• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERITAAN HUBUNGAN JOKOWI DENGAN MEGAWATI DI MEDIA KOMPAS.COM, REPUBLIKA.CO.ID, DAN TEMPO.CO: ANALISIS FRAMING ROBERT N. ENTMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERITAAN HUBUNGAN JOKOWI DENGAN MEGAWATI DI MEDIA KOMPAS.COM, REPUBLIKA.CO.ID, DAN TEMPO.CO: ANALISIS FRAMING ROBERT N. ENTMAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERITAAN HUBUNGAN JOKOWI DENGAN MEGAWATI DI MEDIA

KOMPAS.COM, REPUBLIKA.CO.ID, DAN TEMPO.CO: ANALISIS

FRAMING ROBERT N. ENTMAN

Ni Wayan Herayati

1

, I Wayan Wendra

2

, I Dewa Gede Budi Utama

3 1,2,3

JurusanPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {wynherayati@gmail.com

1

, wayan_wendra@yahoo.com

2

,

idgbudiutama@gmail.com

3

} @undiksha.ac.id

4

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) pembingkaian berita model Robert. N. Entman dalam pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co, serta (2) kecendrungan sikap media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co dalam pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah berita-berita mengenai hubungan Jokowi dengan Megawati yang dimuat di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co. Objek dalam penelitian ini adalah pembingkaian berita model Robert N. Entman dan kecendrungan sikap media. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik deskriptif dengan menggunakan prosedur (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi/penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tidak semua berita yang dimuat media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co menggunakan elemen Treatment Recommendation. (2) media Kompas.com cenderung menolak anggapan Jokowi boneka dengan penyelesaian masalah (treatment recommendation) yang diberikan, media Republika.co.id cenderung mendukung gambaran Jokowi ‘boneka’ Megawati dengan memojokkan sikap Megawati dan Jokowi, sedangkan media Tempo.co mendukung dengan membela gambaran Jokowi boneka dengan survei atau bukti. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengajar bahasa dan peneliti lain sebagai bahan acuan dan tambahan informasi mengenai teori analisis framing Robert N. Entman.

Kata kunci: pembingakaian berita, Robert N. Entman, kecendrungan sikap

ABSTRACT

This study aims to describe (1) framing Robert. N. Entman in the news Jokowi relationship with Megawati in media Kompas.com, Republika.co.id, and Tempo.co, and (2) the tendency of media attitude Kompas.com, Republika.co.id, and Tempo.co in reporting relationships Jokowi with Megawati. To achieve these objectives, researchers used a qualitative descriptive study design. Subjects in this study was the news of Jokowi relationship with Megawati were published in the media Kompas.com, Republika.co.id, and Tempo.co. Objects in this study is framing model of Robert N. Entman and trends of media attitudes. Data collection methods used in this research is the method of documentation. Data were analyzed with descriptive techniques using the procedure (1) data reduction, (2) presentation of data, and (3) verification / conclusion. The results of this study indicate that (1) not all the news published in media Kompas.com, Republika.co.id, and Tempo.co use elements Treatment

(2)

Recommendation. (2) Kompas.com tend to reject the notion Jokowi stuffed with treatment recommendation given, Republika.co.id tend to support Jokowi picture doll by cornering attitude Megawati Sukarnoputri and Jokowi, whereas Tempo.co support to defend Jokowi picture doll with a survey or evidence. The results of this study useful for language teachers and other researchers as reference materials and additional information about the theory of framing analysis Robert N. Entman.

Keywords: framing, Robert. N. Entman, tendency attitude PENDAHULUAN

Media massa memiliki peranan

penting dalam menyampaikan suatu

peristiwa. Suatu peristiwa dapat diberitakan apabila tersedia sejumlah fakta yang cukup tentang peristiwa itu (Siregar, 1998:34). Laporan tentang suatu peristiwa dapat diberitakan apabila fakta yang disajikan lewat laporan itu sungguh ada dan dapat

dibuktikan kebenarannya. Berita yang

dimuat dalam media salah satunya ialah berita politik. Budiardjo (dalam Cangara,

2011:24) menyatakan bahwa politik

merupakan kegiatan yang dilakukan dalam

suatu negara menyangkut proses

menentukan tujuan dan melaksanakan tujuan tersebut. Ia pun menekankan bahwa tujuan politik bukan untuk memenuhi kepentingan atau tujuan pribadi seseorang,

melainkan untuk kepentingan seluruh

rakyat. Rakyat sangat memerlukan berita

politik untuk mengetahui jalannya

pemerintahan dari pemimpin yang

dipilihnya. Dengan demikian, masyarakat akan mampu menilai kinerja pemerintahan melalui berita yang dimuat dalam media massa tersebut.

Berita biasanya dimuat di media

cetak seperti koran maupun media

elektronik seperti radio dan televisi. Tetapi, dengan seiring berkembangnya perubahan zaman, kemajuan teknologi pun semakin pesat. Sebagian besar masyarakat saat ini telah mahir menggunakan media internet

atau sering disebut online. Hal ini

dikarenakan media internet ini mudah dijangkau, baik dalam telepon genggam maupun komputer pribadinya. Selain itu, media internet juga memiliki kemampuan untuk menembus batas wilayah, ruang dan waktu serta dapat memperluas akses

memperoleh informasi (Cangara,

2011:318). Media internet ini tidak

membatasi orang yang menerima informasi tertentu. Siapa saja boleh melihat atau

membaca informasi yang dimuat di media ini. Hal ini didukung oleh pernyataan Arifin

(2011:159) yang menyatakan bahwa

melalui internet, komunikasi dapat

dilakukan dengan menyertakan jutaan orang dari seluruh dunia, tanpa adanya hubungan yang bersifat pribadi. Khalayak yang tercipta dalam internet pun sangat khas, yaitu sebuah masyarakat yang terbentuk oleh jaringan komputer yang disebut sebagai masyarakat maya.

Salah satu topik yang dimuat dalam media internet ialah informasi mengenai hubungan antara Jokowi dengan Megawati. Kedua orang tersebut merupakan tokoh yang memiliki peran penting dalam bidang pemerintahan. Jokowi merupakan Gubernur DKI Jakarta yang kini menjabat menjadi Presiden Indonesia. Sedangkan Megawati merupakan mantan Presiden Indonesia yang menjabat dari tahun 2001 hingga 2004. Jokowi dan Megawati ini berada dalam satu partai yang sama, yaitu PDIP.

PDIP (Partai Demokrasi Perjuangan

Indonesia Perjuangan) merupakan partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarno

Putri, sedangkan Jokowi merupakan

anggota dari partai tersebut. Kedekatan mereka berdua menjadi topik hangat pada masa pemilu capres 2014 lalu, ketika Jokowi diusung menjadi capres PDIP. Pada masa itu, Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi masih menjabat menjadi Gubernur DKI Jakarta dan menjadi pusat perhatian karena kinerjanya yang terjun langsung kelapangan dan mengutamakan hak rakyat. Untuk itu, ia diusung menjadi capres PDIP. Karena Megawati lebih

memiliki pengalaman dalam bidang

pemerintahan, Megawati pun terlihat

banyak memberikan masukan kepada pemerintahan Jokowi. Peneliti memilih berita hubungan Jokowi dengan Megawati

untuk melihat bagaimana media

(3)

melihat keberpihakan media terhadap Jokowi maupun Megawati.

Pemberitaan hubungan Jokowi

dengan Megawati disajikan dalam media Kompas, Republika, dan Tempo. Ketiga media ini selalu masuk daftar sepuluh besar

media nasional yang tidak hanya

menyuguhkan informasi kepada khalayak,

tetapi juga memperhatikan dan

menggunakan kaidah bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam konten media yang dipublikasikan. Hal ini diakui oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa (Baskoro, 2015,

https://m.tempo.co/read/news/). Ketiga

media ini awalnya merupakan media cetak yang sudah berkembang dan dikenal di masyarakat luas. Karena penggunaan

internet yang menjamur dan mudah

dijangkau oleh khalayak, ketiga media ini pun memiliki media versi online yang dapat

diakses melalui Kompas.com,

Republika.co.id, dan Tempo.co.

Untuk melihat bagaimana ketiga media internet tersebut memberitakan hubungan Jokowi dengan Megawati, maka peneliti menggunakan metode analisis framing. Analisis framing digunakan untuk melihat konstruksi realitas yang dilakukan media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co. Framing yang digunakan yaitu framing model Robert N. Entman. Eriyanto (2011:219) menyatakan bahwa Robert N

Entman adalah seorang ahli yang

meletakkan dasar-dasar bagi analisis

framing untuk studi isi media. Framing Robert N. Entman ini memiliki empat

elemen. Keempat elemen ini akan

digunakan untuk menganalisis pemberitaan terkait hubungan Jokowi dengan Megawati.

Elemen yang pertama yaitu define

problems (mendefinisikan masalah),

elemen ini digunakan untuk mendefinisikan cara pandang terhadap suatu peristiwa. Elemen yang kedua yaitu diagnose cause (memperkirakan masalah atau sumber masalah), elemen ini digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah dalam suatu peristiwa. Elemen yang ketiga yaitu make moral judgement (membuat keputusan moral), elemen ini digunakan untuk membenarkan

atau memberi argumentasi pada

pendefinisian masalah yang sudah dibuat.

Elemen yang terakhir yaitu treatment

recommendation (menekankan

penyelesaian), elemen ini digunakan untuk

menganalisis penyelesaian yang

ditawarkan dalam mengatasi masalah atau isu tersebut.

Kajian ini akan memberikan

kontribusi bagi pembaca, sehingga dapat memilah informasi yang disuguhkan dalam media, tidak serta merta diterima begitu saja. Untuk itu, kajian ini sangat bermanfaat

bagi masyarakat umum, khususnya

akademisi yang membidangi jurnalistik. Kajian atau hasil penelitian analisis ini pun telah ada, meskipun memiliki persamaan dan perbedaan dari kajian yang diteliti. Kajian yang ditemukan memiliki persamaan dalam objek yang diteliti, yaitu sama-sama menggunakan analisis framing Robert N.

Entman untuk menelaah suatu

pemberitaan. Yang pertama, Marliana Ngatmin (2007) dengan judul “Analisis Framing Kasus Poligami K.H Abdullah

Gymnastiar di Media Kompas dan

Republika”. Kajian ini memiliki perbedaan yang terletak pada subjek penelitiannya. Marliana menggunakan media Kompas dan Republika versi cetak untuk menelaah pemberitaan poligami Aa Gym. Sedangkan kajian ini menggunakan media versi online Kompas dan Republika ditambah Tempo untuk menelah pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati. Yang kedua yaitu penelitian dari Vivi Purwito Sari (2012) dengan judul “Analisis Framing Berita Headline Freeport di Harian Kompas”. Kajian ini juga memiliki perbedaan dalam subjek yang diteliti. Kajian ini meneliti mengenai pemberitaan headline Freeport dengan hanya menggunakan media cetak, harian Kompas.

Yang ketiga yaitu kajian dari Xena Levina Atmadja (2014) dengan judul “Analisis Framing Terhadap Sosok Basuki Tjahja Purnama (Ahok) di Media Online”. Kajian ini memiliki persamaan dengan kajian yang peneliti rancang, yaitu

sama-sama meneliti pemberitaan dengan

menggunakan media internet sebagai

subjek penelitiannya, namun identitas

media internet yang digunakan berbeda. Xena meneliti pemberitaan sosok Ahok

terkait kontroversi SARA dengan

(4)

Kompas.com, dan Viva.co.id, sedangkan kajian ini meneliti pemberitaan hubungan

Jokowi dan Megawati dengan

menggunakan media Kompas.com,

Republika.co.id, dan Tempo.co.

Dengan meneliti pemberitaan

hubungan Jokowi dengan Megawati melalui analisis framing Robert N. Entman maka akan terlihat konstruksi realitas yang

dilakukan media Kompas.com,

Republika.co.id, dan Tempo.co serta isu-isu yang ditonjolkan dan disembunyikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita-berita yang diunggah di situs media

Kompas.com, Republika.co.id, dan

Tempo.co, mulai dari masa pencapresan Jokowi yaitu tahun 2014 hingga tahun 2015. Untuk itu, peneliti memfokuskan penelitian dengan judul “Pemberitaan Hubungan Jokowi dengan Megawati di Media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co: Analisis Framing Robert N. Entman”. Hal yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu; pertama, analisis

framing (pembingkaian berita) model

Robert N. Entman dengan empat

elemennya terhadap pemberitaan

hubungan Jokowi dengan Megawati di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co. Kedua, melihat kecendrungan sikap pro dan kontra ketiga media terhadap pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati melaui gaya penulisan atau bahasa media tersebut, hal dapat dilihat dengan mengumpulkan berita per media.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan pembingkaian berita model Robert N.

Entman terhadap berita mengenai

hubungan Jokowi dengan Megawati di media Kompas.com, Republika.co.id, dan

Tempo.co, dan 2) mendeskripsikan

kecendrungan sikap media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co terhadap pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati.

Secara teoritis, peneliti berharap

penelitian ini dapat memberi manfaat dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang analisis framing. Penelitian ini akan menerapkan teori tentang analitis sikap media massa baik dalam menonjolkan dan menyembunyikan

pemberitaan. Secara praktis, peneliti

berharap: 1) pembaca dapat

membandingkan dan menganalisis berita yang disajikan oleh media massa sehingga tidak selalu menjadi korban media massa. 2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bercermin dan pemacu agar media tidak memihak dalam menyajikan suatu pemberitaan. 3) Hasil penelitian ini dapat memperkaya bahan ajar maupun memperkaya wawasan pengajar dalam pembelajaran menulis dan menganalisis berita.4)Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan ataupun bahan perbandingan dalam melakukan penelitian sejenis.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan analisis framing model Robert N. Entman terhadap pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co serta kecendrungan sikap ketiga media terhadap pemberitaan tersebut.

Dalam penelitian ini, yang dijadikan subjek yaitu berita hubungan Jokowi dengan Megawati yang dimuat di media

Kompas.com, Republika.co.id, dan

Tempo.co dimulai dari tahun 2014-2015. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan). Berita hubungan Jokowi dengan Megawati dalam media

Kompas.com, Republika.co.id, dan

Tempo.co Bali akan dipilih dengan diambil sampel yang memenuhi kriteria, seperti

menjadi berita utama, mengandung

keberpihakan dan strategi wacana.

Selanjutnya baru digunakan snowbal

sampling untuk menentukan jumlah berita yang akan dianalisis. Dalam menggunakan teknik snowbal sampling ini pertama-tama akan diambil dalam jumlah kecil, kemudian, meningkat sampai mendapatkan data yang jenuh.

Objek penelitian dalam penelitian ini yaitu pembingkaian berita hubungan Jokowi dengan Megawati dan kecendrungan sikap media. Yang akan diteliti dalam suatu pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati yaitu empat elemen milik Robert N. Entman, diantaranya define problems (mendefinisikan masalah), diagnose cause (memperkirakan masalah atau sumber

(5)

masalah), make moral judgement (membuat keputusan moral), dan treatment

recommendation (menekankan

penyelesaian). Sedangkan kecendrungan sikap media yang dimaksud ialah sikap pro

dan kontranya terhadap pemberitaan

hubungan Jokowi dengan Megawati.

Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan metode

penelitian dokumentasi.Dokumen yang

dikumpulkan yaitu pemberitaan hubungan

Jokowi dengan Megawati di media

kompas.com, republika.co.id, dan

tempo.co.Dalam pengumpulan data,

peneliti menggunakan instrumen sesuai dengan metode pengumpulan data yang

digunakan.Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu berupa kartu data. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur dengan model Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2013: 337) yang meliputi (1) reduksi data (memilah-milah data yang sesui digunakan sebagai data penelitian), (2) penyajian data (menguraikan data dan hasil analisis yang didapat secara dekriptif), dan (3) penarikan simpulan/verifikasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang didapat, media

Kompas.com terdapat menggunakan

elemen define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment

recommendation. Namun, berita “Puan

Maharani Angkat Suara Soal Tudingan Jokowi Boneka” merupakan satu-satunya berita yang tidak menggunakan elemen

treatment recommendation. Sedangkan

dalam media Tempo.co, ketiga berita yang dianalisis tersebut tidak menggunakan elemen treatment recommendation. Berita-berita yang terdapat dalam media Tempo

hanya menggunakan elemen define

problems, diagnose causes, dan make moral judgement. Lain halnya dengan media Kompas dan Tempo, berita-berita yang terdapat dalam media Republika menggunakan keempat elemen framing Robert N. Entman tersebut, yaitu define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Temuan-temuan tersebut akan dibahas sebagai berikut.

Ketiga media internet yang dianalisis memiliki define problems (pendefinisian

masalah) yang berbeda dalam

mempublikasikan pemberitaan mengenai hubungan Jokowi dengan Megawati. Dalam

media Kompas, define problems

(pendefinisian masalah) yang terdapat yaitu mengenai dukungan terhadap gambaran Jokowi ‘boneka’ dan tepisan terhadap gambaran tersebut. Berita tersebut berjudul “Pengamat: Jokowi Jangan Sampai Jadi Boneka Megawati” dan “Jokowi Dianggap Belum Bisa Buktikan Bukan Boneka Megawati”. Yang pertama, pendefinisian masalah yang terdapat dalam berita “Pengamat: Jokowi Jangan Sampai Jadi

Boneka Megawati” yaitu mengenai

kekhawatiran Agung Suprio terhadap

Jokowi yang akan menjadi presiden

boneka. Berita ini berisikan mengenai

kekhawatiran akan kepatuhan Jokowi

kepada Megawati, untuk itu berita ini terlihat mendukung gambaran Jokowi boneka. Yang kedua, pendefinisian masalah yang terdapat dalam berita “Jokowi Dianggap Belum Bisa Buktikan Bukan Boneka Megawati” yaitu Jokowi yang belum mampu membuktikan bahwa ia bukanlah boneka Megawati oleh Nico Harjanto. Berita ini berisikan mengenai kritikan dari Nico Harjanto yang menganggap Jokowi boneka karena belum bisa keluar dari status petugas partai. Sedangkan, untuk menepis gambaran tersebut, berita “Puan Maharani Angkat Suara Soal Tudingan Jokowi Boneka Megawati” berisikan pendefinisian masalah mengenai penyangkalan terhadap Jokowi boneka oleh Puan Maharani. Dalam berita ini, Puan Maharani menepis tudingan bahwa Jokowi dalam kendali Megawati karena ia meyakini Megawati tidak akan pernah menjadikan Jokowi sebagai boneka. Puan Maharani menyatakan bahwa Jokowi memiliki kemampuan dan Jusuf Kalla sudah berpengalaman. Untuk itu, ia yakin bahwa Jokowi bukan boneka.

Define problems yang terdapat dalam media Republika yaitu mengenai

dukungan terhadap gambaran Jokowi

‘boneka’ Megawati. Hal ini dapat dilihat melalui berita-berita yang dianalisis. Yang pertama, berita “Megawati Dianggap Malah

Tegaskan Jokowi Capres Boneka”

(6)

Megawati menyebut Jokowi tetap merupakan petugas partai jika dipilih menjadi presiden. Pernyataan Megawati tersebut membuat berita ini mendukung gambaran Jokowi boneka. Yang kedua, berita “Pengamat: Megawati yang Harusnya Bersilahturahim ke Jokowi” mendefinisikan masalah mengenai Jokowi tidak harus

mengunjungi Megawati untuk

bersilahturahim oleh Budyatna. Dalam berita ini, yang seharusnya berkunjung ialah Megawati karena tidak ada alasan bagi presiden untuk mengunjungi ketua umum partai. Untuk itu, berita ini pula mendukung gambaran Jokowi boneka. Yang ketiga, berita “Jokowi Malah Terlihat Seperti Presiden Boneka” mendefinisikan masalah mengenai Jokowi yang tidak dapat menyelesaikan kasus KPK dan Polri oleh

Beni Pramula, berita ini mendukung

gambaran Jokowi boneka dengan

menekankan bahwa Jokowi terombang-ambing diatas kepentingan politik atau masih dibayangi Megawati.

Define problem yang terdapat dalam media Tempo yaitu mengenai pembelaan terhadap sosok Megawati maupun Jokowi dengan menolak gambaran Jokowi ‘boneka’ yang disertai bukti dan survei. Hal ini dapat dilihat dari pendefinisian masalah yang terdapat dalam berita-berita yang dianalisis. Yang pertama, berita “Pengamat Anggap

Jokowi Bukan Capres Boneka”

pendefinisian masalah yang terdapat yaitu mengenai tidak ada calon presiden boneka di Indonesia oleh Hamdi Muluk. Berita ini menolak anggapan Jokowi boneka karena tidak ada orang yang mencalonkan diri

sebagai presiden jika tidak memiliki

kemampuan dan daya tawar untuk

memimpin dan membangun negara

Indonesia. Yang kedua, pendefinisian

masalah yang terdapat dalam berita “Survei: Pemilih Prabowo-Hatta Sebut Jokowi Boneka” yaitu survei yang menyebut

Jokowi boneka oleh lembaga Cyrus

Network. Survei tersebut menunjukkan bahwa pemilih Prabowo-Hattalah yang

sebagian besar menyuarakan Jokowi

boneka. Untuk itu, survei tersebut terlihat membela gambaran Jokowi boneka dengan memberi kesan positif kepada Megawati yang memberi pengaruh positif dan cukup kuat terhadap kinerja Jokowi. Yang ketiga,

berita “Momen Ini Pembuktian Jokowi Bukan Presiden Boneka”, pendefinisian masalah yang terdapat yaitu mengenai

keputusan Jokowi menolak atau

membatalkan pelantikan komisaris jenderal Budi Gunawan sebagai kepala polri menjadi mementum pembuktian bahwa Jokowi

bukan boneka Megawati. Berita ini

mendukung langkah Jokowi untuk terlepas dari bayang boneka dengan membatalkan Komjen Budi Gunawan menjadi Kapolri.

Diagnose causes (sumber masalah) yang terdapat dalam media Kompas yaitu sikap Jokowi dan orang yang menuding

Jokowi ‘boneka’. Untuk mendukung

gambaran Jokowi ‘boneka’, dua dari ketiga berita terlihat memojokkan sikap Jokowi yang patuh dan masih dibayangi Megawati. Berita “Pengamat: Jokowi Jangan Sampai Jadi ‘Boneka’ Megawati” menyatakan bahwa Jokowi sangat patuh terhadap

Megawati. Hal ini dipicu oleh

ketidakmandirian Jokowi dalam mengambil

keputusan, terutama jika kepentingan

masyarakat luas bertabrakan dengan

kepentingan partai, maka Jokowi akan memilih kepentingan partai. Sementara, berita “Jokowi Dianggap Belum Bisa

Buktikan Bukan Boneka Megawati”

berisikan mengenai Jokowi yang masih dibayangi Megawati. Hal ini dipicu oleh orang-orang yang berperan penting dalam kenegaraan diisi oleh orang-orang yang terkait dengan partai. Mulai dari tersangka korupsi Komjen Budi Gunawan didesak menjadi Kapolri, Dewan Pertimbangan Presiden/Wantimpres diisi oleh para politisi

yang dekat dengan pimpinan partai

pengusung Jokowi, serta Lembaga

Kepresidenan seperti Kepala Staf dan Para Staf Khusus Presiden telah diisi oleh orang-orang partai politik dengan kualifikasi dan

kriteria intelektual yang pas-pasan.

Sedangkan untuk menepis gambaran

Jokowi ‘boneka’, berita “Puan Maharani Angkat Suara Soal Tudingan Jokowi ‘Boneka’ Megawati” menyatakan bahwa

gambaran Jokowi ‘boneka’ tersebut

disebabkan oleh orang yang menuding Jokowi ‘boneka’ dengan menekankan bahwa orang lebih mudah berkomentar daripada bekerja. Komentar yang dimaksud tersebut ialah komentar mengenai Jokowi boneka.

(7)

Diagnose causes dalam media Republika ialah Jokowi maupun Megawati. Ketiga berita yang dimuat dalam media

Republika terlihat mempermasalahkan

sikap Megawati yang memiliki kuasa terhadap Jokowi. Dengan kuasa tersebut, media ini pula terkesan memojokkan sikap Jokowi yang patuh terhadap Megawati. Hal ini dapat dilihat dalam berita “Megawati Dianggap Malah Tegaskan Jokowi Capres

Boneka” yang berisikan mengenai

Megawati menyebut Jokowi tetap

merupakan petugas partai jika terpilih menjadi presiden. Dalam berita tersebut, terlihat bahwa Megawati memiliki kuasa sehingga dapat menyatakan bahwa Jokowi tetap merupakan petugas partai jika terpilih

menjadi presiden. Selain itu,

berita“Pengamat: Megawati yang Harusnya Bersilahturahim ke Jokowi” yang berisikan mengenai seharusnya Megawati yang mengunjungi Jokowi untuk silahturahim juga terlihat memojokkan sikap Jokowi karena akan mengunjungi Megawati untuk

bersilahturahim. Untuk itu berita ini

menyatakan bahwa seharusnya Megawati yang bersilahturahim ke Jokowi karena kedudukan Jokowi lebih tinggi daripada Megawati dan diantara keduanya tidak memiliki hubungan darah. Sementara, berita “Jokowi Malah Terlihat Seperti Presiden Boneka” pula memojokkan sikap Jokowi yang masih dibayangi Megawati karena Jokowi tidak dapat mengambil keputusan dalam menyelesaikan kasus KPK dan Polri.

Diagnose causes yang terdapat dalam media Tempo ialah memojokkan sikap Prabowo dan membela Jokowi maupun Megawati. Hal ini dapat dilihat dalam berita “Pengamat Anggap Jokowi Bukan Capres Boneka” yang menyatakan bahwa orang yang menggambarkan Jokowi ‘boneka’ ialah tudingan Prabowo. Tudingan ini dinilai untuk mendelegitimasi Jokowi dan

menjadikan ia layak dipilih menjadi

presiden. Sementara, berita “Survei:

Pemilih Prabowo-Hatta Sebut Jokowi

Boneka” ini dilakukan karena berawal dari

pertanyaan siapa yang berpengaruh

terhadap Jokowi, dan jawabannya ialah Megawati. Megawati dalam berita ini

dianggap memiliki pengaruh positif.

Sedangkan, berita “Momen ini Pembuktian

Jokowi Bukan Boneka” dipublikasikan untuk

mendukung Jokowi agar dapat

membatalkan pelantikan Komjen Budi Gunawan, keputusan ini harus dilakukan Jokowi untuk membuktikan bahwa ia bukanlah boneka.

Make Moral Judgement (membuat pilihan moral), pendefinisian masalah yang terdapat dalam media Kompas tersebut membuat media ini memberi argumen (make moral judgmenet) bahwa media ini

menyayangkan kondisi Jokowi yang

menjadi ‘boneka’ Megawati dan menilai bahwa masukan Megawati tersebut sangat wajar. Dengan kepatuhan luar biasa yang dimiliki Jokowi kepada Megawati, berita “Pengamat: Jokowi Jangan Sampai Jadi Boneka Megawati” menilai bahwa Jokowi hanya akan menjadi boneka. Sedangkan dengan memiliki dukungan rakyat yang kuat dan rekam jejak yang bersih seharusnya

Jokowi dapat terlepas dari bayang

Megawati, berita “Jokowi Dianggap Belum Bisa Buktikan Bukan Boneka Megawati” ini menyayangkan kondisi Jokowi yang selalu dirongrong dan dibayangi oleh kekuasaan

politik dibelakangnya. Berita “Puan

Maharani Angkat Suara Soal Tudingan Jokowi Boneka Megawati” menilai bahwa masukan atau nasehat yang disampaikan Megawati kepada Jokowi sangat wajar karena Megawati memiliki pengalaman dalam memimpin pemerintahan dan ingin pemerintahan Jokowi lebih baik dari pemerintahan sebelumnya.

Media Republika memberi argumen

(make moral judgement) dengan

membenarkan bahwa Jokowi ‘boneka’ Megawati. Dengan kuasa yang dimiliki Megawati, berita “Megawati Dianggap Malah Tegaskan Jokowi Capres Boneka” menilai bahwa pernyataan Megawati yang menyebut Jokowi tetap merupakan petugas partai jika terpilih menjadi presiden tersebut menunjukkan kalau Jokowi merupakan

presiden boneka. Sedangkan, berita

“Pengamat: Megawati yang Seharusnya Bersilahturahim ke Jokowi” menilai bahwa tidak ada ruginya bagi Jokowi jika tidak

mengunjungi Megawati untuk

bersilahturahim, jika mengunjunginya maka membenarkan anggapan bahwa Jokowi ‘boneka’ Megawati. Dalam berita “Jokowi Malah Terlihat Seperti Boneka” menilai

(8)

bahwa pernyataan dan sikap Jokowi selama ini tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin karena masih dibayangi

Megawati, untuk itu ia tidak dapat

menyelesaikan kasus KPK dan Polri. Dari penilaian tersebut, media ini cenderung membenarkan anggapan Jokowi boneka.

Media Tempo memberi argumen (make moral judgement) bahwa Jokowi

bukanlah ‘boneka’ Megawati. Berita

“Pengamat Anggap Jokowi Bukan Capres Boneka” menilai bahwa Jokowi bukan merupakan boneka karena ia memiliki

kemampuan dan daya tawar untuk

memimpin negara Indonesia. Berita

“Momen ini Pembuktian Jokowi Bukan

Presiden Boneka” membela Jokowi

berdasarkan perolehan LSI dengan

memperoleh data, 55,8 persen masyarakat percaya Jokowi bukan presiden boneka dari Megawati. Selain itu, berita “Survei: Pemilih Prabowo-Hatta Sebut Jokowi Boneka” memberi kesan positif terhadap Megawati yang memiliki pengaruh positif dan cukup kuat dalam kinerja pemerintahan Jokowi. Untuk itu, Jokowi bukanlah boneka.

Treatment recommendation

(menekankan penyelesaian), meskipun

mendukung gambaran Jokowi boneka karena sikap yang ditunjukkan Jokowi, media ini terlihat menolak anggapan Jokowi boneka dengan menekankan penyelesian kepada Jokowi agar tidak larut dalam bayangan Megawati. Berita “Pengamat: Jokowi Jangan Sampai Jadi Boneka Megawati” memberi solusi agar Jokowi harus memiliki visi-misi dan harus berani menyebut nama-nama calon menteri dari kalangan profesional yang tidak hanya terikat oleh partai pengusung. Sementara, berita “Jokowi Dianggap Belum Bisa

Buktikan Bukan Boneka Megawati”

menekankan penyelesaian agar Jokowi memiliki tim independen yang dapat mengimbangi dan menyaring masukan berbagai pihak agar Jokowi tidak larut dalam pengaruh buruk kekuatan politik yang transaksional. Dari penyelesaian yang dibuat, media ini memiliki keinginan agar Jokowi dapat terlepas dari bayangan Megawati.

Sedangkan, media Republika lebih menekankan penyelesaian terhadap sikap Megawati dan Jokowi. Dalam hal ini, media

Republika terlihat menekankan

penyelesaian agar Megawati tidak terlalu ikut andil dalam kinerja pemerintahan Jokowi dan Jokowi harus tegas dalam bersikap. Dengan itu, berita “Megawati Dianggap Malah Tegaskan Jokowi Capres Boneka” menekankan penyelesaian agar Megawati belajar dari prinsip negarawan Inggris ‘ketika pengabdian kepada negara dimulai, maka berakhirlah pengabdian kepada partai’. Berita “Megawati yang Harusnya Bersilahturahim ke Jokowi” menekankan penyelesaian agar Megawati diharapkan mau berbesar hati mengunjungi Jokowi untuk bersilahturahim. Selain itu, berita “Jokowi Malah Terlihat Seperti

Presiden Boneka” tidak segan

menyelesaikan masalah dengan meminta Jokowi untuk mundur dari jabatannya jika tidak dapat menyelesaikan kasus KPK dan Polri karena masih dibayangi Megawati.

Lain halnya dengan media Kompas dan Republika yang mengandung elemen treatment recommendation, ketiga berita yang dimuat dalam media Tempo tidak

menggunakan elemen treatment

recommendation dalam berita-berita yang dimuatnya.

Dari temuan hasil penelitian di media Kompas.com, Republika.co.id, dan Tempo.co mengenai framing Robert N. Entman, diketahui bahwa elemen treatment recommendation tidak selalu digunakan

dalam pemberitaan hubungan Jokowi

dengan Megawati. Yang tidak selalu

menggunakan elemen treatment

recommendation ialah berita-berita yang mendefinisikan masalah (define problems) dengan menolak gambaran Jokowi boneka yang disertai bukti atau survei. Bukti atau survei tersebut memperkuat pernyataan bahwa Jokowi bukanlah boneka. Untuk itu,

berita tersebut tidak menekankan

penyelesaian masalah. Hal ini sesuai

dengan Eriyanto (2011:227) yang

menyatakan bahwa penyelesaian itu sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.

Media Kompas.com,

Republika.co.id, dan Tempo.co sebagian besar menggunakan satu pandangan ahli. Tetapi, masing-masing media pula terdapat menggunakan dua pendapat ahli, namun

(9)

pendapat tersebut senada atau sejalan.Tentunya, pandangan ahli ini dapat

digunakan media untuk meyakinkan

pembaca. Dengan hanya menggunakan satu pandangan ahli bahkan terdapat pandangan ahli yang sama atau sejalan, maka sangat terlihat kecendrungan sikap media terhadap pemberitaan hubungan Jokowi dengan Megawati. Kecendrungan

sikap media yang dimaksud ialah

kecendrungan dalam mendukung

gambaran Jokowi boneka ataupun menolak gambaran tersebut. Kecendrungan sikap media tersebut dapat dilihat melalui kata-kata yang digunakan oleh media. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sobur (2009:22) bahwa di dalam pemikiran kritis, kata-kata yang diproduksi oleh media tersebut sebagai perantara bagi pengungkapan

maksud-maksud dan makna-makna

tertentu. Maksud-maksud dan makna-makna tersebut mewakili sikap media. Jika dilihat dari berita-berita yang dianalisis, media Kompas terlihat menolak anggapan Jokowi boneka Megawati. Hal ini terlihat dalam berita-berita yang dipublikasikan tersebut berisikan mengenai dukungan terhadap gambaran Jokowi ‘boneka’. Media ini terlihat memojokkan sikap Jokowi yang patuh terhadap Megawati. Hal ini dipicu oleh sikap Jokowi yang tidak mandiri dalam

membuat keputusan, terutama ketika

kepentingan masyarakat bertabrakan

dengan kepentingan partai maka Jokowi akan memilih kepentingan partai. Namun, Kompas memberikan solusi untuk Jokowi agar dapat terlepas dari bayang Megawati. Solusi tersebut yaitu Jokowi harus memiliki tim visi-misi sebagai capres dan harus berani menyebut nama-nama calon menteri dari kalangan professional yang tidak terikat dengan partai pengusung. Selain itu, Jokowi harus mempunyai tim independen yang bisa mengimbangi dan menyaring masukan berbagai pihak, khususnya dari professional yang tidak hanya terikat

dengan partai politik. Dengan solusi

tersebut, tentunya media ini ingin agar Jokowi tidak menjadi boneka Megawati.

Sedangkan media Republika

cenderung mendukung gambaran Jokowi ‘boneka’. Ketiga berita yang dipublikasikan media ini cenderung memojokkan sikap Jokowi maupun Megawati. Media ini terlihat

memberi kesan negatif kepada Megawati.

Hal ini dipicu oleh Megawati yang

menganggap Jokowi tetap merupakan petugas partai jika terpilih menjadi presiden. Selain itu, Megawati dinilai keras kepala karena tidak pernah mau mengunjungi orang yang berkududukan tinggi untuk bersilahturahim, seperti SBY. Sedangkan Jokowi dipojokkan karena masih dibayangi sosok Megawati, maka dari itu ia tidak bisa menyelesaikan kasus KPK dan Polri. Untuk itu, sangat terlihat bagaimana media ini memberitakan mengenai Jokowi ‘boneka’

dengan memojokkan sikap Megawati

maupun Jokowi.

Sementara, media Tempo

cenderung membela Jokowi dan Megawati

dengan menolak gambaran Jokowi

‘boneka’. Pembelaan tersebut dilakukan dengan disertakan bukti dan survei. Berita

yang dipublikasikan pun cenderung

memojokkan sikap Prabowo-Hatta. Namun, memberi kesan positif terhadap Megawati. Dalam berita yang dimuat Tempo, Prabowo

dinilai orang yang menuding Jokowi

sebagai ‘boneka’ untuk mendelegitimasi Jokowi dan menjadikan dirinya yang layak untuk dipilih menjadi presiden. Sementara, Megawati dinilai memiliki pengaruh yang cukup kuat dan positif dalam kinerja pemerintahan Jokowi. Untuk itu, sangat terlihat pembelaan yang dilakukan media ini untuk melindungi Megawati dan Jokowi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini tidak sejalan dengan dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Al. Vivi Purwito Sari (2012) dengan judul “Analisis Framing Berita Headline Freeport di Harian Kompas”. Hasil penelitian yang diperoleh tidak sejalan dengan hasil penelitian Al. Vivi Purwito Sari (2012) karena dalam berita-berita Freeport yang

dianalisis tersebut terdapat keempat

elemen framing Robert N. Entman, yaitu define problems, diagnose causes, make

moral judgement, dan treatment

recommendation. Sementara, hasil yang diperoleh peneliti dalam berita-berita yang

dianalisis tersebut tidak selalu

menggunakan elemen treatment

(10)

PENUTUP Simpulan

Berita-berita dalam media

Kompas.com terdapat menggunakan

elemen define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment

recommendation. Namun, berita “Puan

Maharani Angkat Suara Soal Tudingan Jokowi Boneka” merupakan satu-satunya berita yang tidak menggunakan elemen treatment recommendation. Dalam media Kompas, define problems (pendefinisian masalah) yang terdapat yaitu mengenai

dukungan terhadap gambaran Jokowi

‘boneka’ dan tepisan terhadap gambaran

tersebut. Diagnose causes (sumber

masalah) yang terdapat dalam media Kompas yaitu sikap Jokowi dan orang yang menuding Jokowi ‘boneka’. Make Moral Judgement (membuat pilihan moral) yang

terdapat dalam media ini yaitu

menyayangkan kondisi Jokowi yang

menjadi ‘boneka’ Megawati dan menilai bahwa masukan Megawati tersebut sangat wajar. Meskipun mendukung gambaran

Jokowi boneka karena sikap yang

ditunjukkan Jokowi, media ini terlihat menolak anggapan Jokowi boneka dengan

menekankan penyelesian (treatment

recommendation) kepada Jokowi agar tidak

larut dalam bayangan Megawati.

Sedangkan dalam media Tempo.co, ketiga

berita yang dianalisis tersebut tidak

menggunakan elemen treatment

recommendation. Berita-berita yang

terdapat dalam media Tempo hanya menggunakan elemen define problems,

diagnose causes, dan make moral

judgement. Define problem yang terdapat dalam media Tempo yaitu mengenai

pembelaan terhadap sosok Megawati

maupun Jokowi dengan menolak gambaran Jokowi ‘boneka’ yang disertai bukti dan survei. Diagnose causes yang terdapat dalam media Tempo ialah memojokkan sikap Prabowo dan membela Jokowi maupun Megawati. Media Tempo memberi argumen (make moral judgement) bahwa

Jokowi bukanlah ‘boneka’ Megawati

dengan menyertakan survei dan bukti. Lain halnya dengan media Kompas dan Tempo, berita-berita yang terdapat dalam media Republika menggunakan keempat elemen framing Robert N. Entman tersebut, yaitu

define problems, diagnose causes, make

moral judgement, dan treatment

recommendation. Define problems yang terdapat dalam media Republika yaitu mengenai dukungan terhadap gambaran Jokowi ‘boneka’ Megawati. Diagnose causes dalam media Republika ialah Jokowi maupun Megawati. Ketiga berita yang dimuat dalam media Republika terlihat mempermasalahkan sikap Megawati yang memiliki kuasa terhadap Jokowi. Media Republika memberi argumen (make moral judgement) dengan membenarkan bahwa

Jokowi ‘boneka’ Megawati. Media

Republika lebih menekankan penyelesaian (treatment recommendation) terhadap sikap Megawati dan Jokowi. Dalam hal ini, media

Republika terlihat menekankan

penyelesaian agar Megawati tidak terlalu ikut andil dalam kinerja pemerintahan Jokowi dan Jokowi harus tegas dalam bersikap.

Kompas dalam ketiga berita yang dianalisis, cenderung menolak anggapan Jokowi boneka. Berita-berita yang terdapat dalam Kompas terlihat memberi solusi agar Jokowi tidak dibayangi pengaruh buruk Megawati. Sedangkan kecendrungan sikap media Republika dalam ketiga berita yang dianalisis yaitu cenderung mendukung gambaran Jokowi ‘boneka’ Megawati. Berita-berita yang dimuat Republika terlihat memojokkan sosok Jokowi yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan kuasa yang dimiliki Megawati. Lain halnya dengan media Tempo, kecendrungan sikap media Tempo dalam ketiga berita yang dianalisis yaitu cenderung mendukung gambaran Jokowi yang bukan merupakan ‘boneka’ dari Megawati. Dengan memihak terhadap sosok Jokowi maupun Megawati, berita-berita yang dimuat dalam media Tempo ini menyertakan bukti ataupun survei ke dalam berita yang dimuatnya. Berita-berita yang dimuat dalam Tempo terdapat memojokkan sikap Prabowo Subianto.

Saran

Berdasarkan simpulan tersebut,

adapun beberapa saran; 1) Media Massa sebaiknya turut berperan dalam meredam suatu konflik, terlebih, ketiga media ini cendrung memihak antara mendukung atau

menolak gambaran Jokowi ‘boneka’

(11)

sepatutnya dan diharapkan untuk lebih kritis

dalam menyikapi pemberitaan yang

dilakukan oleh media, sehingga tidak

terjebak pada kesalahan dalam

memandang pihak tertentu. 3) Bagi

pendidik maupun calon pendidik, hasil

penelitian ini diharapkan dapat

memperkaya bahan ajar maupun

memperkaya wawasan pengajar dalam pembelajaran menulis dan menganalisis berita. 4) Peneliti lain dapat melakukan penelitian sejenis pada penelitian ini, baik dari media cetak maupun elektronik dan terhadap fokus pemberitaan yang lain. DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi Politik: Filsafat-Teori-Tujuan-Strategi dan

Komunikasi Politik Indonesia.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Atmadja, Xena Levina. 2014. “Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Sosok Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Di

Media Online”. Surabaya. Jurnal

E-Komunikasi Vol.2, No 1 (2014).

Cangara, Hafied. 2011. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Eriyanto.2001.Pengantar Analisis Teks

Media. Yogyakarta:Lkis

---. 2011. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Ngatmin, Marlina. 2007. “Analisis Framing

Kasus Poligami K.H Abdullah

Gymnastiar di Media Kompas dan Republika” Skripsi. (Tidak Diterbitkan) Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sari, Vivi Purwito. 2012. “Analisis Framing

Berita Headline Freeport Di Harian Kompas” Skripsi. (Tidak Diterbitkan) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin.

Siregar, Ashadi dkk. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sobur, Alex. 2011. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

https://m.tempo.co/read/news/2015/12/29/1

73731644/Koran-Tempo-Raih-Penghargaan-dari-Pusat-Bahasa/ diakses pada tanggal 20 April 2016.

Referensi

Dokumen terkait

1) Informasi keuangan pada tanggal dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 diambil dari Laporan Keuangan PT Bank BNI Syariah pada tanggal

gelondong harus dilakukan di dalam ruangan agar kapuk odolan yang telah. diperoleh tidak beterbangan

8 Tahun 1995 tersebut diiringi juga dengan dikeluarkannya peraturan oleh Bapepam mengenai penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan melalui

[r]

[r]

Pada alat-alat seperti pemanas listrik, kompor, pemanggang, lampu listrik, energi listrik diubah menjadi energi panas atau cahaya karena arus biasanya agak besar,

Hasil dari penelitian ini adalah desain jalur alternatif 1+1, re-engineering jaringan MSAN dengan membuat topologi ring MSAN via GPON, jalur alternatif GPON

A system of integrated computer-based tools for end-to- end processing (capture, storage, retrieval, analysis, display) of data using location on the earth’s surface