• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan belajar Sagala, (2010: 12). Berdasarkan Hamalik, (2011: 27) berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan belajar Sagala, (2010: 12). Berdasarkan Hamalik, (2011: 27) berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Hasil belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar Sagala, (2010: 12). Berdasarkan Hamalik, (2011: 27) belajar adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latian melainkanpengubahan kelakuan. Berdasarkan Gage dalam Sagala, (2010: 13) belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Berdasarkan pengertian di atas belajar dapat disimpulkan sebagai usaha seseorang untuk meningkatkan ilmu, perilaku, dan keterampilan yang dimiliki oleh manusia dan dapat diperoleh dimana saja sebagai bekal pengalaman yang dapat berguna untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan suatu proses belajar dapat di tentukan oleh siswa itu sendiri.

7

(2)

b. Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Penjelasan menurut Supridjono (2013: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan.

Penjelasan menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (2010: 22) hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

1) Ranah kognitif

Ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom dalam Sudjana (2010: 23) berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:

a) Knowledge/Pengetahuan adalah tingkat belajar pengetahuan yang paling rendah tetapi sebagai prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman. b) Comprehension/Pemahaman adalah kemampuan untuk

menangkap suatu makna dalam suatu konsep.

c) Application/Aplikasi adalah penggunaan abstraksi (ide, teori, atau petujuk teksnis) pada situasi kongkret atau situasi khusus.

d) Analysis/Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunanya.

(3)

e) Synthesis/Sintesis adalah pernyataan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.

f) Evaluation/Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin di lihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil, dll sehingga diperlukan suatu kriteria atau standar tertentu. Dalam penelitian ini akan ditekankan pada aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

Proses kognitif tidak boleh dianggap aspek sekunder dalam usaha untuk memahami belajar dan pengajaran Matematika dikelas. Berdasarkan penjelasan menurut pandangan Vgotsky dalam Santrock ( 2011: 60 ) :

a) Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara develop mental.

b) Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk yang berfungsi sebagai alat psikologi untuk membantu dan mentafsirkan aktivitas mental.

c) Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang kontektual.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Berdasarkan penjelasan menurut Sudjana (2010: 29) sikap seseorang dapat diramalkan perubahanya bila seseorang telah

(4)

memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian ranah afektif tidak mendapat perhatian dari guru tetapi hasil belajar ranah afektifakan tampak pada siswadalam berbagai tingkah laku.Ranah afektif berdasarkan taksonomi Kratwohl dalam Winkel (1999: 247) terdiri dari lima aspek yakni :

a) Reciving/penerimaan

Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. b) Characterization by evalue or calue complex/Internalisasi

nilai

Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupanya sendiri.

c) Valuing/Penilaian

Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesaui dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak, atau mengabaikan; sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin.

(5)

d) Organization/Organisasi

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu sekala nilai: mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.

e) Responding/Partisipasi

Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.

3) Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor menurut klasifikasi Simpson dalam Winkel (1999: 249) tingkatan keterampilan yaitu sebagai berikut :

a) Perception/Persepsi

Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan anatara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b) Set/Kesiapan

Mencakup kemempuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian

(6)

gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

c) Guided response/Gerakan terbimbing

Mencakup kemampuan untuk melakaukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam gerakan anggota tubuh menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan.

d) Mechanical response/Gerakan yang terbiasa

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

e) Complex response/Gerakan kompleks

Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan beruntun dan menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerak yang teratur.

f) Adjustment/Penyesuaian pola gerakan

Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi

(7)

setempat atau dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

g) Creativity/Kreativitas

Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Penilaian yang ingin dicapai pada penelitian ini terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunkan model pembelajaran Discovery Learning.

2. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian pembelajaran tematik

Pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembejaran yang terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Siswa dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya. Disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran yang digabung menjadi satu tema. (Kemendikbud 2013).

(8)

b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:

1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi mata pelajaran dalam satu tema yang sama

3) Memiliki pemahaman terhadap materi pembelajaran lebih mendalam dan berkesan

4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman probadi peserta didik

5) Lebih bergairah belajar karena meraka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis, sekaligus mempelajari pelajaran yang lain

6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalamkonteks tema yang jelas

7) Guru dapat menhemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dari dan atau pengayaan

(9)

8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budu pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu 1) Berpusat pada siswa (student centered)

2) Proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung.

3) Pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.

4) Saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya.

5) Keterpaduan berbagai mata pelajaran.

6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

3. Pendekatan Saintifik

a. 1) Pengertian Pendekatan Saintifik

Berdasarkan Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan (2013: 205), bahwa pendekatan Saintifik merupakan pendekatan yang memberikan pemahaman kepada siswa atau peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berawal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu diharapkan kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta

(10)

pembelajaran yang kondusif sehingga mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.

Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) merupakan materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Konsep Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) lebih menekankan pada konsep, teori, dan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, sehingga mendorong dan menginspirasi siswa dalam berpikir kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran Kemendikbud (2013: 200).

Dari penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah ini mempunyai kriteria sesuai dengan Permendikbud Nomor 81a yaitu proses pembelajaran menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung.

2) Proses Pembelajaran pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

(11)

Gambar 1.1: Proses pembelajaran menyentuh 3 ranah (Pelatihan Implementasi kurikulum 2013 : 2014) b. Langkah-Langkah Pembelajaran Pada Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik merujuk pada Permendikbud Nomor 81a (Amir Syamsudin, 2013: 35-37) terdiri atas lima kegiatan pembelajaran pokok yaitu:

1) Mengamati 2) Menanya

3) Mengumpulkan informasi 4) Mengasosiasi

5) Mengkomunikasikan

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum berikut:

1) Mengamati

Kegiatan pembelajaran dalam mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan

Sikap (Tahu Mengapa) Keterampilan (Tahu Bagaimana) Pengetahuan (Tahu Apa) Produktif Inovatif Kreatif Afektif

(12)

alat). Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan mengamati adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

2) Menanya

Kegiatan pembelajaran dalam menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan yang factual sampai kepertanyaan yang hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan dalam menanya adalah mengembangkan kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk berfikir kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

3) Mengumpulkan informasi/eksperiment

Kegiatan pembelajarannya meliputi melakukan eksperimen, membaca sumber lain, selain buku teks, mengamtai objek/kejadian, aktivitas, wawancara dengan narasumber. Kompetemsi yang dikembangakn adalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, memebiasakan belajar sepanjang hayat.

(13)

4) Mengasosiasikan/ mengolah informasi

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpullkan informasi/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegaiatan mengumpulkan informasi, pengoilahan informasi yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbagai sampai kepada yang bertentangan.Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan, prosedur dan dan kemampuan berfikir induktif, seta deduktif dalam menyimpulkan.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis, secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangakan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

(14)

Observing (mengamati) Questioning (menanya) Associating (menalar) Experimenting (mencoba) Networking (membentuk jejaring) Adapun langkah-langkah pembelajaran pada pembelajaran menurut Syawal Gultom (2013: 209) meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pendekatan saintifik pada pembelajaran disajikan pada gambar 1.2 berikut:

Gambar 1.2: langkah-langkah pembelajaran pada scientific approach

1) Mengamati (observing)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.

2) Menanya (Questioning)

Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan- pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak

(15)

berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

3) Menalar (Associating)

Kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. 4) Mencoba (Experimenting)

Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

5) Mengkomunikasikan(Networking)

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan yang ditemukan

(16)

dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

4. Model Discovery Learning

a. Pengertian model Discovery Learning

Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002: 22) Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak berbrntuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya adalah demikian:

1) Simulation. Guru bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.

2) Problem statement. Anak didik diberi kesempatan mengidentiikasi berbagai permasalahan.

3) Data collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan.

4) Data processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semua diolah, diacak,

(17)

diklarisifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. 5) Verification atau pembukian. Berdasarkan hasil pengolahan dan

pembuktian, hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu kemudian dicek.

6) Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan.

Pandangan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesua dengan kmampuan yang dimilikinya. Proses belajar harus dipandang sebagai stimulus yang dapatmenantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peran guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah dengan bimbingan guru.

Pemecahan masalah adalah metode yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabanya (discovery) tanpa bantuan khusus. Dengan pemecahan masalah pelajar menemukan aturan baru yang lebih tinggi tarafnya sekalipun ia mungkin tidak dapat merumuskan secara verbal.

(18)

b. Kelebihan dan kelemahan model Discovery Learning 1) Kelebihan model Discovery Learning

Beberapa keunggulan metode penemuan adalah sebagai berikut:

a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketramplilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terbimbing. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu;

b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian, retensi, dan transfer;

c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikanya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan; d) Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bergerak maju sesuai dengan kemampuanya sendiri;

e) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit dapat suatu proyek penemuan khusus;

(19)

f) Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan;

g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui sebelumnya;

h) Membantu perkembangan siswa menuju spektisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Penggunaan model Discovery Learning ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented.

2) Kelemahan model Discovery Learning

Disamping memiliki kelebihan, model Discovery Learning juga memiliki kelemahan, terutama jika tidak diterapkan dengan baik :

a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikiranya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subjek,

(20)

atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.

b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. c) Harapan yang ditumpahkan dalam strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah bisa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

d) Mengajar dengan penemuan mugkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan keterampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan.

e) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada.

f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalao pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian proses-proses di bawah pembinaanya. Tidak

(21)

semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.

(Suryosubroto, 2009: 185) Solusi untuk mengatasi dari kelemahan tersebut bisa dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dengan baik. Bisa dilakukan dengan cara memberi motifasi kepada siswa terlebih dahuu di awal kegiatan pembelajaran, agar mental dan semangat siswa bisa terbentuk dan siap mengikuti pembelajaran. Bisa juga memanfaatkan media untuk mengkolaborasikan dengan model dan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran.

5. Tema 6 Pembelajaran Tematik pada Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, yang bertujuan agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan membentuk jejaring. Beberapa mata pelajaran dipadukan menjadi satu yang dihasilkan sebuah tema. Tema merupakan suatu wadah yang berisi materi dan konsep pembelajaran yang menyeluruh. Pemilihan tema disesuaikan dengan lingkungan peserta didik.

Tema 6 indahnya negeriku sub tema indahnya peninggalan sejarah, berisi mengenai bagaimana mengetahui berbagai peninggalan sejarah. Isi dalam proses pembelajaran pada sub tema indahnya peninggalan sejarah dengan penemuan konsep yang terdapat dalam

(22)

pembahasan pembelajaran dapat dijumpai dengan adanya masa sejarah beserta peninggalan-peninggalanya seperti yang terdapat di museum, tempat wisata bersejarah. Jadi dengan adanya tema maka akan lebih mudah dilakukanya proses pembelajaran. Dengan demikian peneliti memilih tema 6 indahnya negeriku sub tema indahnya peninggalan sejarah.

a. Ruang Lingkup Tema

Menurut Rusman (2011: 262) dalam memilih dan menetapkan tema terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya:

1) Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya.

2) Ruang lingkup tema disesuaian dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuanya.

3) Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh siswa.

Menurut Trianto (2011: 58), prinsip penggalian merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tepadu. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran, dalam penggalian tema tersebut hendaknya memperhatikan beberapa persyaratan:

(23)

1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.

2) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.

3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan pesikologis anak.

4) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.

5) Tema dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.

6) Tema dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi).

7) Tema yang dipilih hendknya mempertimbangkan ketersediaan sumber.

Berdasarkan prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip penggalian tema sangat penting untuk membentuk suatu tema dalam pembelajaran. Syarat-syarat yang telah ditentukan harus selalu diperhatikan supaya tema yang dibuat sesuai dengan isi materi pelajaran, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan sesuai dengan perkembangan anak.

(24)

B. Kerangka Pikir

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagi macam hal baik yang berhubungan dengan siswa maupun di luar siswa. Pembenahan harus dilakukan agar hasil belajar siswa meningkat. Masalah ini terjadi pada siswa kelas 4 SD Negeri 4 Teluk. Berdasarkan dari wawancara dengan guru dan observasi yang telah dilakukan peneliti, masih rendahnya hasil belajar siswa di SD Negeri 4 Teluk sehingga dibutuhkan suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran. Penerapan model Discovery Learning, merupakan salah satu penerapan yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SD Negeri 4 Teluk.

Penerapan model Discovery Learning adalah suatu penerapan dalam pembelajaran dimana guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini yang diharapkan merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Guru memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Dengan

(25)

menggunkan model Discovery Learning ini diharapkan dapat menigkatkan hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu:

“Melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Discovery Learning pada tema indahnya negeriku sub tema indahnya peninggalan sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas 4 SD Negeri 4 Teluk Kabupaten Banyumas”

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa pada tema indahnya negeriku sub tema indahnya peninggalan sejarah menggunakan pendekatan saintifik pada siswa kelas 4 SD Negeri 4 Teluk?

Kondisi Awal Hasil belajar siswa kelas 4

SD Negeri 4 Teluk masih rendah

Tindakan Penerapan pendekatan

saintifik dan model Discovery Learning

Kondisi Akhir Meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD

Negeri 4 Teluk

Pelaksanaan pembelajaran Dalam pembelajaran tematik

terpadu guru menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan pendekatan saintifik. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

siswa meningkat

(26)

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif siswa pada tema indahnya negeriku sub tema indahnya peninggalan sejarah menggunakan pendekatan saintifik pada siswa kelas 4 SD Negeri 4 Teluk?

3. Bagaimana penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar ranah psikomotorik siswa pada tema indahnya negeriku sub tema indahnya peninggalan sejarah menggunakan pendekatan saintifik pada siswa kelas 4 SD Negeri 4 Teluk?.

Gambar

Gambar 1.1: Proses pembelajaran menyentuh 3 ranah  (Pelatihan Implementasi kurikulum 2013 : 2014)  b
Gambar 1.2:   langkah-langkah  pembelajaran  pada  scientific  approach
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya skripsi yang berjudul “PENENTUAN NILAI NOISE BERDASARKAN SLICE THICKNESS PADA CITRA CT SCAN”

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 31 orang responden maka didapatkan hasil lebih dari sebagian (58,1%) responden mengalami hipertensi ringan, lebih dari

Sedangkan menurut Darsono (2000:18) belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Dengan belajar tindakan perilaku

keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan , serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan non formal terdiri atas

Matakuliah iptek kulit dan hasil ikutan ternak pada variabel perencanan mempunyai nilai rata-rata dari perhitungan kuesioner 3.78, variabel media dan interaksi mempunyai

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan variabel arrogance, competence, pressure, opportunity dan rationalization berpengaruh terhadap fraudulent financial