PENENTUAN LOKASI SENTRA INDUSTRI
PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN DI
WILAYAH PESISIR KABUPATEN
BANGKALAN
OLEH: DANIL OKTRIYO
3607100057
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Metodologi Penelitian
Gambaran umum dan analisa
Kesimpulan
Pendahuluan
Latar Belakang
Produksi perikanan KabupatenBangkalan pada tahun 2006 adalah sebanyak 24.316,07 ton. Produksi perikanan ini terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan rincian: produksi perikanan tahun 2007 sebanyak 24.760 ton, tahun 2008 sebanyak 24.7981 ton, tahun 2009 sebanyak 25.113,6 ton dan pada tahun 2010 produksi perikanan di Kabupaten Bangkalan mencapai angka 25.113,6 ton.
Dari 6 SSWP Kab. Bangkalan, ada 4 SSWP yang merencakanan
pengembangan potensi perikanan, pengembangan industri pengolahan perikanan dan pengembangan pelabuhan. Penangkapan perikanan di
Kabupaten Bangkalan bernilai 182,28M rupiah pada tahun 2010, angka ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Nilai produksi perikanan Rp. 51,04M pada tahun 2007, Rp. 51,3M pada tahun 2008 dan Rp. 63,6M pada tahun 2009 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangkalan tahun 2007-2010).
Faktanya, belum ada lokasi yang sesuai dan tepat sentra industri pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir Kab. Bangkalan dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas, kesesuaian lolasidan memperhatikan kepentingan dari berbagai pihak
Rumusan Masalah
Pendahuluan
Pada wilayah studi belum ada lokasi yang
sesuai dan tepat untuk sentra industri
pengolahan hasil perikanan di wilayah
Pendahuluan
Tujuan Sasaran
Mendapatkan
lokasi
yang
tepat dan sesuai untuk sentra
industri
pengolahan
hasil
perikanan di wilayah pesisir
Kabupaten Bangkalan
Teridentifikasinya kontinuitas bahan baku perikanan pada tiap kecamatan wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan.
Teridentifikasinya faktor penentu lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan.
Teridentifikasinya bobot faktor penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan.
Teridentifikasinya lokasi yang sesuai untuk sentra industri pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan.
Pendahuluan
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah studi penilitian hanya mencangkup 11 kecamatan yang merupakan
wilayah pesisir yang ada di Kabupaten Bangkalan, antara lain, Kamal,
Labang, Kwanyar, Modung, Socah, Bangkalan, Arosbaya, Tanjung Bumi,
Sepulu, Blega dan Klampis.
Ruang Lingkup Pembahasan
• Teori lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan
• Teori pendekatan sektoral (tenaga kerja, produksi perikanan dan
pemasaran)
• Teori pendekatan regional (infrastruktur wilayah, transportasi, utilitas,
potensi lingkungan fisik wilayah studi, serta penggunaan lahan untuk
sentra industri pengolahan hasil perikanan)
Pendahuluan
Ruang Lingkup Wilayah
Kajian Pustaka
KERANGKA
TEORI
Pengertian Dasar Industri
Jenis Industri Pengolahan 1. Berdasarkan jenis bahan
baku dan proses pengolahan 2. Industri pengolahan ikan
Teori Lokasi Indikator yang akan diteliti
Variabel yang mempengaruhi penentuan lokasi industri sentra pengolahan hasil perikanan:
1. Bahan baku (ikan) 4.Tenaga kerja
2. Pasar 5. Infrastruktur 3. Kesesuaian Lokasi 1. Bahan baku 2. Pasar 3. Kesesuaian lokasi 4. Tenaga kerja 5. Infrastruktur Kriteria penentuan lokasi industri
pengolahan 1. Bahan baku 2. Transportasi 3. Tenaga Kerja 4. Pasar 5. Prasarana&Sarana 6. Utilitas 7. Aglomerasi industri
8. Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah
Sintesa 1. Weber
2. Wigyosoebroto 3. August Losch 4. Townroe
5. Sigit, dalam Dian, 2009
6. Irsyad 7. Melvin
Metodologi Penelitian
PENDEKATAN PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan
positivistik
, dimana sumber kebenaran atau
teori bersumber pada empiri fakta, ilmu yang dibangun
berasal dari hasil pengamatan indera dengan didukung
landasan teori (Muhadjir, 1990:13-34)
JENIS PENELITIAN
Merupakan penelitian
deduktif
yang menggunakan
metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif
Metodologi Penelitian
VARIABEL, SUBVARIABEL & DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN
Variabel Sub-variabel Definisi operasional
Bahan Baku
Kuantitas bahan baku
Jumlah dari bahan baku masing-masing kecamatan calon lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan mempengaruhi lancar atau tidaknya kegiatan produksi. Bila kuantitas bahan baku kecamatan melebihi kuantitas bakan baku kabupaten maka akan memperkuat kecamatan tersebut sebagai lokasi sentra industri.
Kontinuitas bahan baku
Laju rata-rata peningkatan jumlah produksi bahan baku ikan tiap kecamatan yang dilihat dari data produksi ikan 5 tahun terakhir. Bila laju rata-rata peningkatan jumlah produksi suatu kecamatan lebih tinggi dari kecamatan lain, maka kecamatan tersebut berpotensi untuk dijadikan calon lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan.
Pasar
Deman/ Permintaan pasar
Permintaan pasar/ demand terhadap bahan baku ikan diukur dari tinggi rendahnya jumlah produksi ikan tiap kecamatan. Selain itu juga ditinjau dari orde tiap kecamatan yang ada. Jika demand terhadap bahan baku dan orde kota yang ada di suatu kecamatan tergolong tinggi maka kecamatan tersebut berpotensi sebagai caon lokasi.
Daya beli konsumen
Daya beli konsumen diukur dari jumlah keluarga sejahtera yang ada tiap kecamatan. Semakin besar jumlah kluarga sejahtera maka akan meningkatkan konsumsi terhadap produk pengolahan hasil perikanan.
Kesesuaian
Lokasi Kesesuaian fisik lokasi
Lokasi dengan kelerengan tanah 0-15% merupakan lokasi yang ideal untuk sentra industri pengolahan .
Lahan yang digunakan sebagai lokasi yang cocok adalah lahan yang tidak produktif (bukan area pertanian, perkebunan, hutan produktif ataupun
POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah pihak pemerintah dan pihak swasta sebagai
stakeholder yang mewakili dan mengetahui tentang pengembangan industri pengalengan ikan.
SAMPEL
Penentuan sampel untuk penelitian ini
adalah untuk analisis AHP. Sampel terhadap
populasi yang digunakan dalam pengambilan
sampel yaitu dengan menggunakan teknik
non
probability
sampling
dengan
menggunakan purposive sampling . Sampel
pada penelitian ini adalah stakeholder yang
sekiranya berpengaruh terhadap penentuan
lokasi industri sentra pengolahan hasil
perikanan. Terlebih dahulu,dilakukan tahap
analisis stakeholder untuk menentukan
stakeholder yang memiliki peranan cukup
signifikan. Sampel berjumlah 5 orang.
Metodologi Penelitian
METODE PENGUMPULAN DATA
1. Observasi utuk mendapatkan gambaran umum kegiatan sektor perikanan, pemanfaatan ruang, kondisi fasilitas dan utilitas penunjang
2. Wawancara untuk mengeksplor informasi terkait dengan potensi dan permasalahan wilayah penelitian. Wawancara ini ditujukan pada pekerja industri pengalengan, pengusaha, instansi pemerintah, dan pemerintah setempat (kabupaten).
3. Kuisioner untuk Pembobotan kriteria yang dilakukan dengan menggunakan alat AHP (Analytical Hierarchy Process) di mana responden adalah expert (stakeholders ahli) yang mewakili pemerintah dan swasta.
Sumber: Hasil identifikasi, 2011 Gambar 3.1 Desain Kegiatan Survei
Survei Sekunder
Kriteria, subkriteria dan indikatornya dalam
penentuan lokasi industri pengolahan ikan Penelitian,
Tugas Akhir
Buku, artikel internet
Studi tentang industri pengolahan perikanan Studi mengenai wilayah
pesisir dan laut untuk kegiatan sektoral Studi penentuan lokasi
industri Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB
Teori industri pengola perikanan Teori penentuan lokasi Kesesuaian Lahan Tenaga kerja Infrastruktur Bahan baku Pasar Variabel Penelitian TAHAP AWAL BAPPEDA Kabupaten Bangkalan
Kecamatan Kamal, Labang, Kwanyar, Modung, Socah, Bangkalan, Arosbaya,
Tanjung Bumi, Sepulu dan Klampis PU Ciptakarya BPS Kabupaten Bangkalan DPKP Kabupaten Survei Primer Observasi Lapangan Wawancara
1. Kondisi wilayah studi 2. Mekanisme pengolahan hasil
perikanan
3. Kondisi industri pengolahan 4. Potensi dan permasalahan BAPPEDA Kabupten Bangkalan DPKP Kabupten Bangkalan Pemerintah Kecamatan Pengusaha/tenaga pengolahan Nelayan/pedagang ikan Survei Sekunder PENDATAAN
Metodologi Penelitian
METODE ANALISIS DATA
1. Analisa Kontinuitas Produksi Perikanan 2. Analisis Penentuan Faktor Penentu Lokasi
Sentra Industri Pengolahan Hasil Perikanan
3. Analisis Kesesuaian Lokasi
4. Analisis pembobotan faktor penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan
5. Analisis penentuan lokasi yang tepat untuk sentra industri pengolahan hasil perikanan
1. ANALISIS KONTINUITAS PRODUKSI PERIKANAN
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kontinuitas tiap kecamatan yang dibagi menjadi kategori kontinuitas tinggi, sedang dan rendah. Teknik yang digunakan adalah teknik analisa deskriptif. Analisa ini membandingkan produksi perikanan pada tiap-tiap kecamatan. Berdasarkan trend produksi yang ada, maka diketahui selisih pertumbuhan produksi komoditas perikanan pada tiap tahun. Kemudian dihitung rata-rata peningkatan produksinya tiap kecamatan
2. ANALISIS FAKTOR PENENTU LOKASI SENTRA INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
Analisa ini digunakan untuk meringkas perbandingan beberapa variabel data skala dalam satu tabel dan dapat digunakan untuk melakukan pengamatan penyimpangan data. Dalam analisis deskriptif dilakukan penguatan tehadap variabel yang ada dengan menambahkan pendapat peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian serta standart dan undang-undang. Analisis deskriptif yang dipergunakan adalah analisis teoritikal deskriptif. Kemudian dilakukan validasi dan reabilitas terhadap faktor-faktor tersebut.
3. ANALISIS KESESUAIAN LOKASI
Metode analisis kesesuaian lokasi untuk industri ini dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi di Kabupaten Bangkalan yang sesuai dan layak untuk pengembangan kegiatan industri pengolahan perikaan. Pada tahap ini dilakukan pemetaan berdasarkan variabel dan sub-variabel dan dilakukan penilaian terhadap masing-masing klasifikasi yang ada di setiap peta, yaitu layak (2), kurang layak (1) dan tidak layak (0). Pembobotan ini didasarkan pada kelayakan kondisi untuk lokasi industri pengolahan hasil perikanan.
4. Metode Pembobotan Faktor
Penggunaan metode ini hanya pada penentuan
prioritas kriteria yang digunakan, yaitu dengan
menggunakan teknik perbandingan berpasangan
kemudian diolah sehingga diperoleh bobot
masing-masing kriteria. Untuk menjalankan alat
ini dilakukan wawancara kepada beberapa
stakeholders dan ahli, yaitu pemerintah dan
swasta. Bagan alir proses AHP bisa dilihat pada
gambar
Tidak Konsisten Sintesis kriteria lokasi
Penyeberan Kuisioner Skala Perbandingan Matriks Perbandingan Berpasangan Pembobotan Kriteria Uji Konsistensi Prioritas Kriteria
Metodologi Penelitian
5. Teknis Analisis penentuan lokasi yang tepat
untuk sentra industri pengolahan hasil
perikanan
Dalam analisa ini, teknik overlay yang digunakan adalah metode Weighted Overlay. Weighted Overlay merupakan salah satu fasilitas yang ada dalam ArcGis 9.3 yang mengkombinasikan berbagai macam input dalam bentuk peta grid dengan pembobotan (weighted faktor) dari AHP expert. Hasil peta keluaran menunjukkan pengaruh tiap input tersebut pada suatu wilayah geografis.
Metodologi Penelitian
Belum adanya lokasi yang sesuai dan tepat untuk pengembangan kawasan industri sentra pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Bangkalan.
Pengumpulan informasi yang berkaitan dengan penulisan, yang berupa teori dan konsep, studi kasus, contoh penerapan, dan hal-hal lain yang relevan.
Kebutuhan data disesuaikan dengan analisis dan variabel yang digunakan dalam penelitian.
Matching (pencocokan) dengan
kriteria syarat penggunaan lahan untuk industri industri sentra pengolahan hasil perikanan dan pembobotan
Menentukan jawaban atas rumusan permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan hasil dari proses analisis di atas.
Gambaran Umum&Analisa
Gambaran Umum
No. Kecamatan Jumlah desa Luas wilayah(Km²) Jumlah penduduk (jiwa) 1. Kamal 10 41,4 38.797 2. Labang 13 35,23 45.229 3. Kwanyar 16 47,81 41.041 4. Modung 17 78,79 36.449 5. Blega 19 92,82 63.610 6. Socah 11 53,82 40.467 7. Bangkalan 13 35,02 102.876 8. Arosbaya 18 42,46 55.785 9. Tanjung Bumi 14 67,49 60.180 10. Sepulu 15 73,25 41.436 11. Klampis 22 67,1 62.784 Jumlah (jiwa) 168 635,19 588.654
Administrasi Wilayah Pesisir Kabupaten Bangkalan Tahun 2009
Gambaran Umum&Analisa
Peta landuse
Peta Kelerengan
Peta Hidrologi
No. Kecamatan
Juumlah Produksi Perikaan (ton)
2006 2007 2008 2009 2010 1. Kamal 279,1 297,3 307 319,5 329,8 2. Labang 619,3 630,2 634 638,8 647 3. Kwanyar 3188,7 3198,3 3219,2 3278,9 3336,7 4. Modung 12,6 14,1 14 13,5 15,7 5. Blega 305,1 319,3 313,5 313,5 321,8 6. Socah 1931,6 1995,1 1983,3 1993,7 2000,9 7. Bangkalan 3135,2 3157,9 3171,7 3242,4 3297,4 8. Arosbaya 2847,2 2871,7 2843,9 2892,6 2901,9 9. Tanjung Bumi 5484,97 5523 5552,3 5564,6 5657,4 10. Sepulu 2751,8 2979 2972,8 3044,6 3122,1 11. Klampis 3760,5 3774,1 3786,4 3811,5 3899,1 Jumlah 24316,1 24760 24798,1 25113,6 25529,8
Gambaran Umum&Analisa
Tabel Jumlah Produksi Perikanan Wilayah Pesisir Kab. Bangkalan
No. Kecamatan Jumlah Angkatan Kerja (jiwa) 1. Kamal 17.826 2. Labang 28.071 3. Kwanyar 14.952 4. Modung 17.622 5. Blega 20.559 6. Socah 20.559 7. Bangkalan 25.500 8. Arosbaya 17.277 9. Tanjung Bumi 27.645 10. Sepulu 20.292 11. Klampis 25.006
Jumlah total (jiwa) 235.309
No. Kecamatan Petani ikan (jiwa) Nelayan (jiwa) Jumlah (jiwa)
1. Kamal 213 37 250 2. Labang 22 223 245 3. Kwanyar 43 643 686 4. Modung 6 4 10 5. Blega 275 27 302 6. Socah 230 690 920 7. Bangkalan 175 761 936 8. Arosbaya 58 628 686 9. Tanjung Bumi 75 870 945 10. Sepulu 80 427 507 11. Klampis 196 1047 1243
Jumlah total (jiwa) 6730
Gambaran Umum&Analisa
Tabel Jumlah Angkatan Kerja Tabel Jumlah Tenaga Kerja Sektor Perikanan
Sumber: Kabupaten Bangkalan dalam angka 2010
Gambaran Umum&Analisa
No. Kecamatan
Jenis Sumber/ Sarana Air Bersih
Jumlah Ledeng (PP) SPT DL/DK Sumur
Gali PMA PAH
1. Kamal 12675 560 12165 20 0 25420 2. Labang 1730 40 6595 20 15 8400 3. Kwanyar 510 585 4485 0 0 5580 4. Modung 710 445 6045 55 45 7300 5. Blega 5855 15 6685 45 0 12600 6. Socah 10 80 19970 0 3 20063 7. Bangkalan 34495 470 18430 0 0 53395 8. Arosbaya 3345 4585 10345 0 0 18275 9. Tanjung Bumi 6940 500 1970 10 0 9420 10. Sepulu 25 460 2395 0 60 2940 11. Klampis 770 1690 18965 0 3250 24675 Jumlah 67065 9430 108050 150 3373 188068
Tabel Jumlah Sarana Air Bersih
Peta Jaringan Listrik
Peta Jaringan Telepon
Peta Jaringan Jalan
No. Kecamatan Jumlah perahu/ kapal (unit) Jumlah alat penangkap ikan (unit) Jumlah 1. Kamal 61 21 82 2. Labang 131 251 382 3. Kwanyar 220 1278 1498 4. Modung 34 73 107 5. Blega 0 35 35 6. Socah 329 624 953 7. Bangkalan 472 1386 1858 8. Arosbaya 505 600 1105 9. Tanjung Bumi 648 1708 2356 10. Sepulu 501 839 1340 11. Klampis 967 1721 2688
Gambaran Umum&Analisa
Tabel Jumlah Sarana Penangkap Ikan
No. Kecamatan Perkembangan produksi rata-rata (ton) Persentase (%) Tingkat Kontinuitas Bahan baku 1. Kamal 13,67 4% Rendah 2. Labang 7,97 2% Rendah 3. Kwanyar 42,37 11% Tinggi 4. Modung 1,07 0% Rendah 5. Blega 7,5 2% Rendah 6. Socah 27,03 6% Sedang 7. Bangkalan 49,47 12% Tinggi 8. Arosbaya 27,5 8% Sedang
9. Tanjung Bumi 47,71 12% Tinggi
10. Sepulu 125,5 32% Tinggi
11. Klampis 42,1 11% Tinggi
Jumlah 391,88 100%
Kontinuitas rendah = merupakan kecamatan dengan pertumbuhan rata-rata produksi perikanan lebih kecil dari 5%
Kontinuitas sedang = merupakan kecamatan dengan pertumbuhan produksi perikanan antara 5% sampai 10%
Kontinuitas tinggi = merupakan kecamatan dengan pertumbuhan rata-rata produksi prikanan lebih besar dari 10%
Gambaran Umum&Analisa
Tabel Kontinuitas Bahan Baku Perikanan
Sumber: hasil analisa 2011
Analisa identifikasi faktor penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi industri tersebut. Dalam merumuskan faktor penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan dilakukan penggabungan antara hasil sintesis tinjuan pustaka dengan pendapat lain para ahli atau peneliti serta disesuaikan dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa teoritikal deskriptif.
Analisa Identifikasi Faktor Penentuan Lokasi
Sentra Industri Hasil Perikanan
Faktor penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan didapat setelah melakukan analisa terhadap setiap indikator ang akan diteliti dan variabel yang digunakan dalam penenlitian.
Gambaran Umum&Analisa
Analisa Identifikasi Faktor Penentuan Lokasi
Sentra Industri Hasil Perikanan
1. Indikator bahan baku
Kontinuitas bahan baku turut mempengaruhi penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan. Berdasarkan hasil analisa, tiap kecamatan pada wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan memiliki tingkat kontinuitas yang berbeda-beda.
Berdasarkan undang-undang perikanan RI nomor 31 tahun 2004 dijelaskan bahwa sumber daya perikanan dapat diolah untuk meningkatkan nilai jual produk olahan tersebut melalui .
Urgensi bahan baku ini juga didukung oleh beberapa pendapat peneliti lain, yaitu: Schoroeder (2004), Baridawan (1983), Mulyadi (1990), Sofyan Assauri (1986), Bambang Riayanto (2001) dan Godam (2006). Peneliti tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa bahan baku merupakan faktor penentu utama untuk kelangsungan produksi industri pengolahan. Pada variabel bahan baku yang terdiri dari sub-variabel kuantitas bahan baku dan kontinuitas bahan baku menghasilkan faktor ketersediaan bahan baku.
2. Indikator Pasar
Pasar menjadi variabel berpengaruh pada penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan. Kedekatan pasar dengan lokasi industri akan mempercepat proses distribusi bahan baku ikan, karena pasar merupakan tempat bahan baku didistribukan.
Selain itu, penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir kabupaten Bangkalan juga memperhatikan potensi pasar di kabupaten dan daya beli konsumen. Potensi pasar dapat dilihat dari orde (semakin tinggi orde maka permintaan akan produk olahan akan semakin tinggi), demand terhadap bahan baku ikan dan daya beli konsumen dapat dilihat dari jumlah keluarga sejahtera yang ada tiap kecamatan.
Berdasarkan variabel dan sub-variabel diatas didapatkan faktor pasar sebagai penentu lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan
Gambaran Umum&Analisa
3. Indikator Kesesuaian Lokasi
Penentuan lokasi industri disesuaikan dengan penggunaan lahan lainnya, yaitu menghindari kawasan konservasi, pertanian, dan pemukiman; disesuaikan dengan kondisi fisik lokasi; dan disesuaikan dengan dokumen rencana. Ini ditentukan dalam Keppres No.33 Tahun 1990 tentang penggunaan tanah bagi pembangunan kawasan industri.
Menurut pedoman teknis pengembangan kawasan industri yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan tahun 2001, kriteria dan teknis zona industri terkait lokasi industri mempertimbangkan faktor tanah, topografidan hidrologi.
Pada variabel kesesuaian lokasi dan sub-variabel (kesesuaian fisik lokasi, kesesuaian penggunaan lokasi dan kesesuaian lokasi dengan rencana tata ruang Kabupaten Bangkalan menghasilkan faktor
kesesuaian lokasi.
4. Indikator Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja adalah segala kegiatan jasmani maupun rohani atau pikiran manusia yang ditujukan untuk kegiatan produksi. Posisi faktor tenaga kerja sangat dominan jika dibandingkan dengan faktor produksi lainnya dalam suatu proses produksi, Kardiman (2003). Jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja yang siap pakai. Semakin banyak jumlah penduduk maka akan meningkat pula jumlag tenaga kerja pada wilayah tersebut. Sementara jumlah tenaga kerja sektor perikanan akan berperan dalam menjaga dan meningkatkan jumlah bahan baku ikan yang digunakan dalam kegiatan produksi sentra industri pengolahan hasil perikanan. Dari variabel tenaga kerja dan sub-variabel distribusi penduduk, jumlah angkatan kerja dan tenaga kerja sektor perikanan didapatkan
Gambaran Umum&Analisa
5. Indikator Infrastruktur
Menurut Jayadinata (1986) mengenai lokasi yang berkenaan dengan studi kelayakan suatu industri, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam peninjauan kelayakan lokasi untuk inddustri, yaitu: jalan, jembatan, fas.transportasi, telepon, listrik,dll. Ini dikuatkan dengan adanya pedoman teknis pengembangan kawasan industri yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan tahun 2001, kriteria dan teknis zona industri tentang infrastruktur.
Dalam UU RI tentang perikanan pasal 41 juga dijelaskan bahwa setiap kawasan perikanan perlu ditunjang dengan fasilitas TPI. Selain itu kawasan perikanan juga harus dilengkapi dengan fasilitas pabrik es, ice storage, cold storage (Sumaharta,1997).
Pada variabel infrastruktur yang terdiri dari sub-variabel transportasi (jaringan jalan), sub-sub-variabel utilitas (jaringan listrik, air bersih, telepon) dan sub-variabel sarana penunjang (TPI, keberadaan industri
cool storage dan sarana penangkapan ikan)
Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor
Penentuan
Lokasi
Sentra
Industri
Pengolahan Hasil Perikanan
Uji realibilitas dan validitas dilakukan
dengan alat uji SPSS pada masing-masing
atribut faktor. Nilai realibilitas dapat
dilihat pada hasil nilai alpha, sedangkan
nilai validitas dapat dilihat pada nilai
corrected item-total correlation pada
hasil uji SPSS. Hasil uji validitas dan
reliabilitas variabel dapat dilihat pada
tabel disamping:
Gambaran Umum&Analisa
No Atribut Faktor (R>0,324) Validitas Reabilitas
(α>0,6) Keterangan
1. Kuantitas 0,897 0,883 Valid dan realibel
2. Kontinuitas 0,378 0,908 Valid dan realibel
3. Demand 0,78 0,889 Valid dan realibel
4. Daya beli 0,416 0,907 Valid dan realibel
5. Kesesuaian fisik 0,414 0,907 Valid dan realibel
6.
Kesesuaian
landuse 0,398 0,907 Valid dan realibel
7.
Kesesuaian
RTRW 0,714 0,907 Valid dan realibel
8. Angkatan kerja 0,465 0,892 Valid dan realibel
9.
Tenaga Kerja
sektor perikanan 0,861 0,904 Valid dan realibel
10. Jaringan jalan 0,756 0,885 Valid dan realibel
11. Utilitas 0,759 0,890 Valid dan realibel
12.
Sarana
penangkapan 0,76 0,890 Valid dan realibel
Gambaran Umum&Analisa
Tabel Stakeholder Terpilih Untuk Responden AHP
No Pihak Kedudukan Alasan
1
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Pegawai Bidang Tata Ruang Bappeda sebagai pembuat kebijakan pembangunan wilayah. Bappeda juga mengkoordinasi semua kegiatan perencanaan pembangunan terkait bidang fisik dan bidang ekonomi yang dalam hal ini adalah penentuan lokasi untuk pembangunan ataupun pengembangan sentra industri pengolahan hasil perikanan. Bappeda mampu memberikan pertimbangan dalam penentuan lokasi untuk pembangunan ataupun pengembangan sentra industri pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Bangkalan
2 Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP)
Pegawai Bidang Usaha
Perikanan
DKP melaksanakan perencanaan dan program daerah di bidang kelautan dan perikanan serta upaya penanganan pascapanen, yang dalam hal ini adalah termasuk pengolahan hasil perikanan. DKP bisa memberikan pertimbangan dalam penentuan lokasi untuk pembangunan ataupun pengembangan sentra industri pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Bangkalan.
3 Pengusaha Pengolahan
Hasil Perikanan
Pemilik Home Industri Pengusaha sebagai obyek dari penentuan lokasi industri pengolahan hasil perikanan adalah juga sebagai pihak yang melakukan kegiatan usaha pengolahan hasil perikanan baik skala kecil, menengah, maupun skala besar. Pengusaha bisa memberikan pertimbangan dalam penentuan lokasi untuk pembangunan ataupun pengembangan industri pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Bangkalan.
4. Deperindag
Tim teknis Berperan dalam pengembangan industri serta pemberian bantuan modal usaha bagi industri pengolahan perikanan dan berpengaruh dalam penentuan kebijakan terkait pengembangan sektor industri, termasuk industri pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Bangkalan.
5. Nelayan
1 orang nelayan Nelayan merupakan stakeholder yang memiliki pegaruh besar dalam penentuan lokasi sentra industri pengolahan hasil perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan karena nelayan merupakan pemasok bahan baku ikan untuk kebutuhan industri tersebut.
Gambaran Umum&Analisa
AHP (Analytical Hirarki Proses)
Variabel Bobot Bahan baku 0,410 Pasar 0,285 Tenaga kerja 0,126 Kesesuaian lokasi 0,058 Infrastruktur 0,121
Bobot Faktor/Variabel Penelitian
Untuk varibel-variabel yang diteliti diperoleh nilai inkonsistensi 0.08 dengan 0 missing judgement. Karena nilai inkonsitensi kurang dari 0.1 maka analisa masih bisa dilanjutkan. Subvariabel Bobot Kuantitas 0,097 Kontinuitas 0,261 Demand 0,181 Daya beli 0,041 Angkatan kerja 0,034
Tenaga kerja sektor perikanan 0,080
Kesesuaian dengan fisik tanah 0,009
Kesesuaian dengan landuse 0,005
Kesesuaian dengan RTRW 0,037 Jaringan jalan 0,039 Jaringan listrik 0,021 Jaringan air 0,030 Jaringan telepon 0,007 TPI 0,066 Cold storage 0,018
Sarana penangkapan ikan 0,077
Untuk masing-masing sub faktor/variabel diperoleh nilai inkonsistensi 0.04, sehingga masih dapat digunakan.
Bobot Sub Variabel
Sumber : Hasil Analisa, 2011
Gambaran Umum&Analisa
Peta Klasifikasi Nilai Berdasarkan Kuantitas Bahan Baku
Sumber : Hasil Analisa, 2011
Gambaran Umum&Analisa
Peta Klasifikasi Nilai Berdasarkan Kontinuitas Bahan Baku
Gambaran Umum&Analisa
Peta Klasifikasi Nilai Berdasarkan Jumlah Angkatan Kerja
Gambaran Umum&Analisa
Peta Klasifikasi Nilai Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Perikanan
Gambaran Umum&Analisa
Peta Klasifikasi Nilai Berdasarkan Demand Pasar
Gambaran Umum&Analisa
Peta Klasifikasi Nilai Berdasarkan Daya Beli Masyarakat