• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Teori Interaksi simbolik

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu 4)

Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain: (1)

Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai

makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain, (2) Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam

(Soeprapto, 2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

4)

Soeprapto, Riyadi. 2007. Teori Interaksi Simbolik. Averroes Community – Membangun Wacana Kritis Rakyat. Melalui http://www.averroes.or.id/research/teori-interaksionisme-simbolik .html [18/03/2011]

(2)

teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia

luarnya, dan (3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang

diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. 5)

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia

Interaksi Simbolik di lakukan dengan menggunakan bahasa sebagai salah satu

symbol yang terpenting dan isyarat (Decoding). Akan tetapi symbol bukanlah

merupakan faktor- faktor yang telah terjadi namun merupakan suatu proses yang berlanjut. Maksudnya, ia merupakan suatu proses penyampaian “makna”. Penyampaian makna dan symbol inilah yang menjadi subject matter dalam interaksi simbolik.

Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain:

2. Pentingnya konsep mengenai diri

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat

Tema pertama pada interaksi simbolik tertuju pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama. Hal ini sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer, dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:

5)

(3)

1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka,

2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia

3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif

Tema kedua pada interaksi simbolik tertuju pada pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan, menurut LaRossan & Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008: 101), antara lain:

1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang

lain.

2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku.

Konsep diri menurut George Herbert Mead dalam bukunya Symbolic

Interactionism; Perspective, and Method,

Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya

” pada dasarnya terdiri dari jawaban individu atas pertanyaan "Siapa Aku". Konsep diri terdiri dari kesadaran individu mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung. Kesadaran diri merupakan hasil dari suatu proses reflektif yang tidak kelihatan, dan individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau yang bersifat potensial dari titik pandang orang lain dengan siapa individu ini berhubungan.

(4)

2.2 Komunikasi

2. 2. 1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari bahasa latin : Communication bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudya adalah sama makna. Menurut Carl. I. Hovland komunikasi adalah berkenaan dengan perilaku orang lain. Tujuan untuk mempelajari komunikasi adalah untuk mengetahui bagaimana efek komunikasi kepada seseorang. Seseorang akan dapat mengubah sikap, perilaku, pendapat orang lain apabila komunikasinya itu komunikatif.

Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang akan di percakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan perkataan lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang di bawakan bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat di katakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang di pergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang di percakapkan.

Akan tetapi pengertian komunikasi yang di paparkan diatas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain- lain.

(5)

Salah satu tujuan komunikasi adalah mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang di kehendaki komunikator, agar isi pesan yang di sampaikan dapat dimengerti, di yakini serta pada tahap selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Carl Hovland ( dalam Effendy, 1995 : 10 ) “ Komunikasi adalah proses dimana seseorang komunikator menyampaikan perangsang untuk merubah tingkah laku orang lain”

Sedangkan menurut Edward Depari (dalam Widjaja, 2000:13) menyatakan bahwa “ Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang di sampaikan melalui lambing- lambing tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditunjukkan kepada penerima pesan dengan

maksud mencapai kebersamaan ( Commons)

Dari beberapa definisi diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran pesan ( Stimulus, signal, simbol, atau informasi ) baik dalam bentuk verbal, maupun non-verbal dari pengirim kepada komunikan dengan tujuan adanya perubahan, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, dan behavioral.

Menurut Carl. I. Hovland ( dalam Effendy, 1995 ) komunikasi memiliki berbagai tingkatan, yaitu:

1. Komunikasi Intra personal

Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri sendiri, atau proses berpikir pada diri sendiri, keyakinan, perasaan, dan berbicara pada diri sendiri, bisa juga terjadi pada saat melakukan ibadah misalnya, shalat, kita berkomunikasi kepada Tuhan YME, yaitu dengan memohon doa kepadaNya.

(6)

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi di antara dua individu, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui media. Komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang.

3. Komunikasi Kelompok

Komunikasi Kelompok adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua orang atau tiga orang, bisa berbentuk diskusi, rapat dan lain- lain yang satu sama lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok remaja, pengajian ibu- ibu, dan lain- lain.

4. Komunikasi Publik

Komunikasi publik adalah proses komunikasi yang terjadi di depan publik atau masyarakat, baik secara aktif maupun pasif dengan menggunakan media atau dengan tidak menggunakan media ( berbicara langsung )

5. Komunikasi Organisasi

Komunikasi yang terjadi di dalam organisasi yang bersifat formal maupun Informal

6. Komunikasi Massa

Komunikasi yang melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis yang luas, heterogen, namun mempunyai perhatian dan minat terhadap suatu issu atau berita. Biasanya dalam komunikasi ini melibatkan media, misalnya, televisi, surat kabar, majalah, dan lain- lain.

(7)

2.2.2 Unsur- Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi sebagaimana di uraikan diatas, tampak adanya sejumlah komponen dan unsur yang di cakup dan merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur- unsur komunikasi adalah sebagai berikut ( Widjaja 2002 :11-20) :

a. Sumber ( Source)

Sumber adalah dasar yang di gunakan dalam penyampaian pesan, yang di gunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan sejenisnya. Apabila kita salah mengambil sumber maka kemungkinan komunikasi yang kita lakukan akan berakibat lain dari yang kita harapkan.

b. Komunikator ( Communicator )

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, televisi dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang - kadang komunikator dapat menjadi komunikan sebaliknya, komunikan dapat menjadi komunikator.

c. Pesan ( Message )

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang di sampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan, ( tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap, dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat di sampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan di arahkan kepada tujuan akhir komunikasi.

d. Saluran ( channel )

Saluran komunikasi selalu menyampikan pesan yang dapat di terima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi sering di lakukan melalui dua saluran yaitu saluran formal ( resmi ) yang berupa desas - desus, kabar angin ataupun kabar burung.

e. Efek (Effect )

Efek merupakan hasil akhir dari komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunikasi berhasil, begitu juga sebaliknya.

2. 2. 3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Tujuan Komunikasi ( Effendy, 2005 : 55 ) yaitu : a. Mengubah sikap ( to change the attitude )

(8)

b. Mengubah opini / pendapat/ pandangan ( to change the opinion ) c. Mengubah perilaku ( to change the behavior )

d. Mengubah masyarakat ( to change the society )

Sedangkan fungsi komunikasi ( Effendy , 2005 :55) yaitu : a. Menginformasikan ( to inform )

b. Mendidik ( to educate ) c. Menghibur ( to entertain ) d. Mempengaruhi ( to influence ) 2.2.4 Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari segi jumlah komunikan, berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka dapat diklasifikasikan menjadi bentuk sebagai berikut ( Effendy, 2003 : 57 ) :

a. Komunikasi pribadi (personal communication) yang terdiri dari

komunikasi intra pribadi dan komunikasi antar pribadi seperti anjang sana, tukar pikiran dan lain sebagainya.

b. Komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari

komunikasi kelompok kecil (ceramah, simposium, diskusi panel, seminar, dan lain- lain) dan komunikan kelompok besar.

c. Komunikasi massa (mass communication) yang terdiri dari komunikasi

media cetak/ pers seperti surat kabar dan majalah dan komunikasi media massa elektronik seperti radio, televisi, film, dan lain- lainnya.

2.2.5 Dampak Komunikasi

Bagian terpenting dalam berkomunikasi adalah bagaimana caranya agar sesuatu pesan yang di sampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek

(9)

tertentu pada komunikan. Dampak yang timbul dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

a. Dampak kognitif adalah yang timbul dalam komunikan yang menyebabkan

komunikan menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya.

b. Dampak Afektif adalah yang timbul dalam diri komunikan bukan hanya

sekedar tahu tetapi tergerak hatinya yang menimbulkan suatu perasaan tertentu.

c. Dampak Behavioural adalah yang timbul pada diri komunikan dalam

bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

2. 3 Komunikasi Antar Pribadi

2.3.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sering disebut “dyadic communication”, yakni

komunikasi antar dua orang dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi sejenis ini berlangsung secara tatap muka ( face to face ), bisa juga melalui media arah atau timbal balik ( two way traffic communication ). Menurut De Vito ( 1976 ) bahwa komunikasi antar pribadi menggunakan penggunaan pesan- pesan dari seseorang, dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik berlangsung. Effendy ( 1986 ) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Dimana komunikasi ini dianggap paling efektif dalam hal upaya untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berupa percakapan. Arus baliknya bersifat langsung. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasi itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Dean C. Barnlund ( 1968 ) mengemukakan

(10)

bahwa komunikasi antar pribadi biasanya di hubungkan dengan pertemuan dua orang, atau tga orang, atau bahkan empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur. ( Aloliliweri, 1991 : 12)

Umpan balik mempunyai peranan yang sangat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan komunikator. Dalam komunikasi antar pribadi, karena situasinya tatap muka, tanggapan komunikan dapat segera di ketahui. Dalam hal ini komunikator perlu bersikap tanggap terhadap tanggapan komunikan.

Tekanan ulasan komunikasi antar pribadi terletak pada unsur- unsur, ciri- ciri, situasi terjadinya komunikasi, jumlah orang yang terlibat dalm proses komunikasi, jarak fisik dalam suatu percakapan, kekuatan umpan balik suatu pesan dari penerima kepada pengirimnya. Banyak ahli juga berpendapat bahwa semua yang menjadi tekanan dalam komunikasi antar pribadi akhirnya bermuara pada perspektif situasi. Perspektif situasi merupakan suatu perspektif yang menekankan bahwa sukses tidaknya komunikasi antar pribadi sangat tergantung pada situasi komunikasi, mengacu pada hubungan tatap muka antara dua orang atau sebagian kecil orang dengan mengandalkan suatu kekuatan yang segera saling mendekati satu dengan yang lain pada saat itu juga daripada memperhatikan umpan balik yang tertunda ( misalnya dalam hal komunikasi antar manusia bermedia seperti surat- menyurat, percakapan, telepon, faximile)

Komunikasi antar pribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu karena, setiap pihak mengetahui secara baik tentang lika- liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya, perasaannya, maupun menanggapi tingkah laku seseorang yang sudah saling mengenal secara mendalam lebih baik ketimbang

(11)

yang belum mengenal. Jika hendak menciptakan suatu komunikasi antar pribadi yang lebih bermutu, maka harus didahului dengan keakraban, ( Aloliliweri, 1991 :30 )

2.3.2 Ciri- Ciri dan Sifat Komunikasi Antar Pribadi Ciri- ciri komunikasi antar pribadi yaitu :

1. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu. 2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang

tidak mempunyai identitas yang jelas.

4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang sengaja maupun yang

tidak sengaja.

5. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas- balasan.

6. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan dua

orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.

7. Komunikasi antar pribadi dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan

hasil.

8. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang- lambang bermakna. (

Aloliliweri, 1991 :14 -29)

Ciri- ciri Komunikasi antar pribadi menurut De Vito dalam Liliweri (1991 :13), yaitu :

a. Keterbukaan ( openess ), yakni komunikator dan komunikan saling

mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas ( tidak ditutupi ) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu.

b. Empati ( emphaty ), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan

dirinya kepada peranan orang lain.

c. Dukungan ( suppotiveness ), yakni setiap pendapat, ide, atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan darri pihak –pihak yang berkomunikasi. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang di dambakan.

(12)

d. Rasa positif ( positiveness ), adalah setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif, rasa positif menghindarkan pihak–pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau berprasangka, sehingga menggangu jalinan interaksi.

e. Kesamaan ( equality ), yakni suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan

antar pribadi lebih kuat, apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, usia, ideology, dan sebagainya.

Sifat-sifat komunikasi antar pribadi secara ringkas yaitu :

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan didalamnya perilaku verbal maupun

non – verbal

2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted

(perilaku didasarkan pada factor kebiasaan ) dan contrived ( perilaku didasarkan pada beberapa pertimbangan kognitif )

3. Komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses yang berkembang.

4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai

interaksi dan koherensi.

5. Komunikasi anta pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat

intrinsik ( standard perilaku yang di kembangkan oleh seseorang sebagi pandu bagaimana mereka melakukan komunikasi) dan ekstrinsik (standard perilaku yang timbul karena adanya pengaruh dari pihak ketiga sehingga komunikasi harus di perbaiki atau bahkan di hentikan).

6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan.

7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia (Aloliliweri,

1997 : 31 – 43 )

Hubungan interaksi antar manusia yang di pelajari dalam sosiologi mempersyaratkan didahului oleh banyak kontak maupun komunikasi. Hubungan– hubungan yang telah di bentuk tidak selamanya terus di pertahankan atau bahkan harus di hentikan.

(13)

2.3.3 Jenis – Jenis Komunikasi Antar Pribadi

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi pun mempunyai jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa “Secara teoritis komunikasi antar pribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang menerima pesan. Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasi

antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, Karena komunikator memusatkan perhatiaanya hanya pada seorang komunikan,

sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnya

juga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua factor yang sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. (1993:62)

2.4 Teori Self Disclosure

Pembukaan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami

(14)

tanggapan kita di masa kini. Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu melibatkan perasaan. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap kejadian- kejadian yang baru saja kita saksikan ( Johnson, 1981 dalam supraktiknya, 1995 : 14 )

Salah satu teori pengembangan hubungan dalam komunikasi antar pribadi, salah satunya Teori Self Disclosure. Teori ini menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan ke dalam suatu gambar yang disebut dengan Jendela Johari ( Johari Window )

Diketahui diri sendiri Tidak diketahui diri sendiri

Diketahui orang lain.

Tidak diketahui orang lain.

Gambar tersebut Jendela Johari, melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang jendela itu.

Bidang satu, melukiskan suatu kondisi dimana antara seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

Bidang dua, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua pihak hanya di ketahui orang lain, namun tidak di ketahui diri sendiri.

1. Terbuka 2. Buta

(15)

Bidang tiga, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua pihak di ketahui diri sendiri namun tidak di ketahui orang lain.

Bidang empat, bidang tidak dikenal, dimana kedua pihak sama – sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka.

Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu hubungan adalah bidang satu, dimana komunikator dan komunikan sama- sama mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun pada kenyataanya hubungan antar pribadi tidak seideal yang di harapkan, karena dalam berhubungan dengan orang lain betapa sering setiap orang mempunyai kesempatan untuk menyembunyikan masalah yang dihadapinya. ( Aloliliweri, 1991 : 54 )

Menurut Johnson ( Supratiknya 1995 : 15 ), beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut :

- Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua

orang.

- Semakin kita terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut akan

menyukai diri kita, akibatnya ia akan semakin membuka diri kepada kita.

- Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung

memiliki sifat – sifat sebagai berikut : kompeten, terbuka, fleksibel, adaptif, dan intelegent, yakni sebagian dari ciri – ciri orang bahagia.

- Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang

memungkinkan komunikasi intim, baik dengan diri kia sendiri maupun dengan orang lain.

- Membuka diri berarti bersikap realistik, maka pembukaan diri haruslah

(16)

2.5 Komunikasi Keluarga

2.5.1 Pengertian Komunikasi Keluarga

Seligmann, dalam Mulyana ( 2005 : 215 ) mengatakan keluarga adalah didefinisikan sebagai “ jaringan orang – orang yang berbagi kehidupan mereka dalam jangka waktu yang lama ; yang terikat oleh perkawinan, darah, atau komitmen, legal atau tidak ; yang menganggap diri mereka sebagai keluarga; dan yang berbau pengharapan – pengharapan masa depan mengenai hubungan yang berkaitan

Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kepribadian anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan keluarga merupakan faktor yang sangat penting dan berguna untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

Keluarga adalah sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Didalamnya hidup bersama pasangan suami-istri secara sah karena pernikahan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir batin. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Keluarga adalah kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang di ikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun di antara mereka tidak terdapat hubungan darah.

(17)

Menurut Rae Sedwig dalam Syaiful Bahri (2004), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian (Dikutip dari Achdiat, 1997: 30)

Keharmonisan keluarga menimbulkan dampak besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Kenyamanan dan kehangatan yang dirasakan anak di tengah-tengah keluarganya akan membentuk sikap-sikap positif pada diri anak. Begitu pula cinta tulus dan kasih sayang yang ditunjukkan orangtua dan anggota keluarga lain akan meyakinkan anak bahwa ia dianggap penting dan akan memotivasinya untuk berbuat yang terbaik bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya.Menurut Stinnet & DeFrain, seperti dikutip Savitri Ramadhani dalam bukunya Building

Positive Communication, bahwa keluarga harmonis mempunyai karakteristik

tertentu, yaitu kehidupan beragama yang baik di dalam keluarga, mempunyai waktu bersama antara sesama anggota keluarga, mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga, saling menghargai antara sesama anggota keluarga, masing-masing anggota keluarga merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai suatu ikatan kelompok dan ikatan kelompok ini bersifat erat dan kohesif, bila terjadi permasalahan dalam keluarga, maka masalah tersebut dapat diselesaikan secara positif dan konstruktif. (2006:23)

2.5.2 Fungsi Komunikasi Keluarga

Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya berbentuk

komunikasi antar personal (face to face communication ) yang pada intinya

merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator dan komunikan. Selain itu, yang

(18)

lebih penting lagi adalah bahwa reaksi yang diberikan masing-masing peserta komunikasi dapat diperoleh langsung. Karena itulah, keluarga dapat dikategorikan sebagai satuan sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.

Komunikasi individual atau komunikasi inter personal adalah komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi antar pribadi; antara suami dan istri, antara ayah dan anak, antara ibu dan anak, dan antara anak dan anak. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga bisa dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran di dalam keluarga. Hal ini disebabkan masing masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikasi.

Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada dua fungsi komunikasi dalam keluarga, yaitu :

1. Fungsi Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan. Misalnya, via komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, melalui komunikasi seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat terlebih dalam keluarga untuk mencapai tujuan bersama.

2. Fungsi Komunikasi kultural

Para sosiolog berpendapat bahwa komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi. Peranan

(19)

komunikasi di sini adalah turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mengkomunikasikan norma-norma buidaya masyarakat, baik secara horizontal (dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya) ataupun secara vertikal (dari suatu generasi kepada generasi berikutnya). Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok tertentu.

Selain itu fungsi Komunikasi dalam keluarga adalah

1. Memberikan pengertian yang lebih dalam tentang siapa kita sebagai pribadi

kepada anggota keluarga lainnya.

2. Meningkatkan kasih, kepercayaan, dan rasa hormat dalam keluarga

3. Sebagai alat untuk mendapat tujuan, dan membereskan hal–hal yang

menghalangi pencapaian tujuan.

2. 6. Remaja

2.6.1 Pengertian Remaja

Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula

dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004).

(20)

2.6.2 Ciri – Ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri-ciri tertentu yaitu:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

d. Masa remaja sebagai periode bermasalah.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Gunarsa ( 2001 ) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, et al. 2002).

2.6.3 Tahap Perkembangan Remaja

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1. Lebih dekat dengan teman sebaya

2. Ingin bebas

3. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir

(21)

b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1. Mencari identitas diri

2. Timbulnya keinginan untuk kencan

3. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5. Berkhayal tentang aktifitas seks

c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain : 1. Pengungkapan identitas diri

2. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

3. Mempunyai citra jasmani dirinya

4. Dapat mewujudkan rasa cinta.

5. Mampu berpikir abstrak

2.6.4 Perkembangan Fisik

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut.

a. Ciri-ciri seks primer

Dalam modul kesehatan reproduksi remaja ( DepKes 2002 ) disebutkan bahwa ciri –ciri seks primer adalah :

1. Remaja laki–laki

Remaja laki–laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki – laki usia antara 10 – 15 tahun

(22)

2. Remaja perempuan

Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche ( mensturasi ),

mensturasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.

b. Ciri – ciri seks sekunder

Menurut Sarwono (2003), Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut :

1. Remaja laki – laki

a. Bahu melebar, pinggul menyempit

b. Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan dan kaki. c. Kulit menjadi lebih kasar dan tebal

d. Produksi keringat menjadi lebih banyak

2. Remaja perempuan

a. Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar dan menonjol,

serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

b. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori – pori

bertambah besar,kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.

c. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan

menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai.

(23)

2.6.5 Karakteristik Remaja

Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek:

a. Fisik, laju perkembangan secara umum berkembang dengan pesat,

proporsi ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang, dan munculnya ciri – ciri sekunder.

b. Psikomotor, gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan

serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan

c. Bahasa, berkembangnya pengguanaan bahasa sandi dan mulai tertarik

mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.

d. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi

bersifat temporer, serta adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.

e. Perilaku kognitif

1. Proses berpikir sudah mampu mengoperasikan kaidah- kaidah logika

formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas.

2. Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang

terpesat.

3. Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menunjukkan kecenderungan –

(24)

f. Moralitas

1. Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh

orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.

2. Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah –

kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari – hari oleh para pendukungnya.

3. Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan

tipe idolanya.

g. Perilaku keagamaan

1. Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai

dipertanyakan secara kritis dan skeptis.

2. Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.

3. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas

pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.

h. Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian

1. Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri ) menunjukkan arah kecenderungannya.

2. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum

terkendali seperti pernyataan marah , gembira, atau kesedihannya masih dapat berubah – ubah dan silih berganti.

3. Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya

yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.

(25)

4. Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak ( teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius) meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba – coba.

2. 7 Perilaku seksual remaja

Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).

Menurut Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.

2.7.1. Faktor – Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah Remaja

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro (2003-2004) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah adalah, (1) faktor internal (pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri,

(26)

aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan), (2) faktor eksternal (kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu), (Suryoputro, et al. 2006).

Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa (Syafrudin, 2008). Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua (Saifuddin dan Hidayana dalam Syafrudin).

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2003).

II.7.2 Dampak Perilaku Seksual Pranikah Remaja

Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut :

a. Dampak Psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresei, rendah diri, bersalah dan berdosa.

b. Dampak fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.

(27)

c. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain, di kucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu, belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. ( Sarwono,2003 )

d. Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja,dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual ( PMS ) yang tertinggi antara 15 – 24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapa menyebabkan kemandulan, dan rasa sakit kronis, serta meningkatkan resiko terkena PMS dan HIV/AIDS

Gambar

Gambar tersebut Jendela Johari, melukiskan bahwa dalam pengembangan  hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan  sebagaimana terwakili melalui suasana di keempat bidang jendela itu

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pemasok/supplier yang terbanyak yang digunakan UMKM adalah 5 pemasok, dimana usaha UMKM ini merupakan pembuat produk makanan.Setelah membeli bahan baku

Berdasarkan Guidelines for Management of Small Bowel Obstruction tahun 2008 ileus obstruksi total yang disebabkan adhesi pascaoperasi tidak selalu harus dioperasi namun

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 10 Bandung tahun ajaran 2016/2017, dan sebagai sampel penelitian ini adalah 18 orang kelas X Bahasa 1 sebagai kelas eksperimen

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382) Bank Wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara Triwulan dan

Adapun personil inti minimal yang diperlukan untuk Pekerjaan Peningkatan Kualitas Prasarana Lingkungan Permukiman Perkotaan (Dumai), Lokasi Kota Dumai ini adalah

Pada tahun itu juga, untuk perayaan guna menghormati penobatan Putra Mahkota yang baru, Gusti Raden Mas Pratisto alias Hamengkunegara II, tiga transparansi yang dilukis oleh

Dengan demikian akta jual beli, terutama dalam jual beli balik nama hak atas tanah dan bangunan merupakan suatu surat tertulis yang harus dibuat

Kebijakan otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah