• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES BATUGAMPING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES BATUGAMPING"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KARAKTERISASI REKAHAN DI FASIES BATUGAMPING

5.1 Pendahuluan

Rekahan dapat menjadi faktor utama dalam penyebaran porositas dalam batugamping. Rekahan di batugamping dapat ditemui dalam jenjang skala yang panjang, dari milimeter sampai puluhan meter. Menurut Nelson (1985), sistem rekahan khususnya spasi dari rekahan dipengaruhi oleh :

i) Komposisi batuan ii) Ukuran butir batuan iii) Porositas batuan iv) Ketebalan Lapisan v) Posisi struktur

Koestler et al. (1995) menyatakan bahwa tujuan utama mempelajari distribusi frekuensi dari properti rekahan adalah untuk mengetahui perilaku (karakter) dari pola sistem rekahan pada semua skala pengamatan. Menurut Turcotte (1992) dan Korvin (1992) op.cit. Koestler et al. (1995), penskalaan (scaling) dari spasi rekahan mengikuti geometri fraktal, dan menurut Koestler et al. (1995) panjang rekahan dapat diasumsikan memiliki perilaku yang sama. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh tiga dari lima faktor di atas, yaitu: komposisi batuan, ukuran butir batuan, dan posisi struktur terhadap sistem rekahan yang berkembang pada batugamping.

5.2 Teori dasar

Rekahan atau fracture adalah permukaan yang memotong batuan atau mineral, yang menyebabkan batuan atau mineral kehilangan kohesi pada bidang tersebut (Twiss dan Moores, 1992). Nelson (1985) menyatakan bahwa rekahan merupakan bidang diskontinuitas yang terbentuk secara alamiah akibat deformasi atau diagenesa. Oleh karena itu dalam penelitian ini, rekahan didefinisikan sebagai permukaan diskontinuitas

(2)

yang memotong batuan atau mineral, yang menyebabkan hilangnya kohesi, terbentuk secara alamiah akibat deformasi atau diagenesa.

Menurut Dennis (1987) op.cit. Koestler et al. (1995) terdapat tiga mode rekahan (Gambar 5.1), yaitu :

• Mode I adalah rekahan ekstensional (extensional fracture), pergerakannya relatif tegak lurus terhadap bidang rekahan.

• Mode II adalah rekahan gerus (shear fracture), pergerakannya relatif sejajar bidang rekahan dan tegak lurus ujung rekahan.

• Mode III adalah rekahan gerus (shear fracture), dengan pergerakan relatif sejajar dengan ujung rekahan.

Gambar 5.2.1 Tiga jenis mode rekahan, Mode I adalah rekahan terbuka,

Mode II dan Mode III adalah rekahan gerus (Dennis, 1987 op.cit. Koestler

et al., 1995)

Selain ketiga mode di atas, di daerah penelitian dijumpai jenis rekahan lain yaitu stylolite. Menurut Park dan Schot (1968) op.cit. Nelson (1985), stylolite adalah penampakan umum pada batugamping, batudolomit, dan batupasir yang terbentuk akibat diagenesa. Permukaan stylolite dicirikan dengan keberadaan material yang relatif tidak mudah larut (insoluble residue) dari suatu batuan. Stylolite pada umumnya dianggap terbentuk sebagai akibat dari pressure dissolution yang terjadi karena adanya perbedaan tingkat kelarutan dari material penyusun batuan akibat dari differential stress yang bekerja. Material akan melarut pada bagian permukaan yang terkena tekanan tinggi dan akan mengendap pada tempat dengan tekanan lebih rendah atau terbuang dari sistem.

(3)

Gambar 5.2.2 Stylolite, orientasi dan hubungannya dengan tegasan utama (Nelson, 1985)

Power law adalah hubungan polinomial yang menunjukan sifat dari skala invarians, persamaannya adalah:

f

(

x

)

=

ax

k

+

o

(

x

k

)

dimana a dan k adalah konstanta dan o(xk

) adalah nilai fungsi asimtot kecil dari x Clauset, et al. (2007).

y

x

Gambar 5.2.3. Grafik Linier sebagai contoh persebaran data yang mengikuti distribusi ower Law. Clauset, et al. (2007).

P

Studi lain menyatakan bahwa ketebalan rekahan ekstensional terisi mineral juga mengikuti distribusi Power Law. Distribusi Power Law dihasilkan dari proses yang tidak linear dan memiliki geometri fraktal (Sapiie et al., 2007). Sanderson et al. (1994) op.cit Sapiie et al. (2007) menyatakan bahwa set data fraktal, dalam hal ini rekahan, dengan

c

=

)

(

(4)

dimana : T: aperture rekahan

N: Jumlah kumulatif rekahan ekstensional yang memiliki apertur >T k: Konstanta

c: Dimensi fraktal.

Sapiie et al. (2007) telah meneliti karakter dari rekahan pada batugamping, yaitu; hubungan antara spasi rekahan dan panjang rekahan dengan jumlah kumulatifnya mengikuti pola distribusi Power Law pada litologi batugamping, rekahan pada litologi batugamping yang sama akan memiliki perbedaan nilai densitas rekahan yang berbeda apabila berdekatan sesar, dan jenis fasies pada batugamping mempengaruhi distribusi rekahan.

5.3 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data didesain agar tujuan penelitian untuk mendapatkan hubungan empiris dan fungsional intensitas rekahan tersebut dapat tercapai. Terdapat beberapa istilah dalam metode pengambilan data yang digunakan (Gambar 5.3.1).

Gambar 5.3.1. Peristilahan dalam teknik pengambilan data. Garis B-B’ adalah garis lintasan, A adalah

besar bukaan rekahan, L adalah panjang rekahan, dan S adalah spasi antar rekahan (Sapiie,1999). Teknik pengambilan data dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Pengukuran koordinat geografis lokasi-lokasi pengamatan dengan menggunakan global positioning system.

(5)

2. Pengukuran atribut lapisan batuan : (i) Fasies, (ii) jurus dan kemiringan, 3. Penentuan lintasan pengamatan, yaitu jalur lintasan yang digunakan untuk

mengamati rekahan. Jalur pengamatan ini merupakan pita ukur yang ditempelkan di atas permukaan singkapan

4. Pada setiap lintasan pengamatan dilakukan penentuan keberadaan rekahan yang tidak alamiah, yang mungkin terbentuk akibat proses penambangan. Rekahan yang tidak alamiah ini tidak dimasukkan ke dalam pencatatan data. 5. Pada setiap lintasan pengamatan dilakukan pengamatan jenis rekahan (vuggy,

rekahan gerus, rekahan ekstensional, stylolite) kemudian dilakukan pengukuran atribut rekahan yaitu : (i) kedudukan, (ii) panjang, (iii) besar bukaan (apertur), dan (iv) morfologi rekahan.

5.4 Data

5.4.1 Lokasi Pengambilan Data

Pengukuran dilakukan di empat Lokasi di Gunung Guha dan satu lokasi di Gunung Balukbuk. Keterangannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Kode Lokasi Koordinat titik awal pengukuran arah pengukuran panjang pengukuran Fasies jumlah rekahan Guha-1 S6 51'07.8"; E10723'46.8" N 335˚ E 640 cm Platycoral Bindstone 122 Guha-2 S6 51 '12.0" E107" 23 '43.1" N 170"E 2300 cm Branchingcoral Bafflestone 436 Guha-3 S6 51 '14.3" E107 23 '40.2" N 155˚ E 2560 cm Platycoral Bindstone-Grainstone 542 Guha-4 S6 51 '16.7" E107 23 '47.8" N 145˚ E 2160 cm Coral Framestone 435 BLB-1 S 06 50 58.7 E 107 24 27.6 N 32˚ E 800 cm Grainstone 310

Tabel 5.4.1 Keterangan lokasi, data, jumlah rekahan, dan fasies.

Posisi dari pengukuran juga dapat dilihat pada Peta Lintasan Fasies (Lampiran 5). Data rekahan yang diukur di lapangan terlampir di Lampiran 12.

(6)

5.4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan mengunakan jumlah kumulatif properti rekahan (panjang, apertur, jumlah rekahan) yang intervalnya dihitung setiap 100 cm, kecuali pada pengolahan panjang dan spasi rekahan, misalnya:

Jarak (cm) Strike (N...˚E) Dip (...˚) Apertur(cm) Panjang (cm) interval Interval Total Apertur Total Panjang

31 325 20 0.42 3.2 100 100 1.05 173.2 89 69 77 0.63 170 200 0 0 301 35 76 0.27 85 400 300 0 0 308 45 65 0.17 50 400 1.3 218.5 310 45 65 0.17 50 500 0 0 323 50 46 0.29 30 600 3.7 12 328 70 78 0.4 3.5 700 0.94 70 502 79 35 3.7 12 600 636 240 89 0.94 70 700

Tabel 5.4. 2 Contoh pengolahan data secara jumlah kumulatif tiap interval 100 cm.

Pengolahan panjang dan apertur rekahan,yaitu; interval pengamatan rekahan dibagi tiap seratus meter, dari interval 0 - 100 cm disebut interval 100 cm, 101 - 200 cm disebut interval 200, dan seterusnya. Pada tiap interval tersebut dijumlahkan panjang rekahan yang termasuk interval tersebut misalnya pada bagian berwarna hijau, interval 100 cm memiliki komponen jarak 31cm dan 89 cm, total panjang rekahan pada interval ini adalah panjang rekahan di jarak 31 cm ditambah panjang rekahan di jarak 89 cm maka didapatkan total panjang di interval seratus adalah 173,2 cm. Pengolahan aperture juga memakai cara yang sama. Setelah didapatkan total panjang dan total apertur maka dibuat grafik untuk membandingkan keduanya dengan interval jaraknya 100 cm.

Untuk pengolahan spasi rekahan dilakukan cara yang berbeda. Spasi rekahan adalah jarak antara dua rekahan terdekat yang saling sejajar pada arah normal atau tegak lurus bidang rekahan (Pollard dan Wu, 2002). Oleh karena itu, pengukuran spasi rekahan dilakukan pada rekahan-rekahan dalam set yang sama. Dua rekahan yang berdekatan pada satu set yang sama belum tentu sejajar, karena itu diambil kedudukan rata-ratanya agar menjadi sejajar dan dapat diukur spasinya. Jarak yang diukur selama pengamatan di lapangan

(7)

masih merupakan jarak semu karena pengukuran jarak mengikuti scanline sehingga yang diperoleh belum tentu jarak tegak lurus antar dua rekahan.

Berdasarkan uraian di atas, maka spasi rekahan sebenarnya (Si) dihitung dengan menggunakan rumus :

Si = So x Cosβ x Cosα x Cosө dengan :

β : Sudut vertikal antara scanline dengan bidang horizontal α : Sudut horizontal antara scanline dengan arah kemiringan

ө : Sudut vertikal antara garis normal rekahan dengan bidang horizontal So : Spasi semu yaitu jarak yang diukur di lapangan

Untuk mengetahui pola distribusi dari spasi rekahan terhadap jumlah kumulatifnya dilakukan pengeplotan antara spasi rekahan dengan jumlah kumulatifnya pada grafik normal (linier) dan log-log.

5.5 Pembahasan

Pada sub bab ini akan dibahas hasil pengolahan data dan analisanya. Hal – hal yang akan dibahas, yaitu; Hubungan jumlah kumulatif rekahan dengan spasi rekahan, hubungan jumlah kumulatif rekahan dengan panjang rekahan, hubungan panjang dan apertur rekahan, dan intensitas rekahan.

5.5.1 Hubungan Jumlah Kumulatif Rekahan dengan Spasi Rekahan

Hasil pengolahan jumlah kumulatif dan spasi rekahan ditampilkan pada grafik linear di bawah ini. Tujuannya adalah untuk melihat apakah penyebaran data mengikuti distribusi Power Law.

(8)

Spasi Rekahan-Jumlah Kumulatif Guha-1 0 50 100 150 200 0 20 40 60 80 100 Spasi rekahan (Cm) Jum la h kum u la ti f A

Spasi Rekahan -Jumlah Kumulatif Guha-2

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 0 50 100 150 200 250 Spasi rekahan(cm) Ju m lah ku m u la ti f B

Spasi rekahan -Jumlah Kumulatif Guha-3 0 400 800 1200 1600 0 100 200 300 400 500 600 spasi rekahan(cm) jum la h k u m u la ti f C

(9)

Spasi rekahan - Jumlah kumulatif Guha-4 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Spasi Rekahan(cm) Jum lah K u m u la ti f D

Spasi rekahan-Jumlah Kumulatif BLB-1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 50 100 150 200 250 300 spasi rekahan(cm) Jum la h kum u la ti f E

Grafik 5.5.1. Grafik hubungan antara spasi rekahan dengan jumlah kumulatif rekahan.

A: Lokasi Guha-1,B: Lokasi Guha-2,C: Lokasi Guha-3, D: Lokasi Guha-4,E: Lokasi BLB-1 Grafik hubungan antara spasi rekahan dengan jumlah kumulatifnya di semua lokasi pengukuran menunjukan distribusi data yang mengikuti distribusi Power law. Hal ini menunjukan bahwa penyebaran spasi rekahan pada batugamping, khususnya pada fasies Platycoral Bindstone, Branchingcoral Bafflestone dan Grainstone menunjukan penyebaran yang tidak linear dan memiliki geometri fraktal.

(10)

Berdasarkan analisa bahwa distibusi rekahan pada lokasi pengukuran mengikuti distribusi Power Law dan geometri fraktal maka diterapkan rumus: (Sanderson et al., 1994 op.cit. Sapiie et al., 2007) untuk menarik suatu nilai rata-rata jumlah kumulatif pada grafik log-log. Grafik log-log dipilih untuk mendapatkan suatu garis lurus dalam perata-rataan jumlah kumulatif rekahan, hal ini dijelaskan dengan persamaan:

c

kT

T

N

(

)

=

k

T

c

T

N

(

)

log

log

log

=

+

Spasi Rekahan - Jumlah Kumulatif Guha-1 y = 179.66x-0.979 R2 = 0.966 1 10 100 1000 1 10 100 Spasi rekahan (Cm) Ju m lah ku m u la ti f

Jumlah kumulatif Power (Jumlah kumulatif)

Grafik 5.5.2 Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah

kumulatif di lokasi Guha-1.

Grafik 5.5.3 Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah

kumulatif di lokasi Guha-2.

Spasi Rekahan - Jumlah Kumulatif Guha-2 y = 476.04x-0.7713 R2 = 0.995 y = 2E+07x-3.0909 R2 = 0.9503 1 10 100 1000 1 10 100 1000 Spasi rekahan(Cm) J u m lah ku m u la ti f

Jumlah kumulatif 1 Jumlah kumulatif 2

(11)

Grafik 5.5.4 Grafik log-log hubungan spasi rekahan dengan jumlah kumulatif di

lokasi Guha-3.

Spasi rekahan - Jumlah Kumulatif Guha-3 y = 988.72x-1.0666 R2 = 0.9755 1 10 100 1000 1 10 100 1000 spasi rekahan (cm) ju m lah ku mul a ti f

Jumlah Kumulatif Power (Jumlah Kumulatif)

Grafik 5.5.5 Hubungan spasi rekahan dan jumlah kumulatif di lokasi Guha-4.

S pas i rekahan Vs  J um lah kum ulatif 

G uha‐4

y = 584.31x‐0.6787 R2 = 0.9714 y = 106512x‐2.1686 R2 = 0.9436 1 10 100 1000 1 10 100 1000 S p as i R ek ah an (c m)  Ju m la h  Ku m u la ti f

J um la h kum ula tif1 jum la h kum ula tif2

(12)

Spasi rekahan -Jumlah kumulatif BLB-1 y =  216.49x‐0.9104 R2 =  0.9391 1 10 100 1000 1 10 100 Spasi Rekahan(cm) Jum lah kum u la ti f

jumlah kumulatif 1 Power (jumlah kumulatif 1)

Grafik 5.5.6Hubungan spasi rekahan dan jumlah kumulatif di lokasi BLB-1.

Dari hasil pengeplotan pada grafik log-log maka didapatkan persamaan garis yang diregresi secara Power Law, yaitu:

Lokasi Persamaan Garis R2 k c

Guha-1 y = 179.66x-0.979 0.966 179.66 0.979 y = 476.04x-0.7713 0.995 476.04 0.7713 Guha-2 y = 2.107x-3.0909 0.9503 2.107 3.0909 Guha-3 y = 988.72x-1.0666 0.9755 988 1.0666 y = 584.31x-0.6787 0.9714 584 0.6787 Guha-4 y = 106512x-2.1686 0.9436 106512 2.1686 BLB-1 y = 216.49x-0.9104 0.9391 216.46 0.9104 Tabel 5.5.1 Rangkuman persamaan regresi, koefisien korelasi, konstanta proporsionalitas, dan

dimensi fraktal semua lokasi.

Dari hasil regresi diperoleh hubungan antara spasi dengan jumlah kumulatif rekahan mengikuti persamaan :

y = k (x)-c

dengan y menyatakan jumlah kumulatif rekahan, x menyatakan besar spasi atau panjang rekahan, k menyatakan konstanta proporsionalitas, dan c menyatakan dimensi fraktal. Dari garis regresi diperoleh nilai R2 (koofisien korelasi) yaitu angka dari 0 sampai 1 yang menunjukkan seberapa dekat estimasi dari garis regresi berhubungan dengan data yang ada. Garis regresi yang paling terpercaya adalah garis regresi dengan nilai R2 mendekati

(13)

1. Sedangkan kisaran nilai R2 daerah penelitian berkisar 0.94 - 0.99, yang berarti data-data rekahan dalam satu populasi memiliki keterkaitan yang tinggi sehingga persamaan yang dihasilkan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Terdapat dua populasi data spasi rekahan di lokasi Guha-2 dan Guha-4. Garis regresi pertama berhubungan dengan spasi rekahan yang bernilai relatif kecil, sedangkan garis regresi kedua berhubungan dengan spasi rekahan yang bernilai relatif besar. Menurut Sapiie et al. (2007), populasi yang lebih dari satu disebabkan oleh lebih kompleksnya litologi dan atau struktur geologi pada daerah tersebut. Apabila melihat posisi Lokasi Guha-2 dan Guha-4, merupakan daerah yang terkena sesar geser menganan Guha (lihat Lampiran 2). Ditinjau dari segi fasies batugampingnya, pada lokasi Guha-2 dan Guha-4, fasiesnya adalah branchingcoral bafflestone dan coral framestone dengan tekstur pertumbuhan koral yang acak. Hal ini juga kemungkinan menjadi penyebab terbentuknya populasi ganda pada analisis hubungan spasi rekahan dan jumlah kumulatifnya pada lokasi tersebut.

5.5.2 Hubungan Jumlah Kumulatif Rekahan dengan Panjang Rekahan

Hasil pengolahan jumlah kumulatif dan panjang rekahan ditampilkan pada grafik linear di bawah ini. Tujuannya adalah untuk melihat apakah penyebaran data mengikuti distribusi Power Law.

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-1

0 20 40 60 80 100 120 140 0 50 100 150 200 Ju ml a h K u mu la ti f

(14)

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-2 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 0 50 100 150 200 Panjang (cm) Ju ml ah K u mu la ti f

B

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-3

0 100 200 300 400 500 600 0 50 100 150 200 Panjang (cm) Ju m lah K u m u la ti f

C

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-4

0 50 100 150 200 250 300 350 400 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Panjang (cm) Ju m lah k u m u la ti f

D

(15)

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan BLB-1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 50 100 150 200 Panjang (cm) Jum lah K u m u la ti f

E

Grafik 5.5.7. Grafik linear hubungan antara panjang rekahan dengan jumlah kumulatif

rekahan. A: Lokasi Guha-1,B: Lokasi Guha-2,C: Lokasi Guha-3, D: Lokasi Guha-4,E: Lokasi BLB-1

Grafik hubungan antara panjang rekahan dengan jumlah kumulatifnya di semua lokasi pengukuran menunjukan distribusi data yang mengikuti pola distribusi Power law. Hal ini menunjukan bahwa penyebaran spasi rekahan pada batugamping, khususnya pada fasies Platycoral Bindstone, Branchingcoral Bafflestone dan Grainstone menunjukan penyebaran yang tidak linear dan memiliki geometri fraktal.

Berdasarkan analisa bahwa distibusi rekahan pada lokasi pengukuran mengikuti distribusi Power Law dan geometri fraktal maka diterapkan rumus: (Sanderson et al., 1994 op.cit. Sapiie et al., 2007) untuk menarik suatu nilai rata-rata jumlah kumulatif pada grafik log-log. Grafik log-log dipilih untuk mendapatkan suatu garis lurus dalam perata-rataan jumlah kumulatif rekahan, hal ini dijelaskan dengan persamaan:

c

kT

T

N

(

)

=

k

T

c

T

N

(

)

log

log

log

=

+

(16)

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-1 y = 135.74x-0.1611 R2 = 0.82 y = 2299.5x-1.367 R2 = 0.9436 1 10 100 1000 1 10 100 1000 Panjang (cm) Ju ml ah K u mu la ti f

Grafik 5.5.8 Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di

lokasi Guha-1.

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-2

y = 1849.2x-0.8199 R2 = 0.9521 1 10 100 1000

1

10

100

1000

Panjang (cm)

Ju

m

lah

K

u

m

u

la

ti

f

Grafik 5.5.9 Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di

(17)

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-3 y = 2797.8x-0.9383 R2 = 0.9356 1 10 100 1000 1 10 100 1000 Panjang (cm) J u mla h K u mu la ti f

Grafik 5.5.10 Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di

lokasi Guha-3.

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan Guha-4

y = 482.26x-0.2669 R2 = 0.792 y = 29022x-1.5316 R2 = 0.9571 1 10 100 1000 1 10 100 1000 Panjang (cm) J u mla h K u mu la ti f ( c m)

Grafik 5.5.11 Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif

(18)

Jumlah Kumulatif - Panjang Rekahan BLB-1 y = 813.49x-1.2361 R2 = 0.9535 1 10 100 1 10 100 1000 Panjang Rekahan (cm) J u ml a h K u mu la ti f

Grafik 5.5.12 Grafik log-log hubungan panjang rekahan dengan jumlah kumulatif di lokasi

BLB-1

Dari hasil pengeplotan pada grafik log-log maka didapatkan persamaan garis yang diregresi secara Power Law, yaitu:

Lokasi Persamaan Garis R2 k c

y = 135.74x-0.1611 0.82 135.74 0.1611 Guha-1 y = 2299.5x-1.367 0.9436 2299.5 1.367 Guha-2 y = 1849.2x-0.8199 0.9521 1849.2 0.8199 Guha-3 y = 2797.8x-0.9383 0.9356 2797.8 0.9383 y = 482.26x-0.2669 0.792 482.26 0.2669 Guha-4 y = 29022x-1.5316 0.9571 29022 1.5316 BLB-1 y = 813.49x-1.2361 0.9535 813.49 1.2361

Tabel 5.5.2 Rangkuman persamaan regresi, koefisien korelasi, konstanta

proporsionalitas, dan dimensi fraktal semua lokasi.

Dari hasil regresi diperoleh hubungan antara spasi dengan jumlah kumulatif rekahan mengikuti persamaan :

y = k (x)-c

dengan y menyatakan jumlah kumulatif rekahan, x menyatakan besar spasi atau panjang rekahan, k menyatakan konstanta proporsionalitas, dan c menyatakan dimensi fraktal.

(19)

Dari garis regresi diperoleh nilai R2 (koofisien korelasi) yaitu angka dari 0 sampai 1 yang menunjukkan seberapa dekat estimasi dari garis regresi berhubungan dengan data yang ada. Garis regresi yang paling terpercaya adalah garis regresi dengan nilai R2 mendekati 1. Sedangkan kisaran nilai R2 daerah penelitian berkisar 0.792 - 0.9535, yang berarti data-data rekahan dalam satu populasi memiliki keterkaitan yang tinggi sehingga persamaan yang dihasilkan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Terdapat dua populasi data spasi rekahan di lokasi Guha-1 dan Guha-4. Garis regresi pertama berhubungan dengan spasi rekahan yang bernilai relatif kecil, sedangkan garis regresi kedua berhubungan dengan spasi rekahan yang bernilai relatif besar. Menurut Sapiie et al. (2007), populasi yang lebih dari satu disebabkan oleh lebih kompleksnya litologi dan atau struktur geologi pada daerah tersebut. Apabila melihat posisi Lokasi , Guha-1 merupakan daerah yag dilalui Sesar Naik Guha dan Guha-4 merupakan daerah yang terkena Sesar Menganan Guha (lihat Lampiran 2).

5.5.3 Hubungan Panjang Rekahan dengan Apertur Rekahan

Hasil pengeplotan data dari panjang rekahan dan aperturnya dari lima lokasi ditampilkan sebagai berikut:

Lokasi Guha-1

Panjang - Apertur Guha-1

0 100 200 300 400 500 600 100 200 300 400 500 600 700 Interval (cm) P a nj a n g (c m ) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Ap e rt u r ( c m ) Panjang Apertur

(20)

Hubungan panjang dengan apertur rekahan dapat dilihat pada Grafik 5.5.13. Hubungan panjang dan apertur rekahan yang teramati adalah saling berbanding lurus. Fasies pada lokasi ini adalah platycoral bindstone.

Panjang - Aperture Guha-2

0 5 10 15 20 25 30 35 200 300 400 500 600 700 800 900 10001100120013001400150016001700180019002000210022002300 Interval(cm) A p e rtu re (c m ) 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 P a nj a n g( c m ) Apertur Panjang • Lokasi Guha-2

Grafik 5.5.14 Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha-2.

Hubungan panjang dengan apertur rekahan dapat dilihat pada Grafik 5.5.14. Hubungan panjang dan apertur rekahan yang teramati adalah saling berbanding lurus. Fasies pada lokasi ini adalah branchingcoral bafflestone.

Lokasi Guha-3

Pada pengamatan di lokasi Guha-3 batas fasies dapat ditentukan dengan jelas antara Grainstone dan Platycoral Bindstone. Oleh karena itu penafsiran hubungan panjang rekahan dan apertur akan dibagi menjadi 4 zona seperti terlihat pada Tabel 5.5.2

Jarak Zona Fasies

0-375cm A1 Grainstone

382-960cm B1 Platy Coral Bindstone

975-1593cm A2 Grainstone

1630-2560cm B2 Platy Coral Bindstone

(21)

Panjang - Apertur Guha-3 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 10 0 20 0 30 0 40 0 50 0 60 0 70 0 80 0 90 0 10 00 11 00 12 00 13 00 14 00 15 00 16 00 17 00 18 00 Interval (cm) Ap e rt u r (c m ) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Pa n ja n g (c m ) Aperture Panjang A1 A2 B2 B1

Grafik 5.5.15 Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha-3.

Hubungan panjang dengan apertur rekahan dapat dilihat pada Grafik 5.5.15. Hubungan panjang dan apertur rekahan yang teramati adalah saling berbanding lurus. Hubungan tersebut tidak dipengaruhi oleh perbedaan fasies.

Lokasi Guha-4

Panjang - Apertur Guha-4

0 10 20 10 0 20 0 30 0 40 0 50 0 60 0 70 0 80 0 90 0 10 00 11 00 12 00 13 00 14 00 15 00 16 00 17 00 18 00 19 00 20 00 21 00 22 00 Interval (cm) Ap e rt u r ( c m ) 0 500 1000 1500 2000 Pa nj a n g ( c m ) Apertur Panjang

(22)

Hubungan panjang dengan apertur rekahan dapat dilihat pada Grafik 5.5.16. Hubungan panjang dan apertur rekahan yang teramati adalah saling berbanding lurus.

Lokasi Guha-4 Panjang - Apertur BLB-1 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 100 200 300 400 500 600 700 800 Interval (Cm) P a nj an g ( C m ) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 A p e rtu r (C m ) Apertur Panjang

Grafik 5.5.17 Hubungan panjang rekahan dengan apertur di lokasi Guha-4.

Hubungan panjang dengan apertur rekahan dapat dilihat pada Grafik 5.5.17. Hubungan panjang dan apertur rekahan yang teramati adalah saling berbanding lurus.

Berdasarkan hasil yang didapat dari semua lokasi diketahui bahwa hubungan panjang dan apertur rekahan adalah saling berbanding lurus pada fasies Grainstone dan Boundstone.

(23)

5.5.4 Intensitas Rekahan

Nilai dari intensitas rekahan dihitung dengan menggunakan cara menjumlahkan jumlah rekahan tiap interval 100 m. Hasilnya kemudian di plot ke grafik seperti di bawah ini:

• Lokasi Guha-1 A Intensitas Rekahan Guha-1 0 10 20 30 100 200 300 400 500 600 700 Jarak(Cm) Ju m lah R e ka h a n (n )

Stylolite Vuggy Rekahan ekstensional Total intensitas

B

Keterangan.

A : Foto 5.5.2 Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha-1 B : Grafik 5.5.18. Intensitas rekahan di lokasi Guha-1

(24)

Dari foto dan grafik di atas dapat kita lihat bahwa pada interval 400 cm nilai rekahan naik, hal ini disebabkan karena adanya rekahan-rekahan besar pada interval tersebut. Rekahan dengan nilai intensitas tertinggi adalah stylolite dan terendah adalah vuggy. Fasiesnya adalah platycoral bindstone dengan komponen utama butiran. Nilai rekahan dan nilai intensitas total rekahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.4.

Keterangan

A: Foto 5.5.3 Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha-2 B : Grafik 5.5.19. Intensitas rekahan di lokasi Guha-2

Intensitas Rekahan Guha-2 0 5 10 15 20 25 30 35 10 0 30 0 50 0 70 0 90 0 11 00 13 00 15 00 17 00 19 00 21 00 23 00 Jarak(cm) Jum lah R e k a han( n)

Stylolite Vuggy Rekahan Ekste nsional Total intensitas Tabel 5.5.4 Intensitas

rekahan dan nilainya di lokasi Guha-1

Lokasi Guha-2

Jenis Rekahan Intensitas(1/cm) stylolite 0.15 rekahan ekstensional 0.03 vuggy 0.01 Total intensitas 0.19 A B

(25)

Dari foto dan grafik di atas dapat kita lihat bahwa penyebaran rekahan tidak sama pada tiap interval. Pada interval 500, 1000, 1300, dan 2100 cm nilai rekahan lebih besar dari nilai rata-rata. Hal ini disebabkan karena adanya rekahan-rekahan besar pada interval tersebut. Rekahan dengan nilai intensitas tertinggi adalah stylolite dan terendah adalah vuggy. Fasiesnya adalah branchingcoral bafflestone dan komponen utamanya butiran. Nilai rekahan dan nilai intensitas total rekahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.5.

Jenis Rekahan Intensitas(1/cm)

stylolite 0.12

rekahan ekstensional 0.04

vuggy 0.02

Total intensitas 0.19

Tabel 5.5.5 Nilai intensitas rekahan

pada lokasi Guha-2.

• Lokasi Guha-3

Pada pengukuran di lokasi Guha-3 , batas fasies dapat ditentukan dengan jelas antara grainstone dan platycoral bindstone. Oleh karena itu penafsiran intensitas rekahan akan dibagi menjadi 4 zona:

Jarak Zona Fasies

0-375cm A1 Grainstone

382-960cm B1 Platy Coral Bindstone

975-1593cm A2 Grainstone

1630-2560cm B2 Platy Coral Bindstone

(26)

Intensitas rekahan

Guha-3

0 5 10 15 20 25 30 10 0 30 0 50 0 70 0 90 0 11 0 0 13 0 0 15 0 0 17 0 0 19 0 0 21 0 0 23 0 0 25 0 0 Jarak(cm) Ju ml a h re kah an (n )

Total Intensitas Vuggy Stylolite Rekahan ekstensional

B A

Keterangan

A: Foto 5.5.4 Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha-3 B : Grafik 5.5.20. Intensitas rekahan di lokasi Guha-3

Interval Stylolit Vuggy Ekstension fracture Total

A1 0.05 0.1 0 0.15 B1 0.24 0.01 0 0.25 A2 0.01 0.12 0.02 0.15 B2 0.23 0.02 0 0.25 Tabel 5.5.7 Nilai intensitas rekahan di lokasi Guha-3

Intensitas pada daerah ini dipengaruhi oleh rekahan stylolite dan vuggy. Pada interval A1 dan A2 rekahan vuggy lebih besar intensitasnya daripada stylolite dan pada interval B1 dan B2 rekahan stylolite lebih besar intensitasnya daripada vuggy. Sifat dari rekahan

(27)

dapat dilihat perbedaannya pada tiap fasies pada platycoral bindstone maka stylolite akan banyak terdapat, sedangkan sebaliknya pada grainstone. Fasies grainstone komponennya didominasi butiran sedangkan platycoral bindstone didominasi mikrit.

• Lokasi Guha-4

A

Intensitas rekahan Guha-4

Nilai intensitas rekahan dipengaruhi oleh rekahan stylolite dan rekahan ekstensional. Penyebaran nilai stylolite rata-rata pada 0.14/cm, dan rekahan ekstensional pada 0.05/cm. Pada interval 1300 sampai 1900 lebih besar dari rata-rata. Nilai ini berasosiasi dengan

Keterangan

A: Foto 5.5.5 Singkapan pada pengukuran rekahan di lokasi Guha-4 B : Grafik 5.5.21. Intensitas rekahan di lokasi Guha-4

0 5 10 15 20 25 30 35 40 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1 000 1 100 1 200 1 300 1 400 1 500 1 600 1 700 1 800 1 900 2 000 2 100 2 200 jarak(cm) ju m lah r ekahan (n )

Stylolite Rekahan ekstensional Total intensitas B

Jenis Rekahan Intensitas(1/cm)

Stylolite 0.14

Ekstension Fracture 0.05

Tabel 5.5.8 Nilai intensitas rekahan di

(28)

rekahan-rekahan besar. Total intensitas rata-rata rekahan bernilai 0.19/cm. Pada interval 1300 sampai 1900 lebih besar dari rata-rata.

Lokasi BLB-1

i n t e n s i t a s R e k a h a n

0 5 1 0 1 5 2 0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0 J a r a k ( c m ) 1/ cm S t y lo l i t e E F T o t a l D e n s i t a s

Grafik 5.5.22 Intensitas rekahan di lokasi BLB-1

Jenis rekahan

Intensitas(1/cm)

Stylolite

0.09

Rekahan

ekstensional

0.01

Total Intensitas

0.10

Tabel 5.5.9 Nilai intensitas rekahan di lokasi BLB-1

Nilai intensitas rekahan dipengaruhi oleh rekahan stylolite dan rekahan ekstensional. Penyebaran nilai stylolite rata-rata pada 0.09/cm, dan rekahan ekstensional pada 0.01/cm. Pada interval 300 sampai 400 intensitas total rekahan lebih besar dari rata-rata. Nilai ini muncul pada interval dengan rekahan-rekahan besar. Total intensitas rata-rata rekahan

(29)

bernilai 0.10/cm. Jenis fasies pada lokasi ini adalah grainstone yang komposisi penyusun utamanya adalah butiran.

Resume intensitas rekahan dapat dilihat pada Tabel 5.5.10 dan Grafik 5.5.23.

keterangan: PCB: Platycoral Bindstone BCB: Branchingcoral Bafflestone CF: Coral Framestone G: Grainstone B M: Mikrit S: Sesar ef: rekahan ekstensional Resume intensitas Rekahan

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

guha-1 guha-2 guha-3(A-1) guha-3(A-2) guha-3(B-1) guha-3(B-2) Guha-4 BLB-1 PCB+B BCB+B+S G+B G+B PCB+M PCB+M CF+B+S G+B in te n s it a s (1 /c m) stylolit ef vuggy total

Grafik 5.5.23 Resume Intensitas rekahan di semua lokasi.

Keterangan Lokasi stylolit ef vuggy total

PCB+B guha-1 0.15 0.03 0.01 0.19 B+B+S 0.12 0.04 0.02 0.18 B guha-3(A-1) 0.05 0 0.1 0.15 B guha-3(A-2) 0.01 0.02 0.12 0.15 CB+M guha-3(B-1) 0.24 0 0.01 0.25 CB+M guha-3(B-2) 0.23 0 0.02 0.25 +S 0.14 0.05 0 0.19 G+B BLB-1 0.09 0.01 0 0.1 BC guha-2 Guha-4 G+ G+ P P CF+B keterangan: PCB: Platycoral Bindstone BCB: Branchingcoral Bafflestone CF: Coral Framestone G: Grainstone M: Mikrit S: Sesar ef: Rekahan ekstensional

(30)

Rekahan yang paling banyak dijumpai pada Coral Framestone, Branchingcoral Bafflestone, Platycoral Bindstone atau diringkas menjadi Boundstone adalah stylolite. Nilai intensitas stylolite akan lebih besar jika batuannya mengandung lebih banyak mikrit. Nilai intensitas pada Grainstone lebih kecil daripada nilai intensitas di Boundstone. Intensitas rekahan tidak terlalu berbeda secara keseluruhan pada daerah yang dilalui sesar besar, namun nilai intensitas rekahan cenderung naik di dekat rekahan besar.

Berdasarkan pembahasan hubungan spasi rekahan dengan jumlah kumulatif, hubungan panjang dan apertur rekahan, dan intensitas rekahan maka dapat disimpulkan:

Rekahan yang terdapat pada fasies Boundstone dan Grainstone adalah stylolite, rekahan gerus, vuggy, dan rekahan ekstensional. Rekahan yang dominan pada boundstone adalah stylolite.Hubungan spasi rekahan dan jumlah kumulatifnya mengikuti distribusi Power Law dan memiliki geometri fraktal. Hubungan panjang rekahan dan jumlah kumulatifnya mengikuti distribusi Power Law dan memiliki geometri fraktal. Intensitas rekahan pada fasies boundstone lebih besar daripada grainstone. Nilai intensitas rekahan di fasies grainstone di daerah dipengaruhi sesar lebih besar daripada yang tidak terpengaruh sesar . Keterdapatan mikrit memperbesar nilai intensitas stylolite. Hubungan antara panjang dan apertur rekahan berbanding lurus pada Fasies Boundstone dan Grainstone.

Gambar

Gambar 5.2.1  Tiga jenis mode rekahan, Mode I adalah rekahan terbuka,   Mode II dan Mode III adalah rekahan gerus (Dennis, 1987 op.cit
Gambar 5.2.3.  Grafik Linier sebagai contoh persebaran data yang mengikuti distribusi  ower Law
Gambar 5.3.1. Peristilahan dalam teknik pengambilan data. Garis B-B’ adalah garis lintasan, A adalah  besar bukaan rekahan, L adalah panjang rekahan, dan S adalah spasi antar rekahan (Sapiie,1999)
Tabel 5.4.1 Keterangan lokasi,  data,  jumlah rekahan, dan fasies .
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi peneliti, dapat dilihat dari hasil wawancara bahwa aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung dan konselor yang bertugas tidak mendapatkan

Kriteria komplikasi kehamilannya adalah ≥3 kali kejadian keguguran secara berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari 10 minggu, ≥1 kali kematian janin yang tidak

Garuda Indonesia (Persero) Tbk Branch Office Solo sangat banyak diantaranya dalam reservation peran sistem Amadeus Altea yaitu mempermudah proses input data penumpang

Jika kulit wajah dan tubuh sehat, penampilan akan terlihat segar dan sempurna walaupun tanpa make up yang berarti, dengan mempunyai kulit yang bersih juga menghindarkan anda

Pada masa kolonial, kebaya tidak hanya digunakan oleh perempuan Indonesia saja, tetapi digunakan juga oleh perempuan Eropa sebagai pakaian resmi.. Bentuk kebaya

Tantangan bisnis asuransi yang paling diutamakan adalah bagaimana memberikan kepuasan layanan dengan kepastian antara janji yang ditawarkan dengan yang diberikan,

Perilaku Kewirausahaan Pengelola Sentra Kerupuk Batagor Cibangkong Kota Bandung pada saat ini masih tergolong cukup baik dan masih ada nilai persentase kesenjangan

Dalam pembahasan mengenai proses pembelajaran Show Choir lagu Yamko Rambe Yamko di SD Pangudi Luhur Yogyakarta, telah dapat disimpulkan sebagai jawaban rumusan masalah bahwa