• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Dan Skala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indeks Dan Skala"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

INDEKS DAN SKALA

A. Pendahuluan

Ilmu pengetahuan dibangun melalui penelitian tiga elemen utama yaitu: teori, operasionalisasi dan observasi. Sifat empiris penelitian menuntut agar setiap pandangan atau gagasan abstrak hendaknya dapat dibatasi secara tegas agar dapat diamati atau diukur. Peneliti harus mampu menghubungkan atau membuat suatu hubungan antara konsep abstrak dengan dunia empiris melalui observasi dengan menggunakan berbagai instrumen pengukuran yang ada. Dalam penelitian, keterhubungan ini dapat dicapai melalui definisi operasional. Dalam ilmu pengetahuan definisi operasional merupakan hal yang sangat penting.

Suatu definisi operasionalmenjelaskan dengan tepat bagaimana suatu konsep akan diukur, dan bagaimana pekerjaan penelitian harus dilakukan. Orang bisa jadi memiliki pendapat berbeda mengenai definisi dari suatu kata atau istilah. Namun di tengah berbagai pandangan dan kebingungan mengenai maksud sebenarnya suatu kata, peneliti dapat menentukan definisi kerjanya sendiri yang akan digunakan untuk tujuan penelitiannya. Misal, dalam penelitian mengenai status sosial ekonomi masyarakat atau socioeconomic status (SES) kita dapat menentukan SES sebagai kombinasidari tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan saja. Dalam hal ini, kita mengabaikan perdebatan mengenai hal apa saja yang seharusnya tercakup dalam SES seperti status pekerjaan, tabungan di bank, properti, garis keturunan, gaya hidup dan sebagainya.

Dalam melakukan penelitian, ilmua memulainya berdasarkan teori yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan teori yang ada, peneliti kemudian menyusun hipotesa bahwa terdapat hubungan negatif antara kenakalan remaja dengan kelas sosial, semakin tinggi kelas sosial semakin rendah tingkat kenakalan remaja.

(2)

B. Indeks dan Skala

Disiplin ilmu sosial seringkali melakukan penelitian terhadap suatu konsep yang kompleks, dan memiliki banyak makna, dan pengukuran yang dapat menangkap suatu konsep yang rumit semacam ini seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi peneliti. Peneliti biasanya melakukan berbagai macam observasi terhadap suatu konsep untuk dapat mengukur berbagai dimensi yang terdapat pada suatu konsep. Dalam suatu penelitian, kita dapat mengegtahui suatu variabel dengan hanya mengajukan satu pertanyaan saja – misalnya variabel jenis kelamin: “jenis kelamin: □ pria □ wanita” namun seringkali variabel yang ingin diketahui tidak sesederhana ini, karena diperlukan sejumlah pertanyaan untuk dapat mengukur variabel ini. Beberapa teknik tertentu dapat dikembangkan untuk menggabungkan sejumlah indikator ke dalam suatu pengukuran tunggal. Selanjutnya akan dibahas bagaimana mengkonstruksi dua tipe ukuran variabel gabungan atau komposit (composite measures of variables) yaitu indeks dan skala.

Walaupun pengukuran komposit semacam ini dapat digunakan pada setiap penelitian sosial, tetapi paling sering digunakan pada penelitian survei, dan penelitian kuantitatif lainnya karena beberapa alasan. Pertama, peneliti sering kali ingin mempelajari suatu variabel yang memiliki satu atau beberapa indikator yang jelas, atau tidak jelas. Dalam hal indikator yang jelas, misal, kita dapat menentukan variabel umur dengan hanya mengajukan satu pertanyaan (indikator), “Berapa umur anda?” begitu pula kita dapat mengetahui jumlah sirkulasi suatu surat kabar dengan hanya melihat laporan angka penjualan (tiras) surat kabar bersangkutan.

Dalam hal variabel yang hendak kita ukur mengandung konsep yang kompleks maka kita tidak dapat mengajukan hanya satu pertanyaan untuk melakukan pengukuran sebagaimana variabel umur dan jenis kelamin. Peneliti jarang sekali melakukan pengukuran terhadap suatu variabel kompleks seperti tingkat prejudis, orientasi politik, kepercayaan, peran, keterasingan dan

(3)

sebagainya dengan hanya menggunakan satu pertanyaan. Peneliti cenderung mengajukan beberapa pertanyaan yang masing-masing memberikan indikasi terhadap suatu variable. Penilaian secara sendiri-sendiri terhadap suatu pertanyaan hanya akan menghasilkan data yang tidak valid dan tidak teruji. Untuk mengatasi hal ini, peneliti harus menggunakan pengukuran gabungan atau komposit.

Kedua, data yang diperoleh dari suatu pertanyaan kemungkinan tidak memiliki kategori yang cukup untuk dapat memberikan jangkauan variasi yang diinginkan. Namun, suatu indeks atau skala yang dibentuk dari beberapa pertanyaan dapat memberikan jangkauan variasi yang diperlukan.

Terakhir, indeks dan skala merupakan instrumen yang efisien untuk melakukan analisa data. Suatu data yang diperolah dari suatu pertanyaan hanya memberikan indikasi kasar terhadap suatu variabel. Sejumlah data yang diperoleh dari beberapa pertanyaan akan memberikan data dan indikasi yang lebih komprehansif dan akurat. Misal, penelitian terhadap satu editorial surat kabar dapat memberikan kita indikasi mengenai orientasi politik surat kabar bersangkutan, namun penelitian terhadap sejumlah editorial surat kabar akan mampu memberikan penilaian yang lebih baik terhadap orientasi politik surat kabar bersangkutan.

Indeks dan skala (khususnya skala) merupakan instrumen reduksi data yang efisien karena memungkinkan kita merangkum beberapa indikator dalam satu skor tunggal namun dengan tetap mempertahankan detail yang dimiliki setiap unit indikator.

C. Antara Skala, Ideks dan Ukuran

Jika kita membaca buku-buku pengantar metode penelitian terutama di bidang sosial dan psikologi maka kita pasti menemukan istilah-istilah berikut, tercantum lengkap atau hanya sebagian: SKALA NOMINAL, SKALA ORDINAL, SKALA INTERVAL, SKALA RASIO, SKALA LIKERT, SKALA THURSTONE, SKALA BORGADUS, SKALA GUTTMAN. Istilah

(4)

nominal, ordinal, interval, dan rasio dikembangkan oleh S.S. Stevens. Empat istilah lainnya dinamai berdasarkan penemunya (Likert, Borgadus, Thurstone, Guttman). Semua istilah di atas merupakan bagian dari apa yang dikenal dalam dunia penelitian sebagai konsep pengukuran. Pengukuran merupakan upaya menghubungkan konsep dengan realitas (Masril Singarimbun, 1989). Ke delapan istilah di atas diawali dengan kata skala, sehingga mengesankan ada kesetaraan di antara mereka. Padahal tidak demikan, “skala S.S. Stevens” berbicara soal ukuran, skala Likert sering digunakan dalam pembuatan indeks, skala Borgadus, Thurstone, dan Guttman adalah skala yang “sebenarnya”.

Skala, indeks dan ukuran sering dipertukarkan dan disalahartikan. Ukuran mengacu pada hirarki pengukuran suatu konsep, dimana kasta terendah diduduki oleh nominal, disusul oleh ordinal, interval, dan kasta tertinggi diduduki oleh rasio. Jika kita mengukur suatu konsep hanya bertujuan menggolongkan atau membedakan subjek atau objek penelitian maka ukuran yang tepat adalah nominal (misal. konsep jenis kelamin, kategori pekerjaan, jenis hobi, agama, dan lain-lain). Tujuan mengurutkan atau merangking maka ukuran yang tepat adalah ordinal (misal. konsep status ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya). Tujuan mengukur jarak antar kategori dalam suatu variabel maka ukuran yang tepat adalah interval (contoh. konsep usia, indeks prestasi , skor IQ, dan lain-lain.). Tujuan mengukur rasio maka ukuran yang tepat adalah rasio (contoh. konsep angka mortalitas, angka natalitas, angka kemiskinan, besar income, besar pengeluaran, dan lain-lain). Namun jika Anda perhatikan dalam program SPSS ukuran interval dan rasio tidak dibedakan, kedua ukuran ini dilebur dalam istilah lain yaitu ukuran scale. Artinya dalam perhitungan stastika tidak penting membedakan kedua ukuran ini, pembedaan kedua ukuran ini hanyalah “bermakna” dalam kepentingan argumentasi teoritis.

Dalam konteks metode penelitian, Indeks dan skala disebut juga sebagai ukuran gabungan, digunakan untuk mengukur konsep-konsep kompleks yang memiliki banyak dimensi. Misalnya konsep status sosial dan ekonomi (SSE). Untuk mengukur konsep ini tidaklah cukup menggunakan satu variabel saja,

(5)

hanya dengan menanyakan “berapa pengeluaran Anda/keluarga perbulan?”. Konsep SSE minimal diukur dengan tiga variabel : variabel pendidikan, variabel pekerjaan, dan variabel pendapatan/pengeluaran. Indeks dan skala memiliki tingkat kemanfaatan berbeda. Skala lebih “bermanfaat” daripada indeks, skala lebih lengkap, selain mampu menunjukkan jarak antara subjek/objek penelitian dalam konsep tertentu, skala juga dapat menentukan “posisi” si subjek/objek penelitian tersebut. Namun dalam prakteknya indeks lebih populer dibandingkan skala, karena lebih mudah membuatnya, indeks dihitung cukup dengan menjumlahkan skor dari masing-masing atribut/variabel yang mengukur konsep tertentu. Hal ini dapat dilakukan karena masing-masing atribut/variabel diasumsikan memiliki bobot yang sama. Sedangkan pada skala, masing-masing atribut/variabel memiliki bobot yang berbeda.

Sangat sulit mengerti perbedaan indeks dengan skala tanpa menggunakan ilustrasi. Ilustrasi berikut untuk memahami perbedaan keduanya:

…Anda misalnya ingin mengukur konsep tingkat pemanfaatan media cetak berkategori consumer guide. Anda ingin mengkategorikan para pembaca media ini berdasarkan perilaku mereka memanfaatkan media-media tersebut. Jika Anda menggunakan indeks, maka kira-kira bentuk instrumennya sebagai berikut:

(6)

Bagaimana Anda memanfaatkan media”X” ?

Tidak pernah Sesekali Selalu Mempraktekkan minimal satu artikel setiap edisi 0 1 2

Merekomendasikan pada teman/kerabat 0 1 2

Menjadikannya sebagai sumber insipirasi 0 1 2

Menjadikannya sebagai referensi ketika membeli barang

0 1 2

Anda akan mendapatkan variasi skor antara 0 s.d. 8. Makin tinggi skor seorang pembaca, makin tinggi pula tingkat pemanfaatannya terhadap media yang bersangkutan. Lalu bagaimana jika Anda mengukur tingkat pemanfaatan media cetak menggunakan skala? Kira-kira bentuk instrumennya sebagai berikut

Bagaimana Anda memanfaatkan media ”X” ?

Ya Tidak

(1) Sekedar untuk menambah wawasan dan pengetahuan ... ...

(2) Sekedar untuk sumber inspirasi ... ...

(3) Mempraktekkannya ... ...

(4) Merekomendasikannya pada teman/kerabat ... ... Terlihat bahwa ada gradasi, ada perbedaan rasa, perbedaan bobot antar atribut pada skala diatas. Pembaca yang menjawab ya untuk atribut (4) kita harapkan juga menjawab ya untuk atribut (1) s.d. (3). Mereka yang memang hanya menjadikan media “X” sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dapat kita asumsikan tidak menjadikannya sebagai sumber inspirasi, pernah mempraktekkan minimal salah satu artikel di dalamnya apalagi sampai merekomendasikannya pada teman/kerabatnya.

Dari ilustrasi di atas kita dapat mencermati bahwa dengan skala pemanfaatan media cetak kita tidak hanya bisa mengetahui jarak antar pembaca, misalnya pembaca dengan skor 1 berjarak 3 satuan dengan pembaca dengan skor 4. Namun kita dapat mengetahui dan mendefenisikan posisi pembaca dengan skor 4 dan skor 1 dalam konsep pemanfaatan media. Pembaca dengan skor 4 adalah

(7)

pembaca yang paling maksimal memanfaatkan media “X” karena dia berani merekomendasikan isi media “X” pada teman/kerabatnya, sedangkan pembaca dengan skor 1 adalah yang paling rendah pemanfaatannya terhadap media “X”.

Sedangkan dengan indeks pemanfaatan media cetak kita hanya dapat mengetahui jarak antar pembaca tapi tidak dapat mendefenisikan posisinya. Pembaca dengan skor 1 berjarak 7 satuan dengan pembaca berskor 8, that’s all! Kita tidak dapat mendefenisikan setiap skor seperti pada skala. Inilah kelemahan indeks, namun indeks lebih mudah dibuat karena kita tidak perlu pusing tujuh turunan membobot setiap atribut.

(8)

Daftar Pustaka

Morissan. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana.

http://researchexpert.wordpress.com/2007/08/09/antara-skala-indeks-dan-ukuran/ http://id.scribd.com/doc/43306296/Indeks-Dan-Skala-dalam-Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dilakukan penelitian untuk melihat hubungan antara jenis kelamin dengan kapasitas vital paru pada pria dan wanita dewasa menggunakan alat autospirometer..

Terdapatnya hubungan antara jenis kelamin kateter dengan kejadian inkontinensia urin atau pada wanita lebih beresiko daripada pria karena wanita banyak hal yang

(8) KONTEKS: PERCAKAPAN SEORANG PENJUAL (JENIS KELAMIN WANITA, UMUR 50 TAHUN) DENGAN PB (JENIS KELAMIN PRIA, UMUR SEKITAR 40 TAHUN) DI LOS TERNAK DENGAN TOPIK

Pengamatan sampling kerja dilakukan terhadap 3 analis dengan jenis kelamin pria 1 oanalis dan jenis kelamin wanita 2 analis, dimana analis bekerja secara normal dan

Penelitian Sofiana (2012) tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin pria dan wanita dengan kontaminasi Escherichia dalam makanan, ini terjadi karena

Pola tipe III paling sedikit muncul pada jenis kelamin wanita, sedangkan pola tipe V paling sedikit dijumpai pada jenis kelamin pria dengan menggunakan klasifikasi Suzuki.20

Dari sekelompok pasien pada suatu RS, persentase penderita TBC disusun berdasarkan jenis kelamin yang digambarkan pada tabel berikut ini Jenis Kelamin Pasien Pria Wanita Total

Jenis Kelamin PendidikanH HTerakhir Jabatan Pengetahuan BIM 1 Pria Magister Project Manager Menengah 2 Pria Sarjana HSE Dasar 3 Wanita Sarjana Safety