• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah: “Spritual Emotional Freedom Teknik (Seft)”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah: “Spritual Emotional Freedom Teknik (Seft)”"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

 Makalah

 Makalah

“SPRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TEKNIK (SEFT)”

“SPRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TEKNIK (SEFT)”

Dosen Pembimbing :

Dosen Pembimbing :

EKA RUDY PURWANA, SST., M.Kes.

EKA RUDY PURWANA, SST., M.Kes.

DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4, anggota : KELOMPOK 4, anggota :

1.

1. Hafizin Hafizin Saputra Saputra P07120116065P07120116065 2.

2. Baiq Baiq Desiana Desiana Pratiwi Pratiwi P07120116052P07120116052 3.

3. Rani Rani Lestari Lestari Putri Putri P07120116086P07120116086 4.

4. Devi Devi Wirianti Wirianti P07120116055P07120116055 5.

5.  Ni Luh Rai Asti Aktariani  Ni Luh Rai Asti Aktariani p07120116081p07120116081 6.

6. Giska Giska Opyaningsih Opyaningsih P07120116062P07120116062 7.

7. Muhammad Muhammad Rizky Rizky Umran Umran P07120116078P07120116078 8.

8. Lalu Lalu Muchtar Muchtar Abdussamad Abdussamad P07120116071P07120116071 9.

9. Toetio Toetio Aswatamti Aswatamti P07120116093P07120116093

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah- Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Spritual Emotional Freedom Teknik (SEFT)” ini dengan baik dan tepat waktu, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami juga berterima kasih pada Eka Rudy Purwana, SST., M.Kes selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Komplementer Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta  pengetahuan kita mengenai spiritual emotional freedom teknik (SEFT). Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami  buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Mataram, 22 september 2018

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR   ... i DAFTAR ISI  ... ii BAB I  ... 1 PENDAHULUAN  ... 1 A. LATAR BELAKANG  ... 1 B. TUJUAN  ... 1 BAB II  ... 2 PEMBAHASAN  ... 2 A. PENGERTIAN  ... 2

B. CARA MELAKUKAN SEFT  ... 2

C. KONSEP BENCANA  ... 5

D. KONSEP DASAR CEMAS  ... 7

E. METODE  ... 11

F. Peran Mandiri Perawat Dalam Penanganan Nyeri dan Kecemasan... 13

BAB III  ... 14

PENUTUP  ... 14

A. Kesimpulan  ... 14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

keilmuan dalam bimbingan dan konseling senantiasa berkembang secara dinamis mengikuti perkembangan paradigm dalam memandang manusia. inovasi mengenai teknik konseling dan psikoterapi pun bermunculan sepanjang sejarah. mulai dari teknik sederhana yang dapat dilakukan semua orang tanpa perlu keahlian khusus, hingga teknik-teknik kompleks yang memerlukan pelatihan khusus dan biaya yang relative mahal untuk mempelajarinya.

seiring berjalannya waktu muncul paradigm baru bahwa psikologi selama ini dinilai tidak cukup untuk membawa kebahagiaan dalam kehidupan manusia. pencapaian berbagai  pendekatan psikologi dinilai kering dan kosong. rupanya spritualdapat mengisi kekosongan ini. kehadiran yang transedental (atau Tuhan) dinilai dapat berakibat baik pada manusia sehingga kalangan psikologi memasukan aspek ini dalam pendekatannya. hal ini memunculkan berbagai tekhnik konseling dan psikoterapi yang memasukan unsur spiritual di dalamnya, misalnya terapi dengan doa dan dzikir. teknik spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) pun muncul dengan men yinergiskan aspek jasmaniah, psikis, dan spiritual untuk mengatasi hambatan dalam hidup manusia.

B. TUJUAN

1. mengetahui pengertian spiritual emotional freedom teknik (SEFT) 2. mengetahui cara melakukan spiritual emotional freedom teknik (SEFT) 3. mengetahui konsep bencana

4. mengetahui konsep dasar cemas

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT) merupakan suatu terapi Psikologi yang pertama kali ditujukan untuk melengkapi alat psikoterapi yang sudah ada. SEFT adalah salah satu varian dari cabang ilmu baru yang dinamai Energy Psychology (Muthmainnah, 2013). SEFT adalah gabungan antara Spiritual power dan Energy Psychology (Zainuddin, 2011).

Feinsten dalam Zainuddin (2009) mengatakan bahwa energy psychology (EP) adalah hasil klinis yang mempunyai kecepatan, jarak, dan ketahanan yang tidak biasa (Feinstein, 2011). Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupressur. Ketiga teknik ini berusaha merangsang titik –  titik kunci di sepanjang 12 jalur energi (energi meridian) tubuh yang sangat berpengaruh pada kesehatan kita (Zainuddin, 2012). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa SEFT atau Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) adalah suatu teknik terapi yang menggunakan energi tubuh atau energy meridian yang dilakukan dengan memberikan ketukan-ketukan ringan pada titik15 titik tertentu pada meridian tubuh, sehingga dapat mengatasi masalah fisik serta emosi.

B. CARA MELAKUKAN SEFT

SEFT terdiri dari 3 tahap yaitu, pertama The set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini untuk menetralisir psychological Reversal atau “perlawanan Psikologis” The Set-Up terdiri dari 2 aktifitas, yang pertama adalah mengucapkan kalimat doa dengan penuh rasa k husyu’, ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali, yang kedua adalah sambil mengucapkan dengan penuh perasaan, kita menekan dada kita, tepatnya di bagian Sore Spot (titik nyeri= daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk dengan dua ujung jari di bagian Karate Chop (Albi SEFT

(6)

Magazine, 2012). Setelah menekan titik nyeri atau mengetuk karate chop sambal mengucapkan kalimat Set-Up seperti di atas, kita melanjutkan dengan langkah kedua, yaitu Tune-in, untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit, dibarengi dengan hati dan mulut kita berdoa, sedangkan untuk masalah emosi, kita melakukan Tune-In dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negative yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut,dsb) h ati dan mulut kita berdoa (Zainuddin, 2012). Tahap ketiga, yaitu Tapping, adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-In. titiktitik ini adalah titik-titik kunci dari The Major Energy Meridians, apabila kita ketuk  beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita

rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali (Zainuddin, 2012). Titik kunci / titik meridian dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 2.1. Kunci Titik Meridian Tubuh

SEFT (spiritual emotional freedom technique) menggabungkan antara sistem kerja energy psychology dengan kekuatan spiritual sehingga menyebutnya dengan amplifying effect (efek pelipat gandaan). Pada tahap 17 pelaksanaan dibutuhkan tiga hal yang harus dilakukan Terapis dan pasien dengan serius yaitu: khusyu, ikhlas, dan pasrah. Terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Technique) merupakan salah satu varian dari satu cabang ilmu  baru yang dinamai Energy Psychology. Selain itu, karena SEFT (Spiritual Emosional Freedom Technique) adalah gabungan antara spiritual power dan energy psychology, maka dapat dijelaskan secara ilmiah bagaimana peran spiritualitas dalam penyembuhan Energy Psychology adalah bidang ilmu yang relatif baru. Walaupun embrionya yang berupa prinsip- prinsip energy healing telah dipraktikkan oleh dokter Tiongkok kuno lebih dari 5000 tahun yang lalu, tetapi energy psychology baru dikenal luas sejak penemuan D. Roger Callahan di tahun 1980-an. Saat itu Energy Psychology masih menjadi barang mewah yang hanya bisa dipelajari oleh terapis berkantong tebal. Kombinasi kekuatan Energy Psychology dengan Spiritual Power yang disebut SEFT (Spiritual Emosional Freedom Technique) baru diperkenalkan ke publik di akhir 2005. Menurut Dr. David Feinstein, salah satu researcher utamanya bahwa Energy Psychology adalah seperangkat prinsip dan teknik memanfaatkan

(7)

system energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilakunya (Hakam, 2011).

SEFT merupakan penggabungan dari 15 macam teknik terapi termasuk kekuatan spiritual, yang terdiri dari:

1.  Neuro-Linguistic Programming (NLP); reframing, anchoring, dan breaking the pattern, ditemukan oleh Richard Bandler dan John Grinder.

2. Systemic Desensitization; desensitization, ditemukan oleh Joseph Wolpe.

3. Psychoanalisa; finding the historical roots of symptoms, to be aware o f the unawareness catharsis, ditemukan oleh Sigmund Freud.

4. Logotherapy; the meaning suffering, ditemukan oleh Viktor E. Frankl.

5. Eye movement Desensitization Reprocessing (EMDR); control your eye, control your emotion, ditemukan oleh Francine Shapiro.

6. Sedona Method; let go your pain, ditemukan oleh Lester Levenson.

7. Ericsonian Hypnosis; mild trance to internalize, suggestive words, ditemukan oleh Milton Ericson.

8. Provocative Therapy; repetitive empowering words, ditemukan oleh Frank Farrelly. 9. Suggestion and Affirmation; the movie technique, ditemukan oleh William James. 10. Creative Visualization; dramatized your negative thought/feeling, ditemukan oleh

Wallace Wattles.

11. Relaxation and Meditation; fell it, relax, transcend it, ditemukan oleh Herbert Benson. 12. Gestald Therapy; experience your negative feeling/thought completely, ditemukan oleh

Fritz Perls.

13. Energy Psychology; neutralized the disruption of body`s energy system, ditemukan oleh Gary Craig.

14. Powerful Prayer; faith, concentration, acceptance, surrender, grateful, ditemukan oleh Dr. Larry Dossey.

15. Loving-Kindness Therapy; our hearth speaks lauder than our words or our deeds, our loving-kindness heart can heal our self and heal people around us, ditemukan oleh Prof. Decher Keltner. (Albi SEFT Magazine, 2012)

(8)

C. KONSEP BENCANA

Bencana merupakan kejadian yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dapat disebabkan oleh faktor alam dan/atau non alam, sehingga timbul korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta, dan dampak psikologis. Penyitas bencana memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan fisik dan psikologis. Masalah ini dapat terjadi karena terbatasanya sumber-sumber dukungan sosial, material, dan personal. Penelitian ini  bertujuan untuk Untuk mengetahui efektifitas terapi SEFT dalam menurunkan tingkat Post Traumatic Stress Disorder pada warga pasca erupsi Gunung Merapi. Penelitian ini menggunakan one group pretest posttest design. Analisa data menggunakan paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi SEFT mampu menurukan tingkat PTSD pada korban dampak erupsi merapi pada

Permasalahan psikososial pasca bencana dapat diatasi dengan intervensi  psikologis. Salah satu terapi psikologis yang dapat diberikan adalah terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). SEFT merupakan pengembangan dari Terapi Emotional Freedom Technique (EFT). Terapi Emotional Freedom Technique (EFT) adalah teknik mengatasi emosi dengan cara mengetuk ujung jari untuk menstimulasi titik meridian  pada tubuh disertai sambal merasakan masalah yang sedang dihadapi. Pada tahun 2008, mengembangkan EFT menjadi SEFT. SEFT adalah teknik mengatasi emosi dengan menggabungkan antara spiritual (doa, keikhlasan, dan kepasrahan) dengan stimulasi titik-titik meridian tubuh.

Berdasarkan masalah diatas dapat dirumuskan masalah: bagaimana efektifitas terapi SEFT dalam menurunkan tingkat Post Traumatic Stress Disorder pada warga pasca gempa

 pengaruh terapi SEFT yang mempunyai tujuan untuk membantu orang lain baik individual maupun kelompok dalam mengurangi penderitaan psikis maupun fisik. Sehingga acuannya dapat digunakan untuk melihat tujuan tersebut ada pada motto yang berbunyi “LOGOS” (loving god, blessing to the others, and self improvement).

(9)

Perubahan pikiran pada diri responden bukanlah suatu proses yang mudah, hal ini memerlukan motivasi dan keyakinan responden untuk merubahnya melalui terapi SEFT. Untuk membebaskan pikiran negatif, terapi SEFT cukup dengan menselaraskan sistem energi tubuh dan melakukan afirmasi. Sebagaimana yang diuraikan [8] bahwa jika aliran energi tubuh terganggu karena dipicu kenangan masa lalu, trauma, proses belajar yang salah yang tersimpan dalam alam bawah sadar, maka emosi menjadi kacau, mulai dari yang ringan seperti bad mood, malas dan tidak termotivasi melakukan sesuatu, hingga yang berat seperti PTSD, depresi akut, phobia, kecemasan berlebihan dan stress berkepanjangan. Semua ini disebabkan terganggunya sistem energi tubuh, oleh karena itu, untuk mengatasinya dengan menetralisir kembali gangguan energi itu melalui terapi SEFT Keberhasilan terapi SEFT terdapat pada 5 kunci:

1. Yakin.

Pada kunci yang pertama ini peneliti meminta kepada responden untuk yakin kepada Tuhan yang sayang kepada kita.

2. Khusyu

Pada kunci yang kedua, peneliti juga menganjurkan kepada responden untuk khusyu dan memusatkan pikiran pada saat berdoa dengan penuh kerendah hatian.

3. Ikhlas

Pada kunci yang ketiga, peneliti meminta kepada responden untuk ikhlas terhadap masalah yang dialaminya yaitu pada waktu terkena dampak erupsi merapi.

4. Pasrah

Pada kunci ini peneliti meminta kepada responden untuk pasrah atau menyerahkan kepada Tuhan tentang masalah yang dialaminya.

5. Syukur

Dan pada kunci terakhir, menganjurkan kepada responden untuk mensyukuri apa yang sudah didapatkan selama ini meskipun terkadang masih susah untuk mensyukurinya dikarenakan harus pindah rumah.

Terapi ini merupakan suatu teknik penggabungan dari sistem energi tubuh (energy medicine) dan terapi spiritualitas dengan menggunakan metode tapp ing (ketukan) beberapa titik tertentu pada tubuh. Banyak manfaat yang dihasilkan dengan terapi SEFT yang telah terbukti membantu mengatasi berbagai masalah fisik maupun emosi.

(10)

2. Faktor Penyebab dan Faktor Predisposisi

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan  perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, atau dewasa), sehingga orang itu

terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul (Yosep, 2009). Walaupun belum terbukti bahwa reseptor benzodiazepin abnormal, tetapi banyak orang melakukan penelitian pada lobus oksipitalis yang memiliki konsentrasi benzodiazepin tertinggi. Beberapa bukti menyatakan bahwa klien dengan gangguan cemas memiliki subsensitivitas pada reseptor adrenergik alfa-2. Pada umumnya jenis stressor psikososial terdiri dari perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal (antarpribadi),  pekerjaan, lingkungan hidup, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik atau

cedera, faktor keluarga, serta kejadian tidak diharapkan seperti bencana alam, kebakaran,  perkosaan, kehamilan diluar nikah dan lain sebagainya (Yosep, 2009).

D. KONSEP DASAR CEMAS 1. Definisi

Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis 31 (David, 2005). Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2007). Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur dan terjadi ketika mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (Darajat, 2007). Definisi tersebut dapat disimpulkan, kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas sumbernya, berupa rasa khawatir dan takut, proses emosi bercampur baur, di alami secara subjektif namun keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

(11)

3. Klasifikasi Cemas

Tingkatan ansietas menurut Stuart (2007) adalah sebagai be rikut:

a) Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang  persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan

serta kreativitas.

 b) Ansietas sedang, memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain; ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu, dengan demikian individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat  berfokus pada lebih banyak area jika di arahkan untuk melakukann ya.

c) Ansietas berat, sangat mengurangi lapang persepsi individu; individu cenderung  berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

d) Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,  persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas

ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, akan menimbulkan kelelahan dan kematian. Tahapan lainnya dari ansietas menurut Yosep (2009) adalah:

1) Ansietas Tingkat I, merupakan tingkat ansietas ringan, biasanya disertai perasaan sebagai berikut: semangat besar, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, 2) Ansietas Tingkat II, dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang dan

timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energy tidak lagi cukup sepanjang hari, keluhannya: merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah sesudah makan siang, merasa lelah sepanjang sore hari, terkadang gangguan dalam sistem

(12)

 pencernaan, perasaan tegang pada otot-otot punggung dan belakang leher,  perasaan tidak bisa santai.

3) Ansietas Tingkat III, keluhan keletihan semakin nampak disertai; gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin buang air kecil), otot-otot terasa lebih tegang, perasaan tegang yang semakin meningkat, gangguan tidur, badan terasa mau pingsan.

4) Ansietas Tingkat IV, menunjukkan keadaan yang lebih buruk: untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit, kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan rutin lainnya terasa sangat berat, tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan, seringkali terbangun dini hari, perasaan negativistik, kemampuan  berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan.

5) Ansietas Tingkat V, gejalanya; keletihan yang mendalam (physical and  psychological exhaustion), untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa

kurang mampu, gangguan sistem pencernaan (maag, susah BAB, sering BAK),  perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik.

6) Ansietas Tingkat VI, merupakan tahapan puncak: debar jantung terasa amat keras, disebabkan adrenalin yang dikeluarkan dalam peredaran darah, na fas sesak, badan gemetar, tubuh dingin, keringat dingin, pingsan, collaps.

4. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas

Ada beberapa respon fisiologis saat terjadi ansietas:

a) Sistem kardiovaskular: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin  pingsan.

 b) Sistem pernapasan: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal,  pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.

c) Sistem neuromuskular: refleks meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah/mondarmandir, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal.

d) Sistem gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman  pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, konstipasi, diare.

(13)

e) Sistem perkemihan: tidak dapat menahan kencing atau sering berkemih.

f) Kulit: wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas atau dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh. (Stuart, 2007)

5. Respon Perilaku, Kognitif, dan Afektif Terhadap Ansietas

a) Perilaku: gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, sangat waspada.  b) Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan

 penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk.

c) Afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu (Stuart, 2007).

6. Penatalaksanaan Cemas

Sebagian besar penelitian hasil pengobatan menunjukkan bahwa pengobatan aktif lebih baik daripada pendekatan tidak langsung, dan secara keseluruhan lebih utama daripada tanpa pengobatan; namun sebagian besar penelitian tersebut gagal menu njukkan angka diferensial kefektifan di antara pengobatan aktif. Penelitian terbaru menunjukkan  bahwa terapi perilaku-kognitif (yang mengombinasikan latihan relaksasi dan terapi kognitif), yang bertujuan mengendalikan proses kekhawatiran adalah terapi yang paling efektif. Benzodiazepin mengurangi gejala ansietas dan kekhawatiran pada gangguan ansietas umum. Buspiron tampak sebanding dengan benzodiazepin dalam mengurangi gejala gangguan ansietas umum. Antidepresan trisiklik menunjukkan manfaatnya dalam  pengobatan gangguan ansietas umum (Hawari, 2008).

(14)

E. METODE

Lukitaningtyas (2014) menyampaikan bahwa menurut Zainuddin (2009), titik-titik yang akan diberikan ketukan ringan/tapping berada di ba gian kepala, daerah dada dan tangan. Pada bagian kepala titik-titik tersebut terdiri dari titik CR (Crown) yaitu titik di bagian atas kepala (ubun-ubun); titik EB (Eye Brow) yaitu titik permulaan alis mata, dekat pangkal hidung; titik SE (Side of the Eye) yaitu titik di atas tulang ujung mata sebelah luar; titik UE (Under the Eye) yaitu titik tepat di tulang bawah kelopak mata; titik UN (Under the Nose) yaitu titik yang letaknya tepat di bawah hidung dan titik Ch (Chin) yaitu titik yang letaknya diantara dagu dan bagian bawah bibir. Pada bagian dada titik-titik tapping terdiri dari titik CB (Colar Bone) yaitu titik yang letaknya di ujung tempat bertemunya tulang dada dan tulang rusuk pertama; titik UA (Underthe Arm) yaitu titik yang berada di bawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria) atau tepat di bagian bawah tali bra (wanita) dan titik BN (Below  Nipple) yaitu titik yang letaknya 2,5 cm di bawah puting susu (pria) atau di perbatasan antara

tulang dada dan bagian bawah payudara. Pada bagian tangan ada 9 titik tapping yang terdiri dari titik IH (Inside of Hand) yaitu titik yang letaknya di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan; titik OH (Outside of Hand) yaitu titik yang letaknya di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan; titik Th (Thumb) yaitu titik yang letaknya  pada ibu jari di samping luar bagian bawah kuku; titikIF (Indeks Finger) yaitu titik yang

letaknya pada jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik MF (Middle Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari tengah di samping luar  bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik RF (Ring Finger) yaitu titik

yang letaknya pada jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik BF (Baby Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari kelingking di samping luar  bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik KC (Karate Seri Pengabdian

Masyarakat 2014 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 3, No. 3, September 2014 Chop) yaitu titik yang letaknya di samping telapak tangan, bagian yang digunakan untuk mematahkan balok pada olahraga karate dan titik GS (Gamut Spot) yaitu titik yang letaknya di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking. Khusus untuk Gamut Spot, sambil men-tapping titik tersebut, kita melakukan The 9 Gamut Procedure. Ini adalah 9 gerakan untuk merangsang otak. Tiap gerakan dimaksudkan untuk merangsang  bagian otak tertentu.

(15)

Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping pada salah satu titik energi tubuh yang dinamakan “GamutSpot”. Sembilan gerakan itu adalah menutup mata, membuka mata, mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah, mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah, memutar bola mata searah jarum jam, memutar bola mata berlawanan arah jarum jam,  berguman dengan berirama selama 3 detik, menghitung 1, 2, 3, 4, 5 kemudian diakhiri dengan  bergumam lagi selama 3 detik. The 9 Gamut Procedure ini dalam teknik psikoterapi kontemporer disebut dengan teknik EMDR (Eye Movement Desensitization Repatterning). Setelah menyelesaikan The 9 Gamut Procedure, langkah terakhir adalah mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke 17 (berakhir di karate chop). Dan diakhiri dengan mengambil napas panjang dan menghembuskannya, sambal mengucap rasa syukur (Alhamdulillah…). Salah satu faktor yang turut mendukung keberhasilan intervensi SEFT adalah kualifikasi terapis. Terapis yang memberikan intervensi SEFT dalam penelitian ini adalah seorang trainer SEFT yang telah berpengalaman, pernah mengikuti pelatihan SEFT yang dibuktikan dengan sertifikat, menguasai teknik -teknik SEFT, pernah menjadi fasilitator dalam pelatihan, dan memiliki kemampuan interpersonal yang baik dan memiliki beberapa kualifikasi keterampilan sebagai konselor antara lain hangat, penuh penerimaan dan empatik. Berdasarkan evaluasi masing-masing subjek, terapis mampu menguasai materi SEFT dengan  baik, menyampaikannya dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti dengan  baik dan jelas, dan mampu menghidupkan suasana. Hal ini sejalan dengan pendapat

Zainuddin (2008) yang menyatakan bahwa efek intervensi SEFT akan

lebih efektif ketika diberikan oleh orang yang telah mengikuti pelatihan SEFT dan  berpengalaman dalam menerapkan SEFT. (Ulfah, 2013) SEFT sebagai salah satu metode

yang telah terbukti mudah dan murah dapat dijadikan referensi sebagai terapi kesehatan di rumah. Warga Dusun Babadan yang sama sekali belum mengenal teknik ini biasanya selalu  berobat ke Puskesmas padahal disisi lain, kesehatan yang tidak baik dapat disebabkan gaya

hidup yang buruk dan stress. SEFT merupakan salah satu solusi yang mudah dan murah untuk dapat memperoleh kesehatan mental dan fisik yang cukup baik. Oleh karena itu, metode SEFT  perlu untuk diperkenalkan pada masyarakat Dusun Babadan.

(16)

F. Peran Mandiri Perawat Dalam Penanganan Nyeri dan Kecemasan 1. SEFT dan Masalah Kecemasan

Beberapa catatan ilmiah hasil penelitian SEFT berhasil mengatasi masalah kejiwaan yang dialami oleh individu. Faiz (2012) mengatakan bahwa SEFT mampu mengurangi sakau pada penderita narkoba, mengatasi pasien penderita gangguan jiwa, serta mampu menurunkan kecemasan yang di alami oleh individu yang mengalami konflik yang cukup berat. Menurut Anwar (2012) mengatakan bahwa SEFT mampu menurunkan cemas dan fobia spesifik. Cemas dan ketakutan yang berlebihan karena keadaan sakit sedikit demi sedikit menurun setelah dilakukan intervensi SEFT.

2. Distraksi

Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri (Tamsuri, 2007).

3. Relaksasi

Merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertamatama ketegangan  jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Suryani,

2007).

4. Imajinasi terbimbing

Merupakan sebuah teknik relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi stress dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan obat penenang untuk situasi yang sulit dalam kehidupan. merupakan suatu teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan (National Safety Council, 2004).

(17)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Spiritual emotional freedom technique (SEFT) termasuk tehnik relaksasi, merupakan salah satu bentuk pengobatan alternatif yang lebih mudah dan aman dibandingkan akupuntur dan akupresur. Metode ini dapat dilakukan oleh semua orang dengan mudah setelah mengetahui prinsip kerjanya. Warga Dusun Babadan yang telah memperoleh informasi tentang metode ini dapat menggunakannya sebagai pengobatan alternatif dan kebugaran tubuh di rumah masing-masing.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Zainul. Niagara. Siska Triana. 2011. Model Terapi Seft (Spiritual Emotional Freedom Technique) Untuk Mengatasi Gangguan Fobia Spesifik: Universitas Muhammadiyah Malang

Lukitaningtyas, Dika. 2014.  Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique Terhadap  Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada Lansia: Universitas Brawijaya Malang

Rofacky, Hendri Fajri. 2014. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas  Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang: STIKES Ngudi Waluyo.

Ulfah, Elyusra. 2013. Intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique Untuk Menurunkan Gangguan Stres Pasca Trauma Erupsi Gunung Merapi. Journal Of Educational,  Health And Community Psychology Vol. 2, No. 1

madaniyah, 2016. https://journal.stitpemalang.ac.id/index.php/madaniyah/article/view/9/8. Diakses pada tanggal 22 september 2018

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui pengaruh terapi SEFT ( Spiritual Emotional Freedom Technique ) terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia hipertensi di Panti Werdha

Terapi Spiritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT) Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Pasca Operasi.. di

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah terapi SEFT ( Spiritual Emotional Freedom Technique) memiliki pengaruh dalam mengatasi masalah gangguan seksual konseli

Terapi SEFT (Spiritual Emosional Freedom Technique$ dapat digunakan sebagai salah satu teknik terapi untuk mengatasi masalah emosional dan !isik, yaitu dengan melakukan totok

Terapi Spiritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT) Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Pasca Operasi.. di

Mengacu pada tujuan penelitian dan hipotesis yang telah ditetapkan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi Spiritual Emotional Freedom Technique

Sebelum dan Sesudah dilakukan terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) rata-rata sistolik pada kelompok intervensi adalah 158,93 mmHg dan rata-rata

Treatment given to handle anxiety client one of them is by using SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique.. The Spiritual Emotional Freedom Technique SEFT is one of the several