• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Humor memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Humor memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1Latar Belakang

Humor memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika dulu menambahkan sentuhan humor dianggap sebagai hal yang konyol, sekarang, humor dapat diterima oleh masyarakat dengan mudah. Fungsi utama humor ialah menghibur. Humor membuat seseorang tertawa dan rileks. Pengelolaan humor dengan baik dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, kritikan, dan hiburan. Humor juga dapat meningkatkan hubungan sosial antara pengguna atau penutur dengan lawan tuturnya.

Kelucuan pada humor bersifat relatif. Humor tidak dapat ditransfer dengan mudah dari satu budaya serta bahasa ke budaya serta bahasa yang lainnya (Giyatmi, 2005:2). Hal ini disebabkan humor merupakan hasil persepsi budaya. Budaya dari individu atau masyarakat memicu timbulnya suatu humor. Selain itu, konteks juga berperan penting dalam humor. Tanpa mengerti konteks, seseorang akan kesulitan dalam memahami humor tersebut.

Seiring perubahan anggapan terkait humor, pemanfaatan humor sebagai sarana hiburan disampaikan melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Penyampaian humor melalui media cetak dapat berbentuk kolom komik dalam surat kabar, novel atau buku komedi, dan ilustrasi buku. Adapun humor dalam media elektronik penyebarannya melalui media sosial atau chatting (Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lain sebagainya), televisi, dan radio.

(2)

Radio merupakan media massa elektonik yang bersifat auditif. Dalam hal ini, radio memiliki batasan pada bunyi atau suara yang hanya dapat ditangkap oleh indra pendengaran. Tidak hanya sebagai media berita yang menyampaikan berbagai informasi, radio juga berfungsi sebagai media hiburan yang menyampaikan humor kepada pendengarnya. Salah satu saluran radio yang menyampaikan humor adalah saluran radio Prambors.

Saluran radio Prambors merupakan salah satu saluran radio nasional yang disiarkan di delapan kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta (102.2 FM), Bandung (98.4 FM), Makasar (105.1 FM), Medan (97.5), Semarang (102 FM), Yogyakarta (95.8 FM), Solo (99.2 FM), dan Surabaya (89.3 FM). Pada mulanya, Prambors merupakan saluran radio swasta yang dibentuk oleh sekelompok pemuda. Pada waktu itu saluran radio ini hanya disiarkan di daerah Jakarta. Sejak tahun 1971, saluran Prambors mulai mengudara sebagai saluran radio nasional yang bersegmen remaja. Menyapa pendengar dengan sebutan kawula muda, saluran Prambors menghadirkan berbagai acara segmentif yang menghibur. Salah satu acaranya yaitu Desta and Gina in The Morning yang memanfaatkan humor sebagai media hiburannya.

Desta and Gina in The Morning disiarkan setiap hari Senin sampai Jumat pada pukul 06.00—10.00 WIB. Acara tersebut dipandu oleh Deddy Mahendra Desta dan Nycta Gina. Terdapat dua segmen khusus humor dalam siaran tersebut, yaitu Iseng Ah dan Miss Dongdong. Miss Dongdong yang selanjutnya disebut MDD merupakan segmen acara berbentuk komedi yang berisi konsultasi antara pendengar dengan MDD. Dalam acara tersebut pendengar dapat menceritakan

(3)

permasalahan yang dimiliki dan mendapatkan saran atas permasalahan tersebut. MDD merupakan sebuah lakon yang diperankan oleh Nycta Gina. Kelucuan terjadi karena saran yang diberikan oleh MDD bersifat tidak terduga dan terkadang tidak solutif.

Sebagai segmen acara yang menyampaikan humor melalui radio, MDD memiliki karakteristik tertentu, baik dari segi bahasa maupun bukan bahasa yang membuatnya menarik untuk diteliti. Humor dalam wacana ini berbentuk dialog interaktif yang membutuhkan minimal dua partisipan. Humor terjadi antara pendengar dengan MDD yang tersambung via pesawat telepon. Tema humor bersifat acak tergantung pada respons atau feed-back pendengar. Baik MDD atau pendengar tidak mengetahui latar belakang satu sama lain, namun MDD harus memberikan saran atas permasalahan yang dimiliki pendengar. Dengan saran tersebut, MDD memancing respons pendengar untuk sama-sama memberikan kesan lucu pada humor tersebut.

Wacana humor MDD memiliki struktur wacana yang lengkap dan kompleks. Wacana humor ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Bagian awal merupakan pembuka wacana, tengah adalah isi, dan akhir adalah penutup. Bagian pembuka dalam wacana humor MDD berisi sapaan dan perkenalan antara MDD dengan penelepon, contoh:

(01) MDD : Halo Miss Dongdong speaking, dari siapa ini? PN : Dari Halim, Miss Dongdong.

MDD : Ada perlu apa ya?

(Eps. Kolaborasi, 04 November 2015) Untuk memulai percakapan sekaligus membuka wacana, MDD dan penelepon sama-sama memperkenalkan diri. Terdapat beberapa jenis tindakan

(4)

memperkenalkan diri dalam wacana humor MDD, seperti adanya plsetan dan beberapa jenis sapaan yang digunakan untuk membuka wacana. Hal-hal tersebut akan dibahas secara khusus pada bab selanjutnya.

Bagian isi wacana humor MDD dibagi menjadi dua yaitu penyampaian masalah oleh penelepon dan penyampaian saran oleh MDD . Topik permasalahan dalam wacana ini bersifat acak, namun masih dalam ruang lingkup masalah keseharian pendengar, seperti masalah ekonomi, sosial dan pergaulan, perasaan, dan lain sebagainya. Contoh isi dalam wacana humor MDD dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

(02) MDD : Kalau Viko ini mau tanya apa sih sama aku? PN : Ini kan saya baru mulai kerja, untuk masalah

nikah, ke depannya kira-kira saya pantesnya di umur berapa ya?

MDD : Kalau pengen nikah gitu ya? Sekarang kamu udah kerja, gaji berapa gaji sebulan?

PN : Gaji sekitar tiga jutaan lah Miss.

MDD : Yang namanya mau menikah itu kan harus didasari oleh kemapanan. Kalu rumah udah punya belum? PN : Rumah, rumah udah punya tapi masih rumah

punya orang tua, Miss.

MDD : Berarti itu namanya belum punya pe‟a! PN : Solusinya gimana Miss?

MDD : Tar dulu, kamu orangnya nggak sabaran banget sih. Pengen langsung aja. Nih, aku kasih rincian buat kamu nih. Rumah nih ibarat kata, kamu beli 300 juta deh, terus mobil 150 juta deh gitu ya. Terus udah gitu kalau mau nikah coba. Kamu harus mesti sewa dekorasi, harus juga mungkin sewa hiburan. Kalau mau seru acara hajatan itu kamu sewa penyanyi dangdut. Mandacelo deh yang nyanyi cumi-cumi, nih kayak gini (memutar musik dangduut) itu aja perlu biaya berapa. Yaudah deh sewa banci deh biar seru acaranya. Kalau banci kayak gini nih suaranya (memutar suara banci). Nah kan, tuh perlu biaya, emang kalau resepsi cuman sedikit? Mau undang berapa orang sih?

(5)

MDD : Ribuan. Tu kan kamu harus memikirkan volume makanannya yang harus kamu sediakan. Misalnya satu baskom sirup harus cukup untuk berapa orang. Kamu harus ember-emberin sirupnya. Ya kira-kira biaya resepsi ya 100 juta lah ya. Ditotal-total sekitar 600 juta. Kalau mau nikah 600:3=200 bulan, itu kurang lebih… ntar deh kira-kira 16 tahun 8 bulan lagi lah kamu baru nikah. Itu pun kalau nggak pake makan ya, baru tercukupi biaya, tu biaya.

PN : Yah Miss, kalau kayak gitu mah saya keburu mati, kelamaan.

(Eps. Modal Nikah, 15 September 2015) Kutipan (02) merupakan contoh isi dalam wacana humor MDD yang memuat penyampaian masalah dan penyampaian solusi.

Adapun bagian penutup dalam wacana humor MDD berisi sapaan untuk mengakhiri percakapan. Sapaan yang terdapat pada bagian akhir wacana disebut sapaan penutup. Terdapat beberapa jenis tindakan yang dilakukan MDD dan penelepon untuk mengakhiri percakapan. Pembahasan lebih komprehensif terkait tindakan tersebut disampaikan dalam bab selanjutnya.

Humor pada MDD memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan tertentu untuk menimbulkan kesan lucu. Kesan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

(03) MDD : Halo Miss Dongdong speaking, Tamara ya?

PN : Iya, soalnya aku lagi happy, lagi baik-baik makanya Tamara.

MDD : Itu tak marah, aduh minta ampun deh. Tamara ada apa ya, ada masalah apa, anything problem with you?

(Eps. Punya Temen Norak, 18 September 2015) (04) MDD : Kasihan. Kita harus menelaah lebih lanjut, mundur ke belakang mengenai masa lalu kamu kalau kayak begini caranya ya. Coba aku tanya nih, dulu waktu kuliah rajin masuk nggak?

PN : Rajin sih Miss, masuk ke kantin. MDD : Ha? Di kelas gimana itu?

(6)

MDD : Waaah, ini berarti udah terlihat ini. Ada benih-benih kamu ini mengidap asma.

PN : Waduh, apa asma? MDD : Asal mengisi absen.

(Eps. Susahnya Nyari Kerja, 20 Oktober 2015) (05) MDD : Ujian sering mendapatkan nilai bagus nggak?

PN : Kebanyakan enggaknya sih Miss.

MDD : Waa ini, berarti kamu nih banyak kutil ya? PN : Apaan kutil Miss?

MDD : Kurang teliti. Kurang teliti menjawab soal, kurang teliti mencari teman buat bahan contekan. Ada nggak dulu tugas-tugas kelompok gitu?

PN : Banyak.

MDD : Ngerjain nggak?

PN : Ngerjain dikit, sisanya dikerjain temen, Miss. MDD : Berarti ini kamu juga terserang bisul.

PN : Aduh, makin berat ini.

MDD : Bisul kamu itu bisanya usul doang. Ngajuin, ngajuin, ngajuin, ngerjain nggak mau, iya to?

(Eps. Susahnya Nyari Kerja, 20 Oktober 2015) Pada kutipan di atas, terlihat adanya penggunaan permainan bahasa (play on

word) yang digunakan MDD untuk menciptakan humor. Kata Tamara pada

kutipan (03) merupakan nama penelepon yang diasosiasikan dengan frasa tak

marah „tidak marah‟ dalam bahasa Indonesia yang berfungsi untuk

menggambarkan suasana hati penelepon yang sedang gembira. Penggambaran suasana hati penelepon tersebut terlihat dalam tuturan iya soalnya aku lagi happy, lagi baik-baik makanya aku Tamara. Adapun bentuk permainan bahasa yang terdapat dalam kutipan (04) dan (05) ialah penciptaan singkatan baru yang dilakukan MDD untuk membuat humor dan menimbulkan kesan lucu. Kata asma „gangguan pernapasan yang bersifat alergis‟ dalam kutipan (04) diberi makna baru berupa asal titip absen. Kata kutil dan bisul „jenis penyakit kulit‟ pada kutipan (05) diberi arti baru berupa kurang teliti dan bisanya usul. Pembentukan

(7)

singkatan pada kutipan (03)—(05) disesuaikan dengan topik permasalahan penelepon. Penciptaan singkatan baru tersebut bersifat spontan.

Ketidakterdugaan merupakaan aspek terpenting dalam penciptaan humor, semakin tinggi ketidakterdugaan semakin tinggi nilai humornya (Wijana, 2003:10). Pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan yang demikian mampu menimbulkan ketidakterdugaan bagi pendengar sehingga memberikan kesan lucu. Hal tersebut terbukti dengan rating yang didapatkan saluran radio Prambors yang memosisikan acara Desta and Gina in The Morning sebagai program acara favorit di saluran tersebut.

Penelitian mengenai humor dari segi kebahasaan sudah banyak dilakukan, apalagi mengingat bahwa pragmatik merupakan salah satu kajian bahasa yang memiliki banyak peminat. Akan tetapi, penelitian mengenai humor pada saluran radio Prambors, khususnya pada wacana humor MDD belum pernah dilakukan. Radio Prambors memiliki pengalaman lebih dari empat puluh tahun sebagai radio yang bersegmen ramaja. Sebagai radio nasional, Prambors memiliki cakupan pendengar yang lebih luas jika dibandingkan dengan radio lokal atau daerah.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apa struktur pembentuk dan topik wacana humor MDD?

2. Aspek-aspek kebahasaan apa saja yang digunakan untuk menciptakan humor dalam wacana humor MDD?

(8)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. mendeskripsikan struktur pembentuk wacana dan topik humor; dan

2. mendeskripsikan aspek-aspek kebahasaan pencipta humor dalam wacana humor MDD.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bentuk aplikasi pengembangan teori pragmatik. Adapun secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat terkait pemahaman humor MDD yang disiarkan di saluran radio Prambors. Sementara itu, manfaat lain dari penelitian ini ialah dapat digunakan oleh industri-industri penyiaran, baik radio maupun televisi sebagai referensi dalam menciptakan program acara humor, terutama dalam penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana berkomunikasi kepada pendengar atau pemirsa.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada tataran fonologi, morfologi, leksikal, dan pragmatik. Yang diteliti adalah wacana humor MDD yang disiarkan di saluran radio Prambors. Data penelitian diambil pada bulan Agustus sampai November 2015 dengan merekam percakapan antara MDD dengan penelepon.

(9)

Dari hasil pengumpulan data didapatkan 27 judul wacana humor. Terdapat istilah rerun dalam penyiaran acara tersebut, yaitu MDD dengan tema tertentu akan disiarkan kembali di hari lain. Oleh karena itu, hanya dipilih salah satu dari wacana MDD yang disiarkan secara rerun. Adapun analisis pada penelitian ini dibatasi pada struktur pembentuk wacana, topik wacana, dan aspek-aspek kebahasaan pencipta humor yang digunakan dalam wacana humor MDD.

1.6Tinjauan Pustaka

Penelitian terkait wacana dan humor sudah pernah dilakukan oleh para peneliti bahasa. Penelitian tersebut di antaranya ialah tesis Giyatmi (2008) dalam “Wacana Humor pada Radio Expose di Radio JPI FM Solo” yang mendeskripsikan karakteristik pemanfaatan kebahasaan dalam wacana humor RE di JPI FM Solo. Karakteristik kebahasaan yang digunakan dalam wacana humor tersebut antara lain berdasarkan karakteristik umum, karakteristik khusus, akronim, plesetan, metafora, dan pertalian antarklusa. Karakteristik umum yang dominan muncul dalam wacana humor tersebut adalah campur kode dan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Bahasa yang digunakan oleh penyiar radio tersebut disesuaikan dengan bahasa sehari-hari pendengarnya yang berupa bahasa Jawa.

Skripsi berjudul “Analisis Wacana Humor: Studi Kasus Tawa Sutra di ANTV” yang disusun oleh Santhi (2007) mendeskripsikan wacana humor Tawa Sutra dan aspek-aspek kebahasaan yang terdapat di dalamnya. Aspek kebahasaan yang terdapat dalam wacana humor Tawa Sutra antara lain penyimpangan

(10)

fonologis, antonimi, hiponimi, ketaksaan leksikal, pertalian kata dalam frase, deiksis, nama, eufemisme, onomatope, penerjemahan, dan ketidakparalelan makna bentuk dasar. Terdapat tiga penyimpangan pragmatik dalam wacana tersebut, yaitu penyimpangan prinsip kerjasama, prinsip kesopanan, dan penyimpangan parameter pragmatik. Tawa Sutra merupakan program komedi yang disiarkan di televisi. Proses penciptaan humor pada televisi selain memanfaatkan aspek suara (audio) juga memanfaatkan aspek gambar (visual).

Skripsi berjudul “Wacana humor Politik” yang disusun oleh Ekawati (2002) mengidentifikasi wacana humor politik berdasarkan deskripsi wacana humor politik dan bentuk-bentuk wacana humor politik. Berdasarkan bentuknya, humor politik terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain berbentuk cerita atau dongeng, dialog, puisi, kalimat topik, ungkapan penjerat, akronim, kartun, dan karikatur. Terdapat beberapa prinsip pragmatik dalam humor politik, yaitu prinsip percakapan, prinsip ironi, prinsip kelakar, hiperbola, dan litotes. Berdasarkan ketidaklangsungan makna, dalam wacana humor politik terdapat gaya bahasa retoris dan bahasa kiasan.

Skripsi berjudul “Humor Politik: Kajian Wacana Pragmatik pada Tayangan Sentilan Sentilun” yang ditulis oleh Munazharoh (2011). Penelitian tersebut mengidentifikasikan Sentilan Sentilun sebagai wacana humor politik. Identifikasi tersebut berdasarkan identifikasi Sentilan Sentilun, identifikasi wacana, idetifikasi humor, dan identifikasi politik. Aspek-aspek pragmatik yang digunakan dalam penciptaan humor ini antara lain pelanggaran prinsip kerja sama, pelanggaran prinsip kesopanan, dan pelanggaran parameter pragmatik. Adapun

(11)

aspek-aspek kebahasaan yang terdapat dalam wacana humor Sentilan Sentilun antara lain aspek fonologis, ketaksaan, sinonimi, simile, metafora, nama, kata ulang, dan pertalian bentuk. Sentilan Sentilun merupakan program komedi yang mengkritik kondisi sosial masyarakat Indonesia yang disiarkan di televisi.

Tinjauan selanjutnya ialah skripsi berjudul “Wacana Humor Bernuansa Pornografi dalam Bahasa Indonesia” yang ditulis oleh Hendardi (2010). Humor dalam wacana ini memanfaatkan penyimpangan konvensi, penyimpangan kaidah kebahasaan, dan penggunaan kata-kata berasosiasi seks atau kata-kata yang seringkali digunakan dalam ranah seks. Seperti humor pada umumnya, pemanfaatan aspek pragmatik berupa penyimpangan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan juga dilakukan untuk menimbulkan kesan lucu. Dilihat dari aspek di luar bahasa, wacana humor ini disampaikan melalui media cetak berbentuk buku.

Pidato pengukuhan jabatan guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada yang berjudul “Wacana Dagadu, Permainan Bahasa, dan Ilmu Bahasa” yang ditulis oleh Wijana (2003) juga menjadi tinjauan pustaka. Penelitian tersebut mendeskripsikan fungsi plesetan dan jenis-jenis plesetan yang terdapat dalam wacana kaos oblong Dagadu. Fungsi plesetan dalam wacana tersebut antara lain untuk menciptakan humor, mencapai kenikmatan (enjoyment), dan menyampaikan kritik terhadap berbagai kondisi sosial dan kultural yang berkembang di masyarakat. Pada dasarnya, plesetan dalam wacana Dagadu berfungsi untuk mengukuhkan hubungan dan norma-norma sosial sehingga keselarasan hidup anggota-anggotanya dapat dipertahankan. Plesetan wacana

(12)

rancangan Dagadu meliputi permainan kata, permainan kata antarbahasa, melaporisme, silap lidah, slang, wacana indah, serta kreasi dan translasi wacana.

Berdasarkan enam tinjauan pustakan di atas, penelitian mengenai wacana humor di saluran radio pernah dilakukan oleh Giyatmi pada tahun 2008. Akan tetapi, penelitian mengenai wacana humor khususnya MDD yang terdapat dalam saluran radio Prambors belum pernah dilakukan karena penelitian yang dilakukan oleh Giyatmi difokuskan pada saluran radio lokal, yaitu saluran radio JPI FM Solo. Pada penelitian yang dilakukan oleh Giyatmi tersebut tidak membahas struktur dan topik dalam wacana humor radio. Dengan demikian, dalam penelitian ini terdapat kebaruan, yaitu bahan penelitiannya adalah wacana humor MDD yang disiarkan di saluran radio Prambors, selain itu penelitian ini juga membahas struktur dan topik wacana humor MDD.

1.7Landasan Teori 1.7.1 Teori Humor

Secara etimologi, kata humor berasal dari bahasa Yunani yang berarti getah (Ensiklopedia:627 dalam Yusuf, 1984:5). Menurut kepercayaan masyarakat Yunani, tubuh manusia mengandung semacam getah yang dapat menentukan temperamen seseorang. Pengertian humor yang lain adalah segala bentuk rangsangan yang cenderung secara spontan menimbulkan senyum dan tawa para pendengarnya atau pembacanya (Endahwarni, 1994:18). Rangsangan tersebut dapat berbentuk tingkah laku manusia baik verbal maupun nonverbal yang

(13)

bersifat jenaka. Humor bersifat relatif karena lahir dari persepsi budaya masyarakat atau individu yang bersifat khas.

Wijana (2003:21) mengelompokkan teori humor menjadi tiga, yaitu teori ketidaksejajaran, teori pertentangan, dan teori pembebasan. Teori ketidaksejajaran menyatakan bahwa humor secara tidak kongruen menyatukan dua makna atau penafsiran yang berbeda ke dalam satu objek yang kompleks. Ketidaksejajaran tersebut dipersepsikan secara spontan oleh penikmatnya. Dalam humor, ide-ide yang tidak kongruen itu dapat disatukan dengan bunyi yang sama dan dapat pula salah satu diinterferensikan dari yang lain atau keduanya dibayangkan dapat terjadi dalam kenyataan (Wilman dalam Wijana, 2003:21).

Sesuatu yang tidak sejajar menurut paham ketidaksejajaran, oleh penganut paham pertentangan dipandang sebagai fenomena yang bertentangan. Misalnya saja pertentangan antara yang sama dengan yang tidak sama, pertentangan antara sesuatu yang nyata dengan yang tidak nyata, pertentangan antara persahabatan dan permusuhan, dan lain sebagainya. Ketidakkesejajaran atau pertentangan dalam wacana humor dikreasikan oleh pencipta humor untuk menanggapi kondisi masyarakat atau sekadar bersenda gurau. Hal tersebut dilakukan untuk membawa penikmat humor dari keadaan telis (telic state) ke keadaan paratelis (paratelic state) (Wijana, 2004:23). Keadaan telis adalah keadaan penuh tekanan, sedangkan paratelis adalah keadaan lepas dari tekanan. Hal tersebut sesuai dengan salah satu fungsi humor, yaitu untuk menghibur.

(14)

1.7.2 Teori Linguistik

Ada beberapa teori linguistik yang digunakan untuk mengkaji wacana humor MDD, antara lain teori fonologi, morfologi, dan pragmatik.

Fonologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari seluk-beluk bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Mengacu pada Verhaar (2010:67) fonologi disebut sebagai ilmu bunyi yang “fungsional”, yaitu bunyi-bunyi yang membedakan makna atau yang disebut fonem. Objek kajian fonologi dibedakan menjadi dua, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa tanpa memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna kata. Fonemik adalah cabang fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna. Dalam wacana humor MDD, teori fonologi digunakan untuk menganalisis bunyi bahasa sebagai pencipta humor, seperti substitusi bunyi, penambahan bunyi, dan pelesapan bunyi. Morfologi adalah bagian ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata (Ramlan, 2001:1). Adapun pengertian morfologi menurut Verhaar (2010:97) adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Analisis morfemis dalam wacana humor MDD digunakan untuk mengkaji pembentukan akronim sebagai salah satu aspek pencipta humor di dalam wacana tersebut.

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana 2010:4). Pragmatik dan semantik memiliki perbedaan meski

(15)

keduanya sama-sama mengkaji makna-makna lingual. Semantik mengkaji makna secara internal, sedangkan pragmatik mengkaji makna secara eksternal. Makna kajian pragmatik adalah makna yang terikat konteks. Makna tersebut dapat menentukan maksud penutur. Teori pragmatik dalam wacana humor MDD digunakan untuk mengkaji strategi peserta tutur dalam pemilihan bentuk-bentuk yang memiliki perbedaan tingkat kesopanan. Strategi pemilihan bentuk ini disebut dengan parameter pragmatik. Wijana (2004:74) membagi parameter pragmatik menjadi tiga; (1) tingkat jarak sosial, (2) tingkat status sosial, dan (3) tingkat peringkat tindak ucap.

Wacana dibagi menjadi dua macam, yaitu wacana monolog dan wacana dialog. Perbedaan antara kedua jenis wacana tersebut terletak pada ada tidaknya interaksi antara pembicara dengan pendengar. H Clark (dalam Dardjowidjojo, 2012:121) mengemukakan ada empat unsur yang terlibat dalam wacana dialog, yaitu unsur personalia, latar bersama, perbuatan bersama, dan kontribusi. Unsur personalia berkenaan dengan siapa saja partisipan yang turut serta dalam wacana. Unsur latar bersama merujuk pada anggapan bahwa peserta tutur, baik penutur atau lawan tutur sama-sama memiliki presuposisi dan pengetahuan yang sama, kesamaan dalam pengetahuan inilah yang dinamakan latar bersama. Adapun unsur perbuatan bersama merujuk pada perbuatan yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur, perbuatan tersebut memiliki aturan yang diketahui oleh masing-masing peserta tutur. Unsur kontribusi berkenaan dengan tahap-tahap yang dilakukan oleh peserta tutur selama proses tuturan tersebut berlangsung. Tahap tersebut meliputi (a) tahap presentasi, tahap ketika pembicara menyampaikan

(16)

sesuatu untuk dipahami oleh lawan tutur, dan (b) tahap pemahaman, yaitu tahap ketika lawan tutur telah memahami apa yang disampaikan oleh penutur.

1.8Metode Penelitian

Penelitian bahasa merupakan penelitian yang bersifat sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap objek yang berupa bunyi tutur (Mahsun, 2012:2). Metode penelitian harus diuraikan secara jelas oleh peneliti agar proses penelitian dapat diketahui secara transparan. Hal tersebut berguna untuk mempermudah pembaca dalam memahami laporan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Secara garis besar, penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pada tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan metode bebas libat cakap dengan teknik sadap dan catat. Metode ini dilakukan dengan menyimak dan merekam percakapan antara MDD dan pendengar menggunakan alat perekam. Data yang didapat kemudian dicatat pada kartu data menggunakan alat penelitian yang berupa alat tulis. Pencatatan dilakukan dengan transkripsi ortografis dan sebagian dengan transkripsi fonetis. Setelah ditranskripsi, peneliti melakukan penyimakan kembali pada rekaman yang didapat untuk mencocokan hasil transkripsi agar tidak dijumpai kesalahan tulis. Metode yang digunakan pada tahap analisis adalah metode padan pragmatis dan metode agih.

Tahap selanjutnya adalah analisis data. Setelah data terkumpul, data diklasifikasikan berdasarkan persamaan dan perbedaan yang tampak untuk

(17)

mempermudah proses analisis. Pengklasifikasian data berdasarkan pada struktur wacana, topik wacana, dan aspek-aspek kebahasaan yang muncul dalam wacana humor MDD.

Tahap terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data pada penelitian ini disajikan secara formal dan informal. Secara formal hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan bagan yang kemudian diberi penjelasan. Adapun secara informal hasil analisis data disajikan secara deskripsi dengan kata-kata biasa sehingga lebih mudah untuk dipahami pembaca.

1.9Sistematika Laporan Penelitian

Hasil penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab I adalah pendahuluan. Pada bab pendahuluan diuraikan mengenai latar belakang masalah yang mendasari penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II adalah pembahasan mengenai struktur pembentuk wacana dan topik wacana humor MDD yang disiarkan di saluran radio Prambors. Bab III adalah pembahasan mengenai aspek-aspek kebahasaan pencipta humor yang digunakan dalam wacana humor MDD. Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran mengenai penelitian ini.

Berkaitan dengan data yang menjadi fokus pengamatan ditetapkan dengan garis bawah. Penomoran data pada setiap bab dimulai dari angka (01) dan

(18)

seterusnya. Sementara itu penomoran tabel dan bagan dalam penelitian ini dimulai dari awal kemunculannya pada tiap bab. Misalnya, bagan pertama pada bab kedua ditulis 2.1 dan seterusnya, serta 3.1 dan seterusnya pada bab ketiga.

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada akhirnya tidak ada jaminan bahwa teori itu benar, hal itu terbukti dari teori Karl Mauch mengenai Great Zimbabwe yang merupakan peninggalan orang

Penulis mengucap puji dan syukur kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat–Nya dalam penyusunan skripsi yang berjudul “KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TENTANG TINDAK

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan bubur pepaya dan bubur terung belanda berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut selai yang

Faktor substrat kemungkinan menjadi salah pendukung sehingga jumlah jenis dari family Poiporaceae lebih mendominasi, hal itu karena pada lokasi penelitian merupakan hutan

Pemberian motivasi biasanya akan diikuti dengan peningkatan produktivitas kerja dan disiplin kerja yang baik sebagai pendorong bagi karyawan untuk tetap bekerja pada

Glositis atrofi atau hunter glossitis adalah suatu kondisi yang ditandai oleh lidah mengkilap halus dan nyeri yang disebabkan oleh atrofi dari papila lingual (depapillation)..

Penelitian karakterisasi plastik edible film dari pektin ampas jeruk Siam melalui variasi plasticizer sorbitol, telah dilakukan guna mengkaji pengaruh penambahan

Pada kesempatan yang berbahagia ini pula kami selaku Pengurus Pemuda Peduli Dhuafa Gresik mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh