• Tidak ada hasil yang ditemukan

SESUATU DIANTARA KERUMUNAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SESUATU DIANTARA KERUMUNAN MASYARAKAT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 1 Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa

SESUATU DIANTARA KERUMUNAN MASYARAKAT

Muhammad Sabil Hibatulwafi Dr. Nuning Y Damayanti, Dipl. Art

Program Studi Sarjana Seni rupa, Fakultas Seni rupa dan Desain

Email : sabilwaso@gmail.com

Kata kunci : Rutinitas, Absurditas, Kompleksitas, , Keseharian Masyarakat Kelas Menengah, Realisme Sosial.

ABSTRAK

Terlahir dari keluarga sederhana, dan tinggal di lingkungan yang memiliki keragaman materi ekonomi membuat penulis biasa melihat rutinitas dan keseharian masyarakat kelas menengah. Dari pemandangan sehari-hari tersebut pun adanya kesadaran bahwa keseharian masyarakat kelas menengah pada hari ini rupanya sangatlah kompleks dan juga absurd, hal tersebut tercermin dari kegiatannya sehari-hari hingga bagaimana cara dia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan utamanya. Dalam kompleksitas tersebut rupanya ada sebuah nilai yang hadir, dan tidak disadari oleh khalayak banyak, Karena itulah kehidupan masyarakat kelas menengah beserta absurditas dan kompleksitasnya akan direpresentasikan dalam bentuk karya Drawing.

Drawing dengan menggunakan tinta bak, dan visual karya yang berfokus pada figur-figur dan gestur. Kedua hal tersebut mampu untuk merepresentasikan masyarakat kelas menengah, karena tinta sendiri sudah lazim digunakan dalam menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat. Dan figur-figur juga gestur masyarakat kelas menengah sesungguhnya sangatlah berkarakter, maka secara visual karya akan berfokus pada figur-figur dan gesture. Dengan pendekatan berkarya yang berangkat dengan pegangan Estetika Marxist dan juga pijakan dari gerakan Realisme dan Realisme Sosial. Yang hingga hari ini kedua hal tersebut mengalami pemaknaannya yang disesuaikan dengan keadaan kondisi hari ini.

Sesuatu diantara kerumunan masyarakat mengajak apresiator untuk menikmati rutinitas masyarakat kelas menengah, menikmati kompleks dan absurdnya keseharian mereka.

ABSTRACT

As author was born in the middle-class family and live among the society with the variety of economy needs, it happened to give a perspective and interest to author to observe the routines of middle-class society in everyday life. Some routines in middle-class society is commonly seen while a person was born in a modest family and grew within a variety level of prosperous citizen. Shown by their daily activities and how they fulfill their needs, the middle-class society tends to be complex and absurd which have some values that are not recognized by public. Therefore, these two natures will be represented as an artwork by using Drawing as a main medium.

Using Ink as the medium of drawing and focusing the figures and gestures as the subject matter in the artwork. Ideally, both of them could represent the life of middle class society, because the ink itself commonly used to visualize the everyday life. Figures and gestures of the middle-class society are actually have distinctive character, thus, visually the artwork will be focused on depicting the figures and gestures of people.As the basist of the thinking in creating the artwork, author using the approach of Marxist aesthethic theory. Marxist Aesthetics and also some ground rules from Realism and Social Realism as its guide which nowadays those things always having their meaning interpreted again corresponding the condition today.

Theres Something Amongst The People offers the audience to appreciate the daily life of middle-class society’s routines including its complexity and its

(2)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 2

1.

Pendahuluan

Terlahir dan menjadi bagian dari kelas menengah karena terlahir di keluarga sederhana bagi penulis memiliki keunikannya tersendiri. Penulis yang diberikan kesempatan untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa kesulitan tetapi hal tersebut ternyata tidak cukup untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sosial pada hari ini.

Bagi penulis yang terlahir di keluarga sederhana adalah sebuah keuntungan, karena dengan terlahir di keluarga sederhana penulis diberikan kesempatan untuk menjalani hidup secara cukup, dan juga kesempatan untuk melihat kehidupan dari dua sudut pandang. Melihat, dan menjalani kehidupan selayaknya kelas pekerja yang hanya dapat dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya, tetapi juga mendapatkan selera dan terkadang kesempatan untuk bersikap seperti kaum elit, yang memiliki waktu untuk mengejar kebutuhan lain, selain kebutuhan primer.

Perasaan absurd pada saat melihat kehidupan kelas menengah tersebut terjadi dikarenakan interaksi masyarakat di lingkungan sekitar (yang mayoritas adalah bagian dari kelas menengah). Pembicaraan yang hadir di llingkungan tersebut sangatlah unik, meskipun banyak gibahnya, tetapi pembicaraan yang hadir selalu mengkritisi mengenai perilaku masyarakat yang bagi mereka tingkat konsumtifnya sangatlah tidak baik, dan uniknya gibahan-gibahan yang mereka kritisi selalu berbanding terbalik dengan kenyataannya.

Berangkat dari sana penulis tertarik untuk merepresentasikan kehidupan masyarakat tersebut, terutama rutinitas dan kesehariannya. Ada hal yang menarik pada saat merepresentasikan rutinitas dan keseharian yang terjadi di Indonesia. Bagaimana cara masyarakat Indonesia bersikap terhadap sebuah rutinitas dan keseharian, mereka mampu untuk membuat sebuah rutinitas keseharian tersebut menjadi sangat kisruh, kompleks dan tidak teratur. Karena cara mereka yang bersikap menjalani rutinitas tersebut sangat bermacam-macam setiap harinya.

Terlepas dari hal tersebut dengan menjadi bagian dan menjalani kehidupan dari kelas menengah sendiri adalah sebuah hal yang menarik bagi penulis. Besar dan terlahir di keluarga sederhana, dan juga menyaksikan sendiri bagaimana permasalahan-permasalahan memenuhi kebutuhan hadir, dan melihat kebutuhan-kebutuhan baru yang lahir dan menjadi tantangan lain di keluarga kami. Keadaan tersebut hadir dikarenakan takdir dan beban menjadi kelas menengah adalah harus mengahadapi tantangan dan ketidakpastian dalam memenuhi kebutuhan dasar tetapi juga memiliki hasrat untuk memenuhi keinginan yang terkadang jauh lebih besar daripada memenuhi kebutuhan itu sendiri

Kompleksitas dan absurditas yang hadir di masyarakat kelas menengah dalam memenuhi kebutuhan dan mengejar keinginannya yang hadir yang penulis saksikan sendiri di masyarakat (terutama diri penulis, keluarga, teman-teman,dan lingkungan sekitar penulis) menjadi salah satu acuan penulis untuk merepresentasikan keadaan tersebut menjadi sebuah karya.

Pencarian akan adakah nilai-nilai lain yang hadir dalam kompleksitas dan absurditas kehidupan masyarakat kelas menengah, atau ternyata semua hal yang penulis lihat rupanya hanya sebuah interaksi keseharian yang tidak memiliki makna sama sekali?

(3)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 3

2.

Proses Studi Kreatif

Tujuan berkarya penulis akhirnya untuk menghadirkan sebuah ruang refleksi untuk diri sendiri juga orang lain dan untuk apresiator untuk lebih menikmati kompleksitas dan absurditas kehidupan masyarakat kelas menengah. Juga sebagai eksplorasi bagi penulis untuk terus mencari kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa didapat (baik itu artistik atau narasi) mengenai karya dengan tema-tema sosial, ataupun mengenai kelas menengah. Penulis akhirnya berencana untuk menggambarkan bagaimana kompleksnya dan absurdnya kehidupan masyarakat terutama kelas menengah pada hari ini. Selain dari hal tersebut dalam proyek tugas akhir ini pun penulis mencoba untuk mengelaborasi semua perjalanan berkarya penulis di kampus ini.

Hal tersebut coba penulis lakukan dengan cara merekam dan lalu menggambarkan kegiatan sehari-hari masyarakat. Yang nanti dikomposisikan ulang dalam bidang kertas. Dalam proses pengerjaan karya pun banyaknya input-input yang hadir dan mempengaruhi visual karya selain dari eksplorasi dan sketsa. Tetapi juga input berupa melihat kembali materi-materi Estetika, Sejarah Seni rupa dan juga Seniman acuan. Yang penulis pakai sebagai pegangan. Seperti Estetika yang penulis gunakan akhirnya Estetika Marxist yang dikembangkan oleh Bloch, pijakan untuk sejarah seni rupa pun penulis melihat dari sisi Realisme, Sosial Realisme, dan gerakan Daily Life Painting Ashcan School.

Dalam pengerjaan karya ini pun kesadaran akan medium coba terus penulis refleksikan, apakah ada keterkaitannya antara narasi yang akan penulis sampaikan dan medium yang penulis gunakan. Penulis menemukan bahwa menggambarkan dan merekam kegiatan sehari-hari dengan menggunakan media

Drawing sudah sangat dikenali dari zaman dahulu, dari ditemukannya gambar/lukisan gua di zaman pra-sejarah. Lalu dalam praktiknya di akademi seni rupa pun, pada proses menggambar untuk merekam kehidupan sehari-hari menjadi sebuah hal yang penting dan vital. Di beberapa akademi Seni rupa pun hingga hari ini masih ada yang mewajibkan mahasiswanya untuk membuat sketsa secara langsung, dan menggambarkan kehidupan masyarakat yang dia lihat. Menggambar dan merekam kegiatan keseharian pun menjadi sangat penting bagi orang-orang seni rupa karena hal tersebut melatih kepekaan terhadap lingkungan sosial atau permasalahan apa yang terjadi pada hari ini. Untuk media bekerja pun akhirnya dipilih Tinta, dikarenakan Tinta sendiri sering menjadi media yang digunakan untuk menggambarkan keseharian tersebut. Dari sejarahnya pun gambar-gambar tradisi China, Jepang dan Korea yang dibuat dengan Tinta pun selalu menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat. Di Indonesia dan akademi Seni rupa pun selalu dianjurkan untuk membuat sketsa itu sendiri menggunakan Tinta dan diatas kertas. Selain dari hal tersebut pun penulis sendiri tertarik dengan Tinta China semenjak semester lima, dan senang untuk menggali kemungkinan-kemungkinan artistik yang bisa digali dan dikembangkan. Penulis mencoba mengelaborasi semua hal tersebut baik dari pegangan Estetik, hingga kesadaran akan medium tersebut dalam karya Tugas Akhir ini.

3.

Hasil Studi dan Pembahasan

Sesuatu Diantara Kerumunan Masyarakat memiliki intensi untuk menghadirkan sebuah ruang reflektif bagi apresiator, untuk memperhatikan kembali bagaimana kompleksnya kehidupan masyarakat pada hari ini. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu kepada Apresiator untuk lebih memahami

(4)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 4

realitas yang terjadi pada masyarakat di hari ini, dan kompleksitas interaksi, ataupun kegiatannya dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Perasaan reflektif pun selain untuk apresiator menjadi penting juga bagi penulis karena pada saat itu juga ada perasaan reflektif dalam pengerjaan karya ini. Karya ini penulis menginginkan untuk memberikan kesempatan bagi apresiator dan juga penulis sendiri untuk bisa lebih menikmati mengenai kompleksitas interaksi dan juga absurditas yang hadir masyarakat. Bagaimana mereka menikmati keseharian mereka, dan bagaimana suasana dan atmosfir keseharian mereka. Karya tersebut pun akhirnya akan dibentuk modular dengan jumlah yang cukup banyak hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan sebuah ruang mengenai bagaimana interaksi yang terjadi dimasyarakat begitu beragam.

Karya ini pun semua akan berkutat dalam penggambaran figur, fokusnya dalam penggambaran figur ini sendiri karena penulis berintensi untuk membicarakan mengenai realitas kehidupan masyarakat pada hari ini. Pada saat membicarakan sebuah realitas pun, terutama kehidupan masyarakat figur menjadi penting, dan penulis berkeinginan untuk menggambarkan figur secara apa adanya.

Karya yang akan menghadirkan hal tersebut akan memiliki 2 seri yang berbeda, dalam jumlah 3 karya. Pada karya pertama akan merepresentasikan bagaimana kehidupan masyarakat pada hari ini sebegitu cepat dan kompleksnya. Dan absurditas hadir dalam bentuk visual-visual figur yang dikerjakan lebih detail.

Gambar 1 : Hasil karya akhir I Sumber gambar: Dokumentasi penulis

Karya pertama ini penulis bermaksud untuk merepresentasikan bagaimana komplek dan absurdnya kehidupan masyarakat. Tetapi selain dari hal tersebut karya pertama ini bermaksud merepresentasikan sebuah rutinitas yang terjadi di masyarakat kelas menengah. Bagaimana sebuah rutinitas itu membentuk keseharian mereka pada hari ini.

Karya pertama ini terdiri dari 36 seri gambar yang merupakan gabungan dari beberapa aktifitas keseharian yang ditangkap oleh penulis dan dikomposisikan ulang secara satu kesatuan utuh. Pada karya ini jumlah seri 36 dimaksudkan untuk merepresentasikan bagaimana sebuah rutinitas yang terjadi

(5)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 5

dikalangan masyarakat jika kita melihat secara keseluruhan sangatlah riuh dan kompleks. Tetapi hal tersebut penulis coba redam dengan hanya menggambarkan detail pada beberapa tempat.

Komposisi dan figur-figur yang hadir dalam karya ini sebenarnya hadir secara repetitif, hal tersebut dikarenakan figur-figur yang penulis coba tampilkan dalam karya ini adalah sebuah figur-figur yang mengalami sebuah rutinitas, yang ditangkap dan disimpan dalam bidang gambar. Figur-figur yang hadir secara berulang meskipun beberapa diantaranya hadir secara gestural saja pun adalah cara penulis untuk merepresentasikan keseharian itu sendiri. merepresentasikan bagaimana sebuah pengulangan, yang dilakukan oleh masyarakat kelas menengah setiap harinya ternyata tidak benar-benar mengulang. Bagaimana kegiatan hari ini meskipun adalah sebuah kegiatan yang sama dengan kemarinnya, belum tentu bertemu dengan orang-orang yang sama, dan seandainya bertemu dengan orang-orang yang sama pun belum tentu juga mereka mendapatkan pengalaman yang sama.

Pemberian bagian-bagian detail pada beberapa bidang pun penulis memiliki intensi untuk merepresentasikan bagaimana seharusnya masyarakat menikmati sebuah rutinitas tersebut. Dengan memberikan sebuah makna-makna dari kegiatan-kegiatan sederhana dari panjangnya rutinitas kita jalani. Cara berfikir tersebut pun sebenarnya bisa kita praktikan juga pada saat kita memperhatikan mengenai keseharian dan rutinitas yang biasa kita saksikan sehari-hari pada saat kita memiliki waktu luang. Menyadari bahwa semua kegiatan yang kita lihat tersebut adalah sebuah rutinitas, yang pasti selalu dilakukan, maka kita cukup memperhatikan hal-hal kecil tersebut dan menggali makna dari yang kita perhatikan.

Gambar 2 : Hasil karya akhir II Sumber gambar: Dokumentasi penulis

Pada karya kedua ini penulis bermaksud untuk merepresentasikan mengenai bagaimana kompleksnya kehidupan masyarakat pada hari ini, dengan berbagai macam aktifitas yang secara sadar ataupun tidak sadar kita perhatikan. Tetapi selain merepresentasikan hal tersebut penulis pun mencoba untuk merepresentasikan mengenai kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya menghantui masyarakat pada hari ini, terutama masyarakat kelas menengah.

(6)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 6

Aktifitas yang bertumpuk dengan simbol-simbol yang merepresentasikan kebutuhan tersebut, hadir dengan maksud untuk memberikan sebuah makna bagaimana sebenarnya kebutuhan-kebutuhan tersebut yang akhirnya mendorong masyarakat untuk beraktifitas. Tetapi dengan tidak adanya interaksi langsung antara masyarakat yang digambarkan dengan simbol-simbol tersebut memiliki intensi untuk merepresentasikan bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut mendorong aktifitas-aktifitas masyarakatnya secara tidak sadar. Pemenuhan akan kebutuhan tersebut tidak benar-benar disadari, karena sudah menjadi rutinitas aktifitas.

Dengan memberikan nuansa ekspresif dalam masing-masing figur dan benda yang digambar, penulis pun berintensi untuk memberikan persona dan kesan yang berbeda pada saat untuk masing-masing figur dan benda tersebut, tergantung suasana penulis pada saat menggambarkannya tersebut. Memberikan sentuhan akhir berupa detail-detail yang tidak membuat menjadi benar-benar realis. Hal tersebut dikarenakan penulis ingin membuat figur-figur menjadi kabur identitasnya. Penulis berintensi untuk menonjolkan bagaimana riuh dan kompleksnya keseharian tersebut, dan juga bagaimana absurdnya kegiatan keseharian yang dilakukan pada saat masing-masing aktifitas keseharian dicabut dari lokasi keseharian tersebut.

Gambar 3 : Hasil karya akhir III Sumber gambar : Dokumentasi penulis

Modus pada karya ketiga ini sama dengan karya kedua tetapi ada hal yang diganti baik itu berupa ukuran kertas hingga simbol yang hadir dalam karya tersebut. Simbol-simbol yang hadir dalam karya ketiga ini adalah sebuah representasi dari hadirnya visual-visual yang justru selalu menggoda hasrat kita untuk akhirnya mulai melupakan hal kenapa kita membeli dan merasa butuh terhadap sebuah barang.

Disini penulis mengambil gambar berupa iklan-iklan yang bagi penulis cukup absurd terutama pada saat melihat bagaimana masyarakat merespon hal tersebut, istilah sale, paket murah, dan penyebutan harga yang membuat seakan hal-hal tersebut dianggap menjadi lebih murah dan lebih berharga untuk dibeli dan dikonsumsi. Padahal pada hakikatnya teks-teks yang hadir tersebut belum tentu benar-benar murah dibandingkan bagaimana masyarakat kelas menengah benar-benar memenuhi kebutuhannya. Yang menarik adalah sikap masyarakat kelas menengah yang sudah terperangkap dengan hal tersebut, mereka mengalami perasaan guilty pleasure. Sebuah perasaan berupa kesenangan yang datang bersama perasaan bersalah. Perasaan tersebut pun bagi penulis adalah salah satu hal yang hanya dimiliki oleh masyarakat kelas menengah. Dan perasaan tersebut pun bagi penulis sama dengan bagaimana pada saat

(7)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 7

Sisyphus berhasil membawa batu tersebut keatas dan akhirnya pada saat diatas dia melihat batu yang dia bawa menggelinding, dan dia sadar bahwa dia akan kembali berusaha untuk membawa batu itu kembali. Tetapi satu hal yang pasti masyarakat tersebut mendapatkan sebuah kesenangan karena telah memenuhi hasratnya.

4.

Penutup dan Kesimpulan

Karya tugas akhir ini akhirnya merupakan pembelajaran kembali bagi penulis dalam mengerti masyarakat kelas menengah, karena penulis pun adalah bagian dari hal tersebut. Dalam proses pengerjaannya pun akhirnya secara tidak langsung penulis merasa berkenalan kembali dengan pribadi penulis dan juga lingkungan terdekat penulis.

Di proses pengerjaan hingga akhirnya selesai, ada hal yang penulis pelajari terutama dalam proses pengerjaan. Bahwa rupanya selalu ada keterkaitan antara seni dan keadaan sosial, dan bagaimana pemaknaan mengenai keterkaitan kedua hal tersebut selalu berkembang setiap zamannya. Oleh karena itu keyakinan penulis semakin kuat bahwa akhirnya seni harus membawa nilai-nilai sosial atau humaniora. Baik itu melalui media konvensional ataupun maupun media kontemporer.

Dalam penyelasaiannya pun dengan medium Drawing, penulis merasakan bahwa dalam merekam dan memindahkan keseharian dengan Tinta adalah sesuatu yang lumrah dan banyak juga kenyataan dalam sejarah mengenai hal tersebut. Dan untuk merepresentasikan masyarakat kelas menengah dengan Tinta pun cukup tepat karena Tinta itu sendiri adalah suatu media yang terjangkau dan juga memiliki berbagai macam kemungkinan secara visual, tergantung dari perlakuan. Sama dengan Tinta, kehidupan masyarakat kelas menengah pun memiliki banyak kemungkinan bentuk kehidupan. Bagaimana kita memperlakukan kehidupan itu sendiri.

Penulis pun merasakan sebuah intimasi dengan drawing tersebut. Karena waktu yang tersita, karena sebuah sikap yang dibentuk, dan karakteristik drawing yang selalu satu tarikan.

Karya ini pun adalah adalah sebuah gambaran bagaimana penulis memandang kehidupan dan keseharian itu sendiri, banyak sekali hal-hal yang kompleks terjadi didepan penulis, juga melihat keabsurdan itu sendiri. Dan bagi penulis hadirnya sebuah ruang refleksi sangat penting untuk memandang keseharian itu sendiri, tapi akhirnya bentukan refleksi akan keseharian tersebut bukanlah memberikan jawab terhadap apresiator. Tetapi ruang refleksi tersebut hadir agar apresiator mampu untuk menikmati kompleksitas dan absurditas dalam rutinitas keseharian itu sendiri..

Dari selesainya Tugas Akhir ini pun penulis mengambil kesimpulan bahwa rupanya kelas menengah adalah sebuah golongan di masyarakat yang memiliki karakter yang sangat kuat, sebuah karakter dimana hampir setiap pilihan yang dia buat memiliki konsekuensinya. Berbeda dengan kalangan atas yang semua pilihan yang dia buat hampir tidak memiliki konsekuensi dan kalangan bawah yang seperti tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Hal tersebutlah yang menyebabkan rutinitas dalam kehidupan dan keseharian kelas menengah menjadi sangat kompleks dan juga absurd.

(8)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 8

UCAPAN TERIMAKASIH

Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/ perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh Aminudin T.H. Siregar M.Sn. dan Dr. Nuning Y. Damayanti, Dipl.Art

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka

Camus, Albert. Myth of Sisyphus. Hamish Hamilton. 1955 Buckingham, Wil. The Philosophy Book. DK Publishing. 2011 Suryajaya, Martin. Sejarah Estetika. Gang Kabel. 2016

Burton, Johanna. Vitamin D : New Perspective in Drawing. Phaidon Book, 2005.

Davidson, Margaret. Contemporary Drawing : Key and Concept. Watson-Guptill Publications, 2011. Rose, Bernice. Drawing Now. Catalog Museum of Modern Art (MoMA). 1976

Website http://www.theartstory.org/movement-ashcan-school.htm http://www.asia-art.net/chinese_brush.html https://www.theguardian.com/commentisfree/belief/2013/apr/29/frankfurt-school-ernst-bloch-principle-of-hope https://indoprogress.com/2016/02/memahami-kelas-menengah-indonesia/ https://indoprogress.com/2016/02/menguak-tabir-ilusi-kelas-menengah/ https://indoprogress.com/2016/03/keberadaan-kelas-menengah-dan-borjuis-kecil/ Video

YaleCourses – The Frankfurt School of Crtical Theory http://oyc.yale.edu/english/engl-300/lecture-17

(9)

Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 9

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA

Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel yang ditulis oleh mahasiswa dibawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat wisuda mahasiswa yang bersangkutan.

diisi oleh mahasiswa

Nama Mahasiswa Muhammad Sabil H

NIM 17012045

Judul Artikel Sesuatu diantara Kerumunan Masyarakat

Diisi oleh Pembimbing

Nama Pembimbing Dr. Nuning Yanti Damayanti, Dipl. Art

Rekomendasi

Lingkari salah satu

1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD

2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi 3. Tidak Terakreditasi

4. Ke Seminar Nasional

5. Jurnal Internasional Terindex Scopus 6. Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus 7. Dikirim ke Seminar Internasional

8. Disimpan dalam bentuk Repositori Bandung, …………/………../ 2017

Tanda Tangan Pembimbing : _______________________

Gambar

Gambar 1 : Hasil karya akhir I  Sumber gambar: Dokumentasi penulis
Gambar 2 : Hasil karya akhir II  Sumber gambar: Dokumentasi penulis
Gambar 3 : Hasil karya akhir III  Sumber gambar : Dokumentasi penulis

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti yang lain yaitu Yani Purbaningrum yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau dari

(5 orang per-group) bersifat take home dalam bentuk case study dan mendiskusikannya di kelas melalui pemaparan/ presentasi hasil tugas yang dilakukan oleh para mahasiswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas antimikroba dan antioksidan ekstrak kasar rumput laut Caulerpa recemosa yang diperoleh dari perairan selat Makassar

Yang perlu diperhatikan dalam membuat nirmana adalah besar kecilnya ukuran. Warna dibagi menjadi dua, warna dingin dan

 Berikan highlight sepanjang garis tengah tulang hidung, agar dapat memberikan kesan batang hidung terlihat lebih besar dan proporsional.. Koreksi Bentuk batang hidung bengkok

Hal yang sama berlaku pula untuk suatu rangkaian listrik.. Jumlah hambatan dari sejumlah resistor yang dihubungkan paralel adalah. kebalikan dari jumlah

Localization can be seen as an industrial process applied to content that is predominantly in digital form and needs to be adapted to target market requirements. The

III. Perbedaan dan Persamaan Budaya dalam Perkembangan Kognitif.. Perkembangan kognitif adalah spesialiasasi dalam psikologi yang mempelajari bagaimna kemampuan berpikir