• Tidak ada hasil yang ditemukan

233988260 Sindroma Mata Kering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "233988260 Sindroma Mata Kering"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ILMU PENYAKIT MATA

“SINDROMA MATA KERING”

Penyusun :

Adde Midian Putra Chafid 2004.04.0.0115 Nur Rahma Findasari 2004.04.0.0105 Frida Kurnia Pratama 2008.04.0.0063

Pembimbing : Dr.Indira R.A Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2010

(2)

KATA

PENGANTAR

Dengan memanjat puji syukur kepada Tuan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan rahmat dan kemudahan bagi kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.

Terima kasih kami sampaikan kepada Dr.Indira R.A. Sp.M selaku pembimbing, Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak2 yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Terima kasih atas dukungan dan supportnya.

Besar harapan kami makalah yang kami tulis ini dapat berguna bagi kami, rekan-rekan sejawat, adik kelas dan para pembaca lainnya.

Sekali lagi, tiada gading yang tak retak, dan kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata. Kami mohon maaf apabila banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan referat ini. Terima kasih untuk semua perhatian, saran dan kritik yang telah dan akan diberikan.

(3)

Dm 30E & 30S

DAFTAR ISI

Halaman Judul...1 Kata Pengantar...2 Daftar Isi...3 Bab I Pendahuluan...4

I.1 Latar Belakang...4

I.2 Insidens...5

Bab II Pembahasan...6

II.1 Anatomi………...6

II.2 Fisiologi………..6

II.2.i Sistem lakrimalis………...6

II.2.ii Fungsi air mata………...7

II.2.iii Lapisan air mata………7

II.3 Definisi ……….8

II.4 Etiologi...8

II.5 Pathogenesis & Patofisiologi...……...9

II.6 Gejala klinis……….10

II.7 Diagnosis……….11

II.8 Komplikasi………...13

II.9 Terapi………..14

(4)

Bab III Kesimpulan...…...16 Terminologi...18 Daftar Pustaka……….…………....19

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang (7)

Mata kering adalah penyakit multifaktorial air mata dan permukaan dengan gejala ketidaknyamanan, gangguan visual, dan ketidakstabilan tear film dengan potensi kerusakan pada permukaan mata. Mata kering dapat disertai dengan peningkatan osmolaritas tear film dan peradangan permukaan okuler. Lapisan air mata terdiri dari 3 lapisan : (1) lapisan lipid, (2) lapisan akuous, (3) lapisan musin. Lapisan lipid dihasilkan oleh kelenjar meibom bertindak sebagai surfaktan, serta sebagai penghambat penguapan air mata dan menyediakan permukaan optik yang halus. Ini juga dapat bertindak sebagai penghambat partikel asing dan juga berperan sebagai anti mikroba. Sekresi air mata dipengaruhi oleh saraf ( parasimpatis, saraf simpatis, dan saraf sensoris ), hormon ( androgen dan reseptor estrogen ), dan regulasi vaskuler. Penguapan di dominasi akibat disfungsi kelenjar meibom. Komponen air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, komponen ini mencakup 60 protein yang berbeda, elektrolit, air. Lysozym adalah yang paling banyak (20 – 40 % dari total protein ) dan juga merupakan protein yang paling alkalis yang terdapat pada air mata. Lisosim merupakan ensim glikolisis yang mampu memecah dinding sel bakteri. Laktoferin berfungsi sebagai anti bakterial dan anti oksidan, serta faktor pertumbuhan epidermal ( EGF ) yang memiliki

(5)

peranan dalam mempertahankan permukaan okuler normal dan penyembuhan luka kornea. Juga terdapat substansi seperti Albumin, transferin, immunoglobulin ( Ig A, Ig G, Ig M ). Defisiensi lapisan akuous adalah penyebab yang paling sering pada sindroma mata kering. Defisiensi lapisan musin ( disebabkan oleh kerusakan pada sel goblet atau epithelial glikokalyx seperti yang terlihat pada steven Johnson sindrom atau luka bakar kimia yang menyebabkan yang menyebabkan keringnya permukaan kornea dan kerusakan epitel.

I.2 Insidens (6)

Angka kejadian Sindroma Mata Kering lebih banyak pada wanita dan cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan usia.

Peningkatan angka terjadinya Sindroma Mata Kering ini ialah disebabkan oleh adanya peningkatan angka harapan hidup dari populasi, peningkatan polusi, penggunaan obat-obatan tertentu seperti obat alergi dan obat hipertensi, peningkatan pengguna lensa kontak dan peningkatan penggunaan komputer.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Anatomi (2)

II.2 Fisiologi

II.2.i Sistem lakrimalis

Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimalis yang melubrikasi bola mata. Lalu mengalir menuju punctum lakrimalis, diteruskan ke kanalikuli

kanalikulus atas Kanalikulus bawah punctum lakrimalis Kanalikulus komunis Saccus lakrimalis Mukosa nasal Duktus nasolakrimalis

(7)

lakrimalis lalu masuk ke saccus lakrimalis menuju ke duktus nasolakrimalis yang bermuara di meatus nasi inferior.

II.2.ii Fungsi air mata (2)

 Membuat kornea menjadi permukaan licin

 Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva  Menghambat pertumbuhan mikroorganisme

 Memberi kornea substansi nutrien

II.2.iii Lapisan air mata (6)

Lapisan air mata sendiri terdiri dari tiga lapisan, yaitu 1. Lapisan lipid (lemak), yang dihasilkan oleh kelenjar Meibom. Lapisan ini

(8)

berfungsi melicinkan permukaan mata dan mengurangi kemungkinan penguapan pada permukaan mata.

2. Lapisan Aqueos (air), yang dihasilkan oleh kelenjar – kelenjar kecil yang tersebar diseluruh selaput mata (konjungtiva) dan juga dihasilkan oleh kelenjar air mata (kelenjar lakrimal).Fungsi dari lapisan ini ialah untuk membersihkan mata dan mengeluarkan benda asing.

3. Lapisan Mucin (lendir), yang dihasilkan oleh sel goblet di konjungtiva. Fungsi dari lapisan ini adalah menyebarkan air mata secara merata pada mata. Lapisan air mata ini adalah pelumas bagi mata, dengan adanya lapisan air mata, permukaan mata menjadi licin dan menghasilkan penglihatan yang tajam.

II.3 Definisi (6)

Sindroma Mata Kering (Dry Eye Syndrome) ialah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata.

II.4 Etiologi (1)

Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimalis : 1.Kongenital : aplasia kel. Lakrimal.

2.Didapat : penyakit sistemik (sindrom Sjogren), infeksi (trachoma), cedera (pengangkatan kel.lacrimal),

medikasi (atropin), neurogenik – neuroparalitik (facial nervus palsy).

3.Kondisi ditandai oleh defisiensi musin :

Avitaminosis A dan Steven Johnson syndrome. 4. Kondisi ditandai defisiensi lipid : parut tepian palpebra

(9)

kelainan palpebra, kelainan konjungtiva dan proptosis.

II.5 Pathogenesis & Patofisiologi (4)

 Kurang Berkedip :

 Pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi ( bekerja didepan komputer atau mikroskop )

 gangguan ektrapiramidal ( parkinsone disease )

 Faktor Lingkungan :

 Paparan sinar matahari berlebih  Lingkungan yang panas dan kering

(10)

 Ruangan ber AC

 Jaringan kelopak mata :

 Eksposure ( craniostenosis, proptosis, eksophtalmus, myopi tinggi )

 Kelumpuhan kelopak mata  Ektropion

 Koloboma kelopak mata

 Blepharitis /Miebom gland disease :

 Sjogren Sindroma :

 Primary ( Tidak berhubungan dengan penyakit jaringan ikat )  Sekunder ( berhubungan dengan penyakit jaringan ikat )

• Rheumatoid arthritis • SLE

• Scleredema

• Sirosis bilier primer • Nefritis Interstitial

• Polimyositis dan dermatomyositis • Polyartritis nodosa

• Penyakit Hashimoto

 Non Sjogren Sindroma :

 Defisiensi kelenjar Lakrimal

 Obstruksi duktus kelenjar Lakrimal  Reflex Hyposecretion

 Obat sistemik

II.6 Gejala klinis (5)

(11)

 Mata sering merah dan iritasi

 Pandangan kabur yg sering membaik dengan kedipan  Watery eyes ( mata berair )

 Sering timbul rasa tidak nyaman setelah membaca, komputer maupun melihat televisi

II.7 Diagnosis (1)

a. Ciri khas pada pemeriksaan slit lamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang – benang mukus kental kekuning kuningan kadang – kadang terlihat dalam fornix konjungtiva inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan normal dan mungkin menebal, hiperedema dan hiperemik.

b. Pemeriksaan penunjang : 1. Tes schimmer

a. Tes ini dilakukan dengan mengerikan film air mata dan memasukkan strip schimmer ( kertas saring whatman no.41 ) kedalam cul – de – sac conjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur 5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah < 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal

b. Tes schimmer setelah anestesi topikal ( tetracain 0,5 % ). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.

c. Tes schimmer : tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Dijumpai hasil “false positif” dan “false negatif”, hasil

(12)

rendah kadang – kadang dijumpai pada orang normal dan hasil normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder terhadap defisiensi musin.

2. Tears film break up time

Pengukuran berguna untuk memperkirakan kandungan musin dalam air mata. Tear film break time dapat diukur dengan meletakkan secarik kertas berfluorescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien berkedip. Film air mata diperiksa dengan bantuan saringan cobalt pada slitlamp sementara pasien diminta agar tidak berkedip. Waktu sampai muncul titik – titik kering yang pertama dalam lapisan fluorescein kornea adalah tear film break

(13)

up time. Biasanya waktu ini lebih dari 15 detik, jika waktu kurang dari 15 detik maka maka terjadi defisiensi air mata.

3. Tes Ferning mata

Tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungtiva dilakukan dengan mengerikan kerokan konjungtiva diatas kaca objek bersih. Normalnya arborisasi ( ferning ) mikroskopik terlihat pada mata normal. Arborisasi berkurang atau hilang terjadi pada pasien konjungtivitis.

4. Sitologi impresi

Cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan konjungtiva 5. Pemulasan fluorescein

Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering berfluorescein adalah indikator baik untuk derajat basanya mata dan meniskus air mata mudah terlihat.

6. Pemulasan Bengal Rouse

Lebih sensitif daripada fluorescein. Pewarnaan itu akan memulas semua epitel non vital yang mengering dari kornea dan konjungtiva.

7. Pengujian kadar Lisosim air mata

Penurunan kadar lisosim untuk mendiagnosa sindrom Sjogren. 8. Osmolalitas air mata

Dapat ditemukan normal walaupun hasil uji schirmer dan pemulasan bengal rose.

9. Laktoferin

Pengukuran untuk hiposekresi kelenjar lakrimal. II.8 Komplikasi (1)

(14)

 Pada awal perjalanan SMK penglihatan sedikit terganggu.

 Pada kasus lanjut dapat timbul ulkus pada kornea, penipisan kornea , dan perforasi.

 Kadang – kadang terjadi infeksi bakteri sekunder dan berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan

II.9 Terapi (1)

Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan pemulihan total sulit terjadi, kecuali pada kasus ringan, saat perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva masih reversible. Air mata buatan adalah terapi yang kini dianut. Salep berguna sebagai pelumas jangka panjang, terutama saat tidur. Bantuan tambahan diperoleh dengan memakai pelembab, kacamata pelembab bilik atau kacamata berenang.

Fungsi utama pengobatan ini adalah penggantian cairan. Pemulihan musin adalah tugas yang lebih berat. Tahun-tahun belakangan ini, ditambahkan polimer larut air dengan berat molekul tinggi pada air mata buatan sebagai usaha memperbaiki dan memperpanjang lama pelembaban permukaan. Agen mukomimetik lain termasuk Na-hialuronat dan larutan dari serum pasien sendiri sebagai tetesan mata. Jika mukus itu kental, seperti pada sindrom Sjogren, agen mukolitik (mis: acetylcysteine 10%) dapat menolong.

Pasien dengan kelebihan lipid dalam air mata memerlukan instruksi spesifik untuk menghilangkan lipid dari tepian palpebra. Mungkin diperlukan antibiotik topikal atau sistemik. Vitamin A topikal mungkin berguna untuk memulihkan metaplasia permukaan mata.

Semua pengawet kimiawi dalam air mata buatan akan menginduksi sejumlah toksisitas kornea. Benzalkonium chlorida adalah preparat umum yang paling merusak. Pasien yang memerlukan beberapa kali penetesan sebaiknya

(15)

memakai larutan tanpa bahan pengawet. Bahan pengawet dapat pula menimbulkan reaksi idiosinkrasi. Ini paling serius dengan timerosal.

Pasien dengan mata kering oleh sembarang penyebab lebih besar kemungkinan terkena infeksi. Blepharitis menahun sering terdapat dan harus diobati dengan memperhatikan higiene dan memakai antibiotika topikal. Acne rosacea sering terdapat bersamaan dengan keratokonjungtivitis sicca, dan pengobatan dengan tetrasiklin sistemik ada manfaatnya.

Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada pungtum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silicon), untuk menahan sekret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen dapat dilakukan dengan terapi thermal (panas), kauter listrik, atau dengan laser. II.10 Prognosa 7)

 Penyakit ringan biasanya memberi respon terhadap air mata buatan.  Penyakit berat seperti yang ditemukan pada reumatoid sjögren sulit

(16)

BAB III

KESIMPULAN

Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimalis yang melubrikasi bola mata. Lalu mengalir menuju punctum lakrimalis, diteruskan ke kanalikuli lakrimalis lalu masuk ke saccus lakrimalis menuju ke duktus nasolakrimalis yang bermuara di meatus nasi inferior.

Air mata berfungsi untuk membuat kornea menjadi permukaan licin, membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva, menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memberi kornea substansi nutrien.

Terdapat tiga lapisan air mata antara lain lipid layer/oily Layer, aqueous layer/watery layer dan mucin layer/mucus Layer.

Sindroma Mata Kering (Dry Eye Syndrome) ialah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata.

Gejala klinis pada sindrom mata kering antara lain mata sering gatal, rasa seperti terbakar, nyeri, dan ngeres seperti ada pasir. Mata sering merah dan iritasi. Pandangan kabur yg sering membaik dengan kedipan. Watery eyes ( mata berair ). Sering timbul rasa tidak nyaman setelah membaca, komputer maupun melihat televisi.

(17)

Ciri khas pada pemeriksaan slit lamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang – benang mukus kental kekuning kuningan kadang – kadang terlihat dalam fornix konjungtiva inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan normal dan mungkin menebal, hiperedema dan hiperemik.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada sindrom mata kering antara lain tes schimmer, tears film break up time, tes Ferning mata, sitologi impresi, pemulasan fluorescein, pemulasan Bengal Rouse, pengujian kadar Lisosim air mata, osmolalitas air mata dan laktoferin.

Komplikasi pada awal perjalanan SMK penglihatan sedikit terganggu. Pada kasus lanjut dapat timbul ulkus pada kornea, penipisan kornea , dan perforasi. Kadang – kadang terjadi infeksi bakteri sekunder dan berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan.

Terapi pada kasus ringan (perubahan epitel kornea dan konjungtiva masih reversible): Diberi air mata buatan + salep sebagai pelumas jangka panjang (saat tidur). Pada Sjogren sindrom dengan mukus yang kental ditambahkan agen mukolitik misalnya acetylcystein 10%. Air mata buatan sebaiknya tanpa pengawet kimiawi karena dapat menimbulkan toksisitas pada kornea. Tindakan Bedah pada mata kering berupa pemasangan sumbatan di punctum untuk menahan sekret air mata.Bila terjadi infeksi, (misal: blepharitis kronis dengan antibiotik topikal+memperhatikan hygiene, sedangkan acne rosacea dengan tetracycline).

(18)

TERMINOLOGI

 Pathogenesis: Perkembangan keadaan sakit atau penyakit.

 Sjogren sindrome: Kompleks gejala tanpa etiologi yang jelas, yang biasanya terjadi pada wanita usia pertengahan atau lebih tua, yang ditandai dengan keratokonjungtivitas sikka. Kelainan ini sering berhubungan dengan rheumatoid arthritis.

 Blepharitis: Peradangan kelopak mata.

 Acne Rosacea: Kondisi kronis, peradangan jangka panjang berupa iritasi, kemerahan, pembengkakan, penebalan kulit, dan jerawat yang terjadi di pipi, kelopak mata, hidung, dagu, dan dahi

.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan Dabhiel G. General Ophthalmology. 17th Edition. Mc Graw Hill 2. Kanski J Jack. Clinical Ophthalmology. Sixth Edition. Elsevier. London :

2007

3. Bruce James, Chris Chew, Anthony Bron. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Erlangga. Jakarta :2005

4. www.lowvision.com/tips/newslette...dry-eye/

5. bz.blogfam.com/2006/04/sindroma_mata_kering.html

6. www.surabaya-eye-clinic.com/content/view/38/47/24 april 2010

Referensi

Dokumen terkait

Banyak penyebab sindrom mata kering yang mempengaruhi lebih dari satu komponen film air mata atau berakibat pada perubahan permukaan mata yang secara sekunder

Pada luka bakar derajat 2 dibagi menjadi 2 macam diantaranya: dangkal ( superficial partial thickness ), yaitu kerusakan jaringan pada epidermis dan lapisan atas

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik

Kerusakan pada kulit berhubungan dengan : suhu penyebab luka bakar, penyebab panas, lama terbakar, jaringan ikat yang terkena, lapisan dari struktur  kulit yang terkena menyebabkan

Proses di Balik Luka Bakar Ketebalan Parsial Superfisial:  Sinar Radiasi, terutama sinar ultraviolet UV dari sinar matahari, mencapai lapisan epidermis kulit luar..  Keratinosit sel

Mata kering dapat disebabkan oleh kelainan lapisan air mata karena berkurangnya produksi air mata atau penguapan air mata berlebih, yang menyebabkan kerusakan pada permukaan mata serta