• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan yang sedang dihadapi, serta kepentingan pihak-pihak yang membuat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan yang sedang dihadapi, serta kepentingan pihak-pihak yang membuat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan

Pembangunan adalah suatu upaya perubahan yang berlandaskan pada suatu pilihan pandangan tertentu yang tidak bebas dari pengalaman (sejarah), realitas keadaan yang sedang dihadapi, serta kepentingan pihak-pihak yang membuat keputusan pembangunan. Pembangunan memiliki makna yang ganda. Yang pertama adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang difokuskan pada masalah kuantitatif dari produksi dan penggunaan sumber daya. Yang kedua adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada perubahan dan pendistribusian barang – barang dan peningkatan hubungan sosial. Makna yang kedua lebih berorientasi pada pembangunan sosial yang terfokus pada pendistribusian perubahan dalam struktur dari masyarakat yang diukur dari berkurangnya diskriminasi dan eksploitasi serta meningkatnya kesempatan yang sama dan distribusi yang seimbang dari keuntungan pembangunan pada keseluruhan komponen masyarakat (Hadi, 2000).

Adapun menurut (Supardi, 1994) pembangunan adalah suatu proses sosial yang bersifat integral dan menyeluruh, baik berupa pertumbuhan ekonomi maupun perubahan sosial demi terwujudnya masyarakat yang lebih makmur. Dalam pelaksanaannya, proses pembangunan itu berlangsung melalui suatu siklus produksi untuk mencapai suatu konsumsi dan pemanfaatan segala macam sumber daya dan

(2)

modal, seperti sumer daya alam, sumber daya manusia, sumber keuangan, permodalan dan peralatan yang terus menerus diperlukan dan perlu ditingkatkan. Dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan, dapat timbul efek samping berupa produk-produk bekas dan lainnya yang bersifat merusak atau mencemarkan lingkungan sehingga secara langsung atau tidak langsung membahayakan tercapainya tujuan pokok pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Peningkatan pembangunan, pemeliharaan kestabilan ekonomi, sosial dan ekologi harus berjalan serasi dan bersama-sama. Artinya bahwa pembangunan hendaknya bersifat terpadu antara segi ekonomi, sosial dan ekologi dengan tujuan menggunakan ekologi dalam perencanaan pembangunan yang meliputi peningkatan mutu pencapaian pembangunan dan meramalkan sebelumnya pengaruh aktivitas pembangunan pada sumber daya dan proses-proses alam lingkungan yang lebih luas. Adapun pembangunan menurut (Tjahja, 2000) adalah perubahan yang terencana dari situasi ke situasi yang lain yang dinilai lebih baik. Terkait dengan hal itu konsep pembangunan berkelanjutan yang didukung dengan pendekatan kemanusiaan merupakan suatu konsep yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena secara kodrati masyarakat mempunyai kecenderungan untuk merubah hidup dan kehidupan sesuai dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu pendekatan masyarakat dititik beratkan pada lingkungan social ekonomi yang bercirikan:

1. Pembangunan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan pada kelompok sasaran melalui pemenuhan kebutuhan dasar.

(3)

2. Pembangunan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti terwujudnya pemerataan pendapatan dan mewujudkan keadilan.

3. Pembangunan yang di orientasikan kepada masyarakat melalui pengembangan sumber daya manusia.

2.2. Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Prasarana Jalan

Pembangunan dan penataan lingkungan buatan akan berdampak pada aspek Sumber Daya Alam (SDA) baik air, udara dan tanah. Semua itu akan memberikan dampak pada aspek sosial, baik perubahan ke arah negatif maupun ke arah positif. Namun sebagian besar perubahan yang ditimbulkan dari berubahnya lingkungan alam dan buatan telah memberikan perubahan sosial ke arah negatif (Reksohadiprodjo, 1997).

Akibat dari perubahan kualitas lingkungan alam, manusia sebagai makhluk yang berada di dalamnya akan memberikan reaksi penyesuaian diri. Reaksi tersebut diawali dengan stress yang mana aspek ini diakibatkan oleh suatu keadaan dimana lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau kenyamanan diri seseorang. Ada dua macam tindakan manusia dalam menghadapi stress ini, pertama adalah tindakan langsung dan yang kedua adalah penyesuaian mental. Migrasi atau berpindah tempat adalah contoh tindakan langsung akibat perubahan lingkungan, (www.detikcom, 27 Januari 2008).

Menurut Roucek dan Warren aspek sosial ekonomi pada suatu masyarakat umumnya dipengaruhi oleh aspek lingkungan alam dimana masyarakat tersebut

(4)

berdomisili. Aspek sosial ekonomi memberikan gambaran mengenai tingkat pendapatan masyarakat, jenis atau keragaman mata pencaharian yang ditekuni, aspek perumahan serta hubungan atau interaksi antara individu maupun kelompok masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Aspek sosial ekonomi seseorang dapat ditentukan lewat kegiatan ekonomi yang dilakukan, jumlah pendapatan yang diperoleh, jenis pekerjaan yang ditekuni, pendidikan formal, pemilikan barang dan pemilikan rumah. Berkaitan dengan kehidupan masyarakat pesisir pantai yang didominasi oleh masyarakat nelayan, Supriharyono (2000), mengemukakan bahwa permasalahan di bidang sosial ekonomi masyarakat nelayan meliputi tingkat pendapatan, aspek perumahan dan perilaku/etos kerja masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Dewasa ini kecenderungan untuk memanfaatkan kawasan pesisir sebagai daerah pengembangan yang baru tampak semakin besar. Hal ini oleh karena daerah pesisir relatif datar, harga lahannya masih rendah, dan dapat dicapai dari darat dan laut, sehingga perubahan lingkungan pantai akibat kegiatan pembangunan akan berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak langsung menurut Supriharyono (2000). Perubahan tersebut mempengaruhi perilaku masyarakat yang berakibat pada menurunnya pendapatan mereka.

Dalam proses pembangunan, aspek sosial ekonomi penduduk merupakan dasar yang sangat penting. Menurut Hagul (1985) pendekatan sosial ekonomi pembangunan terbatasi atas tiga berdasarkan manusianya, yaitu:

(5)

1. The Trickle Down Theory, yaitu suatu pendekatan program percepatan pembangunan dan hasilnya dinikmati baik secara langsung atau tidak oleh masyarakat.

2. Basic Needs Approach, yaitu pendekatan yang meliputi upaya secara langsung menanggulangi masalah kebutuhan pokok misalnya: Gizi, kesehatan, kebersihan, pendidikan, dll.

3. Development From Within, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengembangkan potensi kepercayaan dan kemampuan masyarakat itu sendiri serta membangun sesuai tujuan yang mereka kehendaki.

Selanjutnya Reksohadiprodjo (1997) mengemukakan bahwa pembangunan kota akan mempunyai dampak social ekonomi yang bernilai positif maupun negatif. Berbagai masalah kota muncul seperti kemiskinan akibat terbatasnya mata pencaharian dan tingkat pendapatan, masalah kesehatan yang akan berakibat terhadap produktivitas, masalah pendidikan yang akan berakibat terhadap sumber daya manusia, masalah lingkungan hidup yang akan berakibat terhadap daya dukung kota.

Pembangunan kota seperti reklamasi pantai yang dilakukan di kota Manado menurut Lumain (2003) memberikan dampak sosial ekonomi yang positif dan negatif masyarakat, diantaranya bahwa sebagian penduduk telah beralih pekerjaan dari nelayan menjadi buruh bangunan dan tukang. Penduduk yang bekerja sebagai nelayan pendapatannya cenderung menurun setelah adanya reklamasi pantai, harga rumah penduduk lebih tinggi dari harga lahan sebelum reklamasi dan terjadi perubahan pemanfaatan lahan dari fungsi pemukiman ke fungsi lain seperti Ruko dan lain-lain.

(6)

2.3. Pengembangan Wilayah

Wilayah adalah, daerah atau region, pada umumnya diartikan sebagai suatu ruang yang dianggap merupakan suatu kesatuan perkembangan kehidupan fisik, sosial maupun ekonomi. Dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, wilayah diartikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

Secara administrasi wilayah atau daerah adalah suatu ruang yang dibatasi oleh batas administrasi tertentu seperti wilayah provinsi, kabupaten, kota dan sebagainya. Secara fungsional wilayah bermakna kawasan seperti kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan pertanian, kawasan perumahan dan lain-lain. Dalam penelitian ini pengertian wilayah pesisir menggunakan kriteria administratif dan juga sosial ekonomi. Menurut Soetomo (2002) dalam rangka perencanaan pengembangan wilayah sering digunakan kriteria administrasi, penggunaan kriteria administrasi dilakukan berdasarkan harapan akan adanya paling tidak dua keuntungan yakni; pertama, dalam melakukan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah, diperlukan tindakan beberapa lembaga pemerintah, oleh sebab itu akan lebih praktis apabila pembagian daerah didasarkan atas satuan administrasi yang ada. Kedua, analisis akan lebih mudah dilakukan karena pada umumnya data yang dibutuhkan tersedia pada tingkat satuan adminitratif ini. Dan menurut Soetomo dalam kajian pengembangan wilayah akan lebih ideal lagi jika kriteria administrasi dipadu dengan kriteria nodal (pusat kegiatan sosial ekonomi).

(7)

Upaya untuk mengembangkan dan membangun satuan ruang yang disebut daerah atau wilayah tadi kemudian disebut sebagai pembangunan daerah atau pengembangan wilayah. Pengertian pembangunan daerah ini dapat dibedakan dalam dua versi. Pertama, digunakan untuk menyatakan adanya berbagai aktivitas pembangunan yang ada dalam suatu daerah. Barangkali pengertian pertama ini lebih tepat disebut sebagai pembangunan di daerah. Pengertian kedua, pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan dari suatu Negara, yang berorientasi pada pengembangan suatu satuan ruang tertentu. Pengertian yang kedua ini lebih tepat disebut sebagai pembangunan wilayah atau pengembangan wilayah.

Pembangunan regional atau pengembangan wilayah pada dasarnya identik dengan gagasan desentralisasi pembangunan, atau pemerataan pembangunan. Bagian masyarakat yang belum cukup beruntung dapat menerima hasil-hasilnya. Dengan kata lain, gagasan ini juga berarti merupakan upaya untuk mendistribusikan pembangunan dan hasil-hasilnya kepada daerah, yang karena berbagai kesenjangan tertentu belum mampu memanfaatkan berbagai kesempatan yang terbuka dari proses yang terjadi di daerah lain atau secara nasional.

Salah satu komponen yang penting dalam upaya pembangunan itu adalah potensi dan daya dukung secara regional. Daya dukung yang ada dalam bentuk kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia boleh jadi tidak berarti tanpa pengembangan potensi tersebut secara tepat. Oleh karena itu perlu dibina dan dikembangkan daya dukung itu untuk mempercepat proses teciptanya sosok manusia dan kemanusiaan yang utuh secara melembaga.

(8)

Pembangunan wilayah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sandy (1982) menyatakan sebenarnya letak kunci dari makna pembangunan wilayah itu, yaitu membangun masyarakat sesuai dengan potensi dan prioritas yang terdapat di daerah yang bersangkutan.

Tarigan (2008), menyebutkan bahwa pengembangan wilayah adalah seluruh tindakan yang dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi-potensi wilayah yang ada, untuk mendapatkan kondisi-kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat di wilayah itu khususnya dan dalam skala nasional pada umumnya.

Menurut Nachrowi (2001), dalam pengembangan wilayah ada tiga komponen wilayah yang perlu diperhatikan, yaitu: sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi, yang selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Salah satu pilar yang cukup penting adalah sumberdaya manusia (SDM), karena dengan kemampuan yang cukup akan mampu menggerakkan seluruh sumberdaya wilayah yang ada. Sumberdaya manusia mempunyai peran ganda dalam proses pembangunan, dapat sebagai obyek maupun subyek pembangunan.

Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterakan, dan sebagai subyek pembangunan SDM berperan sebagai pelaku pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri. Dengan demikian konsep pembangunan itu sesungguhnya adalah pembangunan manusia (human development), yaitu pembangunan yang

(9)

berorientasi kepada manusia (people center development), dimana manusia dipandang sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan.

Perreoux (2011) menekankan bahwa pengertian kutub pertumbuhan dalam ruang ekonomi. Menurut Perreoux kutub sebagai sektor dalam ruang ekonomi, yakni: sebagai medan kekuatan, ruang ekonomi mengandung pusat dan kutub-kutub yang mempunyai kekuatan sentrifugal yang memancar ke sekeliling dan mempunyai kekuatan sentripetal yang menarik sekitarnya ke pusat-pusat tersebut. Tiap pusat merupakan pusat penarikan dan penolakan serta mempunyai medan sendiri dalam suatu gugus medan pusat-pusat yang lain.

Penjelasan dari Perreoux tersebut dapat digambarkan dalam persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang sejenis, persaingan tersebut akan menciptakan keadaan hanya perusahaan kuat saja yang dapat bertahan. Perusahaan yang menang seleksi tersebut bias dianggap sebagai perusahaan pendorong, dan bila perusahan itu meningkatkan produksinya maka akan dapat menularkan ke perusahaan-perusahaan lain. Akibat efek penularan terhadap perusahaan lain itulah, maka perusahaan pendorong ini disebut sebagai perusahaan utama.

Pengertian kutub pertumbuhan didasarkan pada teori keseimbangan. Teori keseimbangan ini menyadari bahwa seluruh produksi bukan hanya merupakan penjumlahan produksi dari tiap perusahaan dalam suatu matriks, tetapi juga merupakan fungsi pengaruh produksi perusahaan tertentu yang ditimbulkan oleh arus masukan-keluaran (input-output) antara perusahaan ini dengan perusahaan-perusahaan lain. Hubungan ini merupakan suatu proses dan rangkaian dinamis, yang

(10)

menciptakan hubungan ketergantungan dan ini akan tumbuh terus. Dalam kerangka pemikiran ini, dia mengabaikan pengertian ruang geografis.

Myrdal (2011) mengemukakan konsep “spread-back wash effects”. Konsep ini mengandung pengertian pemencaran (penyebaran) atau penetesan dan pengertian penarikan atau pengumpulan (polarisasi) yang terjadi di antara kutub pertumbuhan dan wilayah pengaruhnya (hinterland). Konsep ini mengharapkan adanya imbasan ke daerah sekitar titik pertumbuhan yang akan menanggulangi masalah-masalah di daerah terbelakang. Namun pada kenyataannya pelaksanaan konsep ini kurang memuaskan karena “spread effects” dari kutub pertumbuhan biasanya lebih kecil dari pada “back wash effects”. Pada akhirnya hal ini akan memberikan hasil yang negatif bagi “hinterland-nya”.

Friedman mengemukakan padangan bahwa pembangunan harus dipandang sebagai proses inovasi yang diskontinyu –tetapi kumulatif- yang berasal dari sejumlah kecil pusat, serta perubahan yang terletak pada titik-titik interaksi yang mempunyai potensi tertinggi.

Sehubungan dengan peranan inti dalam pembangunan spasial, setidaknya terdapat lima hal yang penting untuk dijelaskan:

1) daerah inti mengatur keterhubungan dan ketergantungan daerah di sekitarnya melalui sistem suplai, pasar, dan daerah administratif

2) daerah inti meneruskan secara sistematis dorongan inovasi ke daerah-daerah sekitarnya yang terletak dalam wilayah pengaruhnya.

(11)

3) sampai sutu titik tertentu cirri-ciri “self reinforcing”pertumbuhan daerah inti mempunyai pengaruh positif dalam proses pembangunan sistem spasial.

4) dalam suatu sistem spasial, hirarki daerah-daerah inti ditetapkan berdasarkan kedudukan fungsionalnya masing-masing meliputi karakteristiknya secara terperinci.

5) kemungkinan inovasi akan ditingkatkan keseluruh daerah sistem spasial dengan cara mengembangkan pertukaran informasi.

Friedman menganjurkan pemebntukan geografis atau kota lading. Tujuannya adalah mencegah perpindahan penduduk desa ke kota besar.

Boudeville (2011) telah menjelaskan perluasan pengertian kutub pertumbuhan terutama dalam pengertian dimensi geografis: adalah lebih baik menggambarkan kutub-kutub sebagai aglomerasi kegiatan-kegiatan secara geografis dari suatu kompleks sistem daripada berbagai sektor yang berbeda dari matriks nasional. Secara singkat kutub poertumbuhan akan tampil sebagai kota-kota yang memiliki suatu kompleks industri pendorong.

Namun yang menjadi masalah adalah ukuran bagi kota-kota tersebut yang mengalami perluasan kota, masalah harga lahan, teknologi dan fasilitas transportasi serta jaringan komunikasi, fasilitas pelayanan sosial tata guna lahan, dan lain sebagainya. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan teori ambang batas (threshold theory), yaitu melalui cara menyebarkan kota-kota dengan ukuran-ukuran tertentu di dalam suatu sistem tata ruang. Contohnya antara lain peremajaan kota atau

(12)

menata kembali kota-kota lama atau pun membangun kota-kota baru, terutama di wilayah-wilayah yang kurang maju.

Hadjisaroso (2011) mengemukakan konsep simpul jasa distribusi, yaitu menekankan pentingnya peranan pusat-pusat pertumbuhan yang kemudian diidentifikasikan sebagai simpul-simpul jasa distribusi pada umumnya kota sedang- untuk pengembangan wilayah berkaitan dengan pertumbuhan modal (SDM & SDA) yang merupakan arus barang dan jasa (perdagangan) dengan alur dari bahan mentah, pabrik, produksi dan konsumen.

Kriteria untuk menyatakan tingkat pertumbuhan di daerah adalah tingkat kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan hidup maupun kebutuhan melakukan kegiatan usaha. Adapun bentuk kemudahannya berupa kemudahan-kemudahan jasa distribusi. Sedangkan kota-kota yang merupakan pusat kegiatan usaha distribusi, disebut “simpul jasa distribusi”. Jadi jasa distribusi merupakan kegiatan penting dalam kehidupan manusia dan pembangunan secara fisik, sehingga hal ini dapat dikaitkan dengan perkembangan wilayah.

Berdasarkan dari uraian dan pengertian diatas maka nyata bahwa pengembangan wilayah merupakan suatu upaya menterpadukan berbagai sumberdaya dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang bertujuan pada pencapaian kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

(13)

2.4. Pengembangan Wilayah Berbasis Potensi Lokal

Undang-Undang No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa sebagai dasar penyelenggaraan pemerintah daerah dirasa sudah tidak sesuai dengan tuntutan era reformasi (menampung dinamika perkembangan masyarakat), sehingga diperlukan undang-undang baru yang diharapkan dapat mengakomodasikan seluruh tuntutan dan dinamika masyarakat. Akhirnya pada tahun 1999 muncul UU No.22 tahun 1999 dan UU No 25 tahun 1999 (saat ini telah direvisi kembali menjadi UU No.32 dan No. 34 Tahun 2004) mengenai prinsip pemberian otonomi pada daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah. Secara proporsional pemberian wewenang itu diwujudkan dalam pengaturan pembagian dan pemanfaatan potensi nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah yang dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Seperti telah diketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keanekaragaman potensi termasuk budaya, alam, dan lingkungan. Untuk itu jika sebuah pengambangan wilayah akan dilaksanakan maka hendaknya memperhatikan karakteristik dari masing-masing daerah tersebut. Namun sebelum itu semua dilakukan, harus dibuat terlebih dulu perencanaan yang matang dan mapan serta meikirkan dampak yang tidak diharapkan dengan adanya perkembangan tersebut. Dengan pertimbangan inilah, maka perencanaan yang dibutuhkan adalah perencanaan

(14)

Perkembangan Wilayah (P d d k )

Perkembangan kegiatan usaha dan sosial,budaya masyarakat

Perkembangan Kebutuhan Ruang

Perubahan Pola Tata Guna Lahan : Pertambahan bangunan

Peningkatan kebutuhan sarana pelayanan fisik

yang bersifat terpadu dan menyeluruh serta terdapat keterkaitan satu sama lain dalam suatu sistem yang seimbang.

Perencanaan yang menyeluruh dan terpadu mencakup segi sosial, ekonomi, dan fisik. Di dalam segi sosial menyangkut norma-norma termasuk moral masyarakat yang terkait dengan pendidikan, sosial budaya, agama, dan lain-lain. Adapun segi ekonomi menyangkut produksi berbagai sektor, pendapatan masyarakat,dan ketenagakerjaan. Kemudian dari segi fisik berkenaan dengan segi-segi geografis daerah perencanaan. Dengan demikian antara segi fisik dan nonfisik (sosial ekonomi) terdapat suatu keterkaitan. Hal ini bisa digambarkan dalam diagram berikut :

(15)

Perencanaa

n sosial budaya Perencanaan

Ekonomi Perencanaan Fisik

dan Tata Ruang

Lingkungan yang Ideal Secara Menyeluruh dan Terpadu

Selanjutnya keterkaitan antara kedua aspek perencanaan tersebut dapat dijelaskan sebagaimana digambarkan dalam diagram berikut:

Gambar 2.2. Hubungan Fisik dan Non Fisik

Terjadinya pengembangan wilayah/daerah bisa jadi akibat pertambahan penduduk. Jika suatu wilayah/daerah menunjukkan adanya pemekaran maka diperlukan perencanaan pembangunan untuk mengantisipasi munculnya permasalahan utama, yaitu adanya ketimpangan. Untuk merencanakan pembangunan dan pertumbuhan wilayah, dalam tulisan ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi serta pengalaman negara lain yang menggunakan teori tersebut.

Permasalahan utama dalam suatu wilayah adalah ketimpangan, baik antarwilayah maupun intrawilayah. Ketimpangan ini dapat ditinjau dari perbandingan kemiskinan atau keterbelakangan suatu wilayah/daerah lainnya yang menunjukkan perkembangan pesat. Ketimpangan selain mengenai kondisi antar wilayah juga dapat berupa ketimpangan dari segi produksi wilayah, ketimpangan pendapatan,

(16)

kesempatan kerja, fasilitas pelayanan kebutuhan dasar, bahkan ketidakpuasan kelompok etnik atau suku, kelompok minoritas, dan lain sebagainya. Sehingga dengan begitu itu tujuan utama perencanaan pembangunan wilayah adalah bagaimana mengurangi ketimpangan-ketimpangan tersebut dan mengintegrasikan dengan tata ruang nasional, baik secara fungsional maupun secara territorial. Adapun teori-teori perencanaan pengembangan wilayah yang dikemukakan berbagai ahli adalah sebagai berikut.

2.5. Transportasi (Pembangunan Jalan) dalam Konteks Pengembangan Wilayah

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, meningkatnya angka partisipasi sekolah, dan lain sebagainya. Dilihat dari aspek ekonomi Seperti diungkapkan oleh Miraza (2005) bahwa pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah merupakan suatu aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam satu wilayah mempunyai irama yang sama dan saling mendukung. Hal ini merupakan upaya untuk mengantisipasi terpecahnya potensi ekonomi sebagai akibat dari perubahan struktur yang ada. Ini semua dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan sumber daya daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

(17)

manusia. Demikian juga dengan lokasi kegiatan dan akses keluar masuknya barang dan jasa dari satu daerah ke daerah lainnya.

Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah mempunyai pengaruh sangat besar terhadap pemanfaatan sumber daya, yang mencakup sumber bahan baku dan bahan makanan, tenaga kerja, transportasi, telekomunikasi, energi listrik, air bersih, pusat perbelanjaan, kawasan permukiman, kawasan pendidikan, untuk daerah Transportasi (Pembangunan Jalan).

Dalam Konteks Pengembangan Wilayah, Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari isu pembangunan nasional dengan tujuan akhir yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat ditandai pula secara makro dengan semakin meningkatnya tingkat pertumbuhan regional.

Peningkatan transportasi akan meningkatkan keunggulan kompetitif wilayah karena barang dan orang dapat diangkut dengan lebih cepat dan murah. Sistem transportasi yang efisien menurunkan biaya komoditi di pasar internasional sehingga. daya saing produk eksport rneningkat. Ekspor secara langsung meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga merniliki dampak multiplier pada sektor non ekspor.

Transportasi yang baik dapat menarik masuknya investor asing maupun nasional. Hal ini akan meningkatkan PDRB secara langsung dan juga membuka lapangan pekerjaan baru sehingga konsumsi masyarakat juga meningkat. Peningkatan ekspor, investasi, pendapatan dan konsumsi dapat berdampak pada peningkatan

(18)

pendapatan pemerintah daerah sehingga dana untuk pembangunan transportasi dan lain-lain juga meningkat.

Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan dan pertumbuhan suatu daerah (UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan). Artinya, infrastruktur jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah karena perannya dalam menghubungkan antar lokasi aktivitas penduduk. Keberadaan infrastruktur jalan yang lancar penting perannya untuk mengalirkan pergerakan komoditas dan orang, selanjutnya dapat menggerakkan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu pengadaan jalan sangat penting dilakukan untuk menunjang pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dan perekonomian.

Selanjutnya pengadaan jalan diarahkan untuk memperkokoh kesatuan wilayah nasional sehingga menjangkau daerah-daerah terpencil. Pengadaan jalan tersebut dilaksanakan dengan mengutamakan pembangunan jaringan jalan di pusat-pusat produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan pusat-pusat produksi dengan daerah pemasaran. Selain upaya pembangunan jalan juga dilakukan penanganan jalan dengan pemeliharaan rutin dan berkala yang ketiga upaya penanganan tersebut ditujukan untuk menjaga kondisi jalan dalam keadaan lancar dan mantap.

2.6. Penelitian Terdahulu

Wahyu (2010) melakukan penelitian yang cukup relevan dengan judul penelitian yakni; Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi Terhadap Masyarakat Desa Gemahripah Kecamatan Lohjinawi Kabupaten Boyolali.

(19)

Dalam penelitiannya beliau mendasarkan pada tujuan untuk mengidentifikasikan karakteristik masyarakat Desa Gemahripah yang terkena pembangunan jalan tol, menganalisis dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani Desa Gemahripah dilihat dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek psikologis, dan menganalisis perbedaan dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap petani dan bukan petani Desa Gemahripah. Melalui penelitian ini disimpulkan bahwa mayoritas umur masyarakat dalam kategori produktif (76%), pendidikan formal tergolong rendah yaitu SD (54%), jumlah anggota keluarga tergolong sedang, luas lahan tergolong sempit, mayoritas pendapatan tergolong sedang, tingkat kekayaan tergolong sedang, interaksi sosial/kekerabatan tergolong tinggi, penerimaan dan pelaksanaan adat istiadat dalam kategori tinggi, total rata-rata potensi kehilangan pendapatan Rp 1.157.076, petani menjadi bekerja di luar sektor pertanian sedangkan pekerjaan non petani tidak berubah, total luas lahan rata-rata (sawah,pekarangan,tegalan) mengalami perubahan, mayoritas masyarakat masih bingung pindah rumah/tempat tinggal, kecemasan tergolong tinggi, keresahan tergolong tinggi, stres tergolong tinggi. Dari analisis (X²) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dampak ekonomi yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo-Ngawi terhadap masyarakat Desa Gemahripah, ada perbedaan dampak sosial yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo Ngawi terhadap masyarakat Desa Gemahripah, tidak ada perbedaan dampak psikologis yang signifikan dari pembangunan jalan tol Solo – Ngawi terhadap masyarakat Desa Gemahripah.

(20)

Selanjutnya Djuri (2000) telah melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pembangunan Jalan Lingkar Luar (outer ringroad) pada pengembangan Kota Medan. Penelitian ini merupakan suatu studi kasus yang dilakukan pada lokasi jalan Ngumban Surbakti Kota Medan. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa proses pembangunan jalan lingkar luar (jalan Ngumban Surbakti) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan Kota Medan. Beberapa penjelasan hasil analisis regresi linier menyimpulkan bahwa pembangunan yang dilaksanakan senantiasa berpengaruh signifikan terhadap perekonomian masyarakat Kota Medan yang juga mencakup pendapatan perkapita masyarakat Kota Medan. Kondisi ini justru didukung oleh semakin berkembangnya skala aktivitas perekonomian masyarakat Kota Medan khususnya yang berada di sepanjang jalan lingkar luar Kota Medan.

2.7. Kerangka Pemikiran Penelitian

Sesuai dengan semangat yang terkandung dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menjelaskan bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah negara, dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

(21)

Dengan demikian jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.

Berdasarkan pada deskripsi dan penjelasan pada bagian sebelumnya, diperoleh penjelasan bahwa Pembangunan ruas jalan Medan-Binjai akan mempengaruhi aspek pengembangan wilayah khususnya dalam dimensi perekonomian masyarakat di sekitarnya. Oleh karena demikian dapat disederhanakan kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut;

(22)

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.8. Hipotesis Penelitian

1. Diduga keberadaan ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

2. Diduga kondisi fisik ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Binjai.

3. Diduga kelancaran transportasi pada ruas jalan Medan-Binjai memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat yang berada di sepanjang ruas jalan Medan-Binjai di Kota Medan-Binjai.

Keberadaan Ruas Jalan (X1) Kondisi Fisik Ruas

Jalan (X2) Kelancaran Transportasi (X3) Kesejahteraan Masyarakat di Sepanjang R J l (Y)

Pembangunan Ruas Jalan

Gambar

Gambar 2.1. Konsep Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Terpadu
Gambar 2.2. Hubungan Fisik dan Non Fisik
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Karena dengan tak pernah absenya Mischief Denim dalam event tahunan tersebut di tambah dengan merupakan salah satu produk jeans lokal yang memiliki followers Instagram terbanyak

Banyaknya kejahatan di DKI Jakarta dipengaruhi oleh beberapa faktor, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kejahatan di DKI

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik interaktif (wawancara, focus group discussion) dan teknik non interaktif (dokumentasi dan observasi tidak berperan),

• Dokumen Surat Kuasa/Pernyataan yang dikirimkan melalui surat atau pos ke KJRI Chicago dan telah ditanda-tangani sebelumnya oleh pemohon, harus terlebih dahulu di cap oleh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kekuatan serta berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

Sasaran Program PP dan PL dalam Rencana Aksi Kegiatan BTKLPP Kelas I Batam sebagai implementasi dari Indikator Kinerja Program, Indikator Kinerja Kegiatan

Pasar Ekuitas Tenggelamkan Minyak Minyak anjlok ke level terendah dalam 3- bulan di New York seiring laporan laba perusahaan tidak sesuai perkiraan analis, data

Satu rangkap berkas (poin a sampai j) dimasukkan ke dalam map (warna biru untuk S1 / D.IV dan warna merah untuk D.III) sesuai urutan di atas dengan menuliskan nama