HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. RASIDIN
PADANG TAHUN 2014
Meria Kontesa*
ABSTRAK
RSUD dr. Rasidin Padang merupakan instalasi rawat inap yang memiliki 38 orang perawat (ruang bedah 12, ruang interne 15 dan ruang anak 11 perawat). Dari pengambilan data tanggal 19 Februari 2013 melalui wawancara dengan 12 orang perawat di ruangan yang berbeda, didapatkan 28,6% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya kepemimpinan demokratis, 33,3% kurang termotivasi dengan gaya partisipatif, dan 50% kurang termotivasi dengan gaya kepemimpinan otoriter. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat diruang rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang Tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study yang dilakukan pada tanggal 6 sampai 11 Januari 2014 di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Rasidin Padang. Jumlah sampel sebanyak 38 orang yang diambil secara total sampling. Data diolah secara univariat dan bivariat dengan menggunakan chi square.Hasil penelitian didapatkan 20 orang (52,6%) perawat memiliki motivasi yang tinggi, Gaya kepemimpinan kepala ruangan paling banyak adalah demokratis yaitu sebanyak 17 orang (44,7%) danterdapat hubungan yang bermakna gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Rasidin Padang. Peneliti menyarankan kepada perawat di RSUD dr. Rasidin Padangagar dapat lebih meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien pada saat bekerja terutama dalam hal membutuhkan tantangan untuk bekerja dengan lebih baik dan merasa bangga bila dapat memberikan pelayanan kepada pasien dengan baik, bagi pimpinan rumah sakit diharapkan dapat mempertahankan gaya kepemimpinan demokratis yang sesuai dengan standar prosedur pelayanan sehingga mampu memenuhi dan mendorong staf melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan baik demi mencapai tujuan yang diinginkan. Kata Kunci : motivasi, gaya kepemimpinan
Alamat Korespondensi : *Aida Minropa
Staf Pengajar Program Studi D III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi - Siteba
▸ Baca selengkapnya: program kerja kepala ruangan rawat jalan
(2)PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatanyang memberikanpelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspekpromotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat,sering kali mengalami permasalahan yang
menyangkut tentang
ketidakpuasanmasyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurangmemadai atau memuaskan. Salah satu tantangan terbesar dalam pelayanan dirumah sakit adalah terpenuhinya harapan masyarakat akan mutu rumah sakit(Kristianawati, 2003).
Perawat merupakan salah satu tim pelayanan kesehatan terbesar yangdituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. Dalam rangkamenjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, maka kinerja dari seluruhperawat pelaksana senantiasa dipacu untuk ditingkatkan. Mutu pelayanan dirumah sakit ditinjau dari sisi keperawatan meliputi aspek jumlah dankemampuan tenaga profesional, motivasi kerja, dana, sarana dan perlengkapanpenunjang lainnya (Robbins, 2007).
Motivasi kerja merupakan dorongan yang dimulai dengan defisiensi fisiologis ataupun psikologis yang menggerakan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk mencapai tujuan atau insentif sehingga seseorang termotivasi dalam bekerja. Motivasi yang timbul dari dalam diri seorang perawat itusendiri akan membantu meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik dan berkualitas, yang pada akhirnya akan meningkatkan citra dari rumah sakit dimata masyarakat. Motivasi kerja yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan produktifitas kerja
sehingga bisa menguntungkan semua pihak(Luthans, 2006).
Motivasi pada suatu organisasi bertujuan untuk mendorong semangat kerja para karyawan agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilan demi terwujudnya suatu organisasi. Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu meliputi minat dan sikap positif. Faktor ekstrinsik yaitu meliputi; 1) upah dan gaji; 2) keamanan kerja; 3) kehormatan dan pengakuan; 4) perlakuan yang adil; 5) gaya kepemimpinan; 6) suasana kerja.
Dari beberapa faktor tersebut, gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang besar terhadap motivasi perawat. Kepemimpinan merupakan suatu seni dan proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain supaya mereka memiliki motivasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam situasi tertentu, sehingga akhirnya harus disadari bahwa peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi sangatlah penting dan sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika gaya kepemimpinan baik, maka motivasi kerja karyawan semakin tinggi, dan sebaliknya jika gaya kepemimpinan kurang baik maka motivasi kerja karyawan akan semakin rendah. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya ketergantungan antara motivasi kerja terhadap pimpinan dimana pimpinan dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, kualitas kehidupan kerja dalam rangka meningkatkan motivasi kerja (Sugiyarti, 2008).
Dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpinan, karena memimpin adalah memotivasi. kepemimpinan mempunyai
kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa motivasi merupakan masalah yang sangat penting dalam setiap usaha kelompok orang yang bekerjasama dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. Sehingga dapat dikatakan, bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dapat dilihat bila mampu menciptakan motivasi sesuai dengan keadaan bawahan dan pekerjaannya (Suyanto, 2008).
Tingkatan kepemimpinan dalam keperawatan pada institusi pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola atau manajer terdiri dari : top manajer atau tingkat atas seperti kepala bidang keperawatan, middle manajer atau tingkat menengah seperti kepala seksi keperawatan atau pengawas, dan first line manajer atau tingkat bawah seperti kepala ruangan. Kepala Ruangan adalah manajer operasional yang merupakan pimpinan yang secara langsung mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu. Kepala Ruangan merupakan jabatan yang cukup penting dan strategis, karena secara manajerial kemampuan Kepala Ruangan ikut menentukan keberhasilan pelayanan keperawatan (Suyanto, 2008). Sebagai kepala ruangan, pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk
memahami bahwa
seseorang memiliki motivasi yang berb eda-beda. Dalam haltersebut,gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ke pala ruangan diharapkanmampu membangkitkan motivasi perawat.
Motivasi ini menjadi penting karena dapat meningkatkan kapasitas pekerjaan karyawannya setelah dilakukan motivasi dari kepala ruanganya. Gaya kepemimpinan kepala ruangan untuk memimpin karyawan akan mempengaruhi semangat kerja karyawannya. Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan kematangan bawahannya sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dari karyawannya dan mampu mendorong karyawannya dalam mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada. Tujuan tersebut harus dapat dicapai dengan sebaik-baiknya jika kepala ruangan dapat bekerjasama dengan karyawannya (Sugiyarti, 2008).
Gillies (1970, dalam Nursalam 2011) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Oleh karenanya para pemimpin organisasi seharusnya menyadari akan pentingnya penerapan gaya dalam memimpin suatu organisasi, karena pemimpin merupakan motor penggerak, bukan saja terhadap alat-alat dan sumber keuangan serta material, tetapi juga manusia sebagai pegawai. Penerapan gaya kepemimpinan yang tepat dapat memberikan pengaruh positif terhadap semangat kerja karyawan. Gaya kepemimpinan sebagai salah satu unsur yang penting didalam menjalankan kegiatan organisasi. Sebab gaya kepemimpinan merupakan perilaku pemimpin untuk mempengaruhi para pengikutnya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
Adapun macam-macam gaya
kepemimpinan kepala ruangan menurut Gillies (1996) yaitu, gaya otoriter yang menganggap semua kewajiban untuk mengambil keputusan ada ditangannya, kemudian gaya demokratis yang dalam
mengambil keputusan juga mengikutsertakan bawahan, gaya partisipatif yang menyampaikan analisa masalah dan kemudian tindakan tersebut kepada bawahan, dan gaya liberal atau laiseez faire, tugas atau keputusan lebih banyak ditangan bawahan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hutahaen (2009), yang mengidentifikasi gaya kepemimpinan kepala ruangan dan pengaruh semangat kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan. Dari hasil yang diperoleh, didapatkan gaya kepemimpinan yang sering dipakai kepala ruangan adalah demokrasi. Semangat kerja perawat pelaksana adalah tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Kasir (2011) tentang hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di RSUD Tugurejo Semarang, hasil penelitian didapatkan data gaya kepemimpinan kepala ruang di RSUD Tugurejo Semarang sebagian besar gaya kepemimpinan demoktaris. Motivasi kerja perawat pelaksana di RSUD Tugurejo Semarang sebagian besar motivasi kerja tinggi. Ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruang dengan motivasi kerja perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang merupakan rumah sakit kelas C di daerah Padang dengan instalasi rawat inap (IRNA) yang memiliki 38 orang perawat (ruang bedah 12 perawat, ruang interne 15 perawat dan ruang anak 11 perawat). Dari pengambilan data pendahuluan tanggal 19 Februari 2013 tentang gaya kepemimpinan kepala ruangan rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang, dari data yang diambil melalui wawancara dengan 12 orang perawat diruangan yang berbeda, yaitu ruang bedah 4 orang, ruang interne 4 orang, ruang anak 4 orang, ditemukan dari 3
orang kepala ruangan yang ada di ruang rawat inap RSUD dr.Rasidin Padang kepala ruangan memiliki kecendrungan gaya demokratis 58,3%, kecendrungan gaya partisipatif 25%, dan kecendrungan gaya otoriter 16,7%. Dari masing-masing gaya kepemimpinan yang ada di ruang rawat inap,didapatkan 28,6% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya kepemimpinan demokratis, 33,3% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya partisipatif, dan 50% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya kepemimpinan otoriter.
Berdasarkan wawancara tanggal 5 Maret 2013 terhadap 10 orang perawat tentang kebutuhan akan keberhasilan, yaitu 100% perawat selalu ingin tampil lebih baik dari sebelumnya, 40% perawat mengatakan kurang suka terhadap pekerjaan dengan derajat kesukaran yang rendah karena tidak ada tantangan. Kebutuhan akan afiliasi, yaitu 100% perawat mengatakan butuh akan persahabatan, cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan akan kekuasaan, yaitu 60% perawat memiliki keinginan untuk mengontrol dan mempengaruhi orang lain supaya orang lain mau berperilaku dengan cara yang dikehendaki. Namun, 70% perawat mengatakan pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan perawat, sehingga motivasi perawat terhadap dirinya kurang dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Rawat Inap dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014”. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional study, yaitu untuk mengetahui Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Rawat Inap dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 sampai dengan 11 Januari 2014 di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang. Populasi penelitian adalah seluruh perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSUD dr. Rasidin berjumlah 38 perawat yang terdistribusi di ruangan Bedah 12 perawat, ruangan Penyakit Dalam 15 perawat, dan ruangan Anak 11 perawat. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling sehingga sampel yang diambil adalah keseluruhan populasi yaitu 38 sampel Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang terdiri dari : 1) Instrumen (A) berisi tentang karakteristik responden yang terdiri dari inisial responden, jenis kelamin, umur, ruangan, lama bekerja, status perkawinan, pelatihan yang pernah diikuti, pendidikan terakhir. 2) Instrumen
(B) untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan menggunakan kuesioner baku yang dikembangkan oleh Gillies (1996, dalam Nursalam 2011) yang terdiri dari 11 pertanyaan yang terdiri dari gaya kepemimpinan otoriter, demokratis, partisipatif, liberal. 3) Instrumen (C) untuk mengukur variabel motivasi kerja perawat dengan menggunakan kuesioner baku yang dikembangkan oleh Mc. Clelland (dalam Suyanto, 2008) yang terdiri dari 16 pernyataan yang terdiri dari kebutuhan keberhasilan, kebutuhan kekuasaan/ kemenangan, kebutuhan berafiliasi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan langkahediting, koding, entry data, dan cleaning. Selanjutnya data dianalisa secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen dan secara bivariat untuk mengetahui adanya hubungan antara varibabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chy-square
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Motivasi Kerja Perawat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Motivasi Kerja Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh (52,6%) perawatdi Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014 memiliki motivasi yang tinggi. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Kasir (2011) di RSUD Tugurejo Semarang tentang hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat, Motivasi Kerja Perawat Frekuensi ( f ) Persentase (%)
Rendah 18 47,4
Tinggi 20 52,6
diperoleh motivasi kerja tinggi sebanyak (38,9%). Hal ini disebabkan oleh tempat penelitian yang dilakukan berbeda serta instrumen yang digunakan juga berbeda yaitu tidak menggunakan instrumen baku yang disusun oleh Suyanto (2008).
Menurut Nursalam (2011) bahwa motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Motivasi juga segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku.
Menurut Suyanto (2008), motivasi kerja adalah dorongan dan keinginan sehingga staf melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan baik demi mencapai tujuan yang diinginkan. Pemahaman serupa menyatakan bahwa sebagai konsep manajemen dalam kaitannya dengan kehidupan organisasi, motivasi kerja adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Sutrisno (2009), motivasi untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para karyawan untuk bekerja sama bagi kepentingan perusahaan, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya, apabila terdapat motivasi yang tinggi dari para karyawan, maka hal ini merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Motivasi pada perawat yang tinggi menunjukkan bahwa adanya dorongan dan keinginan yang tinggi dari dalam diri perawat sehingga dapat melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan yang sesuai dengan tujuan. Hal ini terbukti dari hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang responden (81,6%) perawat menyatakan setuju atas pernyataan bahwa membutuhkan tantangan untuk bekerja dengan lebih baik dan sebanyak 24 orang responden (63,2%) sangat setuju dengan pernyataan bahwa seharusnya merasa bangga bila dapat memberikan pelayanan kepada pasien dengan baik.
2. Gaya Kepemimpinan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014
Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Frekuensi ( f ) Persentase (%)
Otoriter 13 34,2
Demokratis 17 44,7
Partisipatif 7 18,4
Liberal 1 2,6
Jumlah 38 100
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 44,7% perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Rasidin Padang berpendapat bawa gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah demokratis. Hasil penelitian ini hampir
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutahaen (2009) tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dan Pengaruh Semangat Kerja Perawat Pelaksana di RSUP Adam Malik Medan diperoleh gaya kepemimpinan demokratis (49%). Hal ini disebabkan oleh persamaan dari variabel yang diteliti yaitu demokratis, partisipatif, otoriter dan liberal.
Menurut Bachtiar (2009), gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai suatu tujuan. Hal yang sama juga disampaikan oleh Nursalam (2011), gaya kepemimpinan merupakan perilaku pemimpin untuk mempengaruhi para pengikutnya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
Menurut Nursalam (2011), gaya kepemimpinan demokratis merupakan kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta kemampuan menghargai sifat dan
kemampuan setiap staf. Menurut Kuntoro (2010), gaya kepemimpinan demokratis biasanya melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan dan memberikan tanggungjawab pada para karyawannya. Dari penelitian terlihat bahwa kepala ruangan sudah mampu menghargai karakteristik dan kemampuan yang ada pada karyawannya serta mampu menggunakan jabatannya untuk menarik ide-ide para karyawannya agar pelayanan keperawatan setiap ruangan dapat meningkat. Hal ini terbukti dari hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa (71,1%) perawat menyatakan pemimpin melibatkan diri dalam interaksi bersahabat, tetapi terus berusaha memastikan bahwa semua anggota menyadari tanggungjawab dan standar pelayanan dan (52,6%) pemimpin bekerja dengan para perawat dan bersama-sama terlibat dalam pemecahan masalah. Gaya kepemimpinan demokratis sebagai salah satu unsur yang penting didalam menjalankan kegiatan organisasi, sebab perilaku pemimpin akan mempengaruhi kerja para pengikutnya.
3. Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Perawat
Tabel 3 Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014
Gaya Kepemimpinan
Motivasi Kerja Perawat
Total Rendah Tinggi f % f % f % Otoriter 10 76,9 3 23,1 13 100 Demokratis 7 41,2 10 58,8 17 100 Partisipatif 1 12,5 7 87,5 8 100 Total 18 47,4 20 52,6 38 100 pValue = 0,032
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendapat kapala ruangan dengan gaya kepemimpinan demokratis memiliki motivasi kerja lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki pendapat gaya kepemimpinan otoriter. Hasil uji statistic (chy-square) diperoleh nilai p = 0,032 (ρ < 0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014.Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristianawati (2003) tentang hubungan gaya kepemimpina kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja perawat (nilai p = 0,007 dengan alfa 0,05). Angka koefisien korelasi antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,421 menunjukkan adanya tingkat hubungan yang sedang antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja.
Menurut Sugiyarti (2008) bahwa sebagai kepala ruangan, pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk memaha mi bahwa seseorang memiliki motivasi
yang
berbeda-beda. Dalam hal tersebut, gaya kepemimpinan yang diterapkanoleh kep ala ruangan diharapkan mampu membangkitkan motivasi perawat. Motivasi ini menjadi penting karena dapat meningkatkan kapasitas pekerjaan karyawannya setelah dilakukan motivasi dari kepala ruanganya. Gaya
kepemimpinan kepala ruangan untuk memimpin karyawan akan mempengaruhi semangat kerja karyawannya. Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan kematangan bawahannya sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dari karyawannya dan mampu mendorong karyawannya dalam mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada. Tujuan tersebut harus dapat dicapai dengan sebaik-baiknya jika kepala ruangan dapat bekerjasama dengan karyawannya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Suyanto (2008), bahwa dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpinan, karena memimpin adalah memotivasi. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasialan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu didalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri.
Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang besar terhadap motivasi perawat, karena kepemimpinan merupakan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain supaya mereka memiliki motivasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam situasi tertentu, sehingga akhirnya harus disadari bahwa peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi sangatlah penting dan sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika gaya kepemimpinan baik, maka motivasi kerja karyawan semakin tinggi, dan sebaliknya jika gaya kepemimpinan kurang baik maka motivasi kerja akan semakin rendah, sehingga ada
ketergantungan antara motivasi kerja terhadap pimpinan dimana pimpinan dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja dan kualitas kehidupan kerja dalam rangka meningkatkan motivasi kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dapat dilihat bila mampu menciptakan motivasi sesuai dengan keadaan bawahan dan pekerjaannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentangHubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014, maka dapat disimpulkan lebih dari separuh (52,6%)perawat memiliki motivasi yang tinggi, hampir separuh (44,7%) perawat berpendapat gaya kepeminpinana kepala ruangan adala demokratis, dan terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014. Saran yang dapat diberikan pada pimpinan rumah sakit diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan gaya kepemimpinan yang demokratis terutama dalam hal melibatkan diri dalam interaksi bersahabat, tetapi terus berusaha memastikan bahwa semua anggota menyadari tanggung jawab dan standar pelayanan serta bersama-sama terlibat dalam pemecahan masalah. Dan diharapkan bagi pimpinan rumah sakit mampu memberikan pembinaan, pengembangan maupun seminar pada perawat dalam meningkatkan gaya kepemimpinan demokratis yang sesuai dengan standar prosedur pelayanan sehingga mampu memenuhi mendorong staf melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan dengan baik demi mencapai tujuan yang diinginkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Kasir. 2011. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Motivasi Kerja Perawat di RSUD Tugurejo Semarang
2011.http://repository.upi.edu/oper ator/upload/s_pkr_0703849_chapte r2.pdfdiakses 23 Desember 2012. Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Arwani. 2005. Manejemen Bangsal Keperawatan. Jakarta : EGC.
Bahtiar, Y. & Suali, S. 2009. Manejemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta : Erlangga.
Dahlan, M. P. 2011. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
Hardy, G. 2012. Hubungan Motivasi Perawat dalam Pelaksanaan Proses Asuhan Keperawatan dengan Dokumentasi Keperawatan 2012. http://novafaletehan.blogspot.com diakses 26 Desember 2012.
Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hutahaen. 2009. Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dan Pengaruh Semangat Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Pusat Adam
Malik Medan
ator/upload/s_pkr_0703849_chapte r2.pdf diakses 24 Desember 2012. Kristianawati, I.S. 2003. Analisa
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja Perawat di Instalasi Gawat Darurat RS Dr Sardjito
Yogyakarta 2003.
http://repository.upi.edu/operator/ upload/s_pkr_0703849_chapter2.pd f diakses 24 Desember 2012. Kuntoro, A.2010. Buku Ajar Manajemen
Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi sepuluh. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Robbins, S.P. 2007. Perilaku Organisasi. Edisi 12. Jakarta : PT Salemba Medika. Sugiyarti, I. 2008. Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan pada PT.Future Computer 2008. http:// isjd.pdii.lipi.go.id/
admin/jurnal/41072733.pdf diakses 31 januari 2013.
Sukarja. 2001. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat Ruang Rawat Inap dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2001.http://www.scribd.com diakses 2 Februari 2013.
Sutrisno, E. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana.
Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.
Walgito, B. 2004. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta : Andi.