• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar Jelantah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar Jelantah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar Jelantah

Sjaffriadi, Budi Nurachman, Nugroho Adi Sasongko, Imron Masfuri

Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Jakarta

Email: akoy1953@yahoo.co.id

Abstrak

Kebijakan pemerintah untuk mengurangi konsumsi minyak tanah kemudian digantikan dengan bahan bakar LPG, berdampak kepada sejumlah isu. Diantaranya adalah, masyarakat dibuat untuk tidak memiliki pilihan bahan bakar alternatif untuk memasak, ketergantungan terhadap bahan bakar baru serta perubahan di dalam psikologi sosial. Secara umum, masyarakat yang terlibat langsung di dalam sektor riil seperti pedagang kakilima masih mengharapkan hadirnya bahan bakar alternatif, konvensional dan sederhana yang dapat membantu mereka di dalam aktivitas perdagangan sehari-hari serta aman dalam penggunaan. Kompor Tekan Multifuel adalah kompor yang dapat digunakan untuk berbagai bahan bakar, baik bahan bakar nabati seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jelantah dan biosolar, maupun bahan bakar fosil seprti minyak tanah, solar, dan oli bekas. Dimana pengoperasiannya dengan cara ditekan. Kompor ini terdiri atas dua buah tabung bertekanan dan sebuah burner yang berfungsi sebagai konverter. Prinsip kerja kompor ini adalah dengan mengubah fase bahan bakar cair menjadi gas yang siap untuk terbakar secara spontan.Dalam penelitian ini, digunakan minyak jelantah sebagai bahan bakar dimana merupakan sebuah solusi alternatif yang berdampak positif. Jika minyak jelantah dibuang begitu saja dapat berpolusi atau mengotori lingkungan, sementara jika digunakan untuk memasak kembali, minyak jelantah dapat menyebabkan kanker akibat kandungan yang tinggi dari senyawa polimer, aldehid, asam lemak serta lakton. BPPT sebagai badan pengkajian dan penerapan teknologi berupaya memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi di masyarakat melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna. Keunggulan kompor tekan multifuel yaitu: Pertama dalam hal teknis, kompor ini praktis digunakan karena dibuat secara sederhana meliputi dua tangki dan burner sekaligus, temperatur nyala api cukup tinggi yaitu di atas 1200oC serta dapat digunakan untuk beragam minyak nabati tanpa perlu modifikasi tambahan. Kedua dalam hal Ekonomi, diperoleh alternatif pemanfaatan minyak jelantah, yaitu sebagai bahan bakar alternatif yang memiliki nilai ekonomis dimana menghemat bahan bakar secara signifikan dengan harga minyak jelantah perliternya yang cukup murah. Sementara itu kompor tekan multifuel didesain sesederhana mungkin agar harganya terjangkau oleh masyarakat. Ketiga manfaatnya dalam Kesehatan, karena membantu mengubah pola perilaku masyarakat dalam hal ini penjual gorengan, dimana sebelumnya memakai minyak goreng dalam memasak secara berulang kali yang menurunkan kualitas dan higienis makanan, saat ini dengan menggunakan kompor tekan multifuel mereka memiliki alternatif yang jauh lebih sehat. Potensi ketersediaan minyak jelantah saat ini cukup melimpah jika dilakukan kerjasama dengan pengusaha makanan, juragan penjual gorengan dan rumah makan cepat saji untuk memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan bakar pengganti LPG. Dengan demikian, keberadaan kompor tekan multifuel adalah jawaban untuk menuju kemandirian energi, khususnya di sektor UKM dan Koperasi.

Kata Kunci: Kompor Tekan, Multifuel, Minyak Jelantah

Abstract

Government policy to reduce the consumption of kerosene was then replaced with LPG fuel, impact upon a number of issues. Among them are, people are made not to have a choice of alternative fuel for cooking, dependence on new fuels and changes in social psychology. In general, people who were directly involved in the real sector as a cadger still expect the presence of alternative fuels, conventional and simple that can help them in daily trading activity and safe in use. Multifuel pressure stove is a stove that can be used for a variety of fuels, whether biofuels like coconut oil, palm oil, used cooking oil and biodiesel, as well as fossil fuels like kerosene, diesel fuel and used lubricant, where operated by means of compression. This stove consists of two pressurized tube and a burner that functions as a converter. The working principle of this stove is by changing the phase of a liquid to a gaseous fuel that is ready to ignite spontaneously. In this study, used cooking oil as a fuel which is an alternative solution which had a positive impact. If cooking oil

(2)

oil can cause cancer due to the high content of polymer compounds, aldehydes, fatty acids and lactones. BPPT as the Agency of assessment and application of technology seeks to provide solutions to problems that occur in society through Appropriate Technology Innovation. The advantage of multifuel pressure stove: First in technical terms, this stove is made of practical use because it simply involves two tanks and burner as well, temperature is high at over 1200oC and can be used for a variety of vegetable oils without the need for additional modifications. Second in terms of economy, obtained by the alternative use of used cooking oil, as an alternative fuel that still has economic value which is significantly save fuel with used cooking oil and per liter of fuel prices are quite cheap. Meanwhile, multifuel pressure stove is designed as simple as possible so that the price is affordable to the community. In the third is health benefits, because it helps possibility to change people's behavior patterns in this case the cadgers, which previously used cooking oil in cooking are repeatedly that reduce the quality and hygienic food, this time with the multifuel pressure stoves they have a much healthier alternative. Potential availability of used cooking oil is currently quite abundant if possible to establish cooperation with fast food restaurants to make use of used cooking oil as a fuel substitute for LPG. Thus, the presence of multifuel stove is a solution toward energy independence, especially in the SME sector and cooperatives.

Keywords: Pressure stove, multifuel, waste/ used cooking oil

1. Pendahuluan

Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak tanah untuk memasak harus dibatasi karena sumberdaya alamnya yang terbatas, harga yang mahal, ketidakpastian terhadap ketersediaan dan juga kesulitan pendistribusian bahan bahan terutama untuk lokasi terpencil. Pengenalan kompor yang efisien terhadap bahan bakar dapat mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Penggunaan minyak jelantah untuk kompor tekan berbahan bakar nabati adalah sebuah solusi alternatif yang menawarkan sejumlah keuntungan, baik dari sisi ekonomi, kesehatan, dan ekologi. Minyak jelantah masih memiliki energi thermal yang cukup tinggi jika dibakar. Untuk sejumlah orang, setelah penggunaan beberapa kali minyak jelantah umumnya langsung dibuang. Sementara untuk sebagian orang lainnya, minyak bekas ini dapat digunakan bahkan untuk beberapa kali lagi sampai warna minyak menjadi gelap. Dari sisi kesehatan, makanan yang digoreng dengan minyak jelantah adalah sangat berbahaya dimana menyebabkan efek karsinogenik untuk tubuh manusia. Selanjutnya dari sisi ekologi, minyak jelantah dalam volume besar dapat menyebabkan polusi bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah promosi dan pengenalan kepada pasar, dalam hal ini adalah pedagang kakilima sebagai pengguna langsung di dalam masyarakat. Target yang diharapkan akan tercapai adalah pengenalan Kompor tekan Multifuel prototipe A kepada pengguna akhir dan presentasi hasil percobaan untuk kualitas, kehandalan, kelayakan teknis, dan kenyamanan dalam penggunaan minyak jelantah. Dari pengembangan penelitian, didapatkan model baru yang dinamakan Kompor tekan Multifuel Protipe B yang merupakan optimasi dari Prototipe A dan memiliki kelayakan di dalam harga jual, sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dari masyarakat kelas menengah ke bawah.

2. Landasan Teori

Minyak tanah adalah bahan bakar cair yang digunakan secara luas di negara-negara berkembang. Dalam struktur kimia, minyak tanah mengandung molekul hidrokarbon dengan panjang rantai karbon mulai dari C8 sampai dengan C10. Sementara itu, minyak nabati adalah trigliserol atau asam lemak yang memiliki panjang rantai karbon mulai dari C12 sampai dengan C18. Secara umum, seluruh minyak nabati pada temperatur normal dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar di dalam kompor untuk memasak. Minyak nabati dipandang cukup baik untuk digunakan sebagai subtitusi bahan bakar karena untuk nilai kalor per volume hanya 5% di bawah dari minyak tanah atau bahan bakar diesel [1]. Karena perbedaan di dalam sifat alami fisika dan kimia, bahan bakar cair fosil seperti minyak tanah dan diesel membakar spirtus secara berbeda, tidak seperti bahan bakar nabati. Titik uap (titik flash) dari minyak nabati, sebagai contoh , berkisar antara 180oC sampai dengan 300oC, lebih tinggi jika dibandingkan dengan titik flash dari uap minyak tanah pada 55 - 80oC. Lebih lanjut, visikositas dari minyak nabati kurang lebih 30 kali lebih tinggi dibandingkan dengan minyak tanah. Oleh karena itu, perlu dipikirkan cara atau metode yang baik di dalam pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan bakar di dalam kompor.

Tabel 1 Sifat- sifat Fisika dari Sejumlah Minyak Nabati, Minyak Tanah dan Diesel [2]

Bahan Bakar Titik Nyala °C Viskositas Kinematik 10-6 m²/s Nilai Iodine Nilai Saponifikasi Nilai Kalor Bruto MJ/kg Minyak Kacang-kacangan 340 75,7 103,0 198,0 39,65 Minyak Kelapa 270-300 51,9 10,4 268,0 37,54

(3)

Minyak Sawit 314 88,6 54,2 199,1 39,54 Minyak Rapeseed/ Canola 317 97,7 98,6 174,7 40,56 Minyak Bunga Matahari 316 65,8 132,0 190,0 39,81 Minyak Tanah 50-55 2,2 - - 43,50 Minyak Diesel 55 2,8 - - 45,00

Bahan bakar cair dapat dibakar baik dengan kompor bertekanan dan sumbu. Secara umum, biaya produksi dan perawatan dari dari kompor bersumbu adalah lebih rendah dibandingkan dengan kompor bertekanan. Sementara itu kompor bertekanan memiliki daya keluaran dan efisiensi yang lebih tinggi. Secara umum, daya dari kompor bertekanan berkisar di antara 0,8 sampai 3,5 kW dengan efisiensi 45-52%, sementara daya keluaran dari kompor bersumbu berkisar di antara 0,8 sampai 2,2 kW dengan efisiensi dari 38%-47%. Kualitas pembakaran di dalam kompor bertekanan adalah lebih tinggi dengan emisi yang lebih kecil atau sedikit emisi.

Kompor bersumbu dimanfaatkan dengan menggunakan efek kapilaritas dari fluida. Dalam kondisi ini, minyak nabati tidak dapat digunakan dengan kompor konvensional menggunakan sumbu kapas atau kain. Karena viskositas yang tinggi, kecepatan aliran dari minyak nabati di dalam sumbu adalah sangat kecil. Sebagai konsekuensinya, sumbu tidak dapat dipergunakan untuk menyuplai minyak dan tempat terjadinya pembakaran atau penyalaan api. Oleh karena itu, investigasi dari pemanfaatan minyak nabati sebagai sebagai minyak untuk memasak difokuskan pada kompor bertekanan. Sejumlah studi menunjukkan bahwa minyak nabati dapat dipergunakan secara langsung di dalam kompor minyak tanah bertekanan dengan sejumlah modifikasi kecil. Kompor minyak tanah dikembangkan dengan sejumlah modifikasi sehingga dapat dioperasikan dengan minyak goreng. Vaporizer didesain untuk meningkatkan waktu tinggal dari minyak goreng di dalam nyala api. Dalam kondisi stabil, kompor membakar minyak jelantah dengan nyala api biru. Emisi (asap) hanya terjadi ketika atau saat kompor dinyalakan atau dimatikan.

3. Spesifikasi Teknis

Kompor tekan Multifuel dapat dimanfaatkan dengan menggunakan berbagai bahan bakar seperti minyak nabati, bahan bakar fosil, dan minyak bekas dengan menggunakan dua tangki yang terdiri dari tangki diesel dan tangki minyak nabati. Sebagai tambahan, di dalam kompor terdapat juga sebuah alat yang disebut

dengan konverter yang bekerja untuk mengubah sifat fisik dari minyak yang memiliki visikositas yang tinggi menjadi rendah sebagaimana bahan bakar gas, agar minyak tersebut dapat dengan mudah dibakar pada burner yang merupakan bagian dari konverter.

Kompor tekan Multifuel menggunakan minyak nabati 90-100% (seperti minyak sawit, minyak jarak dan minyak jelantah). Secara umum, minyak jelantah dapat berasal dari minyak sawit atau kelapa, bunga matahari, zaitun atau minyaj goreng lainnya. Dalam penggunaan minyak jelantah, pengolahan awal perlu dilakukan, dinamakan proses screening, pemeriksaan visikositas dan kualitas sebagai sebuah dasar pertimbangan di dalam penentuan apakah dalam penggunaan minyak jelantah akan dicampur atau tidak (sebagai contoh 90-95% minyaj jelantah dengan 5-10% minyak tanah atau diesel atau penggunaan 100% langsung). Data yang ditunjukkan pada tabel 1, adalah desain teknis dari kompor. Pada kompor, tekanan dilakukan dengan menggunakan pompa tangan kecil. Minyak cair akan terevaporasi atau menguap di dalam vaporizer dan keluar melalui sebuah nozzel ke dalam kepala burner dimana aliran berkecepatan tinggi (jet) bercampur dengan udara lingkungan. Ketika meninggalkan kepala burner, campuran minyak nabati dan udara akan terbakar di dalam nyala api. Pengaturan besar kecilnya nyala api dilakukan melalui

sebuah valve dimana laju aliran bahan bakar dikontrol.

Tabel 2 Desain Teknis dari Kompor Tekan Multifuel [4]

DESKRIPSI SPESIFIKASI

Dimensi kompor 30 X 30 X 60 cm Rangka kompor Pipe Diameter 20 mm Pemanas liquid fuel Pipa tembaga

Shield / perisai Stainless steel 304, tebal 1mm

Burner Plate SPCC, tebal 1.2 mm

Tangki Multifuel Kapasitas 5 Liter Tangki Starter Fuel /

M.Tanah Kapasitas 2 Liter

(4)

Gambar 1 Kompor Tekan Multifuel Berbahan Bakar Minyak Jelantah

Kompor Tekan Multifuel yang dikembangkan di PTPSE BPPT adalah sebuah kompor yang menggunakan sebuah burner berperan sebagai sebuah sumbu atau kombustor dari bahan bakar bertekanan. Berdasarkan hasil percobaan, karakteristik dari kompor ini dapat dituliskan sebagai berikut:

 Temperatur pembakaran antara 1000 – 1260oC, dengan warna nyala api biru

 Efisiensi pembakaran antara 55-60%, dan tenaga keluaran antara 0,8 sampai dengan 3,54

 Menggunakan bahan bakar 100% minyak jelantah atau campuran antara minyak jelantah dan minyak tanah/diesel dengan rasio 9:1

 Waktu yang dibutuhkan untuk memasak atau menggoreng relatif sama dengan kompor gas LPG

 Perbandingan penggunaan bahan bakar:

- Kompor tekan Multifuel menghabiskan minyak nabati sekitar 0,80 liter/jam

- Kompor tekan konvensional yang terdapat dipasaran secara umum menghabiskan minyak tanah sekitar 1,30 liter/jam

 Menggunakan 100% produk komponen domestik serta ramah lingkungan

 Kecilnya risiko terjadinya ledakan yang diakibatkan oleh proses pembakaran yang tidak terkontrol

Kompor tekan Multifuel masih menggunakan campuran minyak tanah untuk pemanasan awal kompor untuk mengurangi visikositas minyak nabati dan mempermudah proses evaporasi. Sebaliknya, jika tidak dilakukan pemanasan awal, minyak nabati akan menggumpal atau menyumbat vaporizer dan dalam beberapa saat kompor akan berhenti menyala.

4. Prosedur Pengoperasian

Gambar 2. Konfigurasi Kompor Tekan Multifuel

Prosedur pengoperasian di dalam penyalaan kompor tekan Multifuel adalah sebagai berikut:

 Setelah selesai memasak, valve minyak jelantah ditutup secara perlahan-lahan

 Valve minyak tanah dibuka

 Biarkan kompor menyala dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah untuk tiga menit untuk membakar sisa minyak jelantah yang tidak atau belum terbakar. Perlakuan ini diperlukan untuk mencegah kerak atau pemampatan saluran bahan bakar serta untuk mempermudah kegiatan memasak diwaktu kemudian

 Setelah seluruhnya selesai, valve minyak tanah kemudian ditutup

Gambar 3. Proses Menyalakan Kompor Tekan Multifuel

(5)

Gambar 4. Proses Mematikan Kompor Tekan Multifuel

5. Percobaan

a. Metode Percobaan

Kompor tekan Multifuel digunakan untuk memanaskan 2 kg air selama 30 menit. Di dalam setiap langkah percobaan, digunakan sejumlah jenis minyak nabati. Di dalam inisiasi penyalaan, digunakan minyak tanah untuk memanaskan burner dan Minyak Nabati agar supaya kompor dapat dipergunakan dengan mudah. Sejumlah parameter yang diujicobakan di dalam percobaan ini adalah:

 Pengukuran konsumsi bahan bakar dari kompor tekan Multifuel, untuk mendapatkan rasio konsumsi dari sejumlah bahan bakar minyak nabati

 Pengujian kestabilan temperatur nyala api dari kompor

Tiga jenis Minyak Nabati dengan kemurnian 90% seperti PPO (Pure Palm Oil), Minyak Jarak, dan Minyak Jelantah dipergunakan di dalam percobaan ini.

b. Hasil Percobaan

Gambar 5,6,7,8 dan 9 menunjukkan hasil-hasil percobaan. Di dalam gambar 5 menunjukkan rata-rata konsumsi bahan bakar sekitar 0,30 – 0,45 liter untuk memanaskan 2 kg air untuk sekitar 30 menit. Di dalam 10 kali percobaan, rata-rata ini menunjukkan angka yang kurang lebih sama dan stabil.

Gambar 5 Perbandingan Konsumsi Minyak Nabati

Nilai temperatur nyala api dari proses pembakaran ditunjukkan pada gambar 6. Dari gambar ini, sebagai dapat kita lihat bahwa rata-rata temperatur nyala api adalah sekitar 1000oC – 1200oC dalam sepuluh kali percobaan.

Gambar 6. Perbandingan dari Temperatur Nyala Api Minyak Nabati

Gambar 7. Perbandingan Konsumsi Rata-rata Minyak Nabati

Dari hasil percobaan diketahui perbedaan tidak terlalu besar pada konsumsi rata-rata bahan bakar nabati. Di dalam sejumlah campuran dengan jenis minyak dan perbandingan yang berbeda, konsumsi bahan bakar memiliki rata-rata antara 0,25 sampai dengan 0,45 liter untuk mendidihkan 2 kg air di dalam waktu sekitar 30 menit. Rata-rata yang rendah ini disebabkan oleh efek dari campuran bahan bakar baik minyak fosil dan nabati di dalam minyak jelantah. Hasil percobaan ditunjukkan pada gambar 8.

(6)

Gambar 8. Perbandingan dari Konsumsi Rata-rata Minyak Jelantah pada Sejumlah Campuran yang Berbeda

Gambar 9. Perbandingan Temperatur Nyala Api dari Minyak Jelantah pada Sejumlah Komposisi Campuran yang Berbeda

Berdasarkan hasil dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, sejumlah informasi yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

 Nilai rata-rata dari konsumsi bahan bakar nabati dengan menggunakan PPO, minyak jelantah dan minyak jarak adalah relatif sama

 Di dalam pemanfaatan PPO dan minyak jelantah sebagai bahan bakar nabati tidak diperoleh hambatan atau masalah yang signifikan. Sementara pada penggunaan minyak jarak, pada setiap atau dalam sepuluh menit, terbentuk gumpalan pada spuyer. Tetapi secara umum, kondisi ini tidak mengganggu kinerja dari kompor

 Di dalam pemanfaatan dari minyak jelantah sebagai bahan bakar, menunjukkan hasil yang cukup baik, bahkan kehandalan dapat diasumsikan sampai dengan 95%. Demikian pula pada campuran PPO : Minyak Jelantah : Minyak Tanah dengan rasio sekitar 6 : 3 : 1

 Perbandingan ekonomis antara konsumsi LPG, minyak jelantah dan solar dapat diestimasikan dan diperoleh sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3. Perbandingan Biaya di dalam Konsumsi Harian dari Sejumlah Bahan Bakar [5]

Parameter Minyak Jelantah Minyak Tanah LPG Harga satuan Rp.3000/ liter Rp.1100/ liter Rp.15000/ 3 kg Konsumsi Bahan Bakar 0.75 liter/jam (kompor tekan Multifuel) 1.2-1.3 liter/jam (kompor M.Tanah tekanan tinggi) 500 – 600 gr/jam (kompor LPG tekanan tinggi) Biaya Konsumsi Perjam Rp. 2,250 Rp.13,200 Rp. 2,500 – 3,000

Tinjauan Harga Kompor Harga Kompor < Rp. 400.000 Rp. 150.000 Rp. 150.000 Harga Tabung - - Rp. 125.000 Harga Asesoris termasuk - Rp. 75.000 TOTAL Rp. 400.000 Rp. 150.000 Rp. 350.000

6. Difusi Teknologi Dari Pemanfaatan Kompor Tekan Multifuel

Pemanfaatan lebih lanjut dari produk hasil penelitian BPPT dilakukan dengan cara mekanisme difusi langsung ke masyarakat. Aktivitas difusi diharapkan:

 Untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan dari sifat-sifat alamiah bahan bakar minyak nabati yang memiliki visikositas yang tinggi. Dalam hasil penelitian ini, bahan bakar minyak nabati berhasil dimanfaatkan secara optimal dengan cara perekayasaan desain kompor

 Mempermudah penetrasi produk ke pasar, karena penggunaan atau pengoperasian dari kompor dikenal atau diketahui oleh masyarakat. Tidak ada risiko ledakan, kemudahan dalam perawatan, dan ramah lingkungan

 Untuk memberikan nilai tambah ekonomi (pendapatan tambahan) dan meningkatkan kesejahteraan dari komunitas kelas menengah ke bawah seperti pedagang kaki lima, restauran cepat

(7)

saji, restauran tradisional (Warung Tegal), Industri makanan rumah tangga serta industri kompor tradisional itu sendiri

 Untuk mendukung penerapan program diversifikasi energi, dengan menggunakan berbagai tipe atau jenis bahan bakar (seperti minyak jelantah atau minyak pelumas bekas) karena kompor di desain untuk dapat digunakan pada berbagai jenis bahan bakar

 Untuk mendukung pemerintah di dalam program energi nasional, dalam hal pemanfaatan sumberdaya energi lokal

Untuk memenuhi ekspektasi dari aktivitas difusi teknologi, sejumlah aksi telah dan sedang dilakukan di dalam program ini adalah:

 Menyiapkan dan memproduksi sejumlah paket kompor tekan bahan bakar nabati prototipe A. Fabrikasi dan kontrol kualitas dilakukan oleh tim BPPT bersama dengan industri kompor di Bandung, Jawa Barat

 Distribusi dari paket kompor gratis ke komunitas. Dalam hal ini adalah para pengguna langsung seperti pedagang kaki lima (penjual gorengan) dan restauran tradisional (Warung Tegal). Sekitar dua puluh paket kompor telah didistribusikan di daerah pemukiman kota Bekasi

 Sekitar tiga kali perminggu (selama satu bulan) tim BPPT melakukan inspeksi dan evaluasi. Sejumlah catatan berhasil dikumpulkan dan dirangkum berkaitan dengan pengoperasian, perawatan, kenyamanan, dan tingkat keamanan

 Pengumpulan informasi mengenai pendapatan harian dari pedagang kaki lima dan restauran tradisional serta analisa mengenai kemampuan daya beli kompor

 Melakukan evaluasi final dan mengusulkan sejumlah rekomendasi yang kemudian berhasil dihasilkan kompor tekan Multifuel baru (prototipe B)

 Penyusunan studi kelayakan untuk pendistribusian secara luas kompor tekan Multifuel kepada masyarakat di sejumlah tempat atau daerah

Gambar 10. Sosialisasi dan serah terima kompor Tekan Multifuel di Kota Bekasi Selasa,21 Februari 2012

7. Kesimpulan

Minyak nabati seperti PPO (Pure Palm Oil), minyak jelantah dan minyak jarak menunjukkan kemampuan nyala dan pembakaran yang baik di dalam kompor yang telah didesain, dengan kondisi operasi yang cukup stabil serta temperatur nyala api yang tinggi

Pengembangan dari kompor tekan Multifuel Prototipe A berhasil dilakukan termasuk kegiatan kontrol kualitas dari material, kelayakan teknis, keandalan, tingkat kenyamanan dan keselamatan dalam penggunaan bahan bakar lokal (seperti minyak jelantah dan solar atau minyak tanah)

Model baru (Prototipe B) berhasil diperoleh sebagai hasil dari pengembangan Prototipe A serta diperoleh rentang kelayakan harga jualnya yang telah disesuaikan dengan kondisi sosial-ekonomi dari kemampuan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawa atau pengguna langsung, seperti Penjual Gorengan dan Restauran Tradisional (Warung Tegal).

(8)

Daftar Pustaka

[1] E. Stumpf and W. Mühlbauer, Plant Oil As Cooking Fuel – Development of a Household Cooking Stove for Tropical and Subtropical Countries. Germany, Hohenheim University, Institute for Agricultural Engineering in the Tropics and Subtropics, 2002.

[2] W. Mühlbauer, A. Esper, E. Stumpf and R. Baumann, Rural Energy, Equity and Employment: Role of Jatropha Curcas, Workshop. Hohenheim University, Stuttgart, Germany, 1998.

[3] Basics of burning Jatropha oil for lighting. http://www.jatropha.de/lamps/princ-burning.htm, Oktober 2001.

[4] Sjaffriadi, Kompor Tekan Minyak Nabati TPSE – TIEM BPPT, Program Insentif RISTEK 2009 – 2011.

[5] Sjaffriadi, Laporan Uji Coba Kompor Minyak Nabati TPSE – TIEM BPPT, 2008.

Gambar

Tabel  1  Sifat-  sifat  Fisika  dari  Sejumlah  Minyak  Nabati, Minyak Tanah dan Diesel [2]
Tabel  2  Desain  Teknis  dari  Kompor Tekan  Multifuel  [4]
Gambar 2. Konfigurasi Kompor Tekan Multifuel
Gambar  6.  Perbandingan  dari  Temperatur  Nyala  Api  Minyak Nabati
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sidik Ragam Jumlah Daun per Helai Bawang Merah umur 4 MST Pengaruh Teknis Irigasi dan Pemberian Pembenah Tanah di Lahan Pantai pada Tanah Entisol ... Rata-rata

Hasil sidik ragam menunjukan tidak ada interaksi antara ketebalan media tanam dan dosis dolomite terjadi variabel pengamatan bobot segar tubuh buah, tinggi tubuh buah,

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi pengaruh dari variabel bebas yaitu strategi pengembangan produk kecap Bango rasa manis pedas gurih yang berupa

január 1-jével P ócs Tamás került a botanikus kert élére, majd 1984-től, Tanzániába történt távozása után, B orhidi Attila, az intézet igazgatóhelyettese vette

A nyugat-magyarországi Habsburg-fennhatóság alatt i területeket létrehozó fegyver- szüneti és békeegyezmények tulajdonképp igazi zálogbirtokokat legfeljebb Fraknó és

Dokumen Penetapan Lokasi Pembangunan dan Kriteria Pengadaan Tanah Baik Secara Langsung Maupun Melalui Tahapan Perpres No 71/2012, 2... KEUANGAN DAERAH,/ Program

 Konflik adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih banyak anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka, atau aktifitas kerja dan atau

Total energi hidrolik yang dihasilkan dari tekanan reservoir untuk pompa piston tunggal tanpa kontrol selama 1000 detik adalah 22.373.910 J sedangkan total energi