• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Riska Ratnawati Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Riska Ratnawati Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS, RIWAYAT KELUARGA DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DM TIPE 2 PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI

PENYAKIT DALAM) RSU KOTA MADIUN TAHUN 2015

ABSTRAK

Riska Ratnawati

Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Mengingat jumlah penderita DM tipe 2 semakin meningkat setiap tahunnya yaitu dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 bahkan usia muda sudah terdeteksi menderita DM tipe 2 maka perlu adanya upaya untuk pencegahan dan penangulangan penyakit tersebut. Untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya peningkatan kasus DM tipe 2, maka masyarakat maupun pemerintah perlu mengetahui faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 dan mengukur besarnya pengaruh faktor resiko.

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik, dengan desain case control study. Populasi studi adalah pasien rawat jalan di RSU Kota Madiun yang berdasarkan kriteria PERKENI. Jumlah sampel adalah 150 orang dengan 75 kasus dan 75 kontrol.

Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 di RSU Kota Madiun adalah responden dengan : riwayat keluarga dengan DM tipe 2 (OR = 5,6; 95% CI=2,6-12,2).

Bagi institusi kesehatan agar meningkatkan informasi tentang pencegahan terhadap faktor risiko Dm tipe 2 dan monitoring prevalensi Dm tipe 2. Bagi masyarakat agar melaksanakan upaya pencegahan berbagai macam faktor risiko terjadinya DM tipe 2.

(2)

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang mengganggu kemampuan tubuh dalam menggunakan dan menyimpan gula. Dalam proses metabolisme tubuh, insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas yang memegang peranan penting dalam memasukkan glukosa kedalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Bila tidak ada insulin maka glukosa tidak bisa masuk kedalam sel akibatnya glukosa tetap berada dalam pembuluh darah dan menyebabkan kadar gula darah meningkat (hiperglikemi) 1. Menurut Davidson (2004) DM tipe 2 merupakan penyakit heterogen yang terjadi akibat penurunan sensitifitas insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulin yang ditandai dengan ditandai dengan tiga hal utama yaitu: insulin resisten, kerusakan sekresi insulin yang bukan karena proses autoimun, dan peningkatan sekresi glukosa oleh liver.2

Diabetes Melitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes,2005) 3.

Penyakit ini jika tidak terkontrol bisa menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah/kapiler yang menyebabkan gangguan aliran darah ke jaringan sehingga terjadi komplikasi akut dan kronis (Brunner and

Suddarth,2002).4 Komplikasi akut dari DM

tipe 2 antara lain : koma hipoglikemia dan hiperglicemia ketoasidosis ataupun non ketoasidosis yang dapat menyebabkan tingginya angka kematian akibat diabetes

melitus (Boedisantoso,2009) 5. Sedangkan

komplikasi kronis di bagi menjadi dua yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh darah kecil (komplikasi mikrovaskular) seperti pada ginjal dan retina mata dan komplikasi yang mengenai pembuluh darah besar (komplikasi makrovaskular) seperti pada jantung, pembuluh darah otak dan pembuluh darah tungkai bagian bawah (Waspadji, 2007) 6.

Kerugian yang dihasilkan akibat dari komplikasi DM antara lain menimbulkan kerugian baik secara individual maupun sektor kesehatan secara keseluruhan. Biaya langsung seperti biaya perawatan dan pencegahan komplikasi diabetes melitus dan biaya tidak langsung seperti hilangnya produktivitas akibat sakit, kecacatan dan kematian, serta berkurangnya kualitas hidup dan semangat hidup diyakini lebih besar dibandingkan dengan bukan penderita diabetes melitus (WHO,2010) 7.

Berdasarkan peta prevalensi diabetes WHO pada tahun 2003, Indonesia menempati urutan keempat terbesar jumlah penderita DM di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat. Jumlah penderita DM akan terus meningkat dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 . DM Tipe 2 mempunyai prevalensi tertinggi diantara jenis Diabetes Melitus lainnya yaitu dapat mencapai 80% lebih dari keseluruhan penderita Diabetes baik di dunia maupun di Indonesia. Hal yang mengkhawatirkan bahwa onset munculnya DM tipe 2 memiliki kecenderungan pada usia yang lebih muda, yaitu 56 tahun 1988-1994 menjadi 46 tahun 1999-2000 (Richelle J. Koopman, 2005) 8.

(3)

RSU kota Madiun merupakan salah satu rumah sakit di Madiun dengan jumlah kasus DM tipe 2 yang mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir ini. Menurut data dari rekam medis RSU kota Madiun, pada tahun 2013 dan tahun 2014 penyakit DM tipe 2 menduduki peringkat pertama dari 10 besar penyakit di Kota Madiun. Peningkatan jumlah kasus DM tipe 2 dari tahun 2013 ke tahun 2014 mencapai dua kali lipat lebih, yaitu pada

tahun 2013 sebanyak 3.021 kasus dan tahun

2014 sebanyak 6.550 kasus (Rekam Medik RSU Kota Madiun, 2014). Hal ini jika tidak ada upaya pencegahan terhadap penyakit DM tipe 2 di khawatirkan jumlah kasus setiap tahunnya akan terus meningkat.

Faktor risiko penyebab terjadinya DM tipe 2 dikelompokkan menjadi tiga , yaitu faktor sosio demografi (seperti : umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan dan pekerjaan), faktor perilaku dan gaya hidup ( seperti : konsumsi sayur dan buah, kebiasaan merokok,konsumsi alkoho dan aktivitas fisik), dan faktor keadaan klinis atau mental indeks (seperti : kegemukan, obesitas sentral dan stres). Faktor perilaku mempunyai pengaruh besar terhadap status kesehatan baik individu maupun masyarakat

(Sarwono, 1997) 9. Pada DM tipe 2 terjadi

ketidakmampuan tubuh untuk berespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan oleh pankreas (resistensi insulin) sehingga tidak tercapai kadar glukosa normal dalam darah (Sidartawan, 2005) 10.

Strategi pencegahan DM tipe 2 telah

disusun oleh International Diabetes

Federation (IDF) melalui 3 langkah yaitu : identifikasi kelompok beresiko tinggi , pengukuran besarnya resiko dan intervensi untuk mencegah berkembangnya DM tipe 2, namun faktanya justru orang-orang yang

terdeteksi menderita DM tipe 2 jumlahnya semakin meningkat setiap tahunnya bahkan usia muda sudah terdeteksi menderita DM tipe 2 (National Institute for Health and Clinical Excellence, 2011) 11. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit DM tipe 2 dan besarnya pengaruh.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian

observasional dengan pendekatan case

control. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2015 pada populasi penderita DM tipe 2 di RSU Kota Madiun yang berjumlah 150 orang terdiri dari 75 kasus dan 75 kontrol. Cara

pengambilan sampel dengan purposive

sampling yaitu sampel diambil berdasarkan kriteria penelitian yang ditentukan oleh peneliti di RSU Kota Madiun. Dalam menentukan kriteria penelitian terdapat variabel yang dikendalikan yaitu usia responden yang dibatasi antara 20-44 tahun. Variabel independent dalam penelitian ini adalah obesitas, riwayat keluarga dan aktifitas fisik, sedangkan variabel dependen adalah penyakit DM tipe 2. Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan berdasarkan catatan rekam medik RSU Kota Madiun. Hasil penelitian di analisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis

bivariat menggunakan chi-square sedangkan

analisis multivariat menggunakan regresi logistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden

1. Tingkat pendidikan

Lama pendidikan sebagian besar responden pada kasus dan kontrol adalah

(4)

pendidikan tinggi. Variabel pendidikan dibagi menjadi dua kategori yaitu pendidikan rendah dan pendidikan tinggi. Pendidikan rendah yaitu bila responden berpendidikan antara tidak pernah sekolah sampai tidak tamat SMP. Sementara itu, pendidikan tinggi yaitu bila responden berpendidikan lulus SLTA sederajat sampai dengan tamat perguruan.

Grafik 1 Distribusi tingkat pendidikan subyek penelitian DM tipe 2

di RSU Kota Madiun

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin responden kasus maupun kontrol sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Kasus sebesar 57,3% dan kontrol 60,0%.

Grafik 2 Distribusi jenis kelamin subyek penelitian DM tipe 2

di RSU Kota Madiun

3. Pekerjaan

Responden kasus maupun kontrol sebagian besar tidak bekerja. Responden pada kasus yang tidak bekerja sebesar 72 % dan kontrol 94,7%.

Grafik 3 Distribusi pekerjaan subyek penelitian DM tipe 2

4. Pendapatan

Kondisi ekonomi dilihat dari rata-rata pendapatan keluarga setiap bulan. Pada hasil penelitian Pendapatan keluarga responden pada kasus sebagian besar di bawah Upah Minimum Regional (UMR) Kota Madiun ( Rp 1.066.000,00) yaitu sebesar 53,3 %, sedangkan sebagian besar responden pada kontrol mempunyai pendapatan di atas UMR yaitu sebesar 57,3 %.

Variabel penelitian yang berhubungan terhadap kejadian DM tipe 2

1. Riwayat keluarga

Distribusi riwayat keluarga DM tipe 2 berdasarkan kasus dan kontrol di RSU Kota Madiun No Riwayat keluarga Kategori responden Nilai p OR Kasus Kontrol n % n % 1 Ada 39 52,0 12 16,0 0,00 5,6 ( 2,6-12,2) 2 Tidak tahu 36 48,0 63 84,0

(5)

Riwayat keluarga memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kejadian DM tipe 2 dengan nilai p= 0,00. Resiko untuk terjadinya DM tipe 2 pada subyek yang memiki riwayat DM tipe 2 sebesar 5,6 kali dibandingkan mereka yang tidak tahu keluarganya menderita DM tipe 2. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Cuasay L, et.al (2005) bahwa riwayat keluarga berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 di Houston Texas dengan OR sebesar 4,712. Dari hasil analisis univariate faktor resiko DM tipe 2 pada keturunan lebih besar jika ibu memiliki riwayat DM tipe 2. Hal ini dimungkinkan karena bapak yang memiliki riwayat DM tipe 2 belum pernah diperiksa gula darahnya. Selain itu kemungkinan disebabkan karena dalam pengambilan responden tidak memperhatikan proporsi jenis kelamin, dimana dalam penelitian ini responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada yang laki-laki.

Variabel-variabel penelitian yang tidak berhubungan terhadap kejadian DM tipe 2 1. Obesitas

Distribusi riwayat obesitas berdasarkan kasus dan kontrol faktor resiko penyakit

DM tipe 2 di RSU Kota Madiun

No Obesitas Kategori responden Nilai p OR Kasus Kontrol n % n % 1 Obesitas 63 84,0 53 70,7 0,05 2,2 (0,9-4,8)

Hasil analisis tabulasi silang

didapatkan nilai odd ratio (OR) sebesar

2,2 dengan p= 0,05 yang secara statistik tidak bermakna, yang berarti tidak ada hubungan antara obesitas dengan

kejadian DM tipe 2. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali FM et all bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian

DM tipe 2 13, sejalan juga dengan

penelitian yang dilakukan oleh Benner dkk tahun 2008 pada populasi orang dewasa di Qatar. Hasil penelitian Benner menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara obesitas dengan kejadian penyakit DM tipe 2. Adanya pengaruh antara obesitas dengan penyakit DM tipe 2 karena orang yang obesitas memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuhnya dan sel-sel tersebut tidak bisa merespon insulin dengan baik.

Tidak adanya hubungan antara obesitas dengan kejadian DM tipe 2 pada uji bivariat mungkin disebabkan karena beberapa hal, antara lain : Kota madiun memiliki banyak pelayanan kesehatan seperti Psbindu (Pos pelayanan terpadu, untuk penyakit tidak menular) yang memfasilitasi masyarakat. Dari hasi analisis univariat diketahui sebagian besar masyarakat kota Madiun berpendidikan tinggi, berpenghasilan di atas UMR dan tidak bekerja jadi dimungkinkan Orang yang beresiko punya kesadaran memeriksakan diri sewaktu-waktu. Kemungkinan telah banyak orang yang mengetahui bahwa dirinya DM dan minum obat. Hal ini menyebabkan bias karena tidak dilakukan skrining pada waktu penelitian dilakukan. Kelompok tersebut seharusnya masuk dalam kategori DM namun da.lam penelitian ini masuk dalam kategori Non DM.

Selain hal di atas bias sangat mungkin terjadi pada penilaian obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).

(6)

Pengukuran IMT berdasarkan BB dan TB responden. Bias yang sangat mungkin terjadi adalah tidak akuratnya alat ukur timbangan dan alat ukur berat badan. Yang kemungkinan terjadi alat ukur timbangan belum dikalibrasikan, selain itu dalam pengukuran tinggi badan agak sulit, biasanya pita ukur ditempel di dinding dan memungkinkan ketidaktepatan dalam pemasangan dan penempelan. Selain itu posisi badan responden sangat mempengaruhi hasil ukur. Posisi badan saat pengukuran yang tidak tepat sangat mempengaruhi kualitas data yang dihasilkan.

2. Aktifitas fisik

Distribusi aktifitas fisik berdasarkan kasus dan kontrol faktor resiko penyakit DM

tipe 2 di RSU Kota Madiun

No Aktifitas fisik Kategori responden Nilai p OR Kasus Kontrol n % n % 1 Tidak bernilai 30 40,0 30 40 0,852 1,07 (0,5-1,9) 2 Bernilai 45 60,0 45 60

Hasil analisa tabulasi silang membuktikan mereka yang melakukan aktifitas fisik yang tidak bernilai dan yang bernilai terhadap kesehatan dengan OR=1

dan 95% Confidence Interval (CI) :

0,5<OR<1,9 (p=0,852) secara statistik tidak bermakna. Dengan demikian tidak ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian DM tipe 2.

Hasil analisis tabulasi silang didapatkan nilai p= 0,852 yang secara statistik tidak bermakna, yang berarti tidak ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian DM tipe 2.Tidak adanya hubungan aktifitas fisik ini mungkin disebabkan karena dalam mengukur kegiata aktifitas fisik hanya berdasarkan

klasifikasi jenis pekerjaannya belum berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan pada waktu melakukan aktifitas.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. Position statement: Standards of Medical Care in Diabetes 2010. Diab Care. 2010;33(Suppl.1).

Davidson, Josh.A. Preventing Diabetes in the Prediabetic. 2004.

Depkes RI. Jumlah Penderita Diabetes Indonesia Ranking ke-4 Dunia. 2005

Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal

Bedah. Penerbit EGC. Jakarta, 2002;Volume 2

Boedisantoso, R. Komplikasi Akut Diabetes Melitus dalam Buku Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu (Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter dan Edukator). Balai Penerbit FKUI.Jakarta, 2009. Edisi ke-2, Cetakan ke-7.

Waspadji, Sarwono. Pertanyaan Pasien dan Jawabannya tentang Diabetes.. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2007

World Health Organization. Prevalence of Diabetes in The Who South-East Region, 2010

Richelle J. Koopman, MD, MSArch G. Mainous III, PhD, Vanessa A. Diaz, MD, MS, Mark E. Geesey, MS. Changes in Age at Diagnosis of Type 2 Diabetes Mellitus in the United States, 1988 to 2000, 2005. Ann Fam Med 2005;3:60-63)

Sarwono, Solita. Sosiologi Kesehatan.

Penerbit Gajah Mada. Yogjakarta, 1997 Sidartawan. Jumlah Penderita Diabetes

Indonesia Ranking ke-4 Dunia, 2005 National Institute for Health and Clinical

Excellence, 2011

Cuasay LC., Lee Es, Orlander PP, Steffen-Batey L. Hanis CL. Prevalence and Determinant of Type 2 Diabetes Among Filipino-Aamericans in the Houston, Texas Metropolitan Statistical Area. Diabetes Care 2005 : 24 (12). P.2054-8.

(7)

Ali FM,et,al. The Diabetes-Obesity : Evidence from the world health survey. US National Library of Medicine National Institute Health: 2014.Bennet,P. Epidemiology of Type 2 Diabetes Mellitus.In (Le Roith et.al.,eds), Diabetes Mellitus a Fundamental and Clinical Text. 2 nd ed. Philadelphia:Lippincott William & wilkins; 2000.p.544-7.

Referensi

Dokumen terkait

‡ Knowledge of thermal expansion is required in long span bridge girders, high rise buildings subjected to variation of temperatures, in calculating thermal strains in chimneys,

Maksud penulisan laporan Tugas Akhir adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran pada produk tabungan impian di BRI Syariah KCP Cilacap. Dalam hal

Berdasarkan struktur produksi perusahaan di Jepara dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu: (1) perusahaan terpadu, yang menghasilkan produk jadi atau produk setengah

Ditanya: (a) Jarak mendatar objek terhadap dasar laut dibawah towfish, (b) panjang objek dilapangan, (c) lebar objek dilapangan, dan (d) tinggi objek Dijawab:.. (a) Jarak

Saya mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan jumlah yang ditetapkan.. Hasil pekerjaan yang telah saya kerjakan sesuai dengan standar yang ditentukan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diagram use-case, diagram kelas analisis yang telah dibuat dan juga perancangan antarmuka, kelas-kelas pada perangkat lunak ini akan

Sindrome piriformis merupakan gangguan neuromuskular  yang terjadi ketika saraf sciatic terkompresi atau teriritasi oleh otot  piriformis yang menyebabkan

Jadi dapat disimpulkan bila formasi yang akan dilalui oleh bubur semen merupakan formasi yang porous dan permeable, maka perlu penambahan additive yang sesuai sebelum