• Tidak ada hasil yang ditemukan

FITOREMEDIASI MENGUNAKAN TUMBUHAN AKUATIK KOLEKSI KEBUN RAYA PURWODADI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FITOREMEDIASI MENGUNAKAN TUMBUHAN AKUATIK KOLEKSI KEBUN RAYA PURWODADI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 -

FITOREMEDIASI MENGUNAKAN TUMBUHAN AKUATIK

KOLEKSI KEBUN RAYA PURWODADI

Rony Irawanto1 1

Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi - LIPI e-mail: rony001@lipi.go.id

Abstrak. Tumbuhan akuatik memiliki keanekaragaman jenis, bentuk, warna daun maupun bunga yang indah. Selain bernilai estetik, tumbuhan akuatik memiliki nilai ekologi dalam pemulihan kualitas lingkungan (remediasi), terutama akibat pencemaran air. Salah satu penyebab pencemaran air adalah limbah cair domestik. Setiap jenis tumbuhan akuatik memiliki kemampuan yang berbeda dalam fitoremediasi. Mengingat potensinya sebagai fitoremediator, maka konservasi keanekaragaman tumbuhan akuatik sangat penting. Salah satu lembaga konservasi tumbuhan ex-situ adalah Kebun Raya Purwodadi. Kebun Raya Purwodadi saat ini memiliki 11.748 spesimen, 1.925 jenis, 928 marga dan 175 suku, termasuk koleksi tumbuhan akuatik. Oleh karena itu penelitian terkait fitoremediasi menggunakan tumbuhan akuatik perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tiga jenis tumbuhan akuatik (Echinodorus radicans,

Sagittaria lancifolia, dan Thalia geniculata) dalam fitoremediasi air limbah di Kebun Raya Purwodadi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental skala laboratorium berdasarkan pengamatan morfologi tumbuhan, pencatatan faktor lingkungan dan studi literatur yang dilakukan selama 17 Oktober s/d 14 November 2016. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pertumbuhan tertinggi pada Sagittaria lancifolia dan laju evapotraspirasi tertinggi pada Thalia geniculata, sedangkan Echinodorus radicans memiliki nilai terendah pada keduanya. Dimana faktor lingkungan (suhu dan kelembaban) selama percobaan berkisar antara 24,9-34,5 oC dan 26-92 %, dengan rata-rata suhu 29,68oC dan kelembaban 50,48%.

Kata Kunci: Fitoremediasi, Tumbuhan Akuatik, Kebun Raya Purwodadi.

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi, namun sebagian kecil yang diketahui dan termanfaatkan. Sementara jumlah penurunan populasi maupun jenis tumbuhan terus bertambah dari waktu kewaktu. Ancaman terhadap kelestarian tumbuhan terus berlangsung, seperti kerusakan hutan, alih guna lahan, urbanisasi, bencana alam dan sebab lainnya sehingga banyak jenis tumbuh-tumbuhan terancam punah. Ditambah lagi dengan upaya pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan, menimbulkan dampak peningkatan berbagai jenis pencemar, yang secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi alam dan lingkungan sekitar, bahkan dapat menganggu kesehatan manusia.

Penyelesaian permasalahan pencemaran lingkungan dapat dilakukan dengan upaya fitoremediasi. Fitoremediasi merupakan bagian dari konsep teknologi alami yang memusatkan peran tumbuhan sebagai solusi penyelesaian permasalahan lingkungan, atau dikenal dengan istilah Fitoteknologi (Mangkoedihardjo dan Samudro, 2010). Fitoremediasi umumnya mengunakan tumbuhan akuatik dalam lahan basah buatan sebagai pengolahan perairan dari pencemaran limbah cair. Tumbuhan akuatik memiliki berbagai macam manfaat selain sebagai tanaman hias, tumbuhan akuatik juga dapat digunakan sebagai bahan membuat kerajinan, bahan pangan, obat, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai pembuat minyak. Secara ekologis tumbuhan akuatik bermanfaat cukup tinggi.

(2)

- 2 -

Namun kebanyakan orang masih belum menyadari keberadaan tumbuhan akuatik di alam. Berdasarkan Irawanto (2010) menyebutkan bahwa tumbuhan akuatik dapat berperan sebagai pengelola polutan/limbah cair. Sehingga dengan adanya tumbuhan akuatik maka pencemaran perairan dapat diatasi dan kualitas air mampu dipulihkan kembali.

Salah satu penyebab utama pencemaran air adalah limbah domestik. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2003 menyebukan bahwa air limbah domestik merupakan air yang berasal dari usaha dan atau pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Keberadaan tumbuhan akuatik sebagai pengolah air limbah domestik dalam tantanan taman yang estetika dapat memberikan kesan alami dan indah dipandang, meskipun berfungsi sebagai fitoremadiasi (Kusumawardani dan Irawanto, 2013). Fitoremediasi merupakan teknologi pembersih, penghilang atau pengurang zat pencemar dalam media lingkungan dengan menggunakan peran tumbuhan (Chussetijowati, 2010). Sehingga tumbuhan akuatik dapat digunakan sebagai fitoremediator atau agen fitoremediasi. Maka upaya konservasi keanekaragaman tumbuhan akuatik sangat penting dalam mempertahankan kelestarian tumbuhan akuatik.

Kebun Raya Purwodadi merupakan salah satu lembaga konservasi tumbuhan ex-situ di Indonesia, tidak diragukan lagi merupakan pilar penyelamatan jenis-jenis tumbuhan dari kepunahan. Kebun Raya Purwodadi tidak semata tempat konservasi tumbuhan, namun juga sebagai objek pendidikan lingkungan. Peranan ini menjadi populer karena pengunjung dapat menikmati langsung keindahan kebun raya sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan tentang tumbuhan (Sari dkk., 2004). Kebun Raya Purwodadi memiliki tugas melakukan konservasi tumbuhan Indonesia, terutama di daerah dataran rendah kering. Tumbuhan yang sudah ditanam dan menjadi koleksi akan dikelola, didata dan dimanfaatkan untuk tujuan konservasi, penelitian, pendidikan dan pariwisata. Saat ini Kebun Raya Purwodadi memiliki koleksi tumbuhan sejumlah 11.748 spesimen, 1.925 jenis, 928 marga dan 175 suku (Lestarini dkk., 2012), salah satu koleksi yang menarik adalah koleksi tumbuhan akuatik. Namun koleksi tumbuhan akuatik yang ada di Kebun Raya Purwodadi belum sepenuhnya diketahui kemampuannya dalam fitoremediasi pemulihan kualitas lingkungan.

Oleh karena itu upaya menggali potensi tumbuhan akuatik menarik untuk dilakukan, bahkan sejalan dengan tujuan kebun raya dan konservasi ex-situ. Penelitian ini merupakan penilitian dasar yang bertujuan untuk melakukan mengetahui kemampuan tiga jenis tumbuhan akuatik (Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia, dan Thalia geniculata) dalam fitoremediasi air limbah di Kebun Raya Purwodadi. Dimana hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan tumbuhan akuatik mana saja yang kemungkinan berpotensi sebagai fitoremediator limbah domestik. Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan akan mampu digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya serta menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai potensi keanekaragaman tumbuhan akuatik maupun pengembangan konservasi tumbuhan akuatik.

(3)

- 3 - METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental skala laboratorium yang dilanjutkan dengan studi literatur. Penelitian dilakukan di rumah kaca Pembibitan, Kebun Raya Purwodadi pada tanggal 17 Oktober s/d 14 November 2016. Parameter yang diamati berupa faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban), morfologi tumbuhan (jumlah daun, tinggi, panjang dan lebar daun) serta media air (perubahan level air, pH, dan kualitas air).

Alat dan Bahan

Peralatan lapangan di rumah kaca diantaranya: Reaktor digunakan sebagai media tanam, reaktor dari bak plastik berbentuk persegi panjang dengan kapasitas 10 Liter berdimensi panjang 30 cm, lebar 25 cm, dan tinggi 10 cm; Timbangan digunakan untuk mengukur berat media tanam dan berat tumbuhan akuatik yang digunakan dalam penelitian; Gelas ukur 500 ml diperlukan untuk mengukur volume media tanam; Termohigrometer digunakan untuk mengukur faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban); Meteran / pengaris untuk mengukur daun tumbuhan (panjang, tinggi, lebar); dan Kaliper / jangka sorong untuk mengukur ketinggian level air.

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tiga jenis tumbuhan akuatik (Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia, dan Thalia geniculata) yang diperoleh dari kolam-kolam yang terdapat di Kebun Raya Purwodadi. Media tanam berupa pasir dan kerikil. Limbah cair domestik yang dijadikan sampel diambil secara komposit dari tiga saluran inlet Kebun Raya Purwodadi yang berasal dari daerah pemukiman, sedangkan sampel air terkontrol diambil dari air bersih sumber ABT (air bawah tanah) yang berada di Kebun Raya Purwodadi.

Metode

Sebelum dilakukan tahap percobaan, terlebih dahulu dilakukan tahap aklimatisasi tumbuhan akuatik dalam reaktor. Tahap aklimatisasi ini untuk mengadaptasikan tumbuhan pada media tanam, dilakukan selama 2-3 minggu. Selama tahap aklimatisasi tumbuhan akuatik hanya diberikan pupuk NPK sekali sebagai nutrisi untuk mempermudah adaptasi pertumbuhannya. Selanjutnya tahap percobaan dengan membagi reaktor kontrol dan reaktor perlakuan. Setiap jenis (Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia, dan Thalia geniculata) ditempatkan pada tiap reaktor masing-masing sejumlah tiga individu tumbuhan. Reaktor yang digunakan sistem bacth dengan menggunakan bak semai plastik. Reaktor percobaan berisi media tanam (pasir / kerikil) sebanyak 5 Kg dan air sejumlah 3 Liter, pengunaan air bersih untuk reaktor kontrol sedangkan air limbah untuk reaktor perlakukan. Tahap percobaan ini dilakukan selama 3 minggu, dengan pengukuran dan pencatatan dilakukan tiap minggu sekali. Data yang diperoleh, kemudian dianalisis dan disajikan secara dekriptif dalam uraian maupun dalam bentuk Tabel atau Gambar.

(4)

- 4 - HASIL DAN PEBAHASAN

Deskripsi Kebun Raya Purwodadi

Kebun Raya Purwodadi didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. L.G.M. Baas Becking sebagai cabang Kebun Raya Bogor. KRP terletak di kaki Gunung Baung, dengan ketinggian 300 m dpl dan titik koordinat 7o47’54,9588” dan 112o44’18,2782”. Secara administratif lokasinya berada di Desa Purwodadi, Kec. Purwodadi, Kab. Pasuruan, dan berada di tepi jalan utama penghubung Surabaya – Malang pada Km 65. Dikenal dengan Hortus Iklim Kering Purwodadi, karena memiliki spesifikasi tumbuhan dataran rendah kering.

Kebun Raya Purwodadi memiliki areal seluas 845.148 m2 yang terbagi menjadi 25 vak dan dua wilayah kebun dengan jalan utama sebagai batas pembagi, masing-masing wilayah dibagi menjadi tiga lingkungan (Sugiarto, 2001). Dalam satu vak tanaman bisa terdiri dari beberapa famili / suku, namun satu famili juga bisa menempati beberapa vak. Hal ini tergantung dari jumlah spesimen / individu dalam satu famili tersebut. Pengaturan penanaman dalam vak didasarkan atas kekerabatan famili (Laksono, 2008). Sedangkan koleksi tumbuhan akuatik, tersebar pada 9 kolam penampungan air yang berasal dari saluran air (drainase) di Kebun Raya Purwodadi dengan 5 titik inlet dan 5 titik outlet. Kolam yang memiliki koleksi tumbuhan akuatik dominan ada pada 4 lokasi, yaitu: kolam Vak I.D., kolam Vak III.B. (palem), kolam Vak XIV.G. (taman obat) dan kolam Vak XII.G (koleksi akuatik), seperti dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Kolam dan Tumbuhan Akuatik di Kebun Raya Purwodadi.

Koleksi Tumbuhan Akuatik

Secara umum tumbuhan akuatik dapat dikelompokan menjadi tiga kategori: a. Mengapung (floating) dimana seluruh bagian tumbuhan atau sebagian (daun) mengapung pada permukaan air, b. Muncul (emerged) dimana tumbuhan muncul di atas permukaan air namun akarnya berada dalam sedimen, dan c. Tengelam (submerged) dimana seluruh tumbuhan berada di dalam air (Tanaka dkk., 2011). Pengelompokan ini biasanya didasarkan atas posisi alami tumbuhan akuatik tersebut berada di perairan (Beardshow, 2003), seperti dapat dilihat pada Gambar 2.

(5)

- 5 -

Gambar 2. Pengelompokan tumbuhan akuatik (a. Emerged, b. Submerged dan c. Floating).

Tumbuhan akuatik umumnya terdapat pada wetland (lahan basah). Lahan basah ini merupakan area yang tergenang air sebagian atau sepanjang tahun disebabkan lokasinya dalam bentang alam (Kadlec dan Wallace, 2009). Menurut Irawanto (2009) terdapat 34 jenis tumbuhan akuatik yang ditemukan di Kebun Raya Purwodadi dan berpotensi sebagai tanaman hias, sumber pangan, obat dan kerajinan. Seiring waktu terjadi perubahan koleksi tumbuhan akuatik menjadi 15 jenis (Irawanto, 2013). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 2016, terdapat 20 jenis tumbuhan akuatik, yaitu: Acanthus illicifolius, Acanthus montanus, Acorus calamus, Cyperus alternifolius, Cyperus rotundifolia, Coix lacryma-jobi, Echinodorus radicans, Ipomea aquatica, Lasia spinosa, Ludwigia adscendens, Ludwigia octovalvis, Nelumbo nucifera, Nymphaea fructescen, Nymphaea rubra, Oryza minuta, Pontaderia lanceolata, Sagittaria lancifolia, Thalia geniculata, Thyponodorum lindleyanum dan Typha angustifolia.

Berdasarkan kemampuan adaptasi dilapang yang tinggi, hasil pengujian kandungan air yang diatas 90%, dan hasil penilaian keindahan tumbuhan akuatik diatas 80% serta diperkuat dengan literatur maka tumbuhan akuatik yang berpotensi dalam fitoremediasi yaitu Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia, dan Thalia geniculata (Baroroh dan Irawanto, 2016). Habitus ketiga jenis tumbuhan akuatik tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Ketiga jenis tersebut diuraikan secara singkat dibawah ini.

Gambar 3. Habitus Tumbuhan akuatik (a. Echinodorus radicans, b. Sagittaria lancifolia, dan c.

Thalia geniculata).

(6)

- 6 -

Echinodorus radicans (Alismataceae)

Dikenal dengan nama melati air, atau dalam bahasa inggris disebut sword plant, burhead. Tumbuh berumpun setengah terendam. Daun tunggal, kaku, tangkai bersegi hingga membulat ke arah pangkal daun, panjang 50-100 cm, diameter 1-3 cm, keras, beralur sepanjang tangkai dan berbintik-bintik putih dengan warna dasar hijau muda. Bentuk daun bulat telur, pangkal berlekuk, ujung membulat, tulang daun menjari, menonjol jelas ke arah permukaan bawah, permukaan atas kasap, berwarna hijau muda. Tepi daun rata dan merupakan anak tulang daun yang menyatu dari pangkal ke ujung daun. Perbungaan muncul ditengah tangkai daun, tersusun seperti untaian payung, bunga berkelopak hijau keras dan kecil, bermahkota putih tipis berukuran lebih besar dari kelopak, putik dan benang sari berwarna kuning. Tersebar di Amerika tengah, lembah Mississipi dan Venezuela. Perbanyakan dengan biji dan anakan (Hidayat dkk., 2004; Yudhoyono dan Sukarya, 2013; Graf, 1992).

Sagittaria lancifolia (Alismataceae)

Dikenal dengan nama kentang bebek, atau dalam bahasa inggris disebut arrowhead, karena daunnya berbentuk mata panah. Tumbuhan tegak dan kaku. Daun berbentuk seperti tombak, lonjong agak menyempit atau berbentuk hampir seperti pita memanjang. Warna daun hijau cerah dan agak mengkilat, dengan tulang daun agak menonjol. Bunga tersusun dalam pusaran. Bunga kecil-kecil berwarna putih, dengan totol cokelat di bagian tengah, tersusun dalam tandan. Habitat pada kolam-kolam yang tidak terlalu dalam tetapi memiliki tanah lumpur yang cukup subur. Umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Berasal dari Amerika tropis terutama daerah Florida sampai Puerto Rico. Perbanyakan dengan biji dan anakan. Masa berbunga sepanjang tahun (Hidayat

dkk., 2004; Don dkk., 2000; Marinelli, 2004; Graf, 1992).

Thalia geniculata (Marantaceae)

Nama lokal tumbuhan ini adalah patat cai, atau dalam bahasa inggris disebut water canna.

Tumbuhan berumpun dengan batang berwarna hijau pupus, bulat, langsing. Daun berbentuk tameng meruncing. Bunga tersusun dalam rangkaian berbentuk bulir. Dalam satu tangkai bunga terdapat 4-5 untaian bunga berwarna hijau dan berbulu. Kelopak bunga berwarna ungu dan pada bagian yang menjorok keluar seperti bentuk dasi berwarna ungu muda terang. Bunga mekar dari bulir paling atas terus bergantian sampai pada bunga paling bawah. Bunga yang telah mekar kemudian gugur meninggalkan bekas berbentuk zig-zag. Tumbuh subur pada tempat-tempat berlumpur, tergenang air dan terkena sinar matahari langsung, pada ketinggian kurang dari 400 m. Jenis ini dapat tumbuh di daratan seperti halnya dengan bunga tasbih, tetapi baiknya tetap di tempat yang lembab dan terkena sinar matahari yang cukup. Persebarannya berada di Amerika tengah dan selatan (Hidayat

(7)

- 7 - Pengukuran Faktor Lingkungan

Berdasarkan hasil pengukuran faktor lingkungan selama penelitian pada termpat percobaan di rumah kasa pembibitan, Suhu dan kelembaban berkisar antara 24,9-34,5 oC dan 26-92 %, dengan rata-rata suhu 29,68oC dan kelembaban 50,48%, seperti dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan (Suhu dan Kelembaban)

Waktu (Minggu, Hari, Jam)

07.30 11.30 15.30

SUHU KELEMB SUHU KELEMB SUHU KELEMB

Minggu 0 Rabu 31,4 32 33,8 26 34,5 31 Jum'at 30,3 37 33,8 26 31,4 37 Minggu 1 Senin 29,7 42 33,1 29 29,2 44 Rabu 31 42 33,1 32 29,3 44 Jum'at 29,4 53 33,2 34 32,5 44 Minggu 2 Senin 26,2 55 33 36 32,9 44 Rabu 27,4 55 30,6 45 27,1 61 Jum'at 25,9 65 31 45 27,7 63 Minggu 3 Senin 26,9 66 28,8 56 27,7 69 Rabu 26,8 67 27,4 57 27,1 75 Jum'at 27,3 73 24,9 92 25,2 89

Hal ini menunjukkan meskipun kisaran suhu dan kelembaban berfluktuasi seperti pada Gambar 4. namun dengan rata-ratanya masih sesuai sebagai tempat pembibitan ataupun perbanyakan tumbuhan. Sehingga apabila dilakukan aklimatisasi maka faktor lingkungan cukup mendukung tumbuhan dalam beradaptasi.

Gambar 4. Grafik Suhu dan Kelembaban selama penelitian.

Pengamatan dan Pengukuran Tumbuhan

Dalam percobaan mengunakan media tanam yang berbeda yaitu media pasir dan kerikil. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan yang terbaik antar kedua media tanam tersebut dalam fitoremediasi. Sebelum dilakukan percobaan dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian agar tumbuhan dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, seperti dapat dilihat pada Gambar 5. Setelah tahap aklimatisasi barulah tahap percobaan, dimana tanaman di tanam pada media air limbah domestik sebagai perlakukan dan pada media air sumber sebagai kontrol.

(8)

- 8 -

Gambar 5. Tahap Aklimatisasi Tumbuhan Akuatik (a. sehari setelah ditanam, b. seminggu setelah tanam) dalam reaktor percobaan.

Sehari setelah penaman dalam reaktor percobaan untuk Sagittaria lancifolia, terlihat masih segar, sedangkan Thalia geniculata terlihat agak layu dan Echinodorus radicanus terlihat daunnya menggulung dan mengering. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme Echinodorus radicanus

beradaptasi dengan menganti dan mulai muncul daun baru. Berbeda dengan Sagittaria lancifolia yang masih terlihat segar dan beradaptasi dengan cepat dan baik dengan tumbuhnya daun baru. Sedangkan Thalia geniculata terlihat satu persatu daun menguning namun batangnya terlihat segar dan meskipun agak lambat mulai muncul tunas daun baru. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga tumbuhan akuatik tersebut mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan. Dimana jenis Sagittaria lancifolia yang paling cepat beradaptasi.

Sedangkan selama tahap percobaan hasil pengukuran morfologi ketiga tumbuhan yang dilakukan selama 3 minggu dapat dilihat pada Tabel 2a. Echinodorus radicans, Tabel 2b. Thalia geniculata, dan Tabel 2c. Sagittaria lancifolia.

Tabel 2a. Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tumbuhan Akuatik (Echinodorus radicans)

Echinodorus radicans Media Pasir Media Kerikil

KONTROL Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu1 Minggu2 Minggu3 Jumlah Daun 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 Panjang Tangkai 9,92 13,43 13,78 9,17 9,39 9,39 Panjang Daun 7,58 10,38 10,80 8,63 8,81 8,89 Lebar Daun 5,67 8,22 8,32 6,36 6,39 6,41 pH 7,00 7,00 8,00 7,00 7,00 7,50 Kelembaban 4,50 4,50 8,00 3,00 3,00 8,00 Level air 6,25 6,25 6,20 6,10 6,10 6,10 PERLAKUAN Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu1 Minggu2 Minggu3 Jumlah Daun 7,00 7,00 7,00 7,00 6,00 6,00 Panjang Tangkai 11,67 12,08 12,14 9,42 10,25 10,33 Panjang Daun 8,90 9,19 9,26 8,97 8,97 8,97 Lebar Daun 6,78 7,08 7,09 6,45 6,50 6,50 pH 7,00 7,50 7,50 7,50 7,50 7,50 Kelembaban 6,10 3,50 3,00 5,50 3,50 2,00 Level air 7,70 7,15 6,20 6,50 5,90 5,40

a.

b.

(9)

- 9 -

Tabel 2b. Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tumbuhan Akuatik (Thalia geniculata)

Thalia geniculata Media Pasir Media Kerikil

KONTROL Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu1 Minggu2 Minggu3 Jumlah Daun 10,00 10,00 11,00 9,00 12,00 12,00 Panjang Tangkai 46,87 47,64 48,89 42,61 44,22 45,41 Panjang Daun 20,67 20,89 20,92 17,06 16,72 15,83 Lebar Daun 7,44 7,99 8,01 5,71 5,46 5,28 pH 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 8,00 Kelembaban 2,50 2,50 7,50 3,00 3,00 7,50 Level air 4,20 4,20 4,10 5,20 5,20 5,20 PERLAKUAN Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu1 Minggu2 Minggu3 Jumlah Daun 10,00 9,00 9,00 13,00 12,00 11,00 Panjang Tangkai 49,46 49,64 49,97 46,44 46,78 46,89 Panjang Daun 21,00 20,98 21,00 17,28 17,28 17,28 Lebar Daun 7,79 7,79 7,51 11,98 5,28 4,93 pH 7,00 7,50 7,50 7,00 7,50 7,50 Kelembaban 4,00 2,00 1,00 5,20 3,10 2,00 Level air 7,50 6,80 5,90 7,20 6,30 5,60

Tabel 2c. Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tumbuhan Akuatik (Sagittaria lancifolia)

Sagittaria lancifolia Media Pasir Media Kerikil

KONTROL Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu1 Minggu2 Minggu3 Jumlah Daun 13,00 17,00 18,00 18,00 19,00 20,00 Panjang Tangkai 15,67 16,41 16,50 19,00 19,50 19,89 Panjang Daun 8,67 8,86 8,86 9,44 9,78 10,22 Lebar Daun 3,26 3,39 3,46 3,77 3,96 4,01 pH 7,00 7,00 7,50 7,00 7,00 7,50 Kelembaban 2,50 2,50 6,50 2,00 2,00 5,00 Level air 4,75 4,75 4,50 4,90 4,90 4,40 PERLAKUAN Minggu1 Minggu2 Minggu3 Minggu1 Minggu2 Minggu3 Jumlah Daun 22,00 22,00 22,00 20,00 20,00 24,00 Panjang Tangkai 16,56 16,83 17,11 19,02 19,39 20,00 Panjang Daun 9,06 9,12 9,17 9,53 9,62 9,67 Lebar Daun 3,46 3,48 3,48 3,91 3,92 3,92 pH 7,00 7,30 7,50 7,00 7,30 7,50 Kelembaban 4,90 2,50 2,00 4,90 2,90 2,00 Level air 8,00 7,50 6,80 7,00 5,90 5,40

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada level air yang terendah yaitu Sagittaria lancifolia, hal ini menunjukkan bahwa jenis ini melakukan evapotraspirasi lebih tinggi dibanding jenis lainnya yaitu Thalia geniculata dan Echinodorus radicans yang paling sedikit menyerap air. Pada media tanam juga terlihat bahwa Sagittaria lancifolia dan Thalia geniculata mulai tumbuh akar serabut berwarna putih yang muncul ke permukaan media. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis tersebut telah berjalan proses pertumbuhan dan metabolisme dalam tumbuhan yang secara langsung maupun tidak mempengaruhi serapan terhadap air. Semakin lebat dan luas perakaran maka kebutuhan air yang diserap akan semakin banyak. Sehingga untuk pertumbuhan paling lambat adalah Echinodorus radicans karena belum terlihat akar-akar yang muncul ke permukaan media,

(10)

- 10 -

dengan penyerapan air yang paling rendah, dibuktikan dengan pengukuran level air pada reaktor paling tinggi dibanding jenis yang lain.

Pertumbuhan tumbuhan akuatik dalam media perlakuan lebih bagus dibandingkan dengan kontrol, karena unsur pencemaran yang berupa bahan organik merupakan nutien bagi tumbuhan. Seperti dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tahap Perlakuan Tumbuhan Akuatik (a. Sagittaria lancifolia, b. Thalia geniculata, dan c. Echinodorus radicans).

Perubahan yang terjadi selama pengamatan morfologi seperti daun menguning atau daun kering dan mati. Sedangkan dalam reaktor kontrol dengan media air saja, menunjukan pertumbuhan yang kurang maksimal. Terlihat Thalia geniculata dan Echinodorus radicans berwarna hijau pucat pada semua bagian tumbuhan. Sedangkan untuk Sagittaria lancifolia masih terlihat berwarna hijau segar. Jenis Sagittaria lancifolia hampir pada setiap individu tumbuh daun baru, juga Thalia geniculata

tumbuh satu daun terutama yang berada pada media kerikil sedangkan pada media pasir tidak. Jenis

Sagittaria lancifolia menunjukkan perkembangan tumbuhan yang cepat, dimana tiap minggunya selalu bertambah daun, berbeda dengan jenis Thalia geniculata yang sedikit sekali tumbuh daun baru. Sedangkan Echinodorus radicans tidak terlihat adanya daun baru yang tumbuh. Sedangkan untuk panjang daun, panjang tangkai daun serta lebar daun mengalami penambahan relatif kecil.

KESIMPULAN DAN SARAN

Koleksi tumbuhan akuatik Kebun Raya Purwodadi yang berpotensi sebagai fitoremediasi limbah cair yaitu Echinodorus radicans, Sagittaria lancifolia, dan Thalia geniculata. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa perkembangan pertumbuhan tertinggi pada Sagittaria lancifolia

dan laju evapotraspirasi tertinggi pada Thalia geniculata, sedangkan Echinodorus radicans

memiliki nilai terendah pada keduanya. Dimana faktor lingkungan (suhu dan kelembaban) selama percobaan berkisar antara 24,9-34,5 oC dan 26-92 %, dengan rata-rata suhu 29,68oC dan kelembaban 50,48%.

(11)

- 11 - UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Panitia Seminar Ilmpiah Lingkungan Hidup FTP-UB atas kesempatannya, juga kepada mahasiswa PKL dan tenaga teknis atas bantuannya di lapangan. Tak lupa pula pada skema In-Garden Riset KRP-LIPI.

DAFTAR RUJUKAN

Baroroh, F. dan R. Irawanto. 2016. Seleksi Tumbuhan Akuatik Berpotensi Dalam Fitoremediasi Air Limbah Domestik di Kebun Raya Purwodadi. Prosiding Seminar Nasional Biologi. Universitas Negeri Malang.

Beardshow, C. 2003. The Natural Gardener, Lessons from The Landscape. BBC. London.

Chussetijowati, J. 2010. Fitoremediasi Radionuklida 134Cs Dalam Tanah Menggunakan Tanaman Bayam (Amaranthus sp.). Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir. Surabaya: ITS. Hal. 282-289.

Don, W.S., T. Emir, dan C. Hudibroto. 2000. Tanaman Air. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Graf, A.B. 1992. Hortica, Color cyclopedia of Garden Flora and Indoor Plants. Roehs Campany.

New Jersey. USA.

Hidayat, S.; Yuzammi; S. Hartini; dan I. P. Astuti. 2004. Seri Koleksi Tanaman Air Kebun Raya Bogor Volume 1 No. 5. Bogor: PKT- Kebun Raya Bogor.

Irawanto, R. 2009. Inventarisasi Koleksi Tanaman Air Berpotensi WWG di Kebun Raya Purwodadi. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Lingkungan IV – ITS Surabaya: 228-238.

Irawanto, R. 2013. Pemetaan Hidrofita dan Potensi Fitoremediator Koleksi Kebun Raya Purwodadi. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah – ITS. Surabaya: G11-G20.

Irawanto, R.. 2010. Fitoremediasi Lingkungan Dalam Taman Bali. Pasuruan. UPT. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi-LIPI. Vol II No 4 hal 29-35.

Kadlec, R.H. dan S. Wallace. 2009. Treatment Wetland. CRC Press. New York.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2003. Baku Mutu Air Limbah Domestik. Jakarta: Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Kusumawardani, Yustika., dan Irawanto, Rony. 2013. Study of Plants Selection in Wastewater Garden for Domestic Wastewater Treatment. Prosiding International Conference of Basic Science - Universitas Brawijaya.

Laksono, R.A. 2008. Analisis Spasial Kerapatan Koleksi di Kebun Raya Purwodadi. Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas II Biologi Universitas Airlangga. Surabaya.

(12)

- 12 -

Lestarini, W., Matrani, Sulasmi, Trimanto, Fauziah, dan A.P. Fiqa, 2012. An Alphabetical List of Plant Species Cultivated in Purwodadi Botanic Garden. Pasuruan: Purwodadi Botanic Garden.

Mangkoedihardjo, S. dan G. Samudro. 2010. Fitoteknologi Terapan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Marinelli, J. 2004. Plant, The Ultimate Visual Reference to Plants and Flowers of The World.

Dorling Kinderstay Limited. London. UK.

Ramadhanny, R.A. dan R. Irawanto. 2016. Karakterisasi dan Inventarisasi Koleksi Akuatik Kebun Raya Purwodadi. Prosiding Seminar Nasional Biologi. Universitas Negeri Surabaya. Sari, R., Sutrisno, Hendrian, Puspitaningtyas, D.M., Darwndi, Hidayat, S., Yuzammi, dan Suhendar.

2004. Rencana Strategis 2005-2009, Kebun Raya Bogor – LIPI. Bogor.

Soegiarto, K.A. 2001. Kebun Raya Purwodadi : 30 Januari 1941 - 30 Januari 2001, Kebun Raya Purwodadi. Pasuruan.

Tanaka, N., Ng, W.J., dan K.B.S.N. Jinadasa. 2011. Wetlands For Tropical Applications: Wastewater Treatment by Constructed Wetlands. Imperial College Press. London. Warren, W. 1997. Tropical Garden Plants. Thomes and Hudson Ltd. London. UK.

Warren, W. 1998. Botanica, the illustrated A-Z of over 10.000 Garden Plants for Asian Gardens and How to Cultivate Them. Periplus Editions Limited. Singapore.

Yudhoyono, A. dan D. G. Sukarya. 2013. 3500 plant species of the Botanic Gardens of Indonesia. Bogor: PT Sukarya & Sukarya Pandetama.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Kolam dan Tumbuhan Akuatik di Kebun Raya Purwodadi.
Gambar  3.  Habitus  Tumbuhan  akuatik  (a.  Echinodorus  radicans,  b.  Sagittaria  lancifolia,  dan  c
Gambar 4. Grafik Suhu dan Kelembaban selama penelitian.
Gambar 5. Tahap Aklimatisasi Tumbuhan Akuatik (a. sehari setelah ditanam, b. seminggu setelah  tanam) dalam reaktor percobaan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum web yang akan dibuat adalah beruba web portal semi blog yaitu adalah aplikasi berbasis web yang menyediakan akses suatu titik tunggal dari informasi

Sesuai dengan siklusnya, setelah selesai pelaksanaan tahun anggaran 2018, Kecamatan Randuagung menyusun LKjIP Tahun 2018 yang merupakan laporan kinerja tahunan yang

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, yang merupakan alat analisis mengetahui pengaruh variabel

Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan, pendanaan yang

Dapat mengetahui bahwa seberapa penting size pemerintah, latar belakang pendidikan, umur kepala daerah, pengaruh DPRD, komposisi DPR, liquidity, leverage , opini audit,

Emulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena kedua fase

Bentuk saluran distribusi merupakan jalur yang dilalui oleh perpindahan hak milik atas barang yang dipasarkan untuk sampai ke tangan konsumen dengan melalui

Program preventif memiliki dua tujuan yaitu: (1) kebutuhan untuk memperkuat atau imunisasi siswa dalam menghadapi pengaruh-pengaruh yang membahayakan (melalui pemberian