• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESOLUSI KONFERNAS II LEKRA. Laksanakan Tavip, djebol terus jang lama, bangun terus jang baru.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESOLUSI KONFERNAS II LEKRA. Laksanakan Tavip, djebol terus jang lama, bangun terus jang baru."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

RESOLUSI KONFERNAS II LEKRA Laksanakan Tavip, djebol terus jang lama, bangun terus jang baru.

Konfernas ke-II LEKRA jang bersidang di Djakarta pada 24 dan 25 Agustus 1964, telah mempeladjari dan mendiskusikan Pidato 17 Agustus Presiden Sukarno “Tahun Vivere Pericoloso”, memutuskan mendukung sepenuhnja dan bersedia bersama-sama Pemerintah dan segenap Rakjat melaksanakan “Tavip”.

Konfernas menganggap “Tavip” sebagai pembuka babakan baru, babakan penting didjalan ofensif Manipolis, djuga dan terutama dibidang kebudajaan.

Garis “Tavip” dibidang kebudajaan, sebagai pengembangan garis Manipol dibidang kebudajaan, merupakan program aksi jang singkat, padat dan tepat, jaitu: “Berantaslah segala kebudajaan asing jang gila-gilaan! Kembalikan kepada kepribadian sendiri. Ganjanglah Manikebu, sebab Manikebu melemahkan revolusi!”

Konfernas gembira bahwa dengan “Tavip” maka sembojan aksi Pleno Palembang PP Lekra jang lalu “Djebol kebudajaan imperialis dan feodal, dan bangun kebudajaan Rakjat dengan mengintegrasikan diri dengan kaum buruh dan tani” ternjata tepatnja sebagai sembojan nasional dbidang kebudajaan.

Dengan “Tavip” maka tak mungkin didua-artikan lagi bahwa jang harus didjebol adalah “segala kebudajaan asing jang gila-gilaan”, bahwa jang harus dibangun adalah “kebudajaan sendiri” dan “kepribadian sendiri”, dan bahwa jang urgen sekali diganjang adalah Manikebuisme dan kaum Manikebuis. Ini adalah tugas nasional, jang tidak satu patriotpun boleh ketinggalan! Ini adalah program aktivitet, jang tidak satu demokratpun boleh menghambatnja dengan pasivitet!

Konfernas ke-II LEKRA menginstruksikan kepada Lembaga LEKRA, kepada semua Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting serta kepada segenap anggota LEKRA untuk setjara serius mempeladjari, mendiskusikan, melaksanakan dan mengamalkan “Tavip” dan melawan setiap sabotase terhadap “Tavip”.

Laksanakan “Tavip”, djebol terus jang lama dan usang, bangun terus jang baru dan madju!

Bersiap untuk Kongres Nasional – II LEKRA

Konfernas II LEKRA jang bersidang di Djakarta pada 24 dan 25 Agustus 1964, telah mendiskusikan setjara mendalam perkembangan dan kegiatan-kegiatan LEKRA sedjak Kongres Nasional I pada Djanuari 1959 di Solo serta tugas-tugasnja selandjutnja dalam menjelesaikan Revolusi Agustus 45 tahap pertama ini, terutama dibidang kebudajaan, sebaik setjara nasional maupun internasional, maka dengan bulat memutuskan untuk melangsungkan Kongres Nasional II LEKRA dalam bulan Mei 1965 jang akan datang, bertempat di Djakarta.

Untuk mensukseskan Kongres ini sepenuhnja dan membikinja benar-benar mendjadi peristiwa nasional jang mempunjai arti sedjarah, terutama dibidang kebudajaan, Konfrenas memutuskan supaja LEKRA serta Lembaga-lembaganja mulai dari Pusat sampai dengan Ranting

(2)

didesa-desa melakukan riset dibidang masing-masing tanpa lepas dari bidang kehidupan dan perdjuangan kaum buruh dan kaum tani sebagai keseluruhan.

Djuga Konfernas sependapat, supaja sedjak sekarang sudah dimulai memobilisasi seluruh anggota LEKRA utnuk mengumpulkan dana bagi pembiajaan Kongres ini.

Konfrensi menjerukan untuk mulai bekerdja dengan sembojan “Dengan mengintegrasikan diri dengan kaum buruh dan kaum tani, kita djadikan Kongres Nasional II LEKRA sendjata melawan imperialis AS dan mengganjang 2 setan desa”.

Integrasikan kegiatan kebudajaan dengan kebangkitan kaum tani.

Dalam mendiskusikan kegiatan-kegiatan LEKRA jang basisnja sudah ada didesa, serta menilai kebangkitan kaum tani jang sedang berlawanan menghapuskan penghisapan feodal didesa, maka Konfernas berkesimpulan bahwa sekalipun didesa masih berdominasi sisa-sisa feodalisme dibidang kebudajaan, tapi sudah ada perubahan mental jang njata sebagai akibat daripada perubahan pikiran. Kaum tani, terutama buruh tani dan tani miskin, pada pokoknja tidak menggantungkan hidupnja lagi kepada tuantanah, tapi sudah berlawanan menentang tuantanah djahat utnuk menegakkan hak-hak hidup jang wadjar. Dalam perlawanan ini kaum tani tidak bisa digertak dan ditakut-takuti lagi, tapi sudah memperlihatkan keberanian, disiplin dan kemampuan berorganisasi. Sembojan BTI, jang mewakili massa tani revolusioner, jang berbunji “satu desa, satu sanggar”, membuktikan adanja tuntutan meningkat daripada kaum tani dibidang kebudajaan.

Konfernas sependapat, bahwa hanja dengan mengintegrasikan kegiatan kebudajaan dengan kebangkitan kaun tani, barulah mungkin mendjadikan bentuk-bentuk kesenian, seperti misalnja drama Rakjat, tjukilan kaju dan poster, njaji dan tari revolusioner dan lain-lain, sebagai sendjata ditangan kaum tani. Pengintegrasian kegiatan kebudajaan ini pertama-tama haruslah berarti pengintegrasian diri setjara total sastrawan, seniman dan pekerdja-pekerdja kebudajaan dengan kaum tani, jang hakikatnja berarti pula satu dalam pikiran dan perasaan dengan kaun tani revolusioner.

Konfernas berkejakinan, bahwa Gerakan Kebudajaan Baru, jaitu memberantas keterbelakangan dan kemaskiatan didesa, tertutama dikalangan buruhtani dan tanimiskin, adalah gerakan membantu memperkuat dajatahan kaum tani setjara fisik dan moral dalam perlawananja terhadap 7 setan desa. Konfrensi menjerukan, supaja seluruh sastrawan, seniman dan pekerdja kebudajaan turut ambil bagian aktif dalam melaksanakan Gerakan Kebudajaan Baru ini.

Teruskan pengganjangan terhadap Manikebu

Konfernas II LEKRA bulat sependapat, bahwa sesuai dengan Amanat Presiden dalam “TAVIP” jang menjatakan, bahwa kemunafikan adalah “sumber dari segala kelemahan, perpetjahan, reformis, kompromis, revisionisme, penghianatan”, dan Bung Karno menjerukan “tendang-keluar orang-orang jang berkepala dua!” maka kaum manikebu harus diganjang terus, karena manikebu adalah kemunafikan dibidang kebudajaan.

(3)

Konfernas menjadari, bahwa pengganjangan terhadap kaum manikebu ini bukanlah pekerdjaan mudah, tapi harus merupakan aksi terus-menerus jang didukung oleh front jang luas. Manikebuis-manikebuis pada dewasa ini masih tjukup banjak bertjokol dilembaga-lembaga pendidikan, keilmuan dan kebudajaan, maka tugas mengexpose dan merintul mereka adalah tugas jang sesuai dengan andjuran “TAVIP”.

Usir Peace Corps dan Tutup Institut-intitut Imperialis AS

Konfernas II LEKRA berpendapat, bahwa Peace Corp AS, Usis dan Pusat Kebudajaan AS, dan Jefferson Library adalah institut-institut dan saluran-saluran utama imperialisme AS untuk melakukan intervensi dan agresi mental terhadap projek neo-kolonialisme ,,Malaysia”, maka institut-institut dan saluran-saluran ini telah merupakan sendjata penting imperialis AS untuk men-subversi dan merongrong ketahanan nasional Rakjat Indonesia. Konfernas menjambut dan mendukung aksi-aksi massa Rakjat jang dilantjarkan, seperti pengusiran dan penolakan terhadap orang-ornag Peace Corps di Kediri, Makassar maupun Denpasar, aksi ambil alih atas Jeffersin Library di Djogja, serta aksi-aksi dan tuntutan-tuntutan menutup Usis dan Pusat Kebudajaan, AS. Aksi-aksi massa Rakjat ini adalah patriotik jang sesuai dengan semangat peningkatan DWIKORA seperti diamanatkan oleh presiden dalam “TAVIP”. Konfernas bermufakat mendesak Pemerintah agar sesuai dengan tuntutan-tuntutan dan aksi-aksi massa Rakjat jang luas ini serta sedjiwa dengan Amanat “TAVIP”, setjara tepat dan bidjaksana bertindak memerintahkan penghentian aktivitet dan penutupan Usis dan Pusat Kebudajaan AS, dibubarkannja samasekali Jefferson Libary dan institut-institut imperialis AS sedjenisnja, dan dipulangkannja segera Peace Corps AS.

Tingkatkan aksi boikot mendjadi penolakan total terhadap film-film imperialis AS

Mendiskusikan aksi-aksi pelaksanaan DWIKORA diseluruh negeri, maka Konfernas menganalisa masalah-masalah aksi boikot terhadap film-film imperialis AS, jang sudah berdjalan selama lebih kurang 3 bulan setjara merata diseluruh tanahair. Konfernas berpendapat, bahwa selama aksi ini berdjalan semua hal-hal negatif seperti “aksi boikot film AS menimbulkan kekatjauan dan penggangguran” atau “merugikan pemerintah daerah” atau “membikin bioskop ditutup karena kekurangan film” dan banjak membela kepentingan imperialis AS maupun oleh orang-orang jang ragu-ragu terhadap kemampuan Rakjat dan dajatahan Revolusi, telah dibantah sendiri oleh kenjataan.

Konfernas berkesimpulan, bahwa penghentian aktivitet AMPAI di Indonesia oleh JM Menteri Perdagangan, sekalipun tidak djelas dasar hukumnja dan pasti akan meragukan tudjuannja, djika tidak diikuti oleh follow-up jang sesuai dengan dasar dan tudjuan aksi memboikotan terhadap film-film imperialis AS tersebut, adalah hasil daripada aksi-aksi Rakjat dalam rangka pelaksanaan DWIKORA.

Konfernas berpendapat, bahwa setelah Amanat “TAVIP” diutjapkan oleh Presiden, maka hanja menghentikan aktivitet AMPAI oleh JM Menperdag seperti jang disiarkan dikoran-koran dan menginstruksikan penghentian aksi boikot film-film imperialis AS oleh JM menperdag jang disampaikan tertulis kepada Panitia Pusat Aksi Pemboikotan FILM-FILM Imperialis Amerika

(4)

Serikat, diikuti oleh kenjataan bahwa sedjumlah besar film-film AS telah tiba di Tandjung Priok untuk dimasukkan, bahwa AMPAI masih berusaha mengirimkan film-film AS di Palembang, bahwa apa jang dinamakan “Indonesianisasi” pengusahaan impor film adalah AMPAI badju-baru jang akan menampung pengjaluran semua film-film AS jang selama ini disalurkan lewat AMPAI, bahwa DFI telah berusaha keras lewat pengusaha bioskop untuk mulai lagi pemutaran film imperialis AS, maka setiap usaha jang mau menghentikan pemboikotan terhadap film-film imperialis AS dan mau memutar kembali film-film-film-film imperialis AS adalah diametral bertentangan dengan Amanat “TAVIP”.

Konfernas achirnja menjimpulkan, sesuai dengan jang dikemukakan oleh “TAVIP”, jaitu “persetudjuan bersama Johnson-Tengku adalah keterlaluan”, “ganjang dengan seluruh semangat dan djiwa “TAVIP”, bahwa aksi boikot film-film imperialis AS dalam rangka pelaksanaan DWIKORA bukan hanja harus berdjalan terus, tapi harus ditingkatkan sampai pada penolakan total disesuaikan dengan tindakan dan sikap imperialis AS selandjutnja.

Dalam rangka me-Manipolkan politik perfilman, jang bertudjuan mendjebol dominasi film-film imperialis, terutama film-film imperialis AS, membangun perfilman nasional dengan berdiri diatas kaki sendiri dan berkepribadian, mengimpor film-film hanja sebagai suplesi dan terutama film-film Nefo, maka Konfernas mendesak kepada Pemerintah, supaja membersihkan aparat-aparat jang mengurus perfilman, terutama DFI, dari unsur manikebu dan unsur-unsur manipolis-munafik lainja, serta menasakomkannja sesuai dengan tuntutan massa Rakjat.

Lawan tjampur tangan imperialis AS di Konggo

Setelah mendiskusikan dengan luas situasi internasional, terutama mengenai perdjuangan kemerdekaan nasional Rakjat-rakjat Afrika, Asia dan Amerika Latin sebagai sjarat perkembangan kebudajaan nasional jang penuh di negeri-negeri tersebut, maka Konfernas sependapat bahwa Rakjat-rakjat AAA jang berdjuang untuk kemerdekaan nasionalnja pada dewasa ini merupakan sasaran utama bagi pengatjauan dan tjampur-tangan imperialisme dunia jang dikepalai oleh imperialis AS. Karena itu adalah wadjar, djika setiap tindakan djahat dan kurangadjar dari para imperialis dimanapun dinegeri-negeri AAA, akan membangkitkan kemarahan dan menggerakan perlawanan Rakjat-rakjat diseluruh AAA.

Maka konfernas dengan bulat mengutuk tjampurtangan imperialis AS jang sekarang ini dilakukannja setjara terang dan litjik di Konggo (Leopolaville). Imperialis AS setjara gila-gilaan telah mengambil bagian langsung dalam penindasan terhadap Rakjat Konggo dengan mengirimkan rombongan militer orang-orang AS dan pesawat-pesawat terbang AS ke Leopolaville untuk membantu kekuasaan jang akan runtuh dari komprador Tjombe jang menindas Rakjat Konggo.

Disamping itu Kofernas berpendapat, bahwa taktik litjik imperialis AS “orang Afrika memerangi orang Afrika”, dengan berusaha mempengaruhi beberapa pemerintah negeri-negeri Afrika jang gujah pendirianja untuk mengerimkan bantuan tentara ke Konggo atas biaja imperialis AS, harus dilawan dengan keras, karena hal ini akan merongrong solidaritet AAA jang merupakan benteng bagi suveremitet negeri-negeri AAA menguras hal-hal dalam negerinja sendiri.

(5)

Konfernas menjerukan kepada Pemerintah dan Rakjat Indonesia jang tjinta kemerdekaan dan kepada seluruh negeri Nefo, supaja prihatin terhadap perdjuangan Rakjat Konggo dan melakukan tindakan-tindakan untuk menghentikan tjampurtangan jang kurangadjar dari imperialis AS di Konggo dewasa ini.

Konfernas menjerukan “Kibarkan Tinggi-tinggi Pandji-pandji Solidaritet AAA!”

Enjahkan imperialis AS dari Asia Tenggara

Dalam mendiskusikan situasi internasional, jang mengenai Asia Tenggara, dimana imperialisme dunia dengan dikepalai oleh imperialis AS sedjak selesainja Perang Dunia II terus-menerus melakukan pengatjauan dan tjampurtangan, baik dalam bentuk agresi bersendjata terang-terangan maupun dalam bentuk infiltrasi, penetrasi, dan subversi, terutama lewat bantuan ekonomi dan bidang kebudajaan, tapi pun di-mana-mana pengatjauan dan tjampurtangan imperialis ini mendapat perlawanan jang setimpal dari massa Rakjat, maka Konfernas setudju sepenuhnja dengan yang dikemukakan Bung Karno dalam pidato “Tavip” mengenai Asia Tenggara, jaitu bahwa “Asiang Tenggara adalah pusar telenja kontradiksi-kontradisi bahwa “penjelesaiannja berarti memotong garis hidup imperialisme dunia.”

Konfernas menjadari sedalam-dalamnja, bahwa dengan didjadikannja Djepang oleh imperialis AS sebagai salah satu pusat kekuatan militernja, bersama dengan India membangun basis militer di Andaman dan Nikobar, bersama dengan Australia membikin pangkalan dipesisir barat laut Australia dan membantu Inggris menegakkan projek neo-kolonialis ,,Malaysia”, serta keanggotaan jang gila-gilaan dari imperialis AS mempertahankan tindakan-tindakannja jang biadab dan kurangadjar seperti di Indo-Tjna, bahwa semua ini membuktikan kekalapan imperialisme dunia jang dikepalai oleh imperialis AS, jang merasa akan kehilangan Asia Tenggara untuk selama-lamanja. Memanglah sedjarah sudah menentukan, dan hal ini hari demi hari dibuktikan oleh perkembangan situasi di Asia Tenggara, bahwa tidak ada jang bisa mentjegah, baik kekalahan imperialis maupun kemenangan Rakjat-rakjat jang berdjuang.

Konfernas berpendapat, bahwa diporos pertahanan Nefo di Asia, jaitu Djakarta, Phnom Phenh, Hanoi, Peking dan Pyongyang, seperti dikatakan oleh Bung D.N. Aidit, maka pos-pos terdepannja adalah terletak di Asia Tenggara, jaitu Indonesia dan Indo-Tjina. Hal inilah jang menerangkan bulatnja dan merantanja kemarahan seluruh lapisan masjarakat di Indonesia terhadap agresi bersendjata imperialis AS terhadap Vietnam Utara.

Dengan mempertimbangkan hal-hal ini semua, maka Konfernas semufakat dengan bulat, bahwa persetudjuan dan dukungan terhadap Pidato “Tavip” pertama-tama berarti meluaskan dan meningkatkan aksi-aksi perlawanan Rakjat diseluruh negeri terhadap imperialisme AS, jang merupakan setan dunia jang mengatjau dan menimbulkan malapetaka di Asia Tenggara.

Enjahlah imperialisme AS dari Asia Tenggara untuk menjelesaikan tugas-tugas Revolusi Agustus 45 sampai keakar-akarnja!

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada saat ini tentu sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena pada tahun ini perayaan idul fitri hanya bisa dilakukan di rumah masing-masing termasuk

Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia Gambaran mengenai orang Indonesia yang direfleksikan dalam puisi ini adalah orang berpikir

belum terpilih sebagai best node. Dengan demikian, penelusuran belum dihentikan dan proses backtracking menghasilkan rute tercepat S-A-B-E-G dengan total waktu tempuh

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan 4% dengan cara langsung dan 8% dengan cara pengecatan giemsa.Tuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui prevalensi

Simpulan pada penelitian ini adalah kadar leptin pada subyek psoriasis vulgaris lebih tinggi dibandingkan bukan psoriasis serta terdapat korelasi positif yang kuat antara

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Efektivitas Heat Exchanger Tipe Shell and Tube akibat Variasi Jarak Baffle dan Baffle Cut” adalah

Sebelum melaksanakan kegiatan praktik mengajar, terlebih dahulu praktikan mengkonsultasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kepada guru pembimbing.Kegiatan

EVM adalah suatu cara untuk melakukan penilaian terhadap manajemen penyimpanan vaksin, sehingga dapat mendorong suatu provinsi untuk memelihara dan melaksanakan manajemen dalam