ≥35 105 28,1 78 20,9 0,007 1,789 20 - 35 82 21,9 109 29,1 Paritas Primi&Grande 100 26 ,7 65 17,4 0,000 2,157 Multipara 87 23,3 122 32,6 Pekerjaan Bekerja 99 26,5 66 17,6 0,001 2,063 Tidak Bekerja 88 23,5 121 32,4 Infeksi Infeksi 119 31,8 25 6,7 0,000 11,340 Tidak Infeksi 68 18,2 162 43,3
Berdasarkan tabel 2 dari 374 responden menunjukkan bahwa, ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini yang berusia <20 dan ≥35 tahun sebanyak 105 responden (28,1), sedangkan ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini yang berusia 20-35 tahun sebanyak 82 responden (21,9). Berdasarkan analisis statistik uji
chi-J u r n a l K e t u b a n P e c a h D i n i | 6 square pada tabel 2x2 dan tidak ditemukan
nilai ekspestasi <5 maka pembacaan menggunakan Continuity Correction, menunjukkan bahwa nilai P = 0,007 (P<α 0,05), maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Hasil Odds Ratio (OR) diketahui 1,789 (CI 95% = 1,188 – 2,696), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu bersalin yang berusia <20 dan ≥35 tahun memiliki faktor resiko 1,789 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu bersalin yang berusia 20-35 tahun.
Pada variabel paritas menunjukkan bahwa, ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini yang berstatus primipara dan grandemultipara sebanyak 100 responden (26,7), sedangkan ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini berstatus multipara sebanyak 87 responden (23,3). Berdasarkan analisis statistik uji chi-square pada tabel 2x2 dan tidak ditemukan nilai ekspestasi <5 maka pembacaan menggunakan Continuity Correction, menunjukkan bahwa nilai P = 0,000 (P<α 0,05), maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini. Hasil Odds Ratio (OR) diketahui 2,157 (CI 95% = 1,423 – 3,271), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu bersalin yang berstatus primipara dan grandemultipara memiliki faktor resiko 2,157 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu bersalin yang berstatus primipara.
Pada variabel pekerjaan menunjukkan bahwa, ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini yang bekerja sebanyak 99 responden (26,5), sedangkan ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini yang tidak bekerja sebanyak 88 responden (23,5). Berdasarkan analisis statistik uji chi-square pada tabel 2x2 dan tidak ditemukan nilai ekspestasi <5 maka pembacaan menggunakan Continuity Correction, menunjukkan bahwa nilai P = 0,001 (P<α 0,05), maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian ketuban pecah dini. Hasil Odds Ratio (OR) diketahui 2,063 (CI 95% = 1,362 – 3,124), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu bersalin yang bekerja memiliki faktor resiko 2,063 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak bekerja.
Pada variabel infeksi menunjukkan bahwa, ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini yang infeksi sebanyak 119 responden (31,8), sedangkan ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini yang tidak infeksi sebanyak 68 responden (18,2). Berdasarkan analisis statistik uji chi-square pada tabel 2x2 dan tidak ditemukan nilai ekspestasi <5 maka pembacaan menggunakan Continuity Correction, menunjukkan bahwa nilai P = 0,000 (P<α 0,05), maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara infeksi dengan kejadian ketuban pecah dini. Hasil Odds Ratio (OR) diketahui 11,340 (CI 95% = 6,770 – 18,996),
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu bersalin yang infeksi memiliki faktor resiko 11,340 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak infeksi.
Diskusi Usia Ibu
Berdasarkan analisis statistik, menunjukkan bahwa nilai P = 0,007 (P<α 0,05) dengan demikian Ho ditolak, sehingga ada hubungan antara variabel usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin tahun 2018.
Menurut teori, usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 35 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia ≥35 tahun. (Prawirohardjo, 2009).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eka Purwanti tahun 2014 di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang didapatkan hasil bahwa nilai OR 2,929 memiliki arti bahwa ibu dngan umur <20 dan ≥35 tahun beresiko 2,929 kali lebih besar mengalami Ketuban Pecah Dini dibandingkan ibu dengan umur 20-35 tahun.
Menurut peneliti, usia yang reproduktif sehat bagi wanita hamil yaitu usia 20-35 tahun, karena secara fisik dan psikologis siap untuk hamil dan memelihara kehamilannya secara optimal, sedang kan wanita yang usia nya kurang dari 20 tahun merupakan keadaan
yang belum matang dan belum siap alat reproduksi nya untuk menerima kehamilannya, sehingga dapat merugikan kesehatan dan perkembangan ibu atau pertumbuhan janinnya. Keadaan tersebut akan makin sulit bila ditambah dengan psikologis yanag buruk (stress), sosial dan ekonomi yang rendah, sehingga memudahkan terjadinya komplikasi saat persalinan yakni salah satunya terjadi ketuban pecah dini. Pada wanita hamil yang usianya >35 tahun merupakan keadaan yang sudah tidak optimal untuk hamil karena organ reproduksi sudah
berkurang kemampuannya dan
keelastisitasannya dalam menerima kehamilan dan proses persalinan yang dapat terjadi berbagai komplikasi ketika hamil maupun persalinan.
Dalam hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti, di mana berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2018 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara variabel usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Paritas
Berdasarkan analisis statistik, menunjukkan bahwa nilai P = 0,000 (P<α 0,05) dengan demikian Ho ditolak, sehingga ada hubungan antara variabel paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin tahun 2018.
Menurut teori, jumlah kehamilan ibu yang beresiko adalah paritas 1 dan lebih dari 4. Paritas 2-3 adalah merupakan paritas yang
J u r n a l K e t u b a n P e c a h D i n i | 8 paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (>4) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, karena pada anak pertama adanya kekakuan dari otot atau serviks yang kaku memberikan tahan yang jauh lebih besar dan dapat memperpanjang persalinan, sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali direnggangkan kehamilan, sehingga nutrisi yang dibutuhkan janin berkurang, dinding rahim dan dinding perut sudah kendur, kekencangan sudah kurang hingga kekuatan mendesak kebawah tidak seberapa hingga dapat memperpanjang persalinan. (Prawirohardjo, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Surani Tahir tahun 2012 di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa didapatkan hasil bahwa walaupun ditemukan paritas ≤1 dan ≥4 mempunyai resiko lebih besar dibandingkan paritas 2-4.
Menurut peneliti, paritas ibu berpengaruh untuk terjadinya peningkatan ketuban pecah dini, semakin tinggi paritas semakin besar terjadinya ketuban pecah dini. Ibu dengan paritas primipara dan grandemultipara dalam kehamilan perlu antisipasi untuk terjadinya ketuban pecah dini, karena vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh dan akhirnya ketuban pecah spontan.
Dalam hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti, di mana berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2018 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara variabel paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Pekerjaan
Berdasarkan analisis statistik, menunjukkan bahwa nilai P = 0,001 (P<α 0,05) dengan demikian Ho ditolak, sehingga ada hubungan antara variabel pekerjaan dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin tahun 2018.
Menurut teori, pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin. (Gjoni, 2009).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Huda (2013) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja dan lama kerja ≥40 jam/minggu dapat meningkatkan resiko 1,7 kali mengalami KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena pekerjaan fisik ibu juga berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi. Pada ibu yang berasal dari strata sosial ekonomi rendah banyak terlibat dengan pekerjaan fisik yang
lebih berat. Hasil penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian Ratnawati (2010) yang menyatakan bahwa aktivitas fisik berat (43,75%) merupakan faktor resiko terjadinya KPD.
Menurut peneliti bahwa pekerjaan ibu hamil sangat mempengaruhi dalam masa kehamilannya. Ibu hamil yang bekerja itu membutuhkan nutrisi dan istirahat karena tenaga yang dikeluarkan sangat besar bila di lihat dari segi pekerjaannya. Apabila ibu tidak memenuhi kebutuhan nutrisinya dan kurang istirahat dapat menyebabkan ketuban pecah dini.
Dalam hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti, di mana berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2018 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara variabel pekerjaan dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Infeksi
Berdasarkan analisis statistik, menunjukkan bahwa nilai P = 0,000 (P<α 0,05) dengan demikian Ho ditolak, sehingga ada hubungan antara variabel infeksi dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin tahun 2018.
Menurut teori, infeksi (amnionitis atau korioamnionitis), korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di mana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis. (Gjoni,
2009). Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38oC serta air ketuban keruh dan berbau, leukosit darah ≥15.000/mm3.
(Sarwono, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri AS tahun 2011 di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa didapatkan hasil bahwa ibu yang mempunyai infeksi genitalia memiliki resiko 3 kali lebih besar terhadap kejadian ketuban pecah dini dibandingkan ibu yang tidak mempunyai infeksi genitalia.
Menurut peneliti, infeksi terjadi karena selaput amnion dan karion sudah terkena infeksi bakteri, sehingga ibu-ibu yang mengalami ketuban pecah dini leukosit nya ≥15.000/mm3.
Dalam hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti, di mana berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2018 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara variabel infeksi dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin.
Ucapan Terima Kasih
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Triseu Setianingsih, SKM, MKM, Selaku Ketua STIKes Medika Cikarang-Bekasi dan Waka I STIKes Medika Cikarang-Bekasi.
2. Herlina Simanjuntak, SST, M.Keb, Selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan STIKes Medika Cikarang-Bekasi.
J u r n a l K e t u b a n P e c a h D i n i | 10 3. Eviana Yatiningsih, SST, M.Kes, Selaku
Koordinator Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan STIKes Medika Cikarang dan Pembimbing Karya Tulis Ilmiah sekaligus Penguji III Karya Tulis Ilmiah.
4. RSUD Kabupaten Bekasi yang telah mengizinkan dan memberi kesempatan peneliti untuk mengambil data penelitian. 5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Nijo dan Ibunda Hasiyah serta adikku Tini Aminarsih yang selalu jadi penyemangat hidup serta selalu memberikan do’a yang tulus, sehingga dapat menyelesaikan laporan karya tulis ilmiah ini.
Kesimpulan
Dari 374 responden di RSUD Kab. Bekasi tahun 2018 yang mengalami KPD sebanyak 187 orang (50,0%), yang usia ibu nya beresiko sebanyak 183 orang (48,9), paritas yang primi dan grande sebanyak 165 orang (44,1), yang bekerja sebanyak 165 orang (44,1), dan yang mengalami infeksi sebanyak 144 orang (38,5).
Ada hubungan antara usia ibu, paritas, pekerjaan, dan infeksi dengan kejadian KPD di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2018.
Saran
1. Bagi Institusi
Sebaiknya lebih mengembangkan konsep atau teori dalam ilmu pengetahuan kebidanan guna memperbanyak studi kepustakaan dan bahan informasi khususnya tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini dan hasil penelitian ini dijadikan dasar untuk mempermudah mahasiswa dalam penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya.
2. Bagi RSUD Kabupaten Bekasi
Harus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khusunya dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap masalah ketuban pecah dini dan lebih memberikan informasi secara lengkap kepada ibu bersalin tentang tanda ketuban pecah dini sehingga dapat mempengaruhi angka ketuban pecah dini. 3. Bagi Ibu Hamil
Untuk menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan agar masyarakat dapat selalu meningkatkan pengetahuan tentang deteksi dini pada ibu hamil apabila adanya kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Harus memperbanyak sumber rujukan dan referensi dalam penelitian selanjutnya dan dapat mengembangkan variabel lain yang belum diteliti serta metode lain dalam penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Asthi Suryaputri,Anjarwati.2013 faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Wates Kulon Progo. Aisyah
Astuti. 2012 faktor-faktor yang berhubungan
dengan ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Surakarta Jawa
Tengah.
Cuningham William et.al. (2009). Obstetri
Peyanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Fadlun dan Achmad Feryanto. 2011. Asuhan
Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba
Medika
Firdhayu,Rafi’ah.2015 Hubungngan Paritas
dengan Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Aisyah
Yogyakarta
Gjoni.2009 preterm preature rupture of the
membrane. Matweb Network
Manuaba G.2010 Ilmu
Kebidanan.Jakarta.EGC
Mochtar R.2012 Sinopsis Obstetri Edisi II
Jilid I.Jakarta .EGC
Morgan, Geri dan Hamilton Carole. 2009.
Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta, PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo S. 2014 Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.JNPK.KR
Prawirohardjo S. 2014 Ilmu Kebidanan Jakarta:YPB.SP
Purwanti Eka,2014 faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Unggaran Kabupaten Semarang.STIKes Ngudi Waluyo Ungaran
Ratnawati S, dkk. (2010). Hubungan Antara
Pekerjaan Ibu Hamil Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di URJ Poli Hamil II RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Vol.I No.3 Juli 2010 ISSN: 2086-3098 Rukiyah, Ai Yeyeh i. 2010. Asuhan
Kebidanan IV(Patologi Kebidanan).
Jakarta: Trans Info Media.
SDKI. 2012. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia.
http://www.nasional.sindonews.com
diakses tanggal 21 November 2017 Saifuddin, dkk. 2002. Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, PT. Bina Pustaka
Soekidjo, Notoadmodjo. 2010. Metodelogi
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen. Bandung : Alfabeta
Sujiyanti, dkk. 2009. Asuhan Patologi
Kebidanan plus Contoh Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Tahir,Suriani. 2012 Faktor determinan ketuban pecah dini di RSUD Shekh Yusuf Kabupaten GOWA.
Makassar. Universitas Hasanudin Makasar
Varney H.2008 Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 2.Jakarta:EGC http://digilib.unisayogya.ac.id/3043/NASKA H%20PUBLIKASI.pdf http://icoel.wordpress.com/kumpulan- skripsi/gambaran-kejadian-ketuban-pecah-dini-di-rumah-sakit/ diakses tanggal 21 november 2017 http://repository.ump.ac.id/999/3/Etik%20Wij i%20P%20BAB%20II.pdf