Agrotekma
Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrotekmaKeberhasilan Pertautan Sambung Pucuk Beberapa Varietas
Mangga (Mangifera Indica) dengan Panjang Entres yang
Berbeda
The Success of Linking the Shoots of Several Varieties of Mango
(Mangifera Indica) with Different Entres Lengths
Oreza Maulana*, Rosmaiti & Muhammad Syahril
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Samudra, Indonesia
*Email: ozaa.maulana@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan pertautan sambung pucuk beberapa varietas mangga (Mangifera indica) terhadap berbagai panjang entres. Penelitian ini dilaksanakan di CV. Hutanku Kecamatan Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh dengan ketinggian tempat ± 10 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februai sampai bulan Mei 2020. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola factorial yang terdiri dari dua factor yaitu: Faktor pertama adalah varietas tanaman mangga (V), yang terdiri dari 3 taraf yaitu: V1: Arumanis, V2 : Manalagi, V3 : Apel. Faktor kedua adalah panjang entres tanaman mangga (P), yang terdiri dari 3 taraf yaitu: P1 : panjang entres 10 cm, P2 : panjang entres 12,5 cm, P3 : panjang entres 15 cm. Dengan demikian diperoleh 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 2 tanaman dalam polybag yang dijadikan sampel. Hasil penelitian menunjukkan varietas mangga berpengaruh sangat nyata terhadap persentase hidup tanaman pada umur 4, 6 dan 8 MSG, tinggi tunas pada umur 4, 6 dan 8 MSG, Diameter tunas pada umur 4, 6 dan 8 MSG, jumlah daun umur 4, 6 dan 8 MSG. Hasil terbaik diperoleh pada Perlakuan V1 (Arumanis). Panjang entres tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi tunas, diameter tunas dan jumlah daun pada umur 4, 6 dan 8 MSG. Interaksi antara varietas dan panjang entres tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi tunas, diameter tunas dan jumlah daun pada umur 4, 6 dan 8 MSG.
Kata Kunci: Varietas, Grafting, Mangga, Panjang Entres, Batang Atas, Batang Bawah
Abstract
This research aims to determine the success of the graft (Mangifera indica) with a variety of mango varieties. This research was conducted in CV. Hutanku District of Birem Bayeun, East Aceh District Aceh Province with a height of place ± 10 m above. The research was held in Februai until May 2020. The study uses the random Design Group (RAK) factorial pattern consisting of two factors: the first factor is the mango plant varieties (V), which consist of 3 levels namely: V1: Arumanis, V2: Manalagi, V3: Apples. The second factor is the long entres Mango Plant (P), which consists of 3 levels namely: P1: Length of entres 10 cm, P2: Length of Entres 12.5 cm, P3: Length of entres 15 cm. Thus acquired 9 treatment combinations with 3 repeats, thus obtained 27 units of trial. Each unit of trial consists of 2 plants in the polybag used as sample. The results of the study showed a very real effect of mango varieties on plant life percentage at age 4, 6 and 8 MSG, high shoots at the age of 4, 6 and 8 MSG, Diameter shoots at ages 4, 6 and 8 MSG, the number of leaves aged 4, 6 and 8 MSG. The best results were obtained in the V1 (Arumanis) treatment. The length of entres has no noticeable effect on the percentage of life, height buds, diameter buds and the number of leaves at ages 4, 6 and 8 MSG. The interaction between the varietal and long entres has no noticeable effect on the percentage of life, height buds, diameter buds and the number of leaves at ages 4, 6 and 8 MSG.
Keywords: Land Resource; Coconut; Planning; Central Kalimantan
How to Cite: Maulana, O., Rosmaiti & Syahril, M. (2020). Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk Beberapa Varietas
Mangga (Mangifera Indica) dengan Panjang Entres yang Berbeda, Agrotekma: Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian. 5 (1): 12-22
PENDAHULUAN
Tanaman mangga adalah tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara
termasuk Malaysia dan Indonesia.
Tanaman mangga berasal dari famili Anarcadiaceae, genus Mangifera, species Mangifera indica (Oktavianto dkk, 2015).
Genus dari keluarga Anacardiaceae yang berasal dari Asia Tenggara tercatat ada 62 spesies, enam belas spesies diantaranya memiliki buah yang dapat dimakan, tetapi hanya spesies Mangifera caesia, Jack., Mangifera foetida, Lous., Mangifera odorata, Grift., dan Mangifera indica, L. yang biasa dimakan. Diantara keempat spesies mangga yang dapat dimakan tersebut, yang memiliki jenis paling banyak adalah Mangifera indica, L. Sebagian dari mangga tersebut terpenting memiliki aroma yang cukup kuat (Broto, 2003).
Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m. Mangga bisa mencapai tinggi 10-40 m (Oktavianto dkk, 2015). Mangga tumbuh berupa pohon berbatang tegak, bercabang banyak, dan bertajuk rindang hijau sepanjang tahun. Tinggi pohon dewasa bisa mencapai 10-40
m. umur pohon bisa mencapai 100 tahun lebih. Morfologi pohon mangga terdiri atas akar, batang, daun, dan bunga. Bunga menghasilkan buah dan biji (plok) yang secara generatif dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Pracaya, 2006).
Mangga merupakan buah-buahan eksotik yang diimpor oleh semua pasar utama dunia. Permintaan akan mangga di pasar ini terus meningkat dewasa ini, baik buah mangga segar maupun yang telah diolah. Untuk meningkatkan produksi tanaman mangga diperlukan bibit bermutu dan teknik cara perbanyakan tanaman secara vegetatif agar cepat berproduksi.
Ketersediaan bibit berkualitas
merupakan salah satu kendala dalam meningkat kan hasil dan kualitas buah mangga. Upaya untuk memperbaiki mutu bibit mangga dapat dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif buatan yaitu sambung pucuk (grafting).
Perbanyakan tanaman dengan biji menghasilkan buah yang sangat lama sekali dan belum tentu buah yang di hasilkan sebaik dengan buah tanaman induknya. Oleh karena itu dilakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif di antara lain nya adalah sambung pucuk (grafting). Menurut Sudidjo (2009) sambung pucuk merupakan
teknik perbanyakan vegetatif yang
batang bawah yang masih kecil. Dalam
proses penyambungan yang perlu
mendapat perhatian antara lain mengenai penyediaan batang bawah yang akan
menjadi pangkal pohon dengan
perakarannya yang kuat dan tangguh sebagai langkah pertama. Kemudian langkah berikutnya bagaimana cara memilih batang atas yang memenuhi persyaratan sebagai pohon induk.
Sambung pucuk juga ditujukan untuk memperbaiki sifat batang atas dan
memperoleh tanaman yang cepat
berproduksi. Bibit tanaman hasil dari perbanyakan vegetatif asal sambungan akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang lebih seragam dibandingkan dengan perbanyakan generatif. Ditambah lagi dengan perbanyakan secara sambung pucuk persentase tumbuhnya lebih tinggi
jika dibandingkan dengan cara
perbanyakan vegetatif lainnya.
Beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam
memproduksi bibit dengan metode grafting yaitu (1) faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entris). (2) faktor lingkungan (ketajaman / kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu pelaksanaan grafting (pagi, siang, sore hari), dan (3) faktor keterampilan orang yang melakukan grafting (Tirtawinata, 2003; Tambing, 2004).
Terkait dengan faktor panjang entres menurut Tambing dan Hadid (2008)
Panjang antres berkaitan dengan
kecukupan cadangan makanan/energi untuk pemulihan sel-sel yang rusak akibat pelukaan, makin panjang entres di harapkan makin banyak pula cadangan energinya.
Selain panjang entres varietas juga
mempengaruhi keberhasilan grafting
Menurut Rukmana (1999) setiap varietas tanaman mangga memiliki perbedaan tingkat kecepatan mata tunas pecah karena kemampuan tanaman yang berbeda untuk membentuk pertautan sambungan yang
berhubungan dengan jumlah dan
kecepatan pembentukan khalus. Oleh kerena itu peneliti ingin meneliti tentang keberhasilan pertautan sambung pucuk
beberapavarietas mangga (mangifera
indica) dengan panjang entres yang berbeda.
METODE PENELITIAN
Lahan penelitian yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan tanaman lainnya, kemudian dibuat plot penelitian berukuran 60 x 60 cm sebanyak 27 plot (sesuai jumlah satuan percobaan) yang tersusun dalam 3 ulangan dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. Selanjutnya dibuat pagar dari jaring paranet yang menutupi seluruh
lahan percobaan dengan ukuran 3 m x 7 m, untuk melindungi dari serangan hama pengganggu.
Persiapan Penyambungan. Batang
bawah yang digunakan yaitu bibit kweni berasal dari kebun pembibitan lampoh bijeh yang terletak di Desa paya bujok seulemak kota langsa. Bibit yang digunakan yaitu Mangifera odorata yang memiliki pertumbuhan seragam berumur 2 bulan yang memiliki sistem perakaran kuat, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap kekurangan air. Kriteria batang bawah yaitu berdiameter 1,5 cm, batang bawah dipilih yang baik dan seragam
penampilannya serta memiliki
keseragaman besar batang bawah.
Jenis batang atas yang digunakan yaitu varietas mangga Harummanis, Mana lagi, dan Apel. Batang atas yang digunakan berasal dari kebun pembibitan CV Hutan Ku yang terletak di kecamatan birem bayen. Dan kriteria batang atas yang dipakai untuk penyambungan adalah daun tidak terlalu tua, bernas, sehat (tidak terserang hama dan penyakit) dan jumlah daun 4 helai yang sebagian daun atas dibuang untuk mengurangi penguapan yang berlebihan. Entres diambil dengan cara memotong ujung cabang dari pohon induk sepanjang 17 cm dengan diameter batang atas yaitu 1 cm.
Aplikasi Perlakuan. Panjang entres yang digunakan yaitu P1 (10 cm), P2 (12,5 cm) dan P3 (15 cm). Masing-masing entres dibersihkan terlebih dahulu dengan cara membersihkan lumut atau kotoran yang melekat pada entres untuk selanjutnya
disambungankan. Adapun waktu
penyambungan pada pagi hari mulai pukul 06.30-08.30 WIB. Teknis penyambungan yaitu batang atas/entres dipotong sesuai perlakuan diiris menyerong bagian pangkal pada kedua sisi hingga membentuk baji atau mata kampak tumpul dengan ukuran 3 cm. Selanjutnya batang bawah dipotong pada ketinggian 15 cm dari leher akar belah menjadi dua bagian sama besar sedalam 3 cm. Kemudian batang atas dimasukkan kedalam batang bawah, setelah itu sambungan dibalut dan keseluruhan entres dengan cara talkup (tali langsung sungkup) menggunakan plastik Pe 02. dan diletakkan pada tempat yang teduh dengan diberi naungan paranet.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Varietas Mangga
Hasil pengamatan persentase hidup sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6, 8 Minggu Setelah Grafting (MSG) disajikan pada Lampiran 1, 2, 4, 5, 7 dan 8 sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 3, 6 dan 9. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
varietas berpengaruh sangat nyata terhadap persentase hidup pada umur 4, 6 dan 8 MSG. Rata-rata persentase hidup
tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 MSG akibat perlakuan varietas disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa
persentase hidup tertinggi pada umur 8 MSG dijumpai pada perlakuan V3 (apel) yaitu sebesar 94,44 % yang tidak berbeda nyata dengan V1 (Arumanis) sebesar 94,44 % tetapi berbeda nyata dengan perlakuan V2 (Manalagi) yaitu sebesar 50,00 %. Hal ini terjadi karena varietas manalagi yang tumbuh di Pasuruan dengan suhu maksimal 29 0 C, sedangkan di Aceh Timur suhu maksimal rata-rata per hari mencapai 32 0C, sehingga pertumbuhannya kurang optimal. Varietas mangga Arumanis dan apel memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik dan bergantung dari sifat genetiknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rochmin, (1993) menyatakan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan
salah satu penyebab keragaman
penampilan tanaman. Keragaman
penampilan tanaman akibat susunan
genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunkan berasal dari varietas yang sama. Setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berpengaruh satu sama lain sehingga akan menunjukkan keragaman penampilan.
Tinggi Tunas
Hasil pengamatan tinggi tunas sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Grafting (MSG) disajikan pada Lampiran 10, 11, 13, 14, 16, 17 dan 18 sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 12, 15 dan 18. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan varietas mangga
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tunas sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 MSG. Rata-rata tinggi tunas sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 MSG akibat perlakuan varietas disajikan pada Tabel 3.
Perlakuan Varietas
Persentase Hidup (%)
4 MSG 6 MSG 8 MSG
Asli Trans Asli Trans Asli Trans
V1 (Arumanis) 94,44 67,22 b 88,89 70,40 b 94,44 68,22 b
V2 (Manalagi) 16,67 32,30 a 50,00 48,17 a 50,00 45,00 a
V3 (Apel) 88,89 67,22 b 100 70,40 b 94,44 73,57 b
Tabel 3 menunjukkan rata-rata tinggi tunas sambung pucuk tanaman mangga akibat perlakuan varietas umur 4 MSG perlakuan V1 (Arumanis) tidak berbeda nyata dengan V3 (Apel) tetapi bebeda nyata dengan V2 (Manalagi) sedangkan pada umur 6 MSG perlakuan V1 (Arumanis) tidak berbeda nyata dengan V3 (Apel) namun berbeda nyata dengan V2 (Manalagi) dan pada umur 8 MSG perlakuan V1 (Arumanis) tidak berbeda nyata dengan V3 (Apel) namun berbeda nyata dengan V2 (Manalagi). Tinggi tunas tertinggi pada umur 8 MSG terdapat pada perlakuan V1 yaitu 3,99 cm dan terkecil diperoleh pada pada perlakuan V2 yaitu 1,39 cm. Hal ini diduga varietas Arumanis lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan serta perkembnagannya lebih cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjitrosoepomo (2003) yang menyatakan bahwa varietas yang mengalami peningkatan tinggi tunas merupakan varietas yang cenderung dapat beradaptasi dengan lingkungan yang
eskstrim, karena intensitas cahaya
matahari mempengaruhi berbagai proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama dalam fotosintesis. Berkurangnya cahaya yang diterima oleh tanaman akan
dapat mempengaruhi pengurangan
pertumbuhan akar, serta tanaman
menunjukkan gejala etiolasi.
Peningkatan tinggi tunas juga terjadi karena pada masa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh penyerapan unsur hara dan air pada batang bawah. Pada fase ini tanaman mangga yang telah disambung harus mendapat cukup air untuk mempercepat terjadinya pertautan antara batang atas dan batang bawah (Setiyanto dan Munir, 2017).
Diameter Tunas
Hasil pengamatan diameter tunas sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Grafting (MSG) disajikan pada Lampiran 19, 20, 22, 23, 25 dan 26 sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 21, 24 dan 27. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan varietas mangga
berpengaruh sangat nyata terhadap
Perlakuan Varietas
Tinggi Tunas (CM)
4 MSG 6 MSG 8 MSG
Asli Trans Asli Trans Asli Trans
V1 2,53 1.66 b 3,53 1.96 bc 3.99 2.08 bc
V2 0.40 0.89 a 0,83 1.08 a 1.39 1.27 a
V3 2,78 1.77 bc 3,01 1.83 b 3.32 1.91 b
diameter tunas sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 MSG. Rata-rata diameter tunas sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 MSG
akibat perlakuan varietas disajikan pada Tabel 4.
Perlakuan Varietas
Diameter Tunas (mm)
4 MSG 6 MSG 8 MSG
Asli Trans Asli Trans Asli Trans
V1 2.89 1.79 b 3.82 2.06 b 4.05 2.12 b
V2 1.01 1.08 a 1.91 1.42 a 2.51 1.58 a
V3 2.95 1.81 b 3.49 1.97 b 3.95 2.08 b
BNT 5% 0,33 0,35 0,30
Tabel 4 menunjukkan rata-rata diameter tunas sambung pucuk tanaman mangga akibat perlakuan varietas umur 4 MSG perlakuan V1 (Arumanis) tidak berbeda nyata dengan V3 (Apel) namun berbeda nyata dengan V2 (Manalagi) sedangkan pada umur 6 MSG perlakuan V1 (Arumanis) tidak berbeda nyata dengan V3 (Apel) namun berbeda nyata dengan V2 (Manalagi) dan pada umur 8 MSG perlakuan V1 (Arumanis) tidak berbeda nyata dengan V3 (Apel) namun berbeda nyata dengan V2 (Manalagi). Diameter tunas tertinggi pada umur 4, 6 dan 8 MSG terdapat pada perlakuan V1 yaitu 4,05 mm dan terkecil diperoleh pada pada perlakuan V2 yaitu 2,51 mm. Hal ini diduga karena setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berpengaruh satu sama lain sehingga akan menunjukkan keragaman penampilan. Bibit tanaman mangga yang telah bertaut akan terus berkembang sesuai
dengan keadaan lingkungan disekitarnya, Sehingga tetap perlu adanya pemeliharaan bibit mangga yang telah bertaut agar tidak layu dan mati. Pemeliharaan tanaman salah satunya dengan menyiram bibit mangga setiap hari agar kebutuhan air pada bibit tercukupi sehingga bibit tanaman akan tetap sehat sebelum nantinya akan dipindahkan ke lapangan.
Menurut Salisbury dan Ross (1992) dalam Setiyono dan Munir (2017) menyatakan juga bahwa tanaman pada kondisi cukup air (tekanan turgor) tinggi, pertumbuhan sel berlangsung lebih baik, karena status air (potensial air) dalam tanaman selalu bervariasi dalam sehari. Sehingga jika suatu tanaman mendapatkan air dalam jumlah yang cukup maka tanaman akan berkembang dengan baik.
Jumlah Daun
Hasil pengamatan jumlah daun sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Grafting (MSG) disajikan pada Lampiran 28, 29, 31, 32, 34 dan 35 sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 30, 33 dan 36. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan varietas mangga
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 MSG. Rata-rata diameter tunas sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 MSG akibat perlakuan varietas disajikan pada Tabel 5.
Perlakuan Varietas
Jumlah Daun
4 MSG 6 MSG 8 MSG
Asli Trans Asli Trans Asli Trans
V1 4.86 2.17 bc 6.22 2.54 bc 6.61 2.61 bc V2 1.11 0.91 a 2.22 1.48 a 3.00 1.67 a V3 5.06 2.15 b 5.83 2.43 b 6.22 2.51 b BNT 5% 0,62 0,56 0,52 Perlakuan Varietas Persentase Hidup 4 MSG 6 MSG 8 MSG
Asli Trans Asli Trans Asli Trans
P1 66.67 57.70 88.89 67.22 83.33 67.22
P2 66.67 54.52 72.22 57.70 77.78 57.70
P3 66.67 57.70 77.78 64.05 77.78 60.87
BNT 5% tn tn tn
Pengaruh Panjang Entres
Persentase Hidup. Hasil pengamatan persentase hidup sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Grafting (MSG) disajikan pada Lampiran 1, 2, 4, 5, 7 dan 8 sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 3, 6 dan 9. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan panjang entres
menunjukkan tidak berpengaruh nyata
terhadap persentase hidup sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 MSG. Rata-rata diameter tunas sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 MSG akibat perlakuan varietas disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase hidup sambung pucuk tanaman mangga umur 4, 6 dan 8 MSG tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan panjang entres. Hal ini diduga entres
tersebut kondisi sehat dan banyak mengandung hormon dan karbohidrat sebagai cadangan makanan sehingga memiliki persentase pertumbuhan yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartman dan Kester (1987) yang menyatakan bahwa kondisi entres yang perlu diperhatikan adalah kesehatan, cadangan makanan dan hormon yang terdapat pada entres. Anwarudin (2008) menambahkan keberhasilan sambung pucuk tanaman mangga ditentukan oleh entres yang segar, sehat dan kokoh karena
entres tersebut memiliki kandungan karbohidrat dan hormon yang cukup. Panjang pendeknya entres berpengaruh
terhadap persentase keberhasilan
penyambungan yang dilaporkan oleh Kurniastuti, (2014) bahwa pada sambung pucuk tanaman mangga, entres yang terdiri dari satu ruas memberikan persentase
keberhasilan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan entres yang terdiri dari dua ruas. Menurut (Kurniastuti, 2014)
bahwa ukuran entres menentukan
keberhasilan dalam penyambungan.
Tinggi Tunas
Hasil pengamatan tinggi tunas sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Grafting (MSG) disajikan pada Lampiran 10, 11, 13, 14, 16, 17 dan 18 sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 12, 15 dan 18. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan panjang entres mangga tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas sambung pucuk tanaman mangga pada umur 4, 6 dan 8 MSG. Rata-rata tinggi tunas sambung pucuk tanaman mangga
pada umur 4, 6 dan 8 MSG akibat perlakuan varietas disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 menunjukkan bahwa tinggi tunas sambung pucuk tanaman mangga umur 4, 6 dan 8 MSG tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan panjang entres. Hal ini diduga bahwa entres yang panjang cadangan makanan akan lebih banyak tersedia sehingga transformasi cadangan makanan, unsur hara dan air berjalan dengan optimal sehingga akan memacu pembentukan hormon auksin dan sitokinin pada entres. Hormon auksin dan sitokinin
Perlakuan Varietas
Tinggi Tunas
4 MSG 6 MSG 8 MSG
Asli Trans Asli Trans Asli Trans
P1 1.73 1.40 2.39 1.63 2.74 1.74
P2 1.81 1.39 2.08 1.50 2.54 1.65
P3 2.17 1.54 2.89 1.73 3.42 1.87
pada tanaman mampu mempengaruhi proses pembelahan sel dan pemanjangan sel. Pertumbuhan tinggi tunas dipengaruhi oleh hormon auksin dan sitokinin. Sitokinin akan merangsang pembelahan sel melalui
peningkatan laju sintesis protein,
sedangkan auksin akan memacu
pemanjangan sel-sel yang menyebabkan pemanjangan batang (Lakitan, 2001).
Pengaruh Interaksi Varietas dan
Panjang Entres
Data hasil pengamatan rata-rata persentase hidup, tinggi tunas, diameter tunas dan jumlah daun pada umur 4, 6 dan 8 MSG disajikan pada Lampiran 1,3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21 dan 23 sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 2, 4, 6, 8,10, 12, 14, 16, 18, 20, 22 dan 24. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antar perlakuan varietas mangga dan panjang entres memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Diduga kedua faktor yang diteliti memiliki cara kerja yang berbeda
dalam mempengaruhi keberhasilan
sambung pucuk tanaman mangga. Hal ini
diindikasikan oleh tidak terjadinya
interaksi diantara kedua perlakuan.
Salah satu aspek penting dalam
penyambungan adalah masalah
kompatibilitas batang bawah dan batang
atas. Pina dkk (2009) menyatakan bahwa ketidaksesuaian batang bawah dan batang atas dapat dideteksi beberapa minggu setelah penyambungan melalui sambungan pembuluh angkut yang buruk dan degenerasi phloem pada bidang pertautan. Hal ini dapat mengganggu aliran air, nutrisi dan asimilat pada tanaman dan pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan pada pertautan.
SIMPULAN
Varietas mangga berpengaruh sangat nyata terhadap persentase hidup tanaman pada umur 4, 6 dan 8 MSG, tinggi tunas pada umur 4, 6 dan 8 MSG, Diameter tunas pada umur 4, 6 dan 8 MSG, jumlah daun umur 4, 6 dan 8 MSG. Hasil terbaik diperoleh pada Perlakuan V1 (Arumanis). Panjang entres
tidak berpengaruh nyata terhadap
persentase hidup, tinggi tunas, diameter tunas dan jumlah daun pada umur 4, 6 dan 8 MSG. Interaksi antara varietas dan panjang entres tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi tunas, diameter tunas dan jumlah daun pada umur 4, 6 dan 8 MSG.
DAFTAR PUSTKA
Abidin, Z. (1994). Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung: Angkasa Broto. W. (2003). Mangga: Budidaya,
Pascapanendan Tata Niaganya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hartman, H.T., D.E., Kester. (1978). Plant Propagation Principle and Practices. Prentice Hall INC Englewood. New York.
Kurniastuti, T. (2014). Pengaruh Defoliasi Daun Entres dan Lama Tunda Sambung pada Keberhasilan Penyambungan Bibit Sirsak (Annona Muricata L.). Grafting. ISSN: 2088-2440, 4. Pp.01-11.
Lakitan B. (2001). Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Oktavianto, Y. Sunaryo. Suriyanto, A. (2015). Karekterisasi Tanaman Mangga (Mangifera Indica L.) Cantek Ireng, Empok, Jempol di Desa Tiron, Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri. Jurnal Produksi Tanaman, 3(2): 91-97. Pina, A., P. Errea, A., Schulz, H.J., Martens. (2009). Cell-to-cell Transport Through Plasmodesmata in tree callus cultures. Tree Physiol. 29: 809-818
Pracaya. (2011). Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rochmin. (1993). Dasar Budidaya Mangga. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Rukmana, R. (1999). Teknik Memproduksi Bibit Unggul Tanaman Buah-Buahan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Setiyono. A.E., Munir, M. (2017). Respon Pertumbuhan Bibit Secara Grafting terhadap Posisi Entres dan BeberapaVarietas Mangga Garifta (Mangifera indica L.). Jurnal
Agrotechbiz 4 (1): 17- 24
Sudidjo. (2009). Pengaruh Ukuran Batang Bawah dan Batang Atas terhadap Pertumbuhan Durian Monthong, Hepe, dan DCK-01. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok. Tambing, Y, Hadid, A. (2008). Keberhasilan
Pertautan Sambung Pucuk pada Mangga dengan Waktu Penyambungan dan Panjang Entres Berbeda. Jurnal Agroland 15(4): 296-301.
Tambing, Y., (2004). Respons Pertautan Sambung Pucuk dan Pertumbuhan Bibit Mangga Terhadap Pemupukan Nitrogen pada Batang Bawah. J. Agrisains 5 (3):141-147.
Tjitrosoepomo. (2003). Tanaman Mangga dan Teknik Budidayanya. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.