• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah : studi kasus pada Pemerintah Kabupaten Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah : studi kasus pada Pemerintah Kabupaten Sleman"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Sleman. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi. Oleh: Maria Margareta Cahyaningrat Warih Kusuma Puspita Handayani NIM: 112114068. PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Sleman. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi. Oleh: Maria Margareta Cahyaningrat Warih Kusuma Puspita Handayani NIM: 112114068. PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015. i.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Halaman Persembahan. Apapun yang kita mohon dari Tuhan biarlah kita juga berusaha untuk mencapainya. ( 2Petrus 1.4). Three grand essentials to happiness in this life are something to do, something to love, and something to hope for. Tiga hal penting untuk kebahagiaan dalam hidup ini adalah sesuatu untuk dikerjakan; sesuatu untuk dicintai, dan sesuatu untuk diharapkan. (Joseph Addison-Penulis dan penyair Inggris). Skripsi Ini Kupersembahkan untuk :  Bapakku Vincensius Sumanto dan Ibuku Fransisca Ratganda  Kakak-kakakku dan Keponakanku. iv.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Sleman dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 26 Agustus 2015 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima. Yogyakarta, 31 agustus 2015 Yang membuat pernyataan,. Maria Margareta Cahyaningrat W.K.P.H v.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Margareta Cahyaningrat Warih Kusuma Puspita Handayani Nim : 112114068. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.. Yogyakarta, 31 Agustus 2015. Maria Margareta Cahyaningrat W. K. P.H. vi.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan araham dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1.. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis. 2.. Dr.Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Akt.,C.A. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. 3.. A.Diksa Kuntara,S.E., MFA.,QIA. dan Josephine Wuri, S.E.,M.Si. selaku dosen penguji skripsi saya.. 4.. Seluruh Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.. 5.. Drs. Ardani selaku Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Kabupaten Sleman.. 6.. Erny Maryatun, S.IP, MT selaku Kepala bidang Statistik, Penelitian, dan Perencanaan. yang. mengatasnamakan. Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman.. vii. Kepala. Badan. Perencanaan.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7.. Dra. Rini Murti Lestari, Akt, MM selaku Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sleman .. 8.. Drs. Harjana selaku Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman.. 9.. Orangtua penulis dan kakak penulis yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, doa, dan semangat sehingga terselesaikannya skripsi ini.. 10. Teman-teman mahasiswa akuntansi angkatan 2011 atas dukungan dan kebersamaannya selama ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Yogyakarta, 31 Agustus 2015. Maria Margareta Cahyaningrat W.K.P.H. viii.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................ii HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ..................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. vi HALAMAN KATA PENGANTAR ..........................................................vii HALAMAN DAFTAR ISI ......................................................................... ix HALAMAN DAFTAR TABEL ................................................................. xi HALAMAN DAFTAR GAMBAR ............................................................xii HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .......................................................xiii ABSTRAK ................................................................................................ xiv ABSTRACT ............................................................................................... xv. BAB I. PENDAHULUAN A. B. C. D. E.. BAB II. LANDASAN TEORI A. B. C. D. E.. BAB III. Latar Belakang Masalah ................................................ 1 Rumusan Masalah ......................................................... 4 Tujuan Penelitian ........................................................... 5 Manfaat Penelitian ......................................................... 6 Sistematika Penulisan .................................................... 7. Akuntansi Pemerintahan................................................. 8 Otonomi Daerah ........................................................... 14 Keuangan Daerah ......................................................... 18 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah .................. 31 Kerangka Pemikiran ..................................................... 40. METODE PENELITIAN A. B. C. D.. Jenis dan Sumber Data ................................................ 42 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................... 42 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 43 Teknik Analisis Data ................................................... 44 ix.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Letak Geografis ........................................................... 50 B. Pemerintahan ............................................................... 53 C. Penduduk, Tenaga Kerja, Keluarga Berencana, dan Transmigrasi ................................................................ 53 D. Sosial ........................................................................... 55 E. Pertanian ...................................................................... 57 F. Industri......................................................................... 59 G. Pertambangan dan Penggalian..................................... 60 H. Perdagangan ................................................................ 60 I. Hotel ............................................................................ 60 J. Pariwisata .................................................................... 61 K. Transportasi ................................................................. 61 L. Keuangan dan Perbankan ............................................ 61 M. Produk Domestik Regional Bruto ............................... 62. BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data dan Pembahasan.................................... 63. BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................. 92 B. Keterbatasan Penelitian ............................................... 94 C. Penutup ........................................................................ 94. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 96 LAMPIRAN ............................................................................................ 99. x.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL III.1 Tingkat Kemandirian Daerah ....................................................... 45 III.2 Tingkat Perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah ............. 46 III.3 Tingkat Kemampuan Rutin Daerah .............................................. 47 III.4 Tingkat Pertumbuhan Daerah ....................................................... 48 IV.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah ............................................. 51 V.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ......................................... 65 V.2 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal .............................................. 67 V.3 Rasio Indeks Kemampuan Rutin .................................................. 69 V.4 Rasio Keserasian .......................................................................... 72 V.5 Rasio Pertumbuhan ....................................................................... 75 V.6 Analisis Trend Rasio Kemandirian Daerah ................................... 77 V.7 Analisis Trend Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ...................... 79 V.8 Analisis Trend Rasio Indeks Kemampuan Rutin .......................... 80 V.9 Analisis Trend Rasio Keserasian (Belanja Operasi) ................... 82 V.10 Analisis Trend Rasio Keserasian (Belanja Modal) ...................... 83 V.11 Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (PAD) .................................. 85 V.12 Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (TPD) ................................... 86 V.13 Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi) ................. 88 V.14 Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal) ................... 89. xi.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR GAMBAR IV.1 Banyaknya Penduduk Kabupaten Sleman ........................................ 54 IV.2 Banyaknya Industri Kecil di Kabupaten Sleman .............................. 59 V.1 Grafik Tend Rasio Kemandirian Daerah ........................................... 78 V.2 Grafik Trend Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ............................. 80 V.3 Grafik Trend Rasio Indeks Kemampuan Rutin ................................. 81 V.4 Grafik Trend Rasio Keserasian (Belanja Operasi) ............................ 83 V.5 Grafik Trend Rasio Keserasian (Belanja Modal ............................... 84 V.6. Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (PAD) .......................................... 86 V.7 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (TPD) .......................................... 87 V.8 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi) ........................ 89 V.9 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan(Belanja Modal) ........................... 90 V.10 Grafik Trend Pendapatan dan Belanja Daerah ................................. .91. xii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Izin Tentang Penelitian .................................................. 99. Lampiran 2. Surat Izin Tentang Penelitian .................................................. 100. Lampiran 3. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2010 ............................... 101. Lampiran 4. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2011 ............................... 103. Lampiran 5. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2012 ............................... 105. Lampiran 6. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2013 ............................... 107. Lampiran 7. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2014 ............................... 109. Lampiran 8. Output Spss Rasio Kemandirian .............................................. 111. Lampiran 9. Output Spss Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ..................... 112. Lampiran 10 Output Spss Rasio Indeks Kemampuan Rutin ......................... 113 Lampiran 11 Output Spss Rasio Keserasian (Belanja Operasi) .................... 114 Lampiran 12 Output Spss Rasio Keserasian (Belanja Modal) ...................... 115 Lampiran 13 Output Spss Rasio Pertumbuhan (PAD).................................. 116 Lampiran 14 Output Spss Rasio Pertumbuhan (TPD) .................................. 117 Lampiran 15 Output Spss Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi) ................ 118 Lampiran 16 Output Spss Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal) .................. 119. xiii.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Sleman. Maria Margareta Cahyaningrat Warih Kusuma Puspita Handayani NIM:112114068 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2015. Tujuan penelitian ini : 1) untuk mengetahui pendapatan Kabupaten Sleman dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah dari tahun anggaran 2010-2014 dengan dilihat dari rasio kemampuan keuangan daerah, rasio derajat desentralisai fiskal, rasio indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, rasio pertumbuhan. 2) Untuk mengetahui Kabupaten Sleman semakin mampu dalam melaksanakan otonomi daerah dengan menggunakan analisis trend. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan beberapa rasio keuangan. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada pemerintah Kabupaten Sleman. Data diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakan adalah deskriptif dengan angka indeks kemampuan keuangan sebagai alat ukur dalam menilai kemampuan keuangan dari satu periode ke periode yang lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Sleman belum mampu mendukung pelaksanaan otonomi daerah dilihat dari analisis rasio dan analisis trend.. xiv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT AN ANALYSIS OF REGIONAL FINANCIAL CAPABILITY IN SUPPORTING THE IMPLEMENTATION OF REGIONAL AUTONOMY Case Study on the Sleman District Government. Maria Margareta Cahyaningrat Warih Kusuma Puspita Handayani NIM:112114068 Sanata Dharma University Yogyakarta 2015. The purpose of this research were: 1) to determine whether incomes of Sleman District has supported the implementation of regional autonomy of fiscal year 2010-2014 as seen from the ratio of the regional of financial independence, the degree of fiscal decentralization ratio, the ratio of routine capability index, the ratio of the harmony, and the growth ratio. 2) To investigate whether Sleman District is more able to carry out regional autonomy by using analysis of trend. Types of this research uses quantitative with the use of several financial ratios. Types of this research is a case study to the Sleman Regency government. The data was obtained by interview and documentation. The data technical analysis used is descriptive with the index of financial capabilities as measurement tools in assessing financial capabilities from one period to another. Results of these studies show that the Sleman District government has not yet been able to support implementation of regional autonomy as seen by the analysis of the ratios and analysis of trend.. xv.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di dalam sebuah organisasi tentu memerlukan manajemen yang baik. Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan tujuan, organisasi dikelompokkan menjadi tiga menurut Jones dan Pendlebury dalam Sholihin(2015:1), yaitu profit-oriented merupakan organisasi yang mempunyai tujuan utama memaksimumkan laba, seperti perusahaan yang melakukan bisnis untuk tujuan utama memperoleh laba, type A non-profit merupakan organisasi non laba yang seluruh atau hampir seluruh sumber daya finansialnya diperoleh dari pendapatan penjualan barang dan jasa, seperti rumah sakit pemerintah yang pendapatannya diperoleh dari jasa pelayanan kesehatan dan tidak tergantung pendapatannya dari anggaran pemerintah, type B non-profit merupakan organisasi non laba yang memperoleh sumber daya finansial dalam jumlah yang signikan dari sumber selain penjualan barang dan jasa, seperti pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah merupakan sebuah organisasi. Pemerintah ke dalam konteks negara pastilah bertujuan nirlaba. Tujuan pemerintah tentu melaksanakan tujuan negara. Oleh sebab itu, dapat dipahami tujuan pemerintah merupakan tujuan negara. Pemerintah mempunyai tujuan yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum.. 1.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. Di dalam pemerintahan daerah terdapat undang-undang yang mengatur tentang otonomi daerah yang terdapat pada undang-undang nomor 23 tahun 2014. Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa oleh arus reformasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintah yang baik . PP nomor 58 tahun 2005 diganti menjadi PP nomor 39 tahun 2007 mensyaratkan perlu dilakukannya pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan (neraca, laporan arus kas, laporan realisasi anggaran dan catatan atas laporan keuangan) oleh kepala daerah. Kemampuan keuangan daerah pada dasarnya adalah kemampuan dari pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya sendiri. Menurut Munir dkk (2004:105), ciri utama yang menunjukkan suatu daerah mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah, artinya daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumbersumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya..

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. Kinerja keuangan merupakan tingkat pencapaian suatu target kegiatan keuangan pemerintah daerah yang diukur melalui indikator-indikator keuangan yang dapat dinilai dari hasil pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Menurut Arsyad (1992), suatu perekonomian bisa dikatakan mengalami pertumbuhan jika tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai lebih tinggi dari waktu sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Tujuan pelaporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemerintah daerah atas sumber yang dipercayakan. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas untuk menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungiawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah ia berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah dilaksanakan..

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. Hasil analisis rasio keuangan digunakan sebagai alat ukur dalam menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah, mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya, mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah, melihat pertumbuhan dan perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Peranan Pendapatan Asli Daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam pelaksanaan otonomi daerah, dalam arti semakin besar suatu daerah memperoleh dan menghimpun PAD maka akan semakin besar pula tersedianya jumlah keuangan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Otonomi Daerah.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan. latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan. masalah dalam penelitian ini, adalah: 1. Apakah pendapatan Kabupaten Sleman mampu mendukung pelaksanaan otonomi daerah dilihat dari rasio kemampuan keuangan daerah, rasio derajat desentralisai fiskal, rasio indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, rasio pertumbuhan?.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. 2. Apakah Kabupaten Sleman semakin mampu melaksanakan otonomi daerah dengan menggunakan analisis trend sebagai alat ukur dalam menilai perkembangan kemampuan keuangan daerah?. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penelitian ini, antara lain: 1) Untuk mengetahui pendapatan Kabupaten Sleman mampu mendukung pelaksanaan otonomi daerah dilihat dari rasio kemampuan keuangan daerah, rasio derajat desentralisai fiskal, rasio indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, rasio pertumbuhan. 2) Untuk mengetahui Kabupaten Sleman semakin mampu melaksanakan otonomi daerah dengan menggunakan analisis trend sebagai alat ukur dalam menilai perkembangan kemampuan keuangan daerah.. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1.Bagi Instansi pemerintahan Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi, perbandingan, dan bahan acuan bagi instansi pemerintahan dalam rangka upaya peningkatan kinerja pemerintah daerah untuk meningkatkan.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. pengelolaan keuangan daerah demi tercapainya keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. 2. Bagi Peneliti Diharapkan melalui penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang kinerja keuangan daerah 3. Bagi Pembaca Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran tentang sejauh mana perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah, dan dapat digunakan sebagai bahan pengembangan bagi penelitian selanjutnya. E. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,. tujuan. penelitian,. manfaat. penelitian. dan. sistematika penulisan. Bab II. Landasan Teori Bab. ini. menjelaskan. tentang. pengertian. akuntansi. pemerintahan, tujuan akuntansi pemerintahan, karakteristik akuntansi pemerintahan, syarat akuntansi pemerintahan, teknik pencatatan dalam akuntansi sektor publik, pengertian otonomi daerah, beberapa komponen yang membentuk otonomi daerah, prinsip otonomi daerah, tujuan kebijakan.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. otonomi daerah, kemampuan keuangan daerah, peningkatan pendapatan. daerah,. pengelolaan. pengeluaran. daerah,. penyebab ketergantungan fiskal, anggaran pendapatan dan belanja daerah, analisis rasio anggaran pendapatan dan belanja daerah. Bab III. Metode Penelitian Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian dan sumber data, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. Bab IV. Gambaran Umum Kabupaten Sleman Bab. ini. menjelaskan. tentang. keadaan. geografis,. pemerintahan, keadaan penduduk, sosial, pertanian, industri, pertambangan. dan. penggalian,. perdagangan,. hotel,. pariwisata, transportasi, keuangan dan perbankan, produk domestik regional bruto. Bab V. Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi tentang analisis data dan hasil penelitian serta pembahasannya.. Bab VI. Penutup Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, saran.. \.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Akuntansi Pemerintahan 1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan Menurut Nordiawan, dkk (2007). Akuntansi Sektor Publik adalah. proses pencatatan, pengklasifikasian, penganalisisan & pelaporan transaksi keuangan dari suatu organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Menurut Halim, dkk (2012) Akuntansi sektor publik adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi dari suatu organisasi atau entitas publik seperti pemerintah, LSM, dan lain-lain yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan. 2. Tujuan Akuntansi Pemerintahan Menurut Nordiawan, dkk (2007:7), akuntansi pemerintahan mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu : 1) Pertanggungjawaban Tujuan dari akuntansi pemerintahan adalah memberikan informasi keuangan yang lengkap, cermat, dan dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab, terkait kegiatan unit-unit pemerintahan. Fungsi pertanggungjawaban itu. 8.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. mengandung implikasi bahwa akuntansi pemerintahan seharusnya menyediakan informasi tentang berbagai tindakan pemerintah selama periode. bersangkutan.. Jadi,. dapat. dikatakan. bahwa. fungsi. pertanggungjawaban mengandung arti yang lebih luas dari sekadar ketaatan kepada peraturan. 2) Manajerial Akuntansi pemerintahan juga harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan,. pengendalian. anggaran,. perumusan. kebijakan,. pengambilan keputusan, dan penilaian kinerja pemerintah. Tujuan manajerial ini perlu dikembangkan agar organisasi pemerintahan tingkat atas dan menengah dapat mengandalkan informasi keuangan atas pelaksanaan sebelumnya untuk membuat keputusan atau menyusun perencanaan masa yang akan datang. 3) Pengawasan Akuntansi pemerintah juga harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien..

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. 3. Karakteristik Akuntansi Pemerintahan Akuntansi Pemerintahan memiliki karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan akuntansi bisnis. Menurut Nordiawan,dkk (2007:7), akuntansi pemerintahan mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut: 1) Investasi pada aset yang tidak menghasilkan pendapatan Pada umumnya pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat memerlukan investasi yang besar pada aset yang tidak menghasilkan pendapatan, seperti jalan, jembatan, dan bangunan publik lainnya. 2) Tidak ada pengungkapan laba Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat, bukan pencapaian laba. Dalam sektor pemerintahan, tidak terdapat hubungan langsung antara pembayaran pajak oleh masyarakat dengan jasa yang diterima oleh masyarakat. Dengan demikian, tidak akan terdapat laporan laba rugi yang mengungkapkan pencapaian sebuah laba. 3) Tidak ada pengungkapan kepemilikan Pemerintah tidak mempunyai kekayaan sendiri sebagaimana perusahaan dan pemerintah tidak dimiliki oleh individu atau golongan. Dengan demikian, tidak akan terdapat pernyataan atau pengungkapan yang menunjukkan kepemilikan suatu pihak seperti halnya ditunjukkan oleh bagian modal sebuah neraca perusahaan..

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. 4) Penggunaan akuntansi dana Dengan segala karakteristik yang melekat pada organisasinya, akuntansi lebih memandang pemerintah sebagai kesatuan dana dengan tujuan dan misi tertentu, tidak sebagai sebuah entitas organisasi yang mempunyai kepemilikan.. 4. Syarat Akuntansi Pemerintahan Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemerintah sesuai dengan karakteristik dan bertujuan untuk memenuhi akuntabilitas keuangan negara yang memadai. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan suatu pedoman untuk akuntansi pemerintahan A Manual Governmental Accounting yang diringkas dalam Bachtiar Arif (2002: 9) yaitu : 1) Dapat memenuhi persyaratan UUD, UU, dan Peraturan lain. Akuntansi pemerintahan dirancang untuk persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh UUD, UU, dan Peraturan lain. Apabila terdapat dua pilihan yaitu untuk kepentingan efisiensi dan ekonomis di satu sisi, sedangkan disisi lain hal tersebut bertentangan dengan UUD, UU atau Peraturan lainnya, maka akuntansi tersebut harus disesuaikan dengan UUD, UU dan Peraturan lainnya. 2) Dikaitkan dengan klasifikasi anggaran Sistem akuntansi pemerintah harus dikembangkan sesuai dengan klasifikasi anggaran yang telah disetujui pemerintah dan lembaga legislatif. Fungsi.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. anggaran dan akuntansi harus saling melengkapi di dalam pengelolaan keuangan negara serta harus diintegrasikan. 3) Perkiraan-perkiraan yang harus diselenggarakan Sistem akuntansi pemerintah harus mengembangkan perkiraan perkiraan untuk mencatat transaksi uang terjadi. Perkiraan-perkiraan yang dibuat harus dapat menunjukkan akuntabilitas keuangan negara yang andal dari sisi obyek dan tujuan penggunaan dana serta pejabat atau organisasi yang mengelolanya. 4) Memudahkan pemeriksaan oleh aparatur negara Sistem akuntansi pemerintah yang dikembangkan harus memungkinkan aparat pemeriksaan untuk melakukan tugasnya. 5) Sistem akuntansi harus terus dikembangkan Dengan adanya perubahan lingkungan dan sifat transaksi, sistem akuntansi pemerintahan harus terus disesuaikan dan dikembangkan sehingga tercapai efisiensi, efektivitas dan relevansi. 6) Perkiraan-perkiraan yang harus dikembangkan secara efektif Sistem akuntansi pemerintahan harus mengembangkan perkiraan perkiraan secara efektif sehubungan dengan sifat dan perubahan lingkungan sehingga dapat mengungkapkan hasil ekonomi dan keuangan dari pelaksanaan suatu program..

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. 7) Sistem harus dapat melayani kebutuhan dasar informasi keuangan guna pengembangan rencana dan program. Sistem akuntansi pemerintahan harus dikembangkan untuk para pengguna informasi keuangan, yaitu pemerintah, rakyat (lembaga legislatif), lembaga donor, Bank Dunia, dan lain sebagainya. 8) Pengadaan suatu perkiraan Perkiraan-perkiraan yang dibuat harus memungkinkan analisis ekonomi atas data keuangan dan mereklasifikasi transaksi-transaksi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka pengembangan perkiraan-perkiraan nasional. 5. Teknik pencatatan dalam akutansi sektor publik Sesuai dengan amanat UU no.17 tahun 2003 dan PP No.71 tahun 2010 maka pemerintah daerah wajib menggunakan basis akrual. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Menurut Sholihin(2015:10), basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan dalam Laporan Operasional, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Basis akrual untuk pendapatan Laporan Operasional berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh. pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di. rekening kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi. lingkungan. berpengaruh. pada. keuangan. pemerintah,. tanpa. memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Secara ringkas, basis akrual adalah basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transakasi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan.. B. Otonomi Daerah 1. Pengertian Otonomi Daerah Dalam Undang-Undang No.23 tahun 2014 pasal 1 ayat 6, pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Mardiasmo (2002: 25) otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat..

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. 2. Beberapa komponen yang membentuk otonomi daerah yaitu: 1) Kewenangan Otonomi Luas Yang dimaksud dengan kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup semua bidang pemerintahan kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama serta kewenangan dibidang lainnya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Disamping itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. 2) Otonomi Nyata Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh hidup dan berkembang di daerah. 3) Otonomi Yang Bertanggung Jawab Otonomi. yang. bertanggung. jawab. adalah. berupa. perwujudan. pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan. dan. kesejahteraan. masyarakat. yang. semakin. baik,. pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang sehat antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia..

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. Berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 1 ayat 8,9,10,11 tentang Pemerintah Daerah, ada 4 dasar sistem hubungan antara pusat dan daerah yaitu : a) Desentralisasi yaitu penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi. b) Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum. c) Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka Dekonsentrasi. d). Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah Provinsi kepada Daerah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi..

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. 3. Prinsip otonomi Daerah Kuncoro(2014:6),. perkembangan. prinsip. dan. tingkatan. otonomi. pemerintah daerah di Indonesia pada dasarnya dibedakan menjadi: 1) rumah tangga secara materiil, di mana terdapat pembagian kewenangan secara terperinci antara tugas pemerintah pusat dan daerah; 2) rumah tangga secara riil, suatu sistem rumah tangga yang didasarkan pada keadaan, faktor, tindakan dan kebijakan yang nyata, sehingga terdapat harmoni antara tugas, kemampuan dan kekuatan baik dalam daerah itu sendiri maupun dengan pemerintah pusat; 3) rumah tangga secara formal, dimana tidak terdapat perbedaan dari sisi sifat dan urusan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan daerah, sehingga perbedaan tugas yang dilaksanakan dengan kesanggupan daerah yang bersangkutan. 4. Tujuan kebijakan Otonomi Daerah Kuncoro (2014:30), Salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya, sehingga pelayanan pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efisien, cepat, dan efektif. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pemerintah kabupaten dan kota memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka dari pemerintah pusat..

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. C. Keuangan Daerah 1. Kemampuan Keuangan Daerah Kriteria penting yang lain untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan daerah dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor keuangan merupakan faktor yang penting dalam mengatur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2007, menyebutkan bahwa Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, APBD sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya undangundang tentang Otonomi Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan perbedaan antar daerah yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal kemampuan keuangan daerah, antara lain (Nataluddin, 2001: 167): 1) Daerah yang mampu melaksanakan otonomi daerah. 2) Daerah yang mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah. 3) Daerah yang sedikit mampu melaksanakan otonomi daerah 4) Daerah yang kurang mampu melaksanakan urusan otonomi daerah.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. Selain itu ciri utama yang menunjukkan suatu daerah mampu melaksanakan otonomi daerah adalah sebagai berikut (Nataluddin, 2001:167): 1) Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya. 2) Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah, sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar. Berkaitan dengan hakekat otonomi daerah yaitu berkaitan dengan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik dan pengaturan. kegiatan. dalam. penyelenggaraan. pemerintah. dan. pelayanan. masyarakat, maka peranan data keuangan daerah sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar belanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang memberikan gambaran statistik perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun pengeluaran dan analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk melihat kemampuan / kemandirian daerah..

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. Pola hubungan daerah menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim (2002:169) mengemukakan pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. 1) Pola Hubungan Instruktif, peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah (daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah). 2) Pola Hubungan Konsultatif, campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi. 3) Pola Hubungan Partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi. 4) Pola Hubungan Delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah. Bertolak dari teori tersebut, karena adanya potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, akan terjadi pula perbedaan pola hubungan dan tingkat kemandirian antar daerah. Menurut Kuncoro (2014:8), berpijak pada tiga asas desentralisasi (dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas perbantuan), pengaturan hubungan keuangan pusat daerah didasarkan atas 4 prinsip yaitu urusan yang merupakan tugas pemerintah pusat di daerah dalam rangka dekonsentrasi dibiayai dari dan atas beban APBN, urusan yang merupakan tugas pemerintah sendiri dalam rangka desentralisasi dibiayai dari dan atas beban APBD, urusan yang merupakan tugas.

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat atasnya yang dilaksanakan dalam rangka tugas perbantuan dibiayai oleh pemerintah pusat atas beban APBN atau oleh pemerintah daerah tingkat atasnya atas beban APBD sebagai pihak yang menugaskan, sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi pemerintah pusat memberikan sejumlah sumbangan. 2. Peningkatan Pendapatan Daerah Langkah-langkah yang dapat dilaksanakan agar pendapatan daerah dapat ditingkatkan antara lain sebagai berikut (Nirzawan, 2001: 75): 1) Intensifikasi, dilaksanakan antara lain dengan cara sebagai berikut : a) Melaksanakan tertib penetapan pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, tertib dalam pemungutan kepada wajib pajak, tertib dalam administrasi serta tertib dalam penyetoran. b). Melaksanakan secara optimal pemungutan pajak dan retribusi daerah sesuai dengan potensi yang obyektif berdasarkan peraturan yang berlaku.. c) Melakukan pengawasan dan pengendalian secara sistematis dan berkelanjutan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan pemungutan di lapangan oleh petugas. d) Membentuk tim satuan tugas (satgas) pada dinas terkait yang bertugas mengawasi pemungutan di lapangan oleh petugas. e) Memberikan insentif secara khusus kepada aparat pengelola PAD yang dapat melampaui penerimaan dari target yang telah ditetapkan..

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. f) Mengadakan pendekatan persuasif kepada wajib pajak agar memenuhi kewajibannya melalui kegiatan penyuluhan. g) Melakukan langkah-langkah pengendalian lain guna menghindari timbulnya penyimpangan terhadap pelaksanaan peraturan daerah mengenai pengelolaan maupun penetapan pajak dan retribusi daerah. 2)Ekstensifikasi, dilaksanakan dengan cara antara lain sebagai berikut: a) Menyusun program kebijakan dan strategi pengembangan dan menggali obyek pungutan baru yang potensial dengan lebih memprioritaskan kepada retribusi daerah untuk ditetapkan dan dijabarkan dalam peraturan daerah. b) Meninjau kembali ketentuan tarif dan pengembangan sasaran sesuai dengan peraturan daerah yang ada dan mengkaji ulang peraturan daerah untuk diajukan perubahan. c). Mengadakan studi banding ke daerah lain guna mendapat informasi terhadap jenis-jenis penerimaan pajak dan retribusi lain. yang. memungkinkan untuk dikembangkan. 3 Pengelolaan Pengeluaran Daerah Dalam Peraturan pemerintah No. 39 tahun 2007, menyebutkan bahwa Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah periode tahun anggaran yang bersangkutan. Menurut Sholihin (2015:31) berdasarkan karakteristiknya, belanja dikelompokkan menjadi belanja rutin (belanja operasi), belanja pembangunan (belanja modal) dan belanja tidak terduga..

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. 1) Belanja Operasi Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi terdiri dari: a. Belanja Pegawai Merupakan belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat daerah, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh Pemda yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. b. Belanja Barang Merupakan pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja barang dapat dibedakan menjadi belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, dan belanja perjalanan dinas. 1. Belanja Barang dan Jasa Merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk membiayai. keperluan. kantor. sehari-hari,. pengadaan/. penggantian inventaris kantor, langganan daya dan jasa, lainlain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. nonfisik dan secara langsung menunjang tugas pokok dan fungsi SKPD, pengadaan inventaris kantor yang nilainya tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur oleh pemda dan pengeluaran jasa nonfisik seperti pengeluaran untuk biaya pelatihan dan penelitian. 2. Belanja Pemeliharaan Merupakan. pengeluaran. yang. dimaksudkan. untuk. mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan irigasi,. peralatan. mesin,. dan. lain-lain. sarana. yang. berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan. 3. Belanja Perjalanan Dinas Merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan jabatan. c. Belanja Bunga Belanja bunga adalah pengeluaran pemda untuk pembayaran bunga(interest) atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. outstanding) yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panajang d. Belanja Subsidi Belanja Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/ lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. e. Hibah Hibah adalah pengeluaran pemda dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada pemda lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus. f. Bantuan Sosial Bantuan sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.. 2) Belanja Modal Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Suatu belanja dapat dikategorikan sebagai belanja modal jika.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang dengan demikian menambah aset pemda, pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemda, perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual. Belanja modal terdiri meliputi antara lain: belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya 3) Belanja tidak terduga Menurut pasal 48 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja Tak Terduga adalah belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun sebelumnya yang telah ditutup. Pengeluaran daerah tersebut harus dikelola dengan memperhatikan beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan antara lain (Nirzawan,2001: 77): 1) Akuntabilitas Akuntabilitas pengeluaran daerah adalah kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan melaporkan segala aktivitas dan kegiatan yang terkait dengan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. (DPRD dan masyarakat luas). Aspek penting yang harus dipertimbangkan oleh para manajer daerah adalah : a) Aspek legalitas pengeluaran daerah yaitu setiap transaksi pengeluaran yang dilakukan harus dapat dilacak otoritas legalnya. b) Pengelolaan (stewardship) atas pengeluaran daerah yang baik, perlindungan aset fisik dan finansial, mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus. Prinsip-prinsip akuntabilitas pengeluaran daerah : a) Adanya sistem akuntansi dan sistem anggaran yang dapat menjamin bahwa pengeluaran daerah dilakukan secara konsistensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b) Pengeluaran daerah yang dilakukan dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. c) Pengeluaran daerah yang dilakukan dapat berorientasi pada pencapaian visi, misi, hasil dan manfaat yang akan diperoleh. 2) Value of Money Pengeluaran daerah harus mendasarkan konsep value of money,yaitu: a) Ekonomi, adalah hubungan antara pasar (nilai uang) dan masukan (input). Ekonomi adalah pembelian barang dan jasa pada kualitas yang diinginkan dan pada harga terbaik yang memungkinkan. Pengertian ekonomi sebaiknya mencakup juga pengeluaran daerah yang berhati-hati atau cermat dan penggunaan keuangan daerah secara optimal tanpa pemborosan (tepat guna)..

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis apabila dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang dianggap tidak perlu. Dengan demikian pada hakekatnya ada pengertian yang serupa antara efisiensi dan ekonomi, karena kedua-keduanya menghendaki penghapusan dan penurunan biaya. b) Efisiensi, berhubungan erat dengan konsep efektivitas, yaitu rasio yang membandingkan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan. Proses kegiatan operasional dapat dilakukan secara efisiensi apabila suatu target kinerja tertentu dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya dan biaya yang serendah-rendahnya. c) Efektivitas, merupakan kaitan atau hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggung jawaban dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapainya. Efektivitas dalam Pemerintah Daerah dapat diartikan penyelesaian kegiatan tepat pada waktunya dan didalam batas anggaran yang tersedia, dapat berarti pula mencapai tujuan dan sasaran seperti apa yang telah direncanakan. Namun demikian, walaupun ada yang dilaksanakan menyimpang dari rencana semula, tetapi mempunyai dampak yang menguntungkan pada kelompok penerima sasaran manfaat, maka dapat dikatakan efektif. Semakin besar kontribusi pengeluaran yang dilakukan terhadap nilai pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan dapat dikatakan efektif proses kerja dari unit kerja dimaksud..

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. 4. Penyebab Ketergantungan Fiskal Menurut Kuncoro (2014:13), Penyebab utama rendahnya Pendapatan Asli Daerah yang menyebankan tingginya ketergantungan terhadap subsidi dari pusat. adalah Pertama, kurang berperannya perusahaan daerah sebagai. sumber pendapatan daerah, seperti Daerah Tingkat 1 bagian laba BUMD selama tahun 1988-1993 meningkat pesat (tahun 1988 berjumlah Rp16,7 milyar meningkat menjadi Rp 40,2 milyar pada tahun 1993), namun sumbangannya terhadap pendapatan daerah relatif masih kecil. Kedua, tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan. Semua pajak utama yang paling produktif baik pajak langsung dan tak langsung ditarik oleh pusat. Pajak penghasilan badan maupun perorangan, Pajak Pertambahan Nilai, bea cukai, PBB, royalti/IHH/IHPH (atas minyak, pertambangan, kehutanan) semua diadministrasi dan ditentukan tarifnya oleh pusat. Ketiga, kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan. Pajak daerah yang ada saat ini berjumlah 50 jenis pajak, tetapi yang bersifat ekonomis bisa dilakukan pemungutannya hanya terdiri dari 12 jenis pajak. Sekitar 90% pendapatan Daerah Tingkat I hanya berasal dari dua sumber: Pajak Kendaraan Bermotor dan Balik Nama. Di Daerah Tingkat II, sekitar 85% pendapatan daerah hanya berasal dari enam sumber: pajak hotel dan restauran, penerangan jalan, pertunjukan, reklame, pendaftaran usaha, ijin penjualan/ pembikinan petasan dan kembang api. Pajak yang dapat diandalkan di Daerah Tingkat II hanya.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Balik Nama. Pajak-pajak daerah lainnya sulit sekali untuk diharapkan karena untuk mengubah kebijakan pajak daerah memerlukan persetujuan dari Departemen Dalam Negeri dan Menteri Keuangan. Keempat, ada yang khawatir apabila daerah mempunyai sumber keuangan yang tinggi akan mendorong terjadinya disintegrasi dan separatisme. Yugoslavia dan Uni Soviet sering ditunjuk sebagai contoh negara yang cerai berai karena dorongan dari daerah yang merasa cukup kuat dalam sumber keuangan untuk berdiri sendiri sebagai sebuah negara. Kelima, kelemahan dalam pemberian subsidi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Selama ini pemerintah memberikan subsidi dalam bentuk blok dan spesifik. Subsidi yang bersifat blok terdiri dari Inpres Dati I, Inpres Dati II dan Inpres desa. Subsidi yang bersifat spesifik meliputi Inpres pengembangan wilayah, Sekolah Dasar, kesehatan, penghijauan dan reboisasi, jalan serta jembatan. Perbedaan utama antara subsidi blok dengan subsidi spesifik adalah. daerah memiliki keleluasaan dalam penggunaan. subsidi blok, sedangkan penggunaan dana subsidi spesifik sudah ditentukan oleh pemerintah pusat dan daerah tidak mempunyai keleluasaan dalam menggunakan dana tersebut..

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. D. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut Sholihin (2010:3) anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Anggaran daerah pada hakekatnya merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Dengan demikian maka APBD harus benarbenar dapat mencerminkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Atas dasar tersebut, penyusunan APBD hendaknya mengacu pada normanorma dan prinsip anggaran sebagai berikut (Nirzawan, 2001: 79) : a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran Transparansi tentang anggaran daerah merupakan salah satu persyaratan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggungjawab. Mengingat anggaran daerah merupakan salah satu sarana evaluasi pencapaian kinerja dan tanggung jawab pemerintah menyejahterakan masyarakat, maka APBD harus dapat memberikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Selain itu setiap dana yang diperoleh, penggunaannya harus dapat dipertanggung jawabkan. b. Disiplin Anggaran Anggaran yang disusun harus dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggung jawabkan. Pemilihan antara belanja yang bersifat rutin dengan belanja yang bersifat pembangunan / modal. harus. diklasifikasikan. pencampuradukan kedua sifat. secara anggaran. jelas. agar. yang dapat. tidak. terjadi. menimbulkan. pemborosan dan kebocoran dana. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos / pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. c. Keadilan Anggaran Pembiayaan pemerintah dapat dilakukan melalui mekanisme pajak dan retribusi yang dipikul oleh segenap lapisan masyarakat, untuk itu pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan. d. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang diprogramkan. e. Format Anggaran Pada dasarnya APBD disusun berdasarkan format anggaran defisit (defisit budget format). Selisih antara pendapatan dan belanja mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit anggaran. Apabila terjadi surplus, daerah dapat membentuk dana cadangan, sedangkan bila terjadi defisit, dapat ditutupi melalui sumber pembiayaan pinjaman dan penerbitan obligasi daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD) disusun dengan pendekatan kinerja dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBN ditetapkan, demikian juga halnya dengan perubahan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran. Sedangkan perhitungan APBD ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Sholihin (2010:3), fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan antara lain karena anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik, anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan, anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum, anggaran memberi landasan penilaian kinerja.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. pemerintah, hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik. 2. Analisis Rasio Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan walaupun perakuntasian dalam APBD berbeda dengan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta. Analisis rasio pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan yang dimiliki suatu pemerintah tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat maupun yang potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat bagaimana posisi rasio keuangan Pemerintah Daerah tersebut terhadap Pemerintah Daerah lainnya. Adapun pihak-pihaknya yang berkepentingan dengan rasio keuangan pada APBD ini adalah: 1. DPRD sebagai wakil dari pemilik daerah (masyarakat). 2. Pemerintah eksekutif sebagai landasan dalam menyusun APBD berikutnya. 3. Pemerintah pusat / provinsi sebagai bahan masukan dalam pembinaan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. 4. Masyarakat dan kreditur, sebagai pihak yang akan turut memiliki saham pemerintah daerah, bersedia memberi pinjaman ataupun membeli obligasi..

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. Beberapa rasio yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian ditunjukkan oleh besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain (pihak ekstern) antara lain : Bagi hasil pajak, Bagi hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan Dana Pinjaman, (Halim, 2012:L-5). Rumus yang digunakan adalah: Rasio Kemandirian = Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal semakin rendah dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi. Jadi,.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. Semakin tinggi rasio Kemandirian, maka semakin tinggi pula kemampuan keuangan daerah dalam mendukung otonomi daerah. b) Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Derajat Desentralisasi Fiskal adalah kemampuan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah guna membiayai pembangunan. Derajat Desentralisasi Fiskal, khususnya komponen PAD dibandingkan dengan Total Pendapatan Daerah. Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : DDF = Keterangan : DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal PADt =Total PAD tahun t TPDt = Total Penerimaan Daerah Tahun t Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal menggambarkan besarnya campur tangan pemerintah pusat dalam pembangunan daerah yang menunjukkan tingkat kesiapan pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Semakin tinggi rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, maka semakin tinggi pula kemampuan keuangan daerah dalam mendukung otonomi daerah..

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. c) Rasio Indeks Kemampuan Rutin Indeks Kemampuan Rutin yaitu : Proporsi antara PAD dengan pengeluaran rutin . Sedangkan dalam menilai Indeks Kemampuan Rutin daerah (IKR) dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Rumus : IKR = Keterangan : IKR = Indeks Kemampuan Rutin PAD = Pendapatan Asli Daerah Rasio Indeks Kemampuan Rutin menggambarkan besarnya kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai pengeluaran rutin dalam melaksanakan kegiatan pemerintahanya. Semakin tinggi rasio Indeks Kemampuan Rutin, maka semakin tinggi pula kemampuan keuangan daerah dalam mendukung otonomi daerah. d) Rasio Keserasian Keserasian ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti presentase belanja pembangunan yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil (Halim, 2007: 235)..

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. Secara sederhana rasio keserasian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: Rasio Belanja Rutin =. Rasio Belanja Pembangunan = Rasio Keserasian menggambarkan keseimbangan antara alokasi dana pemerintah daerah pada belanja rutin dan belanja pembangunan. Semakin tinggi rasio Keserasian, maka semakin tinggi pula kemampuan keuangan daerah dalam mendukung otonomi daerah. e) Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan menggambarkan seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode lainnya. Pertumbuhan APBD dilihat dari berbagai komponen penyusun APBD yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Total Pendapatan, Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan, (Halim, 2012: L-9). Rumus yang digunakan adalah : r= Keterangan : Pn = Data yang dihitung pada tahun ke-n Po = Data yang dihitung pada tahun ke-0 r = Pertumbuhan.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. Data yang dihitung adalah PAD, TPD, Belanja Rutin, Belanja Pembangunan. Apabila semakin tinggi nilai PAD, TPD dan Belanja Pembangunan yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Rutin, maka pertumbuhannya adalah positif. Artinya bahwa daerah yang bersangkutan telah mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode satu ke periode yang berikutnya. Selanjutnya jika semakin tinggi nilai PAD, TPD, dan Belanja Rutin yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Pembangunan, maka pertumbuhannya adalah negatif, artinya bahwa daerah yang bersangkutan belum mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode yang satu ke periode yang berikutnya. Semakin tinggi rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, maka semakin tinggi pula kemampuan keuangan daerah dalam mendukung otonomi daerah. f). Trend Purwanto (2007:176), Trend adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya cukup rata. Trend data berkala bisa berbentuk trend yang meningkat dan menurun. Trend yang meningkat disebut trend positif dan trend yang menurun disebut trend yang negatif. Trend menunjukkan perubahan waktu yang relatif panjang dan stabil. Trend positif dan negatif : a. Trend Positif Trend positif mempunyai kecenderungan nilai ramalan (Y’) meningkat dengan meningkatnya waktu (X). Persamaan trend positif adalah:.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 40. Y’= a + bX Dimana a= konstanta dan b adalah tingkat kecenderungan. Apabila X naik 1 satuan, maka Y’ akan naik sebesar b satuan. Trend positif mempunyai slope/ gradien/ kemiringan garis yang positif dari bawah ke atas. b. Trend Negatif Trend negatif mempunyai kecenderungan nilai ramalan (Y’) menurun dengan meningkatnya waktu (X). Persamaan trend negatif adalah: Y’ = a - bX. Dimana a=konstanta dan b adalah tingkat kecenderungan. Apabila X naik 1 satuan, maka Y; akan turun sebesar b satuan. Trend negatif mempunyai slope/ gradien/ kemiringan garis yang negatif dari atas ke bawah. E. Kerangka Pemikiran Satu ciri utama daerah mampu dalam melaksanakan otonomi daerah adalah terletak pada kemampuan keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai proporsi yang semakin mengecil dan diharapkan bahwa PAD harus menjadi bagian terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan pemerintah daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan roda pemerintahan suatu daerah yang berdasar pada prinsip otonomi yang nyata, luas dan bertanggung jawab. Peranan Pendapatan Asli Daerah dalam.

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 41. keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam pelaksanaan otonomi daerah, dalam arti semakin besar suatu daerah memperoleh dan menghimpun PAD maka akan semakin besar pula tersedianya jumlah keuangan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Otonomi Daerah. Beberapa kemungkinan permasalahan keuangan daerah yang dihadapi Pemerintah yang disebabkan oleh ketidaksiapan dalam melaksanakan otonomi daerah, yaitu: ketergantungan pemerintah daerah kepada subsidi dari pemerintah pusat yang tercermin dalam besarnya bantuan pemerintah pusat baik dari sudut anggaran rutin, yaitu subsidi daerah otonom maupun dari sudut anggaran pemerintah daerah, rendahnya kemampuan daerah untuk menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah yang tercermin dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang relatif kecil dibanding total penerimaan daerah, kurang serasinya antara anggaran belanja rutin dengan belanja pembangunan yang menyebabkan lambannya pembangunan daerah.

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan metode kuantitatif. Di dalam penelitian kuantitatif menggunakan beberapa rasio keuangan, yaitu: rasio kemandirian keuangan daerah, rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio indeks kemampuan rutin, rasio keserasian, rasio pertumbuhan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh bersumber dari hasil wawancara, sedangkan data sekunder berasal data keuangan APBD Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2015. Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman dengan memperoleh data melalui DPKAD (Dinas Pendapatan,Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) Kabupaten Sleman, dan BPS(Badan Pusat Statistik) Kabupaten Sleman.. 42.

(59) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 43. C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1.Metode Dokumentasi Pencatatan, pengumpulan dan pengelompokan data berkaitan dengan permasalahan penelitian dari sumber data sekunder. 2. Observasi Mengadakan tinjauan secara langsung terhadap objek penelitian dengan cara mengamati, meneliti dan mempelajari tentang data-data sekunder dari APBD Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman Periode 2010-2014. D. Teknik analisis Data 1. Untuk menjawab permasalahan yang pertama dilakukan dengan menghitung rasio sebagai berikut: a. Rasio. Kemampuan Keuangan. Kemandirian. Keuangan. Daerah. Daerah yaitu. yang terdiri. dari Rasio. (pendapatan. asli. daerah. dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain/ pihak ekstern), Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kemandirian daerah adalah Tingkat Kemandirian Daerah =. X100%. Rasio kemandirian daerah menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana di luar PAD. Selain itu, rasio kemandirian daerah.

(60) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 44. juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Pola hubungan daerah menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim (2002:169) mengemukakan pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. 1) Pola Hubungan Instruktif, peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah (daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah) 2) Pola Hubungan Konsultatif, campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi. 3) Pola Hubungan Partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi. 4) Pola Hubungan Delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah. Bertolak dari teori tersebut, karena adanya potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, akan terjadi pula perbedaan pola hubungan dan tingkat kemandirian antar daerah..

(61) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 45. Tabel III.1 Tingkat Kemandirian Daerah Rasio Kemandirian Tingkat Kemandirian 0% - 25% Sangat Rendah 25% - 50% Rendah 50% - 75% Sedang 75% - 100% Tinggi Sumber: Tangkilisan ( 2005:82). Pola Hubungan Instruktif Konsultatif Partisipatif Delegatif. Kabupaten Sleman semakin mampu dalam menghadapi otonomi daerah jika rasio kemandirian sudah lebih dari 75%. b. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal yaitu kemampuan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli daerah guna membiayai pembangunan (komponen PAD dibandingkan dengan Total Pendapatan Daerah), Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: DDF= Keterangan: DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal PADt = Total PAD tahun t TPDt = Total Penerimaan Daerah Tahun t.

Gambar

Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
Tabel III.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyebab belum efektifnya implementasi manajemen mutu layanan akademik berbasis TIK diantaranya; kurangnya dukungan

Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut adalah tidak dapat.. diperkirakan

Evaluasi dari data terakhir pada tanggal 10 (sepuluh) bulan Mei tahun 2012, setelah diberikan asuhan keperawatan keluarga selama 45 menit, didapatkan data subjektif

Deans and faculty at Association to Advance Collegiate Schools of Business-accredited colleges of business were surveyed on the extent and impact of the occurrence of

(2) Setelah semua anggota KPPS, saksi dan pemilih dari TPS lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selesai memberikan suaranya, Ketua KPPS mengumumkan kepada yang hadir di TPS

Pada hari ini, Senin, tanggal tiga, bulan September, tahun dua ribu dua belas, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang / Jasa telah mengadakan Pemberian Penjelasan

The teacher should use this technique in teaching learning process to reach the target of writing class; (2) teacher should be active to involve his students in

Dalam penelitian ini, insektisida cat kayu menggunakan bahan aktif Lambdacyhalothrin 10WP. Pertama-tama dibuat beberapa solusi dari cat insektisida dalam dosis banyak. Kemudian..