• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kesehatan Kartika 26

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Kesehatan Kartika 26"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Kartika

26

ANALISIS PERBEDAAN PENGGUNAAN OVITRAP JENIS TUTUP DATAR DAN OVITRAP JENIS

TUTUP LENGKUNG DALAM EFEKTIFITAS SEBAGAI PERANGKAP TELUR NYAMUK AEDES

SP. DI PERUMAHAN BAROS KELURAHAN BAROS KOTA SUKABUMI

Achmad Setya R

1

, Eri Nasution

2

1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi 2 Departemen Kesehatan Kota Sukabumi

ABSTRACT

Background: DepKes RI (2010),menjelaskan bahwa kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia semakin meningkat, yaitu sebanyak 117.830 kasus pada tahun 2008 dan manjadi sebanyak 121.423 kasus pada tahun 2009. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki kasus DBD terbanyak yaitu sebanyak 29.334 kasus. Kota Sukabumi merupakan urutan pertama Insiden Rate (IR = 1/100.000 penduduk) yaitu sebanyak 1388 kasus pada tahun 2009. Kelurahan Baros merupakan salah satu Kelurahan di Kota Sukabumi dan merupakan urutan pertama terbesar terjadinya kasus DBD selama tahun 2009 diantara 5 Kelurahan yang lainnya, dengan jumlah kasus sebanyak 82 kasus. DBD sampai saat ini belum ditemukan obat/vaksinnya. Pengobatan pada dasarnya mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan pendarahan. Upaya pengendalian vektor DBD di Kota Sukabumi telah dilakukan dengan berbagai program pencegahan dan pemberantasan vektor penyakit DBD dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian yang dilakukan diantaranya pengasapan (fogging), pemberantasan jentik nyamuk (abatesasi), dan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk dengan gerakan 3 M (menguras, mengubur dan menutup). Kegiatan yang dilakukan belum menunjukan perubahan yang signifikan terhadap penurunan angka kejadian DBD di Kota Sukabumi. Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang Analisis perbedaan penggunaan ovitrap pada jenis tutup datar dan tutup lengkung sebagai perangkap telur nyamuk aedes sp. di Perumahan Baros Kelurahan Baros Kota Sukabumi.

Objective: Untuk mengetahui perbedaan hasil dari penggunaan ovitrap tutup datar dan tutup lengkung

Method: Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah semua rumah yang berada di Perumahan Baros Kencana Kelurahan Baros Kelurahan Baros Kota Sukabumi yang berjumlah 243 rumah. Sampel yang diambil sebanyak 23 rumah. masing-masing rumah dipasang 2 ovirtrap yang berbeda sehingga total ovitrap adalah 46 ovitrap. Pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Pengumpulan data diambil dengan cara observasi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Anlisis bivariat untuk melihat perbedaan hasil penggunaan kedua jenis ovitrap tersebut dengan menggunakan uji t Fisher’s.

Results: Analisis univariat didapatkan Ovitrap Indeks (OI) tutup datar sebesar 30.43 % dan OI tutup lengkung sebesar 43.48 %. Analisis bivariat didapatkan p value = 0.576 dengan demikian p value > 0.05, hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara ovitrap tutup datar dan ovitrap tutup lengkung dengan rerata jumlah jentik yang terperangkap dan 9 jentik untuk ovitrap tutup lengkung.

Conclusion:. Tidak terdapat perbedaan antara hasil penggunaan ovitrap jenis tutup datar dan ovitrap jenis tutup lengkung dalam efektifitas sebagai perangkap telur nyamuk.

Keyword: ovitrap datar, ovitrap lengkung, atraktan, kuasi eksperimen, ovitrap index .

A.

PENDAHULUAN

Kasus demam berdarah (DBD) di Indonesia semakin meningkat, sejak Januari – Oktober 2009,

DBD telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak 121.423 orang (CFR: 0,83).

Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun 2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus

(CFR: 0,81). Sehingga penanganan dengan melibatkan peran serta masyarakat sangat perlu di

(2)

Jurnal Kesehatan Kartika

27

lakukan. (Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2010, waspadai

demam berdarah dengue, http://www.depkes.go.id, diperoleh tanggal 15 Mei 2010)

Dari kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, Sepuluh provinsi yang memiliki kasus DBD

terbanyak yaitu provinsi Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal), selanjutnya provinsi DKI Jakarta

(26.326 kasus 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147 meninggal), Jawa Tengah (15.328

kasus, 202 meninggal), Kalimantan Barat (5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8

meninggal), Banten (3.527 kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal),

Sumatera Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus, 20 meninggal).

(Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2010, waspadai demam

berdarah dengue, http://www.depkes.go.id, diperoleh tanggal 15 Mei 2010). Di Jawa Barat jumlah

penderita DBD pada tahun 2003 mencapai 8.923 orang dan mengalami peningkatan pada 2005

menjadi 17.448 orang, 266 orang di antaranya meninggal dunia. Pada 2007, seluruh kab./kota di Jabar

melaporkan kejadian luar biasa (KLB) di daerahnya.

Dinkes Jabar (2010), menyatakan bahwa Kota Sukabumi menjadi urutan pertama Insiden Rate

(IR) demam berdarah dengue di Jawa Barat (1/100.000 penduduk) yaitu sebesar 453.9 disusul oleh

Kota Cimahi sebesar 359.2, Kota Bandung 279.4, Kota Depok 207, Kota Bekasi 187. 5. Kasus DBD di

Kota Sukabumi Pada tahun 2009 sebanyak 1.388 kasus dan 2 orang dinyatakan meninggal dunia dan

pada tahun 2010 sampai bulan Mei berjumlah 512 kasus, 3 orang meninggal. Kasus DBD di 5

kelurahan terbanyak Kota Sukabumi pada tahun 2009–2010 dapat dilihat pada table berkut :

Table 1. Kasus DBD di Kota Sukabumi Tahun 2009- Mei 2010

NO

KELURAHAN

TAHUN

2009

2010 (sampai Mei)

1

Baros

82

41

2

Cisarua

75

35

3

Selabatu

68

36

4

Nanggeleng

63

30

5

Lembur Situ

61

16

Sumber :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2009

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 5 kelurahan yang mengalami kasus DBD terbanyak secara

berturut-turut adalah Kelurahan Baros yaitu pada tahun 2009 sebanyak 82 kasus dan pada tahun 2010

sampai bulan Mei sebanyak 41 kasus.

Pengendalian nyamuk Ae. aegypti (dewasa) dengan menaburkan racun jentik ke tempat

perindukan dan pembersihan sarang nyamuk (PSN) serta pengasapan (fogging) dewasa ini dipandang

sebagai cara yang berhasil, akan tetapi dengan adanya resistensi nyamuk ataupun jentik Ae. aegypti

terhadap insektisida/larvasida kimia, perlu dipertimbangkan cara pengendalian alternatif lain yang lebih

mudah, murah dan efektif (Womack, M. 1993)

Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka penulis merasa sangat perlu untuk

mengembangkan teknik dalam pengendalian vector DBD yaitu dengan teknik Ovitrap. Ovitrap berarti

(3)

Jurnal Kesehatan Kartika

28

perangkap telur (ovum= telur, trap= perangkap) dan umum digunakan serta diproduksi secara massal

di Singapura dan Malaysia (Roy Nusa, 2008). Mengingat pentingnya peluang pengembangan

penanggulangan DBD maka penulis sebagai perawat sangat tertarik untuk menganalisis perbedaan

penggunaan ovitrap pada jenis tutup datar dan tutup lengkung sebagai perangkap telur nyamuk aedes

sp. di Perumahan Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi. Adapun yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil dari penggunaan ovitrap tutup datar dan tutup

lengkung. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat

kebijakan bagi pemerintah daerah terutama Dinas Kesehatan Kota Sukabumi dalam rangka

pencegahan dan penanggulangan DBD khususnya di kelurahan Baros dan umumnya di Kota

Sukabumi.

B.

METODE PENELITIAN

1.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam rancangan penelitian quasi eksperimen. yaitu dengan

menggunakan 2 bentuk ovitrap yang berbeda yang diletakan berdekatan..

O

1

E

1

(ovitrap index pada O

1

)

(ovitrap yang menggunakan penutup/kasa nyamuk datar)

O

2

E

2

(ovitrap index pada O

1

)

(ovitrap yang menggunakan penutup/kasa nyamuk lengkung)

2.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua rumah yang berada di Perumahan Baros Kencana

Kelurahan Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi yang berjumlah 243 rumah. Sampel

merupakan sebagian unsur yang terlihat dalam populasi yang ada dan dapat mewakili dari

keseluruhan populasi tersebut sebagaimana diungkapkan Sugiyono (2009).

Yang menjadi sampel dalam penelitian aini adalah sebanyak 23 rumah. untuk

masing-masing jenis ovitrap sehingga Jumlah total ovitrap yang dipasang sebanyak 46 buah. Subjek

penelitian diambil dengan menggunakan simple random sampling. Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi untuk mengetahui jentik dalam

ovitrap. Pengamatan ini dilakukan setiap hari setelah hari ke-3 sampai hari ke-14 dan

dokumentasi Yaitu mencatat jumlah jentik dalam ovitrap untuk sebagai bahan yang akan

dianalisis. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu seperangkat alat terdiri dari:

ember, ukuran diameter atas 26.5 cm, tinggi 18 cm dan diameter bawah 16 cm, kasa nyamuk,

warna merah ati dan hitam, tali, air bersih, kayu, atraktan (air bekas cucian udang) dan alat tulis

(buku dan balpoint)

(4)

Jurnal Kesehatan Kartika

gambar 1 ovitrap tutup datar

gambar 2. ovitrap tutup lengkung

(5)

Jurnal Kesehatan Kartika

30

3.

Analisis data

Analisis Univariat dalam penelitian ini dengan melihat persentase dari penggunaan ovitrap pada

jenis tutup datar dan jenis tutup lengkung yang dilihat dari jumlah jentik nyamuk yang terperangkap

dengan menggunakan ovitrap datar dan ovitrap lengkung, Jenis nyamuk yang terperangkap dan

Ovitrap Indeks (OI) kedua media tersebut. Analisis Bivariat pada penelitian ini untuk melihat

perbedaan pada kedua jenis ovitrap dengan menggunakan teknik analisis data pengujian data

statistik untuk uji t Fisher’s.

C.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

Ovitrap Indeks (OI) pada Ovitrap Tutup Datar

Jumlah jentik nyamuk yang terperangkap pada ovitrap tutup datar, sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah Jentik Nyamuk yang Terperangkap pada Ovitrap Tutup Datar (OD)

Jenis ovitrap ∑ ovitrap ∑ ovitrap yang

ada jentiknya ∑ jentik

Ovitrap Indeks (%)

Tutup Datar 23 7 152 30.43

Pada tabel di atas menunjukan bahwa,jumlah jentik pada ovitrap tutup datar minggu ke-2

sebanyak 152 jentik dan ovitrap indeks sebesar 30.43 % atau 7 dari 23 ovitrap yang dipasang

yang terisi jentik, sementara itu sisanya sebesar 69.57 % atau 16 ovitrap tutup datar tidak

terdapat jentik didalamnya selama 2 minggu, dengan rerata jentik j adalah 7 jentik.

Pada minggu ke-2 jentik terdapat pada Ovitrap Tutup Datar dengan total jentik 152 jentik dan

ovitrap indeks sebesar 30.43 % atau 7 dari 23 ovitrap yang dipasang, sementara itu sisanya

sebesar 69.57 % atau 16 ovitrap tutup datar tidak terdapat jentik didalamnya selama 2 minggu.

Hal ini berkaitan dengan beberapa faktor yang berhubungan dengan peletakan telur nyamuk

diantaranya adalah kontainer lain penggunaan ovitrap akan sangat efektif jika nyamuk tak

memiliki alternatif lain untuk bertelur (Roy, 2008).

Rerata jentik jika semua ovitrap terisi jentik adalah 7 jentik. Pada ovitrap yang dipasang di

rumah ke-15 mempunyai jumlah jentik yang paling banyak yaitu sebanyak 34 jentik dan yang

paling sedikit pada rumah ke-17. Pada rumah no. 15 dengan jumlah jentik paling banyak pada

Ovitrap Tutup Datar, hal ini dikarenakan tempat tersebut merupakan tempat dengan angka bebas

jentik yang kecil dan sering ditemukan jentik di tempat tersebut.

Pada penelitian jenis ovitrap dengan tutup datar pada minggu pertama tidak ada jentik yang

muncul dari keseluruhan ovitrap yang dipasang (23 ovitrap). Peneliti melihat hal ini dikarenakan

pada awal-awal minggu pertama tidak terjadi hujan hal ini sangat berpengaruh terhadap

metamorfosis dari nyamuk yaitu perubahan dari telur ke jentik, yang mana perubahan ini

memerlukan air, hal ini sesuai dengan yang disampaikan Sigit et. al. (2006) bahwa daur hidup

nyamuk. Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa.

Stadium telur, larva dan pupa hidup di air, sedangkan stadium dewasa hidup di udara. Faktor lain

yang mempengaruhi metamorphosis nyamuk dari telur ke larva adalah suhu di lingkungan telur

(6)

Jurnal Kesehatan Kartika

31

dimana telur akan menetas dalam waktu 1-3 hari pada suhu 30°C, tetapi membutuhkan 7 hari

pada suhu 16°C (Sigit et. al., 2006) hal inilah yang memungkinkan tidak adanya jentik pada

minggu pertama. Selain itu faktor waktu dari telur ke jentik adalah 1-3 hari dengan demikian telur

yang disimpan pada hari ke-5, 6 dan tujuh akan menetas pada minggu ke-2. Faktor lain yang

menyebabkan tidak adanya jentik pada ovitrap adalah faktor adaptasi dari pemasangan seingga

nyamuk memerlukan adaptasi dengan container baru.

2.

Ovitrap Indeks (OI) pada Ovitrap Tutup Lengkung (OL)

Tabel 3. Jumlah Jentik Nyamuk yang Terperangkap pada Ovitrap Tutup Lengkung (OL)

Jenis ovitrap ∑ ovitrap ∑ ovitrap yang

ada jentiknya ∑ jentik

Ovitrap Indeks (%)

Tutup Datar 23 10 198 43.48

Pada tabel di atas menunjukan bahwa,jumlah jentik pada ovitrap tutup lengkung minggu ke-2

sebanyak 198 jentik dan ovitrap indeks sebesar 43.48 % atau 10 dari 23 ovitrap yang dipasang

yang terisi jentik, Rerata jentik jika semua ovitrap terisi jentik adalah 9 jentik.

Pada minggu ke-2 ovitrap tutup lengkung berisi jentik sebanyak 198 jentik yang terbagi dalam

10 ovitrap sehingga ovitrap indeksnya sebesar 43.48 % atau 10 dari 23 ovitrap yang dipasang.

Rerata jentik jika semua ovitrap terisi jentik adalah 9 jentik. Pada ovitrap yang dipasang di rumah

ke-12 mempunyai jumlah jentik yang paling banyak yaitu sebanyak 47 jentik. Pada rumah no. 12

dengan jumlah jentik paling banyak pada ovitrap tutup lengkung, hal ini dikarenakan tempat

tersebut merupakan tempat dengan angka bebas jentik yang kecil dan sering ditemukan jentik di

tempat tersebut.

Pada ovitrap tutup lengkung kita bisa melihat bahwa pada minggu pertama tidak terdapat

jentik yang ada di ovitrap tutup lengkung kejadian ini sama dengan yang terjadi pada ovitrap

tutup datar. Yang diakibatkan faktor cuaca dan beberapa factor lain diantaranya adalah suhu di

lingkungan telur dimana telur akan menetas dalam waktu 1-3 hari pada suhu 30°C, tetapi

membutuhkan 7 hari pada suhu 16°C (Sigit et. al., 2006) hal inilah yang memungkinkan tidak

adanya jentik pada minggu pertama. Selain itu faktor waktu dari telur ke jentik adalah 1-3 hari

dengan demikian telur yang disimpan pada hari 5, 6 dan tujuh akan menetas pada minggu

ke-2. Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya jentik pada ovitrap adalah faktor adaptasi dari

pemasangan sehingga nyamuk memerlukan adaptasi dengan container baru.

3.

Perbedaan Ovitrap Tutup Datar dan Ovitrap Tutup Lengkung

Perbedaan antara penggunaan Ovitrap Tutup Datar (OD) dengan penggunaan Ovitrap Tutup

Lengkung (OL), pengujiannya menggunakan Independent sample t test. Dengan hasil sebagai

berikut:

(7)

Jurnal Kesehatan Kartika

32

Tabel 4. Rerata penggunaan Ovitrap Tutup Datar (OD) dengan penggunaan Ovitrap Tutup

Lengkung (OL)

Ovitrap

∑ Ovitrap

Rata-rata

p value

Tutup Datar

23

7

0.576

Tutup Lengkung

23

9

Berdasarkan tabel 4 diatas nilai p.value = 0.576, maka H0 diterima, artinya bahwa tidak

terdapat perbedaan antara penggunaan Ovitrap Tutup Datar (OD) dengan penggunaan Ovitrap

Tutup Lengkung (OL) atau dengan kata lain bahwa penggunaan Ovitrap Tutup Datar (OD)

dengan penggunaan Ovitrap Tutup Lengkung (OL) memunculkan hasil yang sama.

Berdasarkan hasil di atas dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan penggunaan

Ovitrap Tutup Datar (OD) dengan penggunaan Ovitrap Tutup Lengkung (OL) dalam menjerat

jentik nyamuk. Artinya penggunaan kedua alat tersebut, memunculkan hasil yang sama secara

signifikan dan tidak dapat dikatakan bahwa Ovitrap Tutup Datar (OD) tidak lebih baik dari

penggunaan Ovitrap Tutup Lengkung (OL), begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada

tabel 4.2 dan 4.3, dimana rata-rata jumlah jentik yang terperangkan dengan penggunaan Ovitrap

Tutup Datar (OD) sebesar 6,609. Sedangkan rata-rata rata-rata jumlah jentik yang terperangkan

dengan penggunaan Ovitrap Tutup Lengkung (OL) sebesar 8,609. Jadi selisih jumlah jentik yang

terperangkap dengan menggunakan media tersebut adalah sebesar 2. Begitupun Ovitrap Index

untuk Ovitrap Tutup Datar dan Ovitrap Tutup Lengkung, perbandingnya hanya 7 : 10.

Perbedaan-perbedaan angka tersebut ternyata tidak signifikan secara startistik, artinya hasil uji

mengatakan penggunaan salah satu media ovitrap yang satu tidak lebih baik dibandingkan

dengan penggunaan ovitrap lainnya.

Hal ini dapat difahami karena faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Aedes Sp.

meletakkan telurnya antara lain jenis dan warna penampungan air, airnya sendiri, suhu

kelembaban dan kondisi lingkungan setempat. (Pusat Data dan Informasi, 2005). Sehingga betuk

ovitrap bukan satu-satunya faktor yang sangat menentukan peletakan telur nyamuk aedes sp.

dan hal ini didukung oleh hasil penelitian Sayono (2008) bahwa faktor air sangat mempengaruhi

banyaknya telur yang terperangkap hasil penelitiannya menunjukan bahwa air rendaman udang

menghasilkan 3-4 kali lebih banyak dari air rendaman jerami maupun air hujan saja.

CO2, asam laktat, dan octenol merupakan atraktan yang dikenali dengan sangat baik.

Sekresi kulit lain juga hal penting karena aroma dari host hidup selalu lebih memiliki dayatarik

daripada kombinasi dari bahan-bahan kimia tersebut dalam keadaan panas dan lembab. Asam

lemak yang dihasilkan dari flora normal kulit merupakan atraktan yang efektif. Aroma ini efektif

sampai jarak 7 – 30 meter, tetapi dapat mencapai 60 meter untuk beberapa spesies (Foster WA,

Walker ED. 2002). Atraktan adalah sesuatu yang memiliki daya tarik terhadap serangga

(nyamuk) baik secara kimiawi maupun visual (fisik). Atraktan dari bahan kimia dapat berupa

senyawa ammonia, CO2, asam laktat, octenol, dan asam lemak.

(8)

Jurnal Kesehatan Kartika

33

Zat atau senyawa tersebut berasal dari bahan organik atau merupakan hasil proses

metabolisme mahluk hidup, termasuk manusia. Atraktan fisika dapat berupa getaran suara dan

warna, baik warna tempat atau cahaya. Atraktan dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku,

memonitor atau menurunkan populasi nyamuk secara langsung, tanpa menyebabkan cedera

bagi binatang lain dan manusia, dan tidak meninggalkan residu pada makanan atau bahan

pangan. Efektifitas penggunaannya membutuhkan pengetahuan prinsip-prinsip dasar biologi

serangga. Serangga menggunakan petanda kimia (semiochemicals) yang berbeda untuk

mengirim pesan. Hal ini analog dengan rasa atau bau yang diterima manusia. Penggunaan zat

tersebut ditandai dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.

Sistem reseptor yang mengabaikan atau menyaring pesan-pesan kimia yang tidak relevan

disisi lain dapat mendeteksi pembawa zat dalam konsentrasi yang sangat rendah. Deteksi suatu

pesan kimia merangsang perilaku-perilaku tak teramati yang sangat spesifik atau proses

perkembangan Dari hasil pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa untuk memutus rantai

nyamuk di Perumahan Baros, maka media ovitrap yang dapat digunakan bisa menggunakan

media Ovitrap Tutup Datar maupun Ovitrap Tutup Lengkung, karena keduanya memberikan hasil

yang tidak jauh berbeda (Weinzierl etc. 2005). Selain itu penggunaan ovitrap jenis tutup datar

yang dilakukan di Singapuran ternyata dapat menurunkan populasi nyamuk aedes sampai 50 %

(Roy, 2008) sementara itu penggunaan ovitrap tutup lengkung yang telah dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas kepanjen Malang jawa Timur juga telah berhasil berfungsi sebagai perangkap

telur nyamuk (Dinkes Jabar, 2009) .

D.

KESIMPULAN DAN SARAN

1.

Kesimpulan

Efektifitas Penggunaan Ovitrap Jenis Tutup Datar sebanyak 30.43 %, Efektifitas Penggunaan

Ovitrap Jenis Tutup Lengkung sebanyak 43.48 %, tidak terdapat perbedaan antara hasil

penggunaan ovitrap jenis tutup datar dan ovitrap jenis tutup lengkung dalam efektifitas sebagai

perangkap telur nyamuk.

2.

Saran

Optimalkan penggunaan ovitrap jenis tutup datar dan ovitrap jenis tutup lengkung sebagai

perangkap telur nyamuk, perlu dilakukan modifikasi penggunaan ovitrap dengan atraktan air

rendaman udang windu, kerang dan rendaman jerami tidak hanya menggunakan air bersih biasa.

Hal ini bermanfaat untuk melihat perbandingan penggunaan media tersebut sehingga pada

akhirnya dapat dipilih penggunaan atrakan yang cocok/lebih baik dalam pemasangan ovitrap

untuk menjebak jentik nyamuk lebih banyak.

(9)

Jurnal Kesehatan Kartika

34

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2010. tersedia http://www.depkes.go.id, diperoleh tanggal 15 Mei 2010

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2010).

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009.

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi (2010).

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2009.

Foster WA, Walker ED. Medical and Veterinary Entomology. Edited by Gary Mullen dan Lance Durden.

London: Academic Press. 2002. p 203-233

Roy Nusa. 2008. Perangkap Telur dan Larva Nyamuk atau Ovitrap

Rueda LM. Zootaxa. Pictorial Keys for the Identification of Mosquitoes (Diptera:

Sayono, 2008. Pengaruh Modifikasi Ovitrap dalam Terhadap Jumlah Nyamuk Aedes yang Terperangkap.

Program Study Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang.Tesis.

Sigit, S.H., Koeharto, F.X., Hadi, U.K. Gunandidi, D.J. Soviana, S., Wirawar., LA., C. halidaputra, M.,

Rivai, M., Priyambodo, S., Yusuf, S., Utomo, S. 2006. Hama Permukiman Indonesia.

Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. UKPHP Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor. Bogor

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.

Gambar

Table 1. Kasus DBD di Kota Sukabumi Tahun 2009- Mei 2010
gambar 1 ovitrap tutup datar
Tabel 3. Jumlah Jentik Nyamuk yang Terperangkap pada Ovitrap Tutup Lengkung (OL)

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Salasiah Hanin Hamjah & A’dawiyah Ismail (2012) dalam artikelnya yang menyatakan bahawa tekanan sering berlaku kepada kaum wanita kerana wanita berkerjaya perlu

Namun dengan banyaknya masyarakat yang menuntut ilmu dipesantren sedikit banyak telah mempengaruhi sistem pembagian waris, sehingga beberapa keluarga muslim di Desa Sesetan

Pendekatan lainnya adalah dengan membangun infrastruktur Data Warehouse perusahaan pada saat bersamaan dibangun pula satu data mart atau lebih untuk memenuhi kebutuhan bisnis

Pembuatan biosensor untuk deteksi kolesterol yang meliputi desain layout, tahapan proses fabrikasi dengan teknik screen printing, pemilihan material biocomponent dan membran

FORM 07B : LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM TRIWULANAN KANTOR CABANG DARI BANK YANG BERKEDUDUKAN DI LUAR NEGERI Back to Header Desember 2020 Desember

Hubungan Harga, Lokasi, dan Sarana Terhadap Kepuasan Konsumen Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan sebagai proses penyampaian

Untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan konsep diri antara remaja yang sejak masa akhir kanak-kanaknya dibesarkan dipanti asuhan dengan remaja yang sejak masa

Pada bagian ini akan dikemukakan pengujian hipotesis berdasarkan hasil tabulasi data yang diperoleh dari hasil pengisian angket kebiasaan berolahraga dan tes MFT ( Multistage