• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Bio Inhibitor Sarang Semut (Myrmecodia pendans) pada Baja Karbon API 5L Grade B di Larutan Asam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Penambahan Bio Inhibitor Sarang Semut (Myrmecodia pendans) pada Baja Karbon API 5L Grade B di Larutan Asam"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak Inhibitor merupakan salah satu alternatif untuk mengendalikan laju korosi. Pada umumnya bahan yang digunakan sebagai inhibitor adalah bahan kimia yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, berbagai penelitian dilakukan untuk mendapatkan inhibitor dari bahan alam yang mengandung anti oksidan tinggi. Salah satu tumbuhan tersebut adalah sarang semut (Myrmecodia pendans).

Dalam penelitian ini digunakan baja karbon API 5L Grade B, media korosif HCl 1M dan H2SO4 1 M dan variasi konsentrasi dari ekstrak tumbuhan sarang semut 0 mg/L, 100 mg/L, 200 mg/L, 300 mg/L, 400 mg/L dan 500 mg/L. Metode ekstraksi dari tumbuhan sarang semut menggunakan metode maserasi serbuk sarang semut dengan 80 % ethanol yang kemudian diuapkan dengan rotary evaporator. Efektivitas penggunaan bioinhibitor sarang semut dalam asam akan diketahui melalui beberapa pengujian yaitu Uji Imersi (Weight Loss), Uji Polarisasi Potensiodinamik, Uji Electrochemical Impedance Spectroscopy dan Uji X-Ray Diffraction.

Hasil pengujian menunjukan adanya penurunnan laju korosi pada baja API 5L grade B ketika ditambahkan inhibitor. Pada baja di lingkungan HCl tanpa inhibitor, nilai laju korosi sebesar 109.88 mpy setelah penambahan inhibitor turun menjadi 39.294 mpy di konsentrasi 500 mg/L. Sedangkan pada lingkungan H2SO4, laju korosi tanpa inhibitor sebesar 115.09 mpy dan turun menjadi 78.173 mpy pada konsentrasi 300 mg/L. Berdasarkan peningkatan nilai Rct dari pengujian EIS menunjukkan penambahan inhibitor sarang semut mampu menurunkan laju korosi dengan membentuk lapisan tipis di permukaan logam. Sedangkan hasil XRD menunjukkan pada baja API 5L Grade B terdapat senyawa Fe, FeCl3 dan FeOCl.

Kata Kunci API 5L Grade B, bio inhibitor, larutan asam, Myrmecodia pendans.

I. PENDAHULUAN

K

OROSI adalah degradasi dari material yang diakibatkan oleh reaksi kimia dengan material lainnya dan lingkungan [1]. Proses ini sering terjadi di industri minyak dan gas. Dalam dunia industri, baja karbon merupakan jenis material yang biasa digunakan dalam beragam aplikasi dikarenakan mudah didapatkan dan difabrikasi serta memiliki nilai kekuatan tarik yang cukup baik. Baja jenis ini mudah mengalami korosi dalam lingkungan larutan asam ketika proses pembersihan asam (acid cleaning), transportasi larutan asam, penyimpanan larutan asam atau senyawa kimia, de-scaling dan proses pickling [2].Dunia industri minyak dan gas

biasanya menggunakan baja karbon untuk pipa penyalur sehingga sering terjadi internal corrosion karena terkandung banyak senyawa seperti oksigen, asam sulfida, karbon monoksida, sulphate reducing bacteria [3].

Salah satu metode yang digunakan untuk menghambat proses korosi adalah dengan penambahan inhibitor korosi. Pada umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas, seperti nitrit, kromat, fosfat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-senyawa amina. Namun demikian, pada kenyataannya bahwa bahan kimia sintesis tidak ramah lingkungan dan harganya relatif mahal[4].

Akibat hal-hal tersebut maka penelitian untuk menemukan sumber baru inhibitor korosi terutama dari bahan alam mulai banyak dilakukan. Bahan alam dipilih sebagai alternatif karena bersifat aman, mudah didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan[2].

Ekstrak bahan alam seperti tumbuhan dan buah mengandung banyak varietas organik terutama kandungan heteroatom seperti P, N, S, O atau memiliki ikatan rangkap. Unsur-unsur ini dapat teradsorpsi pada permukaan logam kemudian berikatan membentuk lapisan film yang dapat menghambat korosi[2]. Penggunaan produk tumbuhan sebagai inhibitor korosi dibuktikan dengan senyawa fitokimia yang terkadung didalamnya dimana secara struktur elektrokimia dan molekuler mendekati sama dengan molekul inhibitor organik konvesional[4]. Pada dasarnya mekanisme dari inhibitor adalah dengan mengadsorbsi ion atau molekul pada permukaan logam, dimana inhibitor tersebut mampu mengontrol reaksi elektrokimia (anodik serta katodik) serta dapat menciptakan suatu lapisan tipis (film forming) untuk menghambat proses korosi.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Atriya dkk, 2013[5] tumbuhan sarang semut (Myrmecodia Pendans) dapat diaplikasikan sebagai inhibitor. Dalam penelitian tersebut digunakan material API 5L Grade B dengan range konsentrasi inhibitor 0-2500 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi inhibitor yang paling efektif terdapat pada konsentrasi 500 mg/L dalam larutan elektrolit NaCl 3,5 %. Pada penelitian ini akan dilakukan pada lingkungan yang berbeda, yaitu lingkungan HCl 1 M dan H2SO4 1 M. Material yang digunakan adalah API 5L Grade B

dengan variasi konsentrasi inhibitor 0-500 mg/L (kelipatan 100 mg/L).

Pengaruh Penambahan Bio Inhibitor Sarang Semut

(Myrmecodia pendans)

pada Baja Karbon API 5L Grade B di

Larutan Asam

Manggara Nurull Fajrian Rahma Dhannia dan Sulistijono

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: ssulistijono@mat-eng.its.ac.id

(2)

II. METODEPENELITIAN A. Preparasi Inhibitor

Tumbuhan epifit Myrmecodia pendans didapatkan dari Irian Jaya melalui berbagai proses sehingg didapatkan sarang semut yang berbentuk serbuk. Metode ekstraksi yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak MP adalah maserasi. Serbuk MP direndam selama 1x24 dalam ethanol 80% kemudian disaring sehingga didapatkan ekstrak MP dalam bentuk cair. Perendaman dan penyaringan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali. Kemudian hasil penyaringan diuapkan pelarutnya menggunakan mesin rotary evaporator sehingga ekstrak MP bias digunakan sebagai bio inhibitor.

B. Preparsi Spesimen

Untuk pengujian polarisasi potensiodinamik dan Electrochemical Impedance Spectroscopy API 5l Grade B dipotong dengan dimensi 10 x 10 x 3 mm kemudian disolder untuk menyambungkan spesimen tersebut dengan kawat tembaga sepanjang 20 cm. Setelah itu spesimen di moulding dengan menggunakan resin epoxy dan cetakan pipa shock dengan diameter 2,3 cm. Setelah moulding benar-benar, bagian spesimen yang tidak tertutup resin (terekspose) dihaluskan dengan kertas gosok (amplas) grade 120, 320, 400, 600, 800,1000 sampai rata. Sedangkan untuk spesimen uji weight loss, baja karbon API 5L Grade B dipotong dengan dimensi 20 x 20 x 3 mm kemudian dibor bagian atasnya (tempat menggantung tali) dengan diameter mata bor 4 mm. Setelah itu spesimen dihaluskan dengan menggunakan kertas gosok untuk meratakan permukaan dan menghilangkan produk korosi sebelumnya. Pada setiap spesimen weight loss harus dilakukan pengukuran berat awal spesimen.

C. Preparasi Larutan

Larutan yang digunakan adalah HCl 32% dan H2SO4 98%. Untuk mendapatkan 1000 ml larutan HCl 1M, diambil 95,87 ml HCL 32% kemudian ditambahkan aquades hingga volumenya 1000 ml dalam gelas beker. Sedangkan untuk mendapatkan 1000 ml larutan H2SO4 1M, diambil 54,64 ml

larutan H2SO4 98% kemudian ditambahkan aquades hingga

volumenya 1000 ml dalam gelas beker. D. Polarisasi Potensiodinamik

Pengujian elektrokimia sel tiga-elektroda (potensiostat) yaitu elektroda kerja, elektroda bantu dan elektroda reference dengan menggunakan jenis VERSASTAT 4 dari software versa Studio. Dengan menggunakan alat ini dapat diketahui laju korosi dan parameter-parameter lain seperti Icorr, Ecorr, βa dan βb pada logam dengan cara menggunakan menu tafel fit yang ada pada software.

E. Metode Electrochemical Impedance Spectroscopy Electrochemical Impedance Spectroscopy adalah suatu metode untuk menganalisis respon suatu elektroda terkorosi terhadap suatu sinyal potensial AC sebagai fungsi frekuensi. Metode ini digunakan untuk mengetahui mekanisme inhibisi pada antar logam dengan inhibitor apakah secara kinetika dikontrol oleh perpindahan muatan ataukah perpindahan massa. Gelombang AC pada amplitude rendah 10 Mv pada rentang frekuensi 0.1 Hz sampai 10.000 Hz. Pada prinsipnya EIS digunakan untuk menentukan parameter kinetika

elektrokimia berkaitan dengan unsur-unsur listrik seperti tahanan, R, kapasitansi, C, dan induktansi, L.

F. Pengujian Weight Loss

Pengujian weight loss atau lebih dikenal dengan metode pengurangan berat adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui besaran laju korosi (mpy) pada suatu material berdasarkan pengurangan berat awal dan berat akhir. Dalam penelitian ini metode perendaman dilakukan selama 21 hari untuk konsentrasi yang memiliki efisiensi tertinggi berdasarkan pengujian polarisasi potensiodinamik dan pada masing-masing larutan tanpa inhibitor. Pengambilan data berat akhir hasil uji weight loss diambil setiap kelipatan 3 hari. Pencucian spesimen setelah proses perendaman menggunakan larutan dengan campuran 50 gram NaOH, 200 gram granule zinc dalam aquades 1000 ml pada temperatur 80˚C selama 40 menit.

G. Pengujian X-Ray Diffraction

XRD merupakan salah satu alat karakterisasi material untuk identifikasi unsur dan senyawa (analisis kualitatif) dan penentuan komposisi (analisis kuantitatif). Pengujian XRD memanfaatkan difraksi sinar-X. Berkas sinar-X yang ditembakkan ke sampel dan didifraksikan oleh sampel kemudian ditangkap oleh detektor dan diterjemahkan dalam bentuk kurva. Pada penelitian ini, pengujian XRD hanya dilakukan untuk spesimen hasil weight loss hari ke-21 yang memiliki efisiensi inhibitor tertinggi dan spesimen yang direndam selama 21 hari tanpa inhibitor.

III. ANALISISDATADANPEMBAHASAN A. Hasil Polarisasi Potensiodinamik

Pada gambar 1 dan 2 memperlihatkan hasil pengujian polarisasi potensiodinamik pada 6 variabel konsentrasi inhibitor Myrmecodia pendans di larutan HCl 1M dan larutan H2SO4 dengan menggunakan alat potensiodinamik

dan software versa studio VERSASTAT 4.

(3)

Gambar 2. Kurva polarisi pada larutan H2SO4 1M.

Berdasarkan kurva polarisasi yang dibentuk dari pengujian polarisasi potensiodinamik menunjukkan adanya pergeseran kurva anodik dan katodik. Pergeseran ini menunjukkan bahwa ekstrak MP sebagai inhibitor bekerja dengan menghambat anodic dissolution dan menghambat reaksi evolusi hidrogen sekaligus. Kemudian dilakukan fitting menggunakan software VERSASTAT 4 sehingga didapat nilai corrosion rate, Icorr, Ecorr, βa, dan βb.

Tabel 1.

Hasil fitting kurva polarisasi Baja API 5L Grade B di larutan HCl 1M

Tabel 2.

Hasil fitting kurva polarisasi Baja API 5L Grade B di larutan H2SO4 1M

Berdasarkan hasil fitting pada tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa semakin menurunnya laju korosi maka nilai Icorr juga akan menurun. Selain itu apabila ditinjau dari nilai Ecorrnya, perilaku inhibitor sarang semut mengindikasikan bahwa ekstrak MP bekerja dikedua sisi anodik dan katodik. Perubahan nilai Ecorr yang tidak melibihi 85 mV merupakan jenis mixed inhibitorMekanisme kerja dari inhibitor organik adalah dengan mempengaruhi kedua sisi anodik dan katodik dengan cara adsorpsi. Adsorpsi timbul akibat adanya gaya

adhesi antara inhibitor dan permukaan elektroda kerja. Akibat mekanisme adsorpsi terbentuklah lapisan tipis pada permukaan logam yang mampu menghambat laju korosi. Selain itu dari pengujian polarisasi potensiodinamik menunjukkan bahwa ekstrak Mp lebih efektif bekerja pada larutan HCl 1M ditunjukkan dengan efisiensi yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan larutan H2SO4 1M.

B. Pengujian Electrochemical Impendance Spectroscopy (EIS)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme inhibisi suatu material melalui parameter-parameter elektrokimia dalam equivalent circuit yang dihasilkan oleh fitting grafik hasil EIS. Mulanya grafik hasil pengujian EIS dieksport ke software Zview. Kemudian diftting menggunkan equivalent circuit seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Equivalent circuit

Rangkaian tersebut disesuaikan dengan bentuk Nyquist plot yang terbentuk pada pengujian EIS. Berdasarkan Nyquist plot yang terbentuk menunjukkan bahwa diameter Nyquist plot meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak MP. Hal ini menandakan bahwa pemberian ekstrak sarang semut dapat menghambat laju korosi pada baja API 5L grade B. Berikut merupakan hasil fitting menggunakan software Zview pada kedua larutan:

Gambar 4. Hasil fitting EIS pada larutan HCl 1M.

Konsentrasi

(mg/L) CR (mpy) Ecorr (mV) Icorr (µA) βc (mV) βa (mV) %EI 0 109.88 -733.802 370.284 23.822 113.535 0.00 100 106.33 -704.557 358.307 21.734 121.79 3.23 200 99.719 -720.451 336.033 21.931 112.494 9.25 300 60.864 -703.345 205.099 18.317 54.769 44.61 400 45.105 -661.122 151.997 19.674 48.861 58.95 500 39.294 -614.737 132.412 13.906 34.444 64.24 Konsentrasi

(mg/L) (mpy) Ecorr (mV) Icorr (µA) βc (mV) βa (mV) %EICR

0 115.09 -681.257 387.818 38.612 215.827 0 100 104.04 -657.574 350.592 30.827 167.798 9.601182 200 94.058 -542.337 316.958 28.597 142.676 18.27439 300 78.173 -526.185 263.43 24.32 88.154 32.07664 400 84.654 -507.627 285.267 20.872 97.176 26.44539 500 87.469 -576.348 294.755 26.332 98.343 23.99948

(4)

Gambar 5. Hasil fitting EIS pada larutan H2SO4 1M.

Dari hasil fitting tersebut akan diketahui nilai-nilai dari Rs, Rct, dan Cdl dari masing-masing konsentrasi inhibitor sarang dalam tiap larutan.

Tabel 3.

Hasil equivalent circuit dalam larutan HCl 1M.

Tabel 4.

Hasil equivalent circuit dalam larutan H2SO4 1M.

Berdasarkan circuit yang terbentuk menunjukan bahwa reaksi yang terjadi pada sistem adalah diawali dengan adanyatahanan larutan (Rs), hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap jenis larutan memiliki tahanan yang berbeda. Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai Rs untuk larutan HCl lebih besar dibandingkan larutan H2SO4.

Kemudian rangkain diikuti adanya tahanan transfer muatan (Rct) dimana harganya semakin besar disaat ditambahkan konsentrasi inhibitor. Tahanan ini mewakili adanya perpindahan muatan pada antar muka logam-larutan dimana nilainya akan meningkat akibat penambahan inhibitor sehingga mengindikasikan adanya lapisan pasif yang terbentuk pada permukaan logam. Lapisan ini mengakibatkan pergerakan ion dari elektrolit menuju logam terhambat. Dalam keadaan yang bersamaan terjadi penyimpanan muatan oleh logam dan dilanjutkan dengan terjadinya difusi ion ke dalam

logam. Hal ini ditunjukkan dengan adanya impedansi Warburg. Sehingga dapat diketahui bahwa inhibitor sarang semut menginhibisi dengan membentuk lapisan pasif. Semakin banyak lapisan pasif yang terbentuk maka nilai Rct akan semakin besar sedangkan nilai Cdl akan semakin kecil. Turunnya nilai Cdl dikarenakan adanya pergantian-pergantian molekul air oleh molekul-molekul inhibitor pada interface atau bidang pemisah dari electrical double layer yang menandakan bahwa adsorpsi ekstrak MP membuat lapisan pada permukaan baja API 5L grade B di dalam larutan asam.

C. Pengujian Weight Loss

Hasil pengujian weight loss selama 21 hari untuk konsentrasi efisiensi tertinggi di larutan HCl 1M (0 mg/L dan 500 mg/L ekstrak MP) dan H2SO4 1M (0 mg/L dan 300 mg/L

ekstrak MP) ditunjukkan pada gambar 6 dan 7 sebagai berikut:

Gambar 6. Grafik pengurangan berat pada baja API 5L Grade B dalam larutan HCl 1M.

Gambar 7. Grafik pengurangan berat pada baja API 5L Grade B dalam larutan H2SO41M.

Pada sistem yang ditambahkan ekstrak MP menunjukkan bahwa jumlah rata-rata kehilangan berat lebih sedikit terjadi dibandingkan dengan sistem tanpa inhibitor. Hal tersebut menunjukan bahwa inhibitor ekstrak MP mampu memperlambat laju korosi pada sampel meskipun masih terjadi pengurangan berat sampel. Namun pada kondisi nyata saat penelitian dilakukan efisiensi inhibisi dari inhibitor sarang semut menggunakan metode weight loss tidak sebesar dengan pengujian elektrokimianya. Hal ini dapat diakibatkan karena saat dilakukan perendaman, sistem terpapar dalam kondisi bebas dimana besar kemungkinan dalam waktu perendaman Konsentrasi Inhibitor Rs (Ω.cm2) Rct (Ω.cm2) Cdl (μF/cm2) Efisiensi Inhibitor (%) 0 1.362 6.611 583.1202622 100 1.335 13.34 323.8061776 50.4422789 200 1.421 16.73 278.4329467 60.4841602 300 1.403 18.12 231.2231697 63.5154525 400 1.36 19.71 173.4106714 66.4586504 500 1.373 20.94 170.1532125 68.4288443

(5)

yang sangat lama menyebabkan oksigen juga ikut mempengaruhi reaksi dalam sistem.

Kondisi seperti ini menyebabkan efisiensi inhibitor dengan menggunakan metode weight loss menjadi sangat rendah. Berikut merupakan grafik perbandingan efisiensi inhibitor pada masing-masing larutan.

(a) (b)

Gambar 8. Efisiensi inhibitor pada larutan HCl 1M dan H2SO4 1M

Pada gambar 8a menunjukkan bahwa efisiensi inhibitor semakin meningkat seiring bertambahnya waktu perendaman. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan lapisan pasif oleh ekstrak MP mampu menurunkan laju korosi sehingga pengurangan berat spesimen pada sistem yang terinhibisi tidak lebih banyak dibandingan dengan sistem tanpa inhibisi. Peningkatan ini akan berhenti disuatu titik ketika inhibitor ini sudah berubah menjadi fungsi lain dan tidak dapat memproteksi.

Sedangkan pada gambar 8b menunjukkan bahwa penggunaan sarang semut sebagai inhibitor tidak memberikan efek positif. Efisiensi inhibitor terus menurun seiring bertambahnya waktu perendaman. Hal ini mungkin diakibatkan sarang semut tidak mampu mengatasi serangan asam sulfat sehingga tidak terjadi proteksi. Keberadaan ion sulfat dalam larutan asam sulfat 1M, rentan mengalami kontaminasi dengan lingkungan. Dimana asam jenis ini sering ditemukan larut dalam air dan mampu bereaksi dengan senyawa-senyawa lain di lingkungan sehingga mampu memperparah korosi pada logam.

D. Hasil Pengujian X-Ray Diffraction

Hasil pengujian XRD yang dilakukan pada baja API 5L Gr B dalam HCl 1M tanpa ekstrak MP dan dengan 500 mg/L ekstrak MP menunjukkan hasil sebagai berikut:

Gambar 9. Hasil pengujian XRD

Dari hasil XRD didapat data angle vs intensity. Data tersebut digunakan untuk mencari unsur-unsur yang memiliki nilai 2θ (posisi) mendekati hasil pengujian XRD. Pencocokan peak menggunakan database pdf card yang disebut icdd. Cara mencocokannya dengan mencari intensitas tertinggi pada database kemudian dicocokan dengan hasil uji. Setiap unsur yang 3 intensitas tertingginya terdapat pada hasil XRD maka unsur tersebut terkandung di dalam sampel. Dari hasil pencocokan dengan icdd dengan reference code: 00-006-0696 menunjukkan bahwa terdapat senyawa Fe dalam kedua sampel pada peak dengan intesitas tertinggi. Selanjutnya terdapat unsur FeOCl yang dilihat dari database pdf dengan reference code: 01-076-2300. Selanjutnya terdapat senyawa FeCl3 yang

ditunjukkan pada database dengan reference code: 01-077-0999.

IV. KESIMPULANDANSARAN A. Kesimpulan

Dari serangkaian percobaan yang telah dilakukan terhadap baja API 5L Grade B dengan variasi konsentrasi inhibitor Myrmecodia pendans dalam media korosif HCl 1M dan H2SO4 1M, dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan pengujian polarisasi potensiodinamik penambahan ekstrak MP sebagai inhibitor pada baja API 5L dalam larutan HCl 1M dan H2SO4 1M

mampu menurunkan laju korosi. Nilai laju korosi tanpa inhibitor pada larutan HCl 109,88 mpy setelah ditambahkan inhibitor menurun hingga 39,294 mpy pada konsentrasi 500 mg/L inhibitor. Sedangkan untuk larutan H2SO4 1M, laju korosi tanpa inhibitor

adalah 115,09 mpy kemudian setelah ditambahkan inhibitor laju korosi terkecil adalah 78,173 mpy pada konsentrasi 300 mg/L.

2. Berdasarkan pengujian polarisasi potensiodinamik, efisiensi inhibitor semakin meningkat dengan konsentrasi 500 mg/L pada larutan HCl 1M yaitu sebesar 64,24% dan 32,07% untuk konsentrasi 300 mg/L pada larutan H2SO4 1M.

3. Berdasarkan pengujian EIS, mekanisme inhibisi pada baja API 5L Grade B dalam larutan HCl 1M dan H2SO4 adalah membentuk lapisan pasif (film

forming) ditunjukkan dengan peningkatan nilai Rct. Pada larutan HCl tanpa inhibitor nilai Rct sebesar 6.611 Ω.cm2 setelah ditambahkan inhibitor dengan

konsentrasi 500 mg/L nilai Rct menjadi 20.94 Ω.cm2.

Sedangkan untuk larutan H2SO4 1M tanpa inhibitor

nilai Rct sebesar 5.56 Ω.cm2 setelah ditambahkan

inhibitor dengan konsentrasi 300 mg/L nilai Rct menjadi 12.08 Ω.cm2.

4. Berdasarkan pengujian weight loss, inhibitor sarang semut lebih efektif bekerja di larutan HCl 1M dibandingkan di lingkungan H2SO4 1M. Ditunjukkan

efisiensi inhibitor dalam larutan HCl pada hari ke-21 sebesar 26.87% sedangkan untuk larutan H2SO4 1M efisiensi inhibitor pada hari ke-21 adalah sebesar 0.39%.

(6)

B. Saran

1. Perlu adanya variasi temperatur dan kecepatan aliran fluida pada pengujian selanjutnya karena penggunaan inhibitor tidak hanya di daerah fluida statis saja tetapi juga fluida dinamis. 2. Perlu adanya percobaan pada konsentrasi

inhibitor yang lebih tinggi sehingga dapat diketahui konsentrasi optimum untuk menurunkan laju korosi.

DAFTARPUSTAKA

[1] Jones, Denny A. 1991. Principles and Prevention of Corrosion. Toronto: Maxwell Macmillan Canada.

[2] A. Ostovari, et al. 2009. “Corrosion Inhibition of Mild Steel in 1 M HCl solution by Henna Extract: A comparative study of the Inhibition by Henna and Its Constituents (Lawsone, Gallic Acid, Glucosed, and Tannic Acid)”. Corrosion Science. Vol 51, issue 9, pp. 1935-1949. [3] Roberge, P. R. 2000. Handbook of Corrosion Engineering: Mc

Graw-Hill. New York.

[4] Umoren, S.A, Eduok, U.M., Solomon, M. M., Udoh, A.P. “Corrosion inhibition by leaves and steams extracts of Sida Acuta for mild steel in 1M H2SO4 solutions investigated bv chemical and spectroscopic techniques.” Arabian Journal of Chemistry, 2011.

[5] Atria dkk, 2013. “Aplikasi ekstrak Myrmecodia pendans sebagai green corrosion inhibitor untuk material mild steel pada larutan 3,5% NaCl”.

Departemen Material dan Metalurgi FTI ITS: Surabaya.

[6] ASTM G1. Standard Practice for Preparing, Cleaning and Evaluation Corrosion Test Specimens. 1999.

[7] Avci Gulsen. 2011. “Corrosion Inhibition of mild steel by Laurus nobilis leaves extract as green inhibitor”. Research on Chemical Intermediates”. Online first, 19 December 2011.

[8] B. E. A. Rani & B.B.J. Basu. 2012. “Green Inhibitor for Corrosion Protection of Metals and Alloys: an Overview”. International Journal of Corrosion. Vol;. 2012, 15 p.

[9] E.E. Oguzie et al. 2010.” Adsorption and corrosion-inhibiting effect of Dacryodis edulis extract on low-carbon-steel corrosion in acidic media”. Elsevier.Inc

[10] Fontana, Mars G. 1987. Corrosion Engineering, 3rd Ed. Mc Graw-Hill

Company, NewYork.

[11] Janaina Cardozo et al. 2010. “Corrosion inhibition of carbon steel in hydrochloric acid solution by fruit peel aqueous extracts”. Elsevier.Inc [12] M. Sangeetha et al. 2011. Green corrosion inhibitors-An Overview.

Paper UDC: Zastita Materijala 52.

[13] M.A.Quraishi et al. 2010. “Green approach to corrosion inhibition of mild steel in hydrochloric acid and sulphuric acid solutions by the extract of Murraya koenigii leaves”. Elsevier Inc.

[14] Marzena Symonowicz dkk. Flavonoids and their properties to form chelate complexes. Institute of General Food Chemistry, Lodz University of Technology, 90-924 Lodz, Poland. 2012.

[15] Mekonnen Engida Adam, Kasim, Novy S., T.A Yeshitila, Ismadji, Suryadi. 2011. “Extraction, identification and quantitative HPLC analysis of flavonoids from sarang semut (Myrmecodia pendans)”. Industrial Crops and Products. NACE International. Corrosion Costs and Preventive Strategies in the United States.

[16] O.K. Abiola, & Y. Tobun. 2010. “Cocos nucifera L. Water as green corrosion inhibitor for acidcorrosion of aluminium in HCl solutions”. Chinese Chemical Letter. Vol. 21, Issue. 12, pp. 1449-1452.

[17] Perez, Nestor. Elechtrochemistry and Corrosion Science, Kluwer Academic Publisher, 2004.

[18] R. Tems, & A.M. Al-Zahrani. 2006. “Cost of Corrosion in Oil Production & Refining. SaudiAramco Journal of Technology. pp. 2-14 [19] Rustandi, Andi. 2012. “Studi Penggunaan Campuran Natural Green

Corrosion Inhibitor Piper Betlr dan Green Tea untuk Proteksi Korosi Material Baja API 5L X52 di lingkungan NaCl 3,5% pada Kondisi Turbulen. Departemen Metalurgi dan Material Universitas Indonesia: Depok.

[20] Soeksmanto, A., Subroto, M.A., Wijaya, H., Simanjuntak, P., 2010.

Anticancer activity test for extracts of sarang semut plant (Myrmecodia

pendens) to HeLa and MCMB2 cells. Pakistan Journal of Biological Sciences 13, 148–151.

[21] V. S. Sastri. 2011. Green Corrosion Inhibitors: Theory and Practice.

USA: John Wiley &Sons.

[22] Wang H.V, Allan K., Clariant Corporation. 2010. Internal pipeline corrosion study on thechanges from oil to gas production. Society of Petroleum Engineers, SPE No.132854, June 2010.

[23] Yayan Sunarya dkk. 2008. Pengaruh Temperatur terhadap Mekanisme Inhibisi oleh Sistein pada Korosi Baja Karbon dalam Larutan NaCl Jenuh CO2. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan mempelajari waktu pengeringan untuk memperoleh manisan kering buah carica berkualitas baik berdasarkan uji fisik (kekerasan dan rendemen), kimia (serat

Skripsi dengan judul Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Selatan Di Kota Palembang 1970 – 2016, disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

komponen campuran harus keluar dari kolom. Area setiap peak yang mencul dihitung. Area-area peak tersebut dikoreksi terhadap respon detektor untuk jenis senyawa

Panitera Muda Pidana Khusus MA-RI Kepala Pengadilan Militer Utama Kepala Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta Direktur Pranata dan Tata Laksana Perkara Pidana Militer MA-RI

Gelombang pada musim timur yang berasal dari arah timur laut dihalangi dengan baik oleh breakwater sisi timur yang lebih panjang dengan ujung membelok dan menutupi

Rumah Sakit Baptis Batu sehingga semua kegiatan dapat memperoleh hasil yang optimal.Secara garis besar operasional bagian keuangan meliputi Penerimaan Uang dari pasien dan

Kri- teria inklusi penelitian adalah murid sekolah dasar (usia 6-12 tahun) di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara; laki-laki atau perempuan; guru wali kelas (tetap maupun

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan tentang makna pesan Instagram Ani Yudhoyono dan viewernya yang mengundang kontroversi dengan menggunakan