• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR AIR MINUM

JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN

PEKERJAAN PERPIPAAN

KODE UNIT KOMPETENSI

INA.52.00.201. 01

BUKU INFORMASI

2011

MENERAPKAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN

LINGKUNGAN (K3L)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I

(2)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk jabatan kerja Pelaksana Lapangan Pekerjaan Perpipaan ini dibuat sesuai dengan ketentuan dalam Surat Perjanjian Kerja Konsultansi No. 10/KONTRAK/PPK/Kt/2011, tanggal 14 Juni 2011 yang telah ditanda tangani oleh Pihak Kesatu Pejabat Pembuat Komitmen Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Pihak Kedua Direktur Utama PT Binatama Wirawredha Konsultan.

Penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi jabatan kerja Pelaksana Lapangan Pekerjaan Perpipaan ini dimaksudkan agar tercapai kelancaran pelaksanaan pelatihan Pelaksana Lapangan Pekerjaan Perpipaan. Selain itu penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi menuangkan hasil identifikasi silabus, strategi pencapaian tujuan pelatihan dan pembelajaran yang tertuang dalam Kurikulum, yang terdiri dari Buku Kerja, Buku Informasi dan Buku Penilaian.

Demikian Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Perpipaan, kami susun sesuai dengan ketentuan Permen No. 14/PRT/M/2009 dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tahapan-tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan.

Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc.

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I.

PENGANTAR... 1

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 1

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 1

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 2

1.4 Pengertian-pengertian / Istilah... 3

BAB II. STANDAR KOMPETENSI... 5

2.1 Peta Paket Pelatihan... 5

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi... 5

2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari... 6

BAB III. STRATEGI DAN METODE PELATIHAN... 10

3.1 Strategi Pelatihan... 10

3.2 Metode Pelatihan... 10

BAB IV. PENERAPAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN... LINGKUNGAN(MK3L) 11 4.1 Umum... 11

4.2 Persiapan K3L... 11

4.3 Identifikasi Risiko Kecelakaan Kerja... 14

4.4 Kemungkinan Bahaya Terjadi di Tempat Kerja... 16

4.5 Mengikuti prosedur darurat... 18

4.6 Menggunakan perlengkapan K3... 19

4.7 Pelaporan Penerapan K3L... 23

BAB IV. SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI... 26

5.1 Sumber Daya Manusia... 26

5.2 Sumber-sumber Kepustakaan (Buku Informasi)... 26

(4)

BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi

Pelatihan merupakan kumpulan dari unsur-unsur yang dinamis, yang saling berhubungan/berkaitan dalam proses pencapaian tujuan pelatihan. Perumusan tujuan pelatihan berbasis kompetensi merupakan penjabaran dari rangkaian kegiatan yang disyaratkan dalam standar kompetensi untuk menjawab tuntutan dari setiap kriteria unjuk kerja dalam pencapaian kompetensi kerja.

Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja, meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta. Sehingga setelah pelatihan selesai peserta memperoleh peningkatan kompetensi yang dibutuhkan dan mampu mengisi jabatan/profil pekerjaan yang dibutuhkan.

1.1.2 Kompeten di tempat kerja

Kompetensi adalah menyatunya ketiga aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja atau KSA (knowledge, skill, attitude) yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja yang disyaratkan di tempat kerja. Kompetensi adalah potensi seseorang yang ditampilkan setelah dilatih melalui pelatihan. Adapun ukuran standar kompetensi tersebut dapat diukur dan dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja. Kompeten di tempat kerja adalah seseorang yang telah dapat memenuhi persyaratan jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar/tempat kerja. Tuntutan kualitas tersebut didasarkan pada perangkat bakuan kompetensi (kriteria unjuk kerja).

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1 Desain materi pelatihan

Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian kompetensi kerja. Pada materi pelatihan, aspek-aspek kompetensi dalam indikator unjuk kerja diuraikan ke dalam bentuk modul pelatihan, agar dapat dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh peserta pelatihan. Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada pelatihan konvensional/klasikal dan pelatihan individual/mandiri.

Yang dimaksud dengan pelatihan klasikal adalah pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan bantuan seorang pelatih atau pembimbing, dengan menggunakan proses belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri oleh peserta, dengan menambah unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan pelatih.

Selanjutnya dapat dipraktekkan penyelesaian suatu tugas tertentu melalui tahapan-tahapan latihan yang sistematis.

1.2.2 Isi modul

Modul merupakan uraian terkecil bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis untuk membantu peserta pelatihan menguasai tujuan pelatihan. Modul akan memandu pelatih/fasilitator menyampaikan bahan belajar dalam proses pelatihan yang sesuai secara terinci. Modul ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:

(5)

Buku Informasi adalah sumber pelatihan, baik untuk pelatih maupun untuk peserta pelatihan.

2. Buku kerja

Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri. Buku kerja diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :

1) Kegiatan-kegiatan yang membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan me-mahami informasi.

2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian kemampuan peserta pelatihan.

3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksana-kan praktik kerja.

3. Buku penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja.

Buku penilaian berisi :

1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan ke-mampuan.

2) Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian kemampuan peserta pela-tihan.

3) Sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai ke-mampuan.

4) Semua jawaban/tanggapan pada setiap pertanyaan yang diisikan pada buku kerja. 5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik.

6) Catatan pencapaian kemampuan peserta pelatihan.

1.2.3 Pelaksanaan materi pelatihan

1. Pada pelatihan klasikal, pelatihan akan:

1) Menyediakan buku informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

2) Menyediakan salinan buku kerja kepada setiap peserta pelatihan.

3) Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pela-tihan.

4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban tanggapan dan menu-liskan hasil tugas praktiknya pada buku kerja.

2. Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : 1) Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku kerja. 3) Memberikan jawaban pada buku kerja.

4) Mengisikan hasil tugas praktik pada buku kerja.

5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatihan.

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini

(6)

Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

1.3.2 Persayaratan

Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui:

1. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, atau

2. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau

3. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama.

1.4 Pengertian-Pengertian 1.4.1 Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja, atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

1.4.2 Standarisasi

Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

1.4.3 Penilaian / uji kompetensi

Penilaian atau uji kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan (kriteria unjuk kerja).

1.4.4 Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

1.4.5 Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan.

1.4.6 Standar kompetensi

Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang diperlukan pada rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaku atau pemangku jabatan kerja. Standar kompetensi dinyatakan dalam format tertentu, yaitu: (i) unit kompetensi dari jabatan kerja tersebut; (ii) elemen kompetensi dari tiap unit kompetensi, dan (iii) kriteria unjuk kerja untuk tiap unit kompetensi.

(7)

1.4.7 Sertifikasi kompetensi

Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi.

1.4.8 Sertifikat kompetensi

Sertifikat kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yaitu tenaga kerja trampil atau ahli yang telah menguasai suatu kompetensi tertentu dan telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/ketrampilan tertentu.

(8)

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1 Peta Paket Pelatihan

Standar kompetensi kerja sektor konstruksi dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) sub sektor, yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengelolaan. Pada bidang pelaksana lapangan pekerjaan perpipaan.

Terdapat 9 unit kompetensi dalam pelaksana lapangan pekerjaan perpipaan, yang dikategorikan dalam:

1. Kelompok kompetensi umum, terdiri dari 1unit kompetensi.

2. Kelompok kompetensi inti, terdiri dari 8 unit kompetensi.

2.2 Pengertian Unit Standar

2.2.1 Unit standar kompetensi

1. Standar kompetensi

Merupakan pernyataan apa yang harus dikerjakan di tempat kerja, disusun dengan pendekatan bidang pekerjaan. Standar kompetensi terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.

2. Unit kompetensi

Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya stan-dar kompetensi. Setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen kompetensi.

3. Elemen kompetensi

Merupakan bagian terkecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan sejumlah fungsi tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut.

4. Kriteria unjuk kerja (KUK)

Merupakan langkah kerja yang harus dilaksanakan dalam pencapaian elemen kompetensi. KUK mencerminkan kegiatan yang menggambarkan 3 aspek, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja. Selain itu KUK juga menunjukkan sejauh mana persyaratan elemen kompetensi dapat diukur berdasarkan pada tingkat yang diinginkan.

2.2.2 Daftar unit kompetensi

Terdapat 9unit kompetensi dalam jabatan pelaksana lapangan pekerjaan perpipaan : 1. Kelompok kompetensi umum

Menerapkan keselamatan kesehatan kerja dan Lingkungan di tempat kerja (K3L) 2. Kelompok kompetensi inti

1) Persiapan pekerjaan pemasangan pipa

2) Menghitung dan membuat daftar kebutuhan bahan, alat, perlengkapan pekerjaan dan tenaga kerja

3) Rencana jadual pelaksanaan pekerjaan 4) Melaksanaan pengamanan dalam handling 5) Melaksanakan pekerjaan uiset dan tanah

6) Melaksanakan pekerjaan pemasangan, penyambungan pipa beserta accesories 7) Melaksanakan pekerjaan pengetesan sambungan pipa dan accesories serta

(9)

8) Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa

2.2.3 Durasi pelatihan

Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan seluruh 9 unit kompetensi adalah 99,44 JPL, dimana 1 JPL (jam pelajaran) adalah 45 menit.

Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan unit kompetensi ini adalah 4 JPL.

2.2.4 Kesempatan mencapai kompetensi

Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.

2.3 Unit Kompetensi Yang Dipelajari 2.3.1 Judul unit

Judul unit kompetensi: Menerapkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan (MK3L)

2.3.2 Kode unit

Kode unit: INA.52.00.201. 01

2.3.3 Deskripsi unit

Unit ini mengambarkan ruanglingkup pengetahuan, ketrampilan dan sikap prilaku yang diperlukan untuk menerapkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan di tempat kerja (K3L)

2.3.4 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja

Elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi berikut kriteria unjuk kerja terdapat pada tabel Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi menerapkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan di tempat kerja ( K3L)

Elemen kompetensi Kriteria unjuk kerja

1. Menyiapkan bahan, peralatan dan keleng-kapan K3L

1.1 Kebutuhan peralatan dan kelengkapan K3L diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan

1.2 Peralatan dan perlengkapan K3L dipersiapkan sesuai dengan SOP/prosedur kerja yang ditetapkan

1.3 Bahan dan peralatan perlengkapan ditata, disimpan dan dirawat dengan baik sesuai dengan SOP/prosedur kerja yang ditetapkan

1.4 Tempat kerja ditata dengan rapi sesuai dengan SOP/prosedur kerja yang ditetapkan

2. Mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang akan terjadi di tempat kerja

2.1 Kemungkinan bahaya di lingkungan kerja

2.2 Alternatif tindakan pencegahan bahaya kecelakaan kerja diiden-tifikasi dan ditetapkan berdasarkan pada jenis dan karakter ke-mungkinan bahaya serta standar penanggulangan nya sesuai dengan SOP/ prosedur kerja.

(10)

2.3 Sarana dan prasarana K3L untuk pencegahan kecelakaan diper-siapkan sesuai dengan kebutuhan

3. Menjelaskan

kemungkinan bahaya yang akan terjadi di tempat kerja

3.1 Kemungkinan bahaya kecelakaan kerja hasil identifikasi dikemas dalam lembar informasi yang komunikatif sesuai dengan kebu-tuhan.

3.2 Informasi tentang bahaya kecelakaan kerja disampaikan kepada seluruh pekerja dan pihak lain yang terkait sesuai dengan kebu-tuhan

3.3 Administrasi penyampaian informasi dilakukan sesuai dengan SOP/prosedur kerja

4. Mengikuti prosedur darurat

4.1 Prosedur darurat keselamatan kerja untuk pekerjaan pema-sangan pipa, diidentifikasi sesuai dengan SOP/ prosedur kerja yang berlaku.

4.2 Langkah persiapan dalam rangka mengikuti prosedur darurat dilakukan sesuai dengan kebutuhan .

4.3 Simulasi tindakan mengikuti prosedur darurat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang tercakup dalam SOP/prosedur kerja serta kebijakan perusahaan

5. Menggunakan per-lengkapan K3 (Alat Pe-lindung Diri)

5.1 Alat pelindung diri (APD) yang telah dipersiapkan dicek kembali fungsinya dengan menggunakan lembar simak yang ditetapkan

5.2 Alat pelindung diri (APD) dipergunakan dan dikenakan sesuai dengan fungsinya sesuai dengan SOP/prosedur kerja

5.3. Perlengkapan APD dirawat dan disimpan kembali setelah pemakaian sesuai dengan SOP/prosedur kerja yang berlaku

6. Membuat laporan pe-nerapan K3L

6.1 Pelaksanaan pekerjaan perpipaan dari persiapan sampai akhir pekerjaan dicatat dengan menggunakan form yang ditetapkan

6.2 Kejadian atau kecelakaan kerja yang terjadi dicatat dengan menggunakan form yang tersedia

6.3 Tindakan penanganan kecelakaan kerja yang telah dilakukan dicatat dengan menggunakan form yang ada

(11)

2.3.5 Batasan variable 1. Konteks variabel :

Unit ini berlaku untuk diterapkan dalam satuan kerja perorangan sebagai acuan untuk melaksanakanan dan menerapkan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) di Tempat Kerja.

2. Tugas dalam menerapkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan meliputi : 1) Menyiapkan bahan, peralatan dan kelengkapan K3L

2) Mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang akan terjadi di tempat kerja 3) Menjelaskan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di tempat kerja 4) Mengikuti prosedur darurat

5) Menggunakan perlengkapan K3 (Alat Pelindung Diri) 6) Membuat laporan penerapan K3

3. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan unit ini perlu tersedianya peralatan dan sarana antara lain :

1) Alat Pelindung Diri (APD) 2) Alat untuk pemasangan pipa 3) Alat pengaman kerja (APK) 4) Alat P3K

4. Peraturan perundangan dan kebijakan terkait, antara lain:

1) Undang-undang nomor 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi

2) Peraturan menteri pekerjaan umum nomor 09/PRT/M/2008 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja (SMK3) konstruksi bidang pekerjaan umum

3) Kode etik profesi dari asosiasi profesi 4) SOP perusahaan atau instansi.

2.3.6 Panduan penilaian 1. Konteks penilaian

1) Prosedur penilaian

(1). Tetapkan metode penilaian

(2). Kumpulkan bukti pendukung (fortofollio) (3). Lakukan wawancara atau uji tertulis (4). Kesimpulan hasil penilaian

2) Tempat penilaian, unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang sudah disepakati

3) Alat yang digunakan berupa; alat tulis dan komputer

4) Bahan yang dibutuhkan mencakup; lembar pertanyaan, pedoman wawancara, materi uji kompetensi (MUK).

5) Keterkaitan dengan unit kompetensi lain: (1). Persiapan pekerjaan pemasangan pipa

(2). Menghitung dan membuat daftar kebutuhan bahan, alat, perlengkapan peker-jaan dan tenaga kerja

(3). Rencana jadual pelaksanaan pekerjaan (4). Melaksanaan pengamanan dalam handling (5). Melaksanakan pekerjaan uiset dan tanah

(12)

(6). Melaksanakan pekerjaan pemasangan, penyambungan pipa beserta accesories (7). Melaksanakan pekerjaan pengetesan sambungan pipa dan accesories serta

penggelontoran dan disinfektan

(8). Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa

2. Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan:

1) Pengetahuan Dasar-dasar K3, Lingkungan dan Mutu 2) Pengetahuan P3K dan APAR

3) Cara memakai APD

4) Cara menata, menyimpan dan merawat dan menyiapkan bahan serta peralatan

3. Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung kompetensi ini: 1) Ketrampilan dalam menggunakan peralatan K3L

2) Ketrampilan membaca gambar

4. Aspek penting penilaian

Aspek yang harus diperhatikan :

1) Kemampuan menata, menyimpan, merawat dan menyiapkan bahan, peralatan dan perlengkapan

2) Tertib prosedur dalam penggunaan P3K

3) Kemampuan memahami dasar-dasar K3 dan Lingkungan 4) Kemampuan menggunakan peralatan APD

5. Aspek kritis

Kemampuan dalam memelihara lingkungan dan situasi kerja yang menciptakan suasana kondusif untuk terciptanya pekerjaan yang aman meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

2.3.7 Kompetensi kunci

Kompetensi kunci dalam mencapai unjuk kerja yang disyaratkan terdapat pada tabel Kompetensi kunci dalam pencapaian unjuk kerja menerapkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan d tempat kerja

No Kompetensi kunci Tingkat

1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisis informasi

1

2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1 3 Merencanakan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2 4 Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1

6 Memecahkan masalah 1

(13)

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi Pelatihan

3.3.1 Persiapan dan perencanaan pelatihan:

1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tu-juan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda.

2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan penge-tahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan anda.

3.3.2 Permulaan dari proses pembelajaran:

1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas yang terdapat pada tahap belajar. 2. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda.

3.3.3 Pengamatan terhadap tugas praktik:

1. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan.

3.3.4 Implementasi dan penilaian:

1. Penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja tugas-tugas anda dan sikap anda terhadap pekerjaan. 2. Penilaian dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai bantuan dan dukungan belajar. 3. Anda akan dinilai untuk menentukan apakah anda telah mencapai kompetensi sesuai

dengan standar yang dijelaskan dalam kriteria unjuk kerja.

3.2 Metode Pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri:

Belajar secara mandiri memperbolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.3.2 Belajar berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, namun sesi kelompok tetap memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.3.3 Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar terstruktur ini umumnya mencakup topik tertentu.

(14)

BAB IV

PENERAPAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA dan LINGKUNGAN

4.1 Umum

4.1.1 Latar belakang

Prinsip keselamatan kerja bahwa setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan aman dan selamat. Suatu kecelakaan terjadi karena ada penyebabnya, antara lain manusia, peralatan, atau kondisi lapangan. Penyebab kecelakaan ini harus diketahui dan dicegah untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Hal-hal yang perlu diketahui agar pekerjaan dapat dilakukan dengan aman, antara lain

1. Mengenal dan memahami pekerjaan yang akan dilakukan,

2. Mengetahui potensi bahaya yang bisa timbul dari setiap tahapan pekerjaan yang akan dilakukan.

3. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan dan peraturan K3 secara konsisten. Dengan mengetahui dan melaksanakan ketiga hal tersebut di atas akan tercipta lingkungan kerja yang aman dan terhindar dari terjadinya kecelakaan kerja, baik manusianya maupun peralatannya. Keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk melaksanakan pekerjaan tanpa mengakibatkan kecelakaan atau nihil kecelakaan penyakit akibat kerja atau zero accident. Dengan demikian setiap personil di dalam suatu lingkungan kerja harus membuat suasana kerja atau lingkungan kerja yang aman dan bebas dari segala macam bahaya untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Tujuan dari keselamatan kerja adalah untuk mengadakan pencegahan agar setiap personil atau karyawan tidak mendapatkan kecelakaan dan alat-alat produksi tidak mengalami kerusakan ketika sedang melaksanakan pekerjaan.

4.1.2 Tujuan Modul

1. Tujuan intruksonal umum

Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu menerapkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan di tempat kerja (K3L)

2. Tujuan instruksional khusus

Setelah mengikuti pelatihan, peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan langkah-langkah : Mempersiapkan bahan, peralatan dan kelengkapan K3,

Mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang akan terjadi di tempat kerja,Menjelaskan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di tempat kerja, Mengikuti prosedur darurat, Menggunakan perlengkapan K3, dan Membuat laporan penerapan K3L

4.1.3 Ruang lingkup

Ruang lingkup kegiatan menerapkan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan di tempat kerja (K3L) pada pelaksanaan pekerjaan perpipaan

4.2 Persiapan K3L

4.2.1 Identifikasi kebutuhan peralatan K3L

Untuk melaksanakan K3L, diperlukan fasilitas berupa bahan , barang dan alat dalam rangka untuk pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa, oleh karena itu perlu melakukan identifikasi dengan langkah sebagai berikut;

(15)

1. Disusun setiap tahapan pelaksanaan kegiatan dalam pekerjaan pemasangan pipa, dimu-lai dari tahap persiapan sampai dengan tahap finishing.

2. Setiap tahapan pekerjaan pelaksanaan pemasangan pipa harus dipastikan dalam hal penggunaan peralatan dan kondisi lingkungan kerja

3. Setiap peralatan yang digunakan harus ada buku manual, yang berisikan minimal untuk petunjuk pengoperasian, pemeliharaan, dan penjelasan/ peringatan kondisi yang mem-bahayakan.

4. Setiap tahapan pekerjaan dari jenis peralatan dan volume pekerjaan dapat ditentukan jumlah personil yang akan dipekerjakan sesuai kulifikasi yang dibutuhkan.

5. Dari setiap tahapan pekerjaan dapat diidentifikasi kemungkinan bahaya kecelakaan ker-ja yang dapat terker-jadi.

6. Selanjutnya dari kebutuhan peralatan, kondisi lingkungan, dan kemungkinan bahaya ke-celakaan kerja yang dapat terjadi, dapat ditentukan kebutuhan alat pelindung diri (APD) dan alat pelindung kerja (APK) untuk melaksanakan K3L dalam pekerjaan perpipaan. 7. Dibuat daftar APD dan APK untuk melaksanakan K3L dalam rangka melaksanakan

peker-jaan pemasangan pipa.

4.2.2 Persiapan peralatan K3L

Sebagai contoh untuk kebutuhan APD dan APK disesuaikan dengan jenis pekerjaan, metoda pelaksanaan, mesin/peralatan, dan kondisi lingkungan kerja dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Kegiatan dan Lokasi

Potensi Dampak Pengendalian

Penumpukan pipa di lokasi proyek

1. Tertimpa pipa 2. Tergores ujung Pipa 3. Menginjak benda tajam

• Alat pelindung kepala (helmet) • Alat pelindung kaki (sepatu)

• Alat pelindung tangan (sarung tan-gan) Pemasangan dan penyambungan pipa dalam galian 1. Tertimbun galian 2. Tertimpa pipa 3. Tergores kawat sling

• Alat pelindung lereng galian • Alat pelindung kaki (sepatu)

• Alat pelindung tangan (sarung tan-gan)

• Alat pembatas area kerja (penghalang /barricade)

Pengujian sambungan dan penggelontoran

1. Menginjak benda tajam 2. Bahan kimia

3. Tergores peralatan

• Alat pelindung kaki (sepatu)

• Alat pelindung tangan (sarung tan-gan)

• Alat pelindung pernafasan (masker)

Untuk menghitung jumlah kebutuhan APK dan APD tergantung; jenis/tahapan pekerjaan, volume pekerjaan, metoda pelaksanaan, penggunaan mesin/peralatan, dan jumlah personil yang mengerjakan. Dari hasil perhitungan dapat dibuat daftar kebutuhan APD dan APK.

4.2.3 Penataan bahan, peralatan dan perlengkapan

Bahan/material, peralatan dan perlengkapan untuk penyimpanannya dapat dilakukan di dalam gudang dan di luar gudang tergantung jenis material dan perlengkapan yang akan

(16)

digunakan. Untuk material dan peralatan yang perlu perlindungan khusus disimpan di dalam gudang (pipa, fitting, perlengkapan penyambungan, bahan kimia, semen dan sebagainya), sedangkan untuk material dan peralatan yang tidak membutuhkan perlindungan khusus dapat di simpan di luar gudang (pasir, batu kali, pipa berdiameter di atas 400 mm, alat berat untuk galian, dan sebagainya).

Penyimpanan material, peralatan dan perlengkapan baik yang di dalam gudang maupun di luar gudang harus ditata sebagai berikut:

1. Harus mudah untuk akses baik penyimpanan maupun pengambilan

2. Dikelompokan sesuai jenis penggunaannya (alat gali, alat potong, alat sambung dan se-bagainya)

3. Untuk bahan tertentu seperti rubber ring, fitting kecil< Ø2 inch, mur baut, flange, pack-ing, dan sejenisnya ditempatkan di gudang dan disimpan di rak.

4. Untuk fitting Ø > 2 inch ditumpuk berdasarkan jenisnya ( belokan, cabang,reducer, dan sebagainya)

5. Untuk valve Ø < 2 inch disimpan di rak berdasarkan jenis dan diameternya, sedangkan untuk Ø > 2 disimpan di lantai dikelompokan berdasarkan jenis dan diameternya. 6. Untuk material yang mudah terbakar harus disimpan khusus dan diberi label peringatan

(cleaner, solvent cement, dan sebagainya).

7. Penyimpanan pipa di luar gudang (penumpukan) harus mengikuti ketentuan penumpu-kan pipa.

4.2.4 Penataan Tempat Kerja

Jaminan pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan aman, nyaman, hasil pekerjaan sesuai yang diharapkan dan tepat waktu dibutuhkan penataan tempat bekerja baik di dalam ruangan maupun di lapangan. Penataan perlu dilakukan disesuaikan dengan jenis pekerjaan atau tahapan pekerjaan. Seperti dalam melaksanakan kegiatan penggalian, pemasangan dan penyambungan pipa, pengetesan dan pengurukan harus dapat dilakukan dengan bebas bergerak yang artinya setiap kegiatan pekerjaan harus disiapkan ruang gerak untuk bekerja agar memperoleh hasil kerja yang optimal. Dalam setiap kegiatan tahapan pekerjaan akan diatur untuk memperoleh ruang gerak pekerja, dituangkan dalam spesifikasi teknis pelaksanaan kegiatan tersebut. Seperti berapa ukuran lebar galian untuk pipa berapa dalam galian untuk pipa, selain berdasarkan diameter pipa yang ditanam juga ada batasan-batasan yang sudah diatur dalam ketentuan pemasangan pipa. Selain diatur dalam spesifikasi teknis dari pabrikan pun mengeluarkan ketentuan tersebut. Usahalan agar tempat kerja dalam keadaan rapih dan bersih. Letakkan potongan – potongan bahan, lap atau potongan kain yang berminyak, kertas tak terpakai dan sampah lainnya di tempat – tempat yang disediakan.

Jagalah agar lantai tempat bekerja selalu senantiasa dalam keadaan bersih. Letakkan barang – barang yang sekiranya dapat menyebabkan tergelincir seperti paku, pecahan kaca, kayu dsb di tempat yang disediakan. Harus diupayakan agar pengaturan tempat kerja, lingkungan kerja dan tata cara kerja sedemikian rupa sehingga dapat membuat para pekerja dengan tenang melaksanakan pekerjaannya karena merasa terlindung dari resiko bahaya kecelakaan.

Begitu juga untuk mengoperasikan peralatan baik yang mmanual maupun mekanik, semua sudah ada ketentuannya. Akan tetapi secara normative dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pekerja dapat bergerak bebas mengoperasikan peralatan yang digunakan untuk

(17)

2. Posisi tubuh pekerja dapat menempatkan diri dalam kondisi yang tidak mencederai tu-buh (bagaimana posisi membungkuk, bagaimana posisi jongkok dan bagaimana posisi berdiri).

3. Pekerja dalam melaksanakan tugasnya dapat dijamin keamanan dari akibat eksternal (teruruk, tertimpa, tertabarak kendaraan, terbenam dalam air dan srbagainya).

Dengan penataan tempat kerja yang memenuhi persyaratan sesuai dengan tahapan pekerjaan akan memperoleh beberapa keuntungan;

1) Keselamatan dan kesehatan dalam bekerja, lebih terjamin bagi pekerja. 2) Produktifitas dan kualitas pekerjaan akan lebih baik

3) Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan peluangnnya jauh lebih besar

4.3 Identifikasi Risiko Kecelakaan Kerja

4.3.1 Kemungkinan bahaya di tempat kerja

Masalah keselamatan kerja dalam pengoperasian dan pemeliharaan alat-alat untuk tahapan pekerjaan perpipaan menjadi prioritas untuk selalu diperhatikan oleh para pekerja. Hampir semua kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh ketidak taatan dalam melaksanakan peraturan yang mendasar dari keselamatan kerja dalam pengoperasian dan pemeliharaan alat-alat yang digunakan.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, sebaiknya pekerja memahami dan melaksanakan segala ketentuan keselamatan kerja yang sudah diinformasikan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai tahapan pekerjaan perpipaan. Banyak kecelakaan kerja terjadi karena kesalahan manusia yang tidak disiplin menerapkan ketentuan keselamatan kerja selama melaksanakan pekrejaan. Untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan kerja tersebut diperlukan sebelum melakukan kegiatan pekerjaan diharuskan melakukan pemeriksaan lingkungan di tempat kerja.

1. Tujuan pemeriksaan ditempat dan lingkungan kerja adalah untuk memastikan dalam pelaksanaan pekerjaan, pekerja aman terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan yang diakibatkan kondisi di tempat kerja.

2. Prosedur pemeriksaan di lingkungan tempat kerja dapat dilakukan hal-hal sebagi beri-kut:

1) Kondisi di tempat kerja pastikan tidak licin, ceceran pelumas, tupahan air, lumpur, atau benda lain yang dapat membuat pekerja terpelesaet.

2) Pastikan di tempat kerja tidak ada benda-benda tajam yang menyolok keluar yang dapat mengakibatkan pekerja terbentur dan luka.

3) Pastikan di tempat kerja tidak ada benda-benda yang menghalangi aktivitas seperti gundukan batu, tanah, sampah atau benda-benda keras lainnya yang menghalangi pekerja.

4) Pastikan disediakannya lokasi tempat pembuangan benda-benda sisa atau limbah dari masing-masing aktivitas kegiatan dan tidak menimbulkan pencemaran ke loka-si lain akibat hujan atau angin.

3. Kondisi-kondisi yang harus dihindari yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja seperti:

1) Tempat kerja tergenang air, lumpur dan kotoran lainnya

2) Tempat kerja yang tidak rata, curam sehingga untuk berdiripun susah 3) Bekerja diatas tangga tampa pengamanan

4) Bekerja dalam galian tampa perlindungan lereng/tebing galian 5) Bekerja diruang tertutup tampa ventilasi yang memadai

(18)

4.2.2 Alternatif tindakan pencegahan bahaya

1. Pencegahan kecelakaan kerja

1) Menyingkirkan bahaya. Apabila dalam suatu situasi kerja adanya bahaya yang diper-kirakan bias menimbulkan kecelakaan, maka seorang pelaksana harus segera meng-hentikan pekerjaan tersebut dan memberikan peringatan kepada pekerja yang ber-sangkutan untuk memperbaiki cara kerja atau perlengkapan kerja yang digunakan. Misalnya jika ada pekerja yang melakukan pekerjaan tepat dibawah para pekerja lain di atasnya, maka seorang pelaksana harus segera mengehentikan pekerjan tersebut, dan memindahkan pekerja yang bersangkutan.

2) Penggunakan alat pelindung. Pada situasi kerja yang riskan terhadap kecelakaan, kontraktor harus menyediakan dan mewajibkan para pekerjanya untuk menggunakan alat pelindung diri seperti topi pengaman (helmet), sabuk pengaman (safety belt) dll.

3) Pemasangan rambu – rambu K-3. Rambu – rambu K-3 harus dipasang pada tempat – tempat kerja yang bisa menimbulkan kecelakaan kerja dan dipasang di setiap sudut dan pintu masuk ke area kerja. Demikian pula rambu – rambu penggunaan sabuk pengaman (safety belt).

4) Memberikan anjuran dan sanksi. Setiap akan memulai pekerjaan sebaiknya dilaku-kan penjelasan singkat tentang pentingnya cara kerja yang aman dan penggunaan alat pengaman kepada semua pekerja dan menyampaian hasil evaluasi terhadap pe-laksanaan K-3 sebelumnya. Apabila ini sudah disampaikan maka jika ada pekerja yang melakukan pelanggaran selayaknya perlu diberi sanksi, hal ini guna meningkatkan disiplin kerja.

2. Menguasai tindakan yang tidak aman (unsafe action)

Untuk dapat menguasai dan mengendalikan sebab – sebab tindakan tidak aman (unsafe

action) dari seseorang, perlu penelitian dan perbaikan dengan seksama dalam hal :

1) Pengawasan 2) Analisis jabatan 3) Disiplin kerja 4) Latihan kerja 5) Penempatan pekerja. 6) Kesehatan.

4.2.3 Sarana dan Prasarana K3L

Yang termasuk kedalam sarana dan prasarana K3L selain alat pelindung diri (APD) dan alat pengaman kerja (APK) juga hak-hak pekerja seperti:

1. Pelatihan

Perusahaan harus memastikan bahwa setiap karyawan -- yang bekerja di perusahaan yang dapat berdampak pada K3 -- adalah kompeten, berdasarkan pendidikan, pelatihan atau pengalaman yang sesuai, dan harus menyimpan rekaman bukti terkait dari tiap karyawan tersebut.

Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan K3. Untuk itu perusahaan harus memiliki prosedur guna (i) melakukan identifikasi standar kompetensi kerja, serta (ii) menerapkan standar kompetensi kerja melalui program pelatihan.

(19)

2. Jaminan kecelakaan

Setiap pekerja borongan dan harian lepas secara khusus jaminan kecelakaan telah diatur dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja pada setiap proyek. Iuran dibayar oleh kontraktor dalam persentase tertentu atas dasar besarnya nilai kontrak/proyek. Jaminan pada dasarnya berlangsung selama mengerjakan proyek yang bersangkutan, terkecuali ditemukan penyakit akibat bekerja pada proyek tersebut walaupun jangka waktu pekerjaan telah selesai. Program jaminan ini dilaksanakanoleh PT. Jamsostek.

Program ini baru mencakup Jaminan kecelakaan Kerja termasuk penyakit karena hubungan kerja. Program yamng lebih lengkap meliputi Jaminan hari Tua (JHT), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Jaminan Kematian (JK). Jaminan kematian ini buka kematian akibat hubungan kerja. Jaminan kematian akibat kecelakaan termasuk Jaminan Kecelakaan kerja.

3. Pelayanan Santunan

Menurut ketentuan apabila ada yang mengamali kecelakaan, tenaga kerja atau siapa saja harus secepatnya memberitahukan ke perusahaan atau pengusaha, dalam hal ini kepada kontraktor. Pengusaha wajib memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, termasuk membawa korban ke rumah sakit atau klinik terdekat. Hal ini juga berlakuk pada pekerja yang tertimpa penyakit akibat hubungan kerja.

Tahap berikutnya Kontraktor harus melaporkan baik kepada PT Jamsostek dan kepada kantor Depnaker setempat dalam jangka waktu sesuai ketentuan yang berlaku.

Realisasi pelayanan selanjutnya menjadi tanggung jawab PT Jamsostek. Dalam upaya perlindungan terhadap pekerja telah diatur lebih lengkap tentung penyakit akibat hubungan kerja. Ketentuan ini hendaknya diketahui oleh pekerja borongan maupun harian lepas yang bekerja di proyek. Penyakit yang dimaksud disini bukan saja yang diakibatkan langsung oleh pekerjaan tetapi juga akibat lingkungan kerja.

Patut diketahui bahwa penyakit bisa saja memperhatikan gejala setelah suatu jangka waktu tertentu terkena suatu penyakit. Karena itu andaikata dalam 3 tahun setelah selesai bekerja di suatu proyek, dan dokter membuktikan penyebabnya adalah akibat dari pekerja atau lingkungan kerja itu; maka hal itu tetap berarti akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja. Artinya penderita masih berhak atas Jaminan Kecelakaan kerja yang diprogramkan Pemerintah. Daftar penyakit yang ditetapkan dalam Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993.

4.4 Kemungkinan Bahaya Terjadi di Tempat Kerja 4.4.1 Kemungkinan bahaya di Tempat Kerja

Untuk mengetahui kemungkinan bahaya terjadi di tempat kerja dilakukan Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan produk, barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan K3. Karena itu prosedur untuk identifikasi, penilaian, dan pengendalian resiko harus ditetapkan dan dipelihara. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko, dan merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dimana selanjutnya dilakukan pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko. Penilaian resiko merupakan proses menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan : 1. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.

(20)

2. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. Prosedur untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus mempertimbangkan: 1. Kegiatan rutin dan non rutin.

2. Kegiatan seluruh orang yang mempunyai akses terhadap tempat kerja (termasuk kon-traktor dan pengunjung).

3. Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya.

4. Mengidentifikasi bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat merugikan kesehat an dan keselamatan personal di bawah pengendalian perusahaan di tempat kerja.

5. Bahaya yang ada di sekitar tempat kerja dikaitkan dengan kegiatan kerja di bawah pengendalian perusahaan. Hal ini lebih sesuai untuk bahaya yang dianalisa sebagai aspek lingkungan.

6. Infrastruktur, peralatan dan bahan di tempat kerja, baik yang disediakan perusahaan maupun dari pihak lain.

7. Perubahan ataupun perubahan terencana di perusahaan, baik kegiatannya ataupun bahan.

8. Modifikasi sistem manajemen K3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya pada operasi, proses dan kegiatan.

9. Beberapa kewajiban perundangan yang digunakan terkait dengan penilaian resiko dan penerapan pengendalian penting .

10. Rancangan lokasi kerja, proses instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi, terma-suk adaptasinya terhadap kemampuan manusia.

Perusahaan harus memastikan bahwa hasil penilaian ini dipertimbangkan dalam penentuan pengendalian, dan menginformasikan kemungkinan-kemungkinan bahaya akibat kecelakaan kerja, bahaya penyakit akibat kerja dapat langsung melalui pertemuan-pertemuan/pengarahan-pengarahan atau bentuk lain seperti pengumuman yang ditempelkan yang menginformasikan tentang kemungkinan-kemungkinan terjadi kecelakaan kerja atau sakit akibat kerja.

4.4.2 Penyampaian informasi tentang bahaya kecelakaan kerja

Dalam rangka menyebar luaskan informasi tentang bahaya kecelakaan kerja metodanya dapat dilakukan dengan cara:

1. Pengumuman dapat melalui pamplet-pamplet, berupa peringatan dengan bahasa yang mudah dimengerti (baik bahasa symbol atau gambar maupun kalimat-kalimat) dan dipa-sang pada tempat-tempat yang mudah terlihat dan dibaca.

2. Buku-buku cetak yang baku pada umumnya apabila menggunakan media cetak (buku) selain kemungkinan bahaya kecelakaan kerja yang diinformasikan juga dilengkapi den-gan cara menghinarinya /pencegahan nya, termasuk apabila sudah terjadi disampaikan cara penanggualangan nya, dilengkapi petunjuk praktis dan gambar.

3. Melalui pembinaan secara berkesinambungan dan secara berjenjang, untuk para mana-jer melalui pertemuan-pertemuan berkala, selanjutnya para manamana-jer melakukan perte-muan dengan stfnya danseterusnya sampai tingkat mandor dengan personil yang di-awasinya.

(21)

4.4.3 Administrasi penyampaian informasi tentang bahaya kecelakaan kerja

Untuk menjamin penyampaian informasi tersebut diadministrasikan yang baik, sehingga dapa dilakukan penelusuran bukti-bukti sudah menyampaikan inforamsi tentang bahaya kecelakaan kerja.

Dengan adanya administrasi yang teratur memudahkan untuk melakukan evaluasi tentang

penyebaran informasi tentang bahaya kecelakaan kerja.

4.5 Mengikuti Prosedur Darurat 4.5.1 Identifikasi prosedur darurat

1. Prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana.

1) Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau ben-cana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui kehandalan prosedur tersebut pada saat menghadapi kejadian yang sebenarnya.

2) Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus dikoor-dinasikan dengan instansi terkait yang berwenang.

2. Prosedur menghadapi insiden.

Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan harus memiliki prosedur meliputi :

1) Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai menda-patkan pertolongan medik.

2) Proses perawatan lanjutan.

3. Prosedur rencana pemulihan keadaan darurat.

Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan karyawan yang mengalami trauma.

4.5.2 Persiapan prosedur darurat

Perusahaan harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur : 1. Mengidentifikasi potensi situasi darurat.

2. Untuk menanggapi situasi darurat.

Perusahaan harus menganggapi situasi darurat yang sebenarnya dan menjaga atau mencegah kerugian yang terkait dengan konsekuensi K3. Saat merencanakan tanggap darurat, perusahaan harus mempertimbangkan pihak-pihak terkait yang diperlukan, seperti jasa dan pihak terdekat terkait dengan situasi darurat.

Perusahaan juga harus secara berkala menguji prosedurnya dapat diterapkan dalam menanggapi situasi darurat, melibatkan pihak-pihak terkait yang diperlukan. Bila diperlukan prosedur kesiagaan dan tanggap darurat dapat direvisi, khususnya setelah pengujian berkala dan sesudah terjadinya sutuasi darurat.

Keselamatan kerja sangat penting diperhatikan dan dilaksanakan antara lain untuk :

1. Menyelamatkan karyawan dari penderitaan sakit atau cacat, kehilangan waktu, dan kehilangan pekerjaan.

2. Menyelamatkan keluarga dari kesedihan atau kesusahan, kehilangan penghasilan, dan masa depan yang tidak menentu.

(22)

3. Menyelamatkan perusahaan dari kehilangan tenaga kerja, pengeluaran biaya akibat kecelakaan, mengganti atau melatih kembali karyawan, kehilangan waktu akibat kegiatan kerja terhenti, dan menurunnya produksi.

4.5.3 Simulasi prosedur darurat

Perusahaan harus memikirkan untuk melakukan latihan atau simulasi apabila dalam kondisi darurat, seluruh pegawai harus mendapat informasi terlebih dahulu sebelum melakukan simulasi. Informasi yang harus diterima adalah SOP epakuasi, dan prosedur penanganan darurat, juga P3K.

Kelengkapan informasi yang disampaikan dapat berjenjang untuk hal yang sifatnya umum dapat ditempel di papan pengumuman yang tersedia.

Disamping itu apabila memungkinkan dilakukan penyampaian secara berkala informasi-informasi lainya pada saat mengadakan simulasi prosedur darurat. Dengan berkembangnya teknologi dapat disebarkan informasi-informasi melalui audio visual dan dapat ditayangkan ditempat sederhana atau di lokasi proyek.

4.6 Menggunakan Perlengkapan K3

4.6.1 Mempersiapkan perlengkapan K3

Suatu rencana mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja harus ditindak lanjuti dengan penyediaan perlengkapan K3 yang meliputi alat pelindung diri (APD) dan alat pengaman kerja (APK).

Meskipun dalam prosedur penyediaan APD dan APK tersebut merupakan kewajiban perusahaan, namun untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang mungkin terjadi, maka operator dengan dibimbing oleh atasan langsungnya, menyusun kebutuhan perlengkapan K3 secara lengkap sesuai kondisi kerja, sehingga pada saat akan mulai melaksanakan pekerjaan, perlengkapan K3 tersebut dapat diperiksa dan dipakai atau digunakan sesuai dengan prosedur. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Periksa alat pemadam kebakaran, apakah masih belum kadaluarsa.

Harus dapat menggunakan alat pemadam kebakaran dengan benar sesuai prosedur. Periksakan/service alat pemadam kebakaran secara berkala.

(23)

4.6.2 Penggunaan perlengkapan K3

Perlengkapan K3 untuk melindungi diri pekerja sipatnya melekat pada diri pekerja adalah alat pelindung diri (APD) dan yang sifatnya menjaga lingkungan kerja atau alat pengaman kerja (APK).

1. Penggunaan APD

1) Sabuk pengaman (safety belt)

Sabuk pengaman merupakan perlengkapan yang sangat penting dan harus digunakan terutama pada saat melakukan pekerjaan pada ketinggian lebih dari 3 m. Sabuk pengaman dipasang pada pinggang seperti ikat pinggang biasa dan mengikatkan bagian talinya kepada bagian konstruksi yang diperkirakan cukup kuat dan dapat menahan beban manusia, sehingga jika pekerja tergelincir/terpeleset tidak akan langsung jatuh akan tetapi dapat tertahan oleh sabuk pengaman sehingga terhindar dari kecelakaan yang lebih fatal.

2) Topi keras (helmet)

. 3) Sarung tangan

Topi kerja (helmet) sangat berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda – benda yang mungkin jatuh, untuk itu topi keras harus dipilih yang baik mutunya.

Sarung tangan digunakan untuk

menghindarkan kulit tangan dari luka akibat serpihan besi, batu – batu tajam atau cairan semen dari adukan. Penggunaan sarung tangan harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

(24)

4) Sepatu kerja

5) Penutup hidung (masker)

6) Kaca mata

7) Pelindung telinga

8) Pakaian yang terpilih

Sepatu kerja digunakan untuk melindungi kaki dari luka akibat terjepit, benda-benda tajam dan sejenisnya, penggunaan sepatu juga harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Penutup hidung (masker) digunakan pada saat bekerja pada daerah yang berdebu atau yang mengandung unsure kimia seperti debu semen yang dapat menimbulkan gangguan pada pernapasan.

Kaca mata harus digunakan pada saat melakukan pekerjaan khusus seperti : memecah batu, mengelas, menggerinda dsb.

Pelindung telinga harus digunakan pada lingkungan pekerjaan yang bising yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Pakaian yang dikenakan juga harus dipilih yang kira – kira tidak terlalu ketat juga tidak terlalu longgar, sehingga tidak menyulitkan pada saat bekerja. Pada pekerjaan khusus seperti las biasanya di gunakan pakaian khusus (aparon) yang melindungi badan dari percikan akibat api

(25)

2. Penggunaan APK

Alat Pengaman Kerja (APK) adalah alat yang befungsi untuk mengamankan diri dari adanya atau timbulnya bahaya, ketika sedang melaksanakan pekerjaan Penggunaan APK harus sesuai dengan fungsinya yaitu mengamankan jalannya pekerjaan di lapangan. Penggunaan APK jangan berlebihan, dipasang secukupnya sesuai dengan kebutuhan operasional di lapangan.

1) Safety cone

Pengaman kerja untuk memberi batas daerah kerja wheel excavator sehingga yang tidak berkepentingan tidak masuk ke daerah tersebut.

Karena terbuat dari bahan plastik, harus diperiksa kondisi fisiknya (tidak cacat berat, masih utuh dan landasannya masih dapat berfungsi dengan baik) serta warnanya masih cukup baik (terang)

2) Rambu kerja

Rambu kerja dipasang sebagai tanda peringatan bahwa dikawasan yang bersangkutan sedang berlangsung pelaksanaan pekerjaan (under construction). Yang melewati kawasan tersebut harus meningkatkan kewaspadaan karena banyak alat berat yang beroperasi.

Rambu kerja ini, selain diperiksa kondisi fisiknya juga diperiksa kecocokannya dengan jenis pekerjaan yang dihadapi

3) Penghalang (barricade)

Digunakan untuk menutup lalu lintas jalan atau kawasan pekerjaan yang mengharuskan jauh dari keramaian orang banyak.

Untuk jalan yang lebar atau batas yang lebih panjang penghalang jalan dipasang berderet-deret memenuhi garis batas aman yang dikehendaki. Sebelum dipasang semua penghalang diperiksa kondisi fisik dan kelengkapan-nya agar dapat berfungsi dengan baik.

4) Lampu rotary

Lampu rotary biasanya dipasang berde-katan dengan rambu kerja.

APK ini dimaksudkan untuk lebih menegaskan tanda bahaya (terutama pada malam hari) rambu kerja yang dipasang

Gambar Safety cone

Gambar Rambu kerja

(26)

5) Banner menutup lokasi kegiatan

Banner yang dipasang pada lokasi kegiatan bagian yang menghadap ke luar, harus di isi tulisan atau gambar yang ada kaitannya dengan slogan-slogan K3 L. Banner dipasang berderet untuk menutupi lokasi kegiatan

4.6.3 Perawatan perlengkapan K3

Tujuan perawatan perlengkapan K3 bertujuan agar peralatan K3 dapat berfungsi dengan baik sampai batas umur gunanya, dan perlengkapan K3 agar tetap siap padasaat diperlukan. Penyimpanan perlengkapan K3 dengan baik sesuai pada tempatnya merupakan bagian dari pemeliharaan.

Perawatan masing-masing perlengkapan K3 tentu berbeda-beda ada yang sederhana cukup di bersihkan saja dengan kain lap ada juga yang membutuhkan keahlian tersendiri. Untuk kelancaran perawatan dibuatkan SOP tentang perawatan perlengkapan K3. Setelah perlengkapan K3 dirawat sesuai dengan SOP masing-masing perlengkapan perlengkapan tersebut disimpan kembali pada tempatnya masing-masing yang telah disediakan.

Bander

4.7 Pelaporan Penerapan K3L

4.7.1 Pencatatan pelaksanaan persiapan pekerjaan

Pencatatan pelaksanaan persiapan pekerjaan perpipaan, hal ini dimaksud tahapan-tahapan pekerjaan perpipaan dicatat apakah ada keterkaitan dengan K3L dari tahapan tersebut dapat ditelusuri kemungkinan persiapan penanggulangan atau pencegahan kecelakaan kerja dengan mempersiapkan APD dan APK yang sesuai dengan tahapan pekerjaan. Pencatatan yang dilakukan dengan menggunakan form yang sudah disiapkan oleh perusahaan.

Pencatatan ini pun sebagai bentuk kepedulian terhadap kecelakaan kerja, sehingga pekerja merasa diingatkan akan bahaya kecelakaan kerja di tempat kerja.

4.7.2 Pencatatan kejadian/kecelakaan kerja

Apabila terjadi kejadian kecelakaan kerja harus dicatat dengan teliti dengan menggunakan

form yang telah disediakan oleh perusahaan, data yang harus dicatat ; pukul/jam, hari, tanggal, lokasi/tempat, penyebab kecelakaan, tingkat kecelakaan dan data si korban nama, tempat tanggal lahir, alamat sesuai KTP, alamat tinggal di proyek, bagian/divisi. Dari catatan kejadian-kejadian kecelakaan di tempat kerja dapat dianalisis untuk pencegahan kejadian berikutnya.

4.7.3 Tindakan penanganan kecelakaan kerja

Pertolongan pertama pada kecelakaan di lingkungan kerja.

Jika tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja atau diserang penyakit pada saat sedang bekerja, maka sebaiknya segera menghubungi dokter atau membawa penderita ke rumah sakit terdekat. Namun sebaiknya tindakan pertolongan diberikan kepada si penderita sambil menunggu kedatangan dokter atau ambulans untuk membawa penderita ke rumah

(27)

sakit. Pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan yang sangat penting dan perlu dikuasai minimal adalah cara :

1. Melakukan pernapasan buatan.

1) Bila pernapasan penderita berhenti, maka dapat diatasi dengan memberikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut dengan cara :

(1). Membuka mulut penderita jari untuk menghindarkan hambatan dari mulut (2). Memegang tengkuk atau leher penderita dengan hati – hati dan

menelentangkannya sambil kepalanya ditekan kebawah.

(3). Menekan sudut rahangnya ke depan dari belakang untuk menyakinkan bahwa lindahnya terjulur dan jalan napasnya bebas.

(4). Membuka mulut kita lebar – lebar sambil menarik napas dalam – dalam. Pijit lubang hidung penderita dan tempelkan mulut kita kemulutnya kemudian tiup dengan keras ke dalam paru – parunya sampai penuh, lepaskan mulut kita dan perhatikan gerakan si penderita. Ulangi tiupan sampai si penderita bernapas kembali.

2) Pernapasan buatan dari mulut ke mulut ini biasa diikuti dengan pijitan jantung

dengan cara :

(1). Berlutut di samping penderita dekat dada penderita.

(2). Meletakkan tangan kanan pada tulang rusuk/dada penderita.

(3). Menekan kedua tangan dengan kuat ke depan sedemikian rupa sehingga berat badan menekan si penderita kira – kira 5 cm (tidak boleh lebih dari 5 cm).

(4). Ulangi pijitan sampai lima kali selang satu detik.

(5). Untuk memperoleh keterampilan ini sebaiknya perusahaan/badan hukum yang memperkerjakan karyawan sebaiknya mengundang ahli yang mempunyai kompetensi di bidang ini untuk memberi pelatihan kepada karyawannya.

2. Menghentikan pendarahan.

Jika penderita luka banyak mengeluarkan darah sehingga makin lama makin lemah, maka harus diusahakan supaya pendarahannya cepat berhenti. Pendarahan biasanya akan segera berhenti jika bagian anggota sebelah atas yang berdarah ditekan selama kurang lebih lima menit atau lebih sedikit. Berikut ini adalah cara menghentikan pendarahan akibat luka :

1) Baringkan penderita dengan kepala bersandar.

2) Angkat bagian yang luka sehingga rata dengan badan (jika memungkinkan).

3) Tempelkan kain yang bersih pada lukanya, kemudian tekan sampai darahnya membeku

3. Mengatasi penderita pingsan.

Pingsan keadaan tidak sadarkan diri untuk beberapa waktu, karena jantung seketika menjadi lemah sehingga darah yang mengalir ke otak berkurang akibat terlalu letih atau bekerja pada tempat yang panas, cara mengatasi penderita pingsan adalah :

1) Baringkan penderita dengan bagian kepala lebih rendah, agar darah yang mengalir ke otak lebih banyak.

2) Buka atau longgarkan baju penderita. 3) Gosok kaki tangannya.

(28)

4) Rendam kakinya dalam air hangat (suam kuku). 5) Setelah siuman beri minum air hangat.

6) Biarkan istirahat.

4. Mengangkat dan memindahkan penderita

Mengangkat orang yang luka parah atau sakit berat harus dalam keadaan berbaring dan badannya tidak boleh terkulai, pengangkatan dilakukan oleh dua orang dengan menggunakan usungan (brancar).

Memindahkan penderita keatas brancar (usungan) harus dilakukan oleh tiga orang, dengan cara seperti berikut :

1) Berlutut pada bagian kepala, badan dan kaki penderita.

2) Mengangkat penderita perlahan – lahan dan hati – hati secara bersamaan. 3) Menarik badan penderita dalam posisi miring.

4) Menarik kaki kanan ke belakang dan berlutut bersama – sama kemudian membaringkan penderita diatas usungan (brancar) dengan hati – hati.

5) Mengangkat usungan (brancar) oleh dua orang bersama – sama.

Jika penderita tidak terlalu parah dapat dipapah oleh dua orang dengan cara seperti berikut :

1) Berdiri pada bagian kiri dan kanan penderita.

2) Membelitkan tangan kiri dan tangan kanannya pada bahu kita.

3) Memegang tangan penderita dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang pinggang penderita.

4) Berjalan memapah penderita dengan perlahan dan berhati – hati. Pada saat memapah kaki diatur agar beradu dengan kaki penderita sehingga tidak saling menggangu.

5) Beristirahat, jika penderita menghendakinya.

4.7.4 Laporan penerapan K3L Laporan kecelakaan kerja

1) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian juga kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

2) Laporan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja dibuat oleh Perusahaan atau Petugas/Ahli K3 Perusahaan. Laporan ini akan menjadi bahan tindak lanjut dalam penyelesaian akibat kecelakaan kerja tersebut, baik untuk tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja maupun perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja tersebut. 3) Dalam pembuatan laporan kecelakaan kerja, pekerjaan perpipaan sebagai tenaga kerja

pada pekerjaan tersebut diwajibkan untuk memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/Ahli K3

Laporan kecelakaan kerja yang dibuat petugas/ahli K3 tersebut disampaikan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam untuk bahan proses peneyelasaian selanjutnya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

(29)

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1 Sumber Daya Manusia 5.1.1 Pelatih

Peran pelatih adalah untuk:

1. Membantu anda dalam merencanakan proses belajar.

2. Membimbing anda dalam melakukan tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belaja.

3. Membantu anda untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk menjawab per-tanyaan anda mengenai proses belajar anda.

4. Membantu anda untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang anda perlukan untuk belajar anda.

5. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.

6. Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.

5.1.2 Penilai

Penilai bertugas melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan:

1) Melaksanakan penilaian apabila anda telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan anda.

2) Menjelaskan kepada anda mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan mendiskusikan rencana pelatihan selanjutnya dengan anda.

3) Mencatat pencapaian / perolehan anda.

5.1.3 Teman kerja/sesama peserta pelatihan

Teman kerja anda/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Anda juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja Anda dan dapat meningkatkan pengalaman belajar Anda.

5.2 Sumber-Sumber Kepustakaan

5.2.1 Sumber pustaka penunjang pelatihan

Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan materi pelatihan ini, sumber-sumber bacaan yang dapat dipergunakan meliputi :

1. Buku refrensi (text book)

2) Permen PU No. 18/PRT/M/2007

3) Sri Widharto, 1987, Pedoman Ahli Pemasang Pipa, PT Pradnya Paramita, Jakarta 1. Contoh tugas kerja

2. Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain. 3. Lembar kerja

(30)

5. Rekaman dalam bentuk CD, film dsb.

5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan 5.3.1 Peralatan yang digunakan:

1. Kalkulator

2. Unit computer lengkap

5.3.2 Bahan yang dibutuhkan:

1. APD 2. APK 3. P3K

Gambar

Gambar Safety cone

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penerapan sistem data warehouse dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan, diantaranya proses analisis ataupun pengelolaan informasi berdasarkan data

Kepercayaan adalah sikap individu yang mengacu pada keyakinan konsumen atas kualitas dan keterandalan jasa yang diterimanya (Garbarino 2002:70).Berdasarkan hasil

Pedagang kaki lima adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan jasa yang menempati tempat-tempat prasarana Kabupaten dan fasilitas umum baik yang

Untuk menuju ke arah tersebut di atas, maka diperlukan suatu strategi pengajaran yang baik yang dikemas dalam bentuk kurikulum yang menunjang, pengajar (guru)

Begitulah bisnis “gratisan” di dunia internet, paling tidak setelah Anda melewati masa 1 tahun, Anda harus membayar kurang lebih $3 dollar US untuk memperpanjang layanan pada

Konversi ransum yang hampir sama diduga disebabkan penambahan enzim fitase pada berbagai level dalam penelitian ini juga memberikan pengaruh yang tidak nyata

Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif Kuantitatif, yaitu menggambarkan hasil penelitian berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh pesertan didik dalam tes

Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan kerjasama Tim Dosen pada mata kuliah geometri analit. 2) meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dan 3)