• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Percetakan yang digunakan sebagai studi kasus untuk verifikasi adalah tiga perusahaan percetakan dengan lokasi berbeda. Ketiga percetakan dengan skala berbeda digunakan untuk vefikasi, yaitu skala besar, skala menengah, dan skala kecil. PT Percetakan Gramedia (Jakarta Pusat) mewakili percetakan skala besar. PT Percetakan Penebar Swadaya (Jakarta Timur) mewakili percetakan skala menengah. Percetakan IPB Press (Darmaga-Bogor) mewakili percetakan skala kecil. Ketiga percetakan tersebut dapat mewakili pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan pada ketiga skala. Penelitian dilaksanakan mulai Juli 2005 sampai dengan Juni 2006.

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui studi kasus tiga perusahaan percetakan dengan skala besar, menengah, dan kecil. Penelitian ini adalah menyusun model pengelolaan percetakan berkualitas dan berawasan lingkungan. Model yang telah tersusun diverifikasi pada tiga skala percetakan yang berbeda, kemudian dilanjutkan dengan merumuskan strategi pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan. Penelitian ini dibatasi untuk produk percetakan berupa buku putih. Buku putih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buku bacaan. Buku bacaan tersebut terdiri dari isi dan sampul dengan penjilidan lem punggung. Alasan buku putih dijadikan sebagai bahan penelitian karena produk ini dikerjakan oleh berbagai skala percetakan di Indonesia. Buku putih memiliki porsi omset lebih dari 60% pada setiap percetakan, seperti yang terjadi pada PT Percetakan Penebar Swadaya (2006), yaitu 70,2% omset buku putih, 15,9% omset majalah, dan 13,9% omset produk lain (poster, brosur, undangan, dan sebagainya).

Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahapan (Gambar 17), yaitu sebagai berikut : (1) menganalisis dan menentukan faktor-faktor pengelolaan percetakan, (2) menganalisis parameter dan standar kualitas serta parameter dan standar pengelolaan limbah percetakan, (3) mendesain sub model pengelolaan percetakan berkualitas dan sub model pengelolaan limbah percetakan, dan (4) merumuskan strategi pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan.

(2)

Tahap 1 merupakan sub tujuan untuk menganalisis dan menentukan faktor-faktor pengelolaan percetakan. Tahap ini dimulai dengan kegiatan menganalisis aliran input, proses, dan output. Kegiatan selanjutnya adalah menganalisis unsur-unsur kualitas dan unsur-unsur berwawasan lingkungan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelusuran literatur, observasi lapang, wawancara menggunakan kuesioner, dan FGD. Parameter yang digunakan dalam tahap 1 adalah literatur manajemen, literatur percetakan, literatur ISO 9001, dan literatur ISO 14001. Metode yang digunakan adalah pengecekan antara literatur manajemen, literatur percetakan, ISO 9001, ISO 14001 dengan kondisi aktual dan dilanjutkan dengan metode expert judgement. Tahap ini menghasilkan gambaran aliran input, proses, dan output pengelolaan percetakan, serta menentukan faktor-faktor pengelolaan percetakan.

Tahap 2 merupakan sub tujuan untuk menganalisis parameter dan standar kualitas serta parameter dan standar pengelolaan limbah percetakan. Tahap ini berupa kegiatan menganalisis lebih lanjut setiap faktor terhadap parameter-parameter yang mendukung ke arah kualitas dan berwawasan lingkungan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelusuran literatur, observasi lapang, wawancara menggunakan kuesioner, dan FGD. Parameter yang digunakan dalam tahap 2 adalah SOP percetakan, literatur percetakan, buku manual percetakan, arsip-arsip, laporan uji laboratorium, laporan kinerja, dan modul-modul pelatihan. Metode yang digunakan adalah pengecekan antara literatur percetakan, buku manual, arsip-arsip, laporan-laporan, modul pelatihan, baku mutu dengan kondisi aktual, kemudian dilanjutkan dengan metode expert judgement. Tahap ini menghasilkan parameter dan standar pengelolaan percetakan berkualitas dan pengelolaan limbah percetakan.

Tahap 3 merupakan sub tujuan mendesain sub model pengelolaan percetakan berkualitas dan pengelolaan limbah percetakan. Tahap ini berupa kegiatan menyusun hasil faktor-faktor pengelolaan percetakan, menyusun hasil parameter-parameter kualitas, menyusun standar-standar kualitas, menyusun parameter-parameter limbah percetakan, dan menyusun standar-standar limbah percetakan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelusuran literatur, wawancara menggunakan kuesioner, dan FGD. Parameter yang digunakan dalam tahap 3 adalah faktor-faktor, parameter-parameter, dan standar-standar pengelolaan percetakan berkualitas dan baku mutu pengelolaan limbah percetakan. Metode yang digunakan adalah pemodelan. Tahap ini

(3)

menghasilkan sub model pengelolaan percetakan berkualitas dan sub model pengelolaan limbah percetakan.

Gambar 17. Tahapan Penelitian.

Tahap 4 adalah perumusan strategi pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan. Tahap ini berupa kegiatan penentuan skala percetakan, menentukan percetakan contoh kasus untuk setiap skala, verifikasi terhadap tiga percetakan contoh kasus, analisis strategi, dan perumusan strategi pengelolaan percetakan pada masing-masing percetakan contoh kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelusuran literatur tentang skala percetakan, studi literatur seluruh percetakan di Indonesia, observasi lapang di tiga percetakan contoh kasus, wawancara menggunakan kuesioner, dan FGD. Parameter yang digunakan dalam tahap 4 adalah sub model pengelolaan percetakan berkualitas dan sub model pengelolaan limbah percetakan. Metode yang digunakan adalah verifikasi terhadap tiga percetakan contoh kasus, analisis strategi untuk mendapatkan alternatif strategi pengelolaan tiga percetakan

Menganalisis parameter dan standar kualitas serta parameter dan standar pengelolaan limbah percetakan

Mendesain sub model pengelolaan percetakan berkualitas dan sub model pengelolaan limbah percetakan

Tahap 1

Tahap 2

Rumusan strategi pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan pada tiga percetakan contoh kasus

Tahap 4 Menganalisis dan menentukan faktor-faktor

pengelolaan percetakan

Verifikasi pada tiga percetakan contoh kasus

Penetapan prioritas strategi pada tiga percetakan contoh kasus

Analisis strategi pada tiga percetakan contoh kasus

Tahap 3

(4)

contoh kasus, dan QSPM untuk penetapan prioritas strategi pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan pada tiga percetakan contoh kasus. Tahap ini menghasilkan model pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data bersumber dari percetakan skala besar, skala menengah, dan skala kecil. Skala percetakan ditentukan berdasarkan keputusan Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) tahun 2005, yaitu dengan kriteria seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Skala Industri Percetakan.

No Spesifikasi Kriteria

1 2 unit mesin cetak plano atau 1 unit mesin cetak WEB plano Besar

2 Minimal 2 unit mesin cetak ½ plano atau 1 unit mesin cetak plano Menengah

3 Minimal 2 unit mesin cetak folio atau 1

unit mesin cetak double folio Kecil

Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi lapang, wawancara dengan kuisioner, dan FGD (focus group discussion). Data primer meliputi; spesifikasi buku yang dihasilkan, spesifikasi naskah yang dicetak, spesifikasi bahan baku yang digunakan, spesifikasi mesin yang digunakan, jumlah dan rincian jabatan karyawan, biaya bahan baku yang digunakan, biaya karyawan, biaya operasional, data yang menyangkut limbah percetakan, faktor-faktor, parameter-parameter, dan standar-standar pengelolaan percetakan, pembobotan, dan nilai attractiveness score. Data sekunder didapatkan melalui literatur, profil perusahaan, laporan perusahaan, modul pelatihan, arsip-arsip, buku manual percetakan, dan baku mutu limbah cair. Data sekunder juga berupa peraturan pemerintah dan data dari berbagai instansi yang terkait dengan topik penelitian.

(5)

3.4. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan identifikasi adanya sejumlah kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi sistem yang dianggap efektif. Menurut Marimin (2004), pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu (1) mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah dan (2) penyusunan suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional. Tahapan dengan metode pendekatan sistem meliputi analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, pemodelan, verifikasi dan validasi, serta implementasi.

3.4.1. Analisis Kebutuhan

Tahap awal yang harus dilakukan dalam pengkajian menggunakan pendekatan sistem adalah analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan merupakan kajian terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan sistem yang akan dianalisis (Pramudya, 1989). Analisis kebutuhan juga merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem (Eriyatno, 1998). Analisis ini dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan stakeholders yang berpengaruh terhadap sistem yang dikaji. Stakeholders mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai perannya masing-masing. Stakeholders yang terlibat dalam sistem pengelolaan percetakan adalah sebagai berikut:

1. Pelanggan, yaitu konsumen dari percetakan yang berupa perusahaan penerbitan buku atau konsumen yang berupa perorangan yang memerlukan jasa percetakan berupa pembuatan buku putih atau buku bacaan;

2. Pemasok, yaitu pihak luar percetakan yang menjadi rekanan guna memenuhi kebutuhan bahan baku, bahan tambahan, dan mesin;

3. Pemilik, yaitu orang-orang yang memiliki saham (modal) suatu usaha percetakan;

4. Manajemen, yaitu orang-orang yang terlibat dalam pengambilan kebijakan dan bertanggung jawab penuh terhadap kinerja usaha percetakan;

5. Karyawan, yaitu orang-orang bekerja yang terlibat langsung dalam kegiatan usaha percetakan.

Analisis kebutuhan stakeholders terhadap pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan seperti terlihat pada Tabel 5.

(6)

Tabel 5. Analisis Kebutuhan Pengelolaan Percetakan Berkualitas dan Berwawasan Lingkungan.

No Stakeholders Kebutuhan

1. Pelanggan • Buku putih berkualitas sesuai preferensi konsumen • Harga biaya cetak rendah

2. Pemasok • Kontinuitas pesanan

• Peningkatan administrasi dan pembayaran • Keberlangsungan kerja sama

• Peningkatan keuntungan dari bahan baku 3. Pemilik • Mendapatkan keuntungan yang lebih besar

• Keberlangsungan usaha

4. Manajemen • Peningkatan efisiensi dan efektifitas • Peningkatan produktivitas

• Peningkatan kualitas manajemen • Pengelolaan berwawasan lingkungan 5. Karyawan • Peningkatan pendapatan

• Peningkatan kesejahteraan

3.4.2. Formulasi Masalah

Formulasi permasalahan diturunkan dan merupakan rangkuman atau kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan yang digunakan untuk menentukan tujuan rancang bangun model dari sistem secara keseluruhan. Formulasi permasalahan dilakukan atas dasar penentuan informasi yang telah melalui identifikasi sistem yang dilakukan secara bertahap (Eriyatno, 1998). Formulasi permasalahan didasarkan atas tinjauan pustaka dan perkiraan kebutuhan yang menghasilkan kajian terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan sistem yang akan dianalisis (Pramudya, 1989).

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan maka terlihat kebutuhan yang sejalan maupun yang kontradiktif. Kebutuhan yang saling kontradiktif dapat dikenali berdasarkan dua hal, yaitu kelangkaan sumberdaya (lack of resources) dan perbedaan kepentingan (conflict of interest) (Hartrisari, 2007).

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, seperti Tabel 5, terdapat kebutuhan-kebutuhan dari pelaku sistem yang saling kontradiktif, yaitu harga biaya cetak yang rendah. Terlihat pada pelaku sistem menginginkan buku putih berkualitas dengan harga biaya cetak rendah dan limbah tidak mencemari lingkungan.

(7)

Buku putih berkualitas dengan harga biaya cetak rendah memerlukan bahan baku berkualitas dengan harga rendah. Selain itu diperlukan pengelolaan yang efisien, efektif, dan produktivitas tinggi. Hal ini akan menyebabkan tidak terdapat produk yang gagal, sehingga tidak terjadi pemborosan biaya bahan baku, biaya SDM, dan biaya operasional.

Di pihak lain, yaitu pemasok menginginkan peningkatan keuntungan dari selisih harga pokok bahan baku tersebut, sehingga diperlukan kesepakatan harga bahan baku diantara pelaku sistem percetakan. Hal ini bertujuan terjadinya transaksi, agar pihak pemasok mendapatkan keuntungan yang wajar dari penjualan bahan baku tersebut dan pihak produksi percetakan dapat mencetak buku dengan harga wajar.

Kebutuhan pelaku sistem yang lain adalah pengelolaan terhadap limbah percetakan yang tidak mencemari lingkungan. Hal ini terlihat dari beberapa pelaku sistem, yaitu manajemen yang menginginkan adanya pengelolaan terhadap limbah percetakan agar tidak mencemari lingkungan. Adanya pengelolaan limbah maka diperkirakan meningkatkan biaya operasional dan meningkatkan harga biaya cetak. Hal ini perlu dicari pengelolaan limbah yang efisien dan efektif, agar tidak meningkatkan biaya operasional yang tinggi.

Pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan dapat juga memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelaku sistem yang lainnya, seperti; peningkatan kinerja manajemen, peningkatan keuntungan perusahaan, peningkatan kesejahteraan karyawan, dapat mematuhi peraturan pemerintah, serta dapat menjaga kualitas lingkungan sekitar percetakan. Hal ini akan mengakibatkan percetakan mencapai tujuannya, yaitu keberlangsungan usaha dengan dukungan penuh dari seluruh pelaku sistem (stakeholders).

3.4.3. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen yang terlibat di dalam sistem yang dikaji. Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang ditelaah. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang perlu dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut (Marimin, 2004).

Penerapan pengelolaan berkualitas dan berwawasan lingkungan mengakibatkan terjadinya peningkatan kinerja percetakan. Peningkatan kinerja

(8)

percetakan akan berakibat meningkatnya produktivitas percetakan. Peningkatan produktivitas meningkatkan jumlah produk yang berkualitas dan menurunkan harga biaya cetak, sehingga permintaan dari pelanggan/pasar akan meningkat.

Peningkatan penjualan dapat memberikan peningkatan keuntungan sekaligus meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga menjamin kelangsungan usaha. Keuntungan yang besar diharapkan dapat mensejahterakan karyawan dan mengurangi tingkat keresahan karyawan akibat beban kerja yang lebih besar.

Pengelolaan berkualitas dan berwawasan lingkungan yang diterapkan tidak hanya memberikan kepuasan kepada pelanggan tetapi kepada pemasok. Kontinuitas pesanan dan peningkatan pelayanan administrasi berakibat pemasok lebih meningkatkan kualitas bahan baku yang berakibat pada peningkatan produktivitas perusahaan.

Penerapan pengelolaan berkualitas dan berwawasan lingkungan pada percetakan diperlukan peningkatan sumberdaya manusia melalui pelatihan-pelatihan. Pelatihan-pelatihan ini akan menambah biaya yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Namun meningkatnya kualitas SDM akan meningkatkan produktivitas perusahaan, akhirnya memberikan keuntungan yang besar kepada perusahaan.

Menurut Manecth and Park (1977), secara garis besar ada enam kelompok variabel yang akan mempengaruhi kinerja sistem yang digambarkan dalam bentuk diagram kotak hitam (input output), yaitu; (1) variabel output yang dikehendaki, yang ditentukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan, (2) variabel output yang tidak dikehendaki, (3) variabel input yang terkontrol, (4) variabel input tidak terkontrol, (5) variabel input lingkungan, dan (6) variabel umpan balik (manajemen pengendali) sistem.

Output yang dikehendaki model pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan adalah (1) buku putih berkualitas, serta (2) limbah percetakan berwawasan lingkungan. Model akan mentransformasi input terkontrol dan input tak terkontrol, serta dipengaruhi juga dengan adanya input lingkungan menjadi output. Realisasi model bukan saja mendapatkan output yang dikehendaki, namun mendapatkan juga output yang tidak dikehendaki. Output yang tidak dikehendaki oleh model adalah (1) produktifitas menurun dan (2) biaya cetak meningkat. Melalui manajemen pengendali maka percetakan melakukan evaluasi terhadap output yang tidak dikehendaki. Output yang tidak

(9)

dikehendaki tersebut menjadi bahan masukan perbaikan pada input terkontrol. Pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan memiliki parameter rancang bangun, yaitu (1) standar kualitas dan (2) standar lingkungan. Parameter rancang bangun dapat dijadikan sebagai acuan. Pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan diukur dan dikendalikan oleh standar kualitas dan standar lingkungan percetakan. Model dapat menghasilkan output yang dikehendaki dan mengurangi output yang tidak dikehendaki. Melalui manajemen pengendali secara terus-menerus, model berusaha menghilangkan output yang tidak dikehendaki sehingga hanya akan menghasilkan output yang dikehendaki.

Input Lingkungan

ƒ Kebijakan pemerintah ƒ Kondisi sosial budaya

Output yang dikehendaki

ƒ Buku putih berkualitas ƒ Limbah percetakan

berwawasan lingkungan

Input tak terkontrol

ƒ Komitmen manajemen ƒ Suku bunga

MODEL PENGELOLAAN

PERCETAKAN BERKUALITAS

DAN BERWAWASAN

LINGKUNGAN

Gambar 18. Diagram Kotak Hitam (input output) Sistem Percetakan.

Input terkontrol

ƒ Naskah dan bahan baku ƒ Mesin, sumberdaya manusia ƒ Keuangan

Output yang tidak dikehendaki

ƒ Produktifitas menurun ƒ Biaya cetak meningkat

Manajemen Pengendali

Parameter rancang bangun

ƒ Standar kualitas

ƒ Standar lingkungan

(10)

3.4.4. Pemodelan

Menyusun model dilakukan bertujuan melihat perilaku sistem dalam membantu perencanaan strategi pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan. Model yang disusun ini merupakan penyederhanaan dari sistem pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan. Menurut Hartrisari (2007), model bersandar pada hasil pendekatan diagram kotak hitam dan kondisi faktual hasil studi yang dikombinasikan dengan konsep teoritis dari berbagai kepustakaan.

Model yang disusun terdiri dari dua sub-model, yaitu sub-model pengelolaan percetakan berkualitas dan sub-model pengelolaan percetakan berwawasan lingkungan. Sub-model pengelolaan percetakan berkualitas berkaitan dengan pengukuran parameter-parameter kualitas. Sub-model pengelolaan percetakan berwawasan lingkungan berkaitan dengan pengukuran parameter-parameter pengelolaan limbah percetakan.

3.5. Analisis Data

Analisis data penelitian ini diawali dari pendekatan sistem melalui input, proses, dan output maka diperoleh diagram black box. Dari diagram black box diperoleh input terkontrol dan dari diagram ini menghasilkan faktor-faktor (variabel) pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan. Untuk menguatkan hasil penelitian, dilakukan focus group discussion (FGD) terhadap faktor-faktor tersebut sehingga faktor-faktor tersebut dianggap sah sebagai faktor-faktor pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan. Setelah faktor-faktor tersebut ditetapkan, maka langkah berikutnya yaitu menetapkan parameter-parameter dan standar-standar dari setiap parameter tersebut. Metode yang digunakan dalam penggalian parameter dan standar ini sama yaitu dengan metode FGD dengan para stakeholder sebagai berikut:

1) FGD pertama dilakukan di Kompleks Kelompok Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta bersama penerbit PT Elex Media Komputindo (yang diwakili oleh Manajer Produksi, Manajer Pemasaran, dan Manajer Redaksi), PT Gramedia Pustaka Utama (yang diwakili oleh Manajer Pemasaran dan Manajer Produksi), Gramedia Majalah (yang diwakili oleh Manajer

(11)

Pemasaran), PT Percetakan Gramedia (yang diwakili oleh Manajer Penelitian dan Pengembangan serta Supervisor Proses Produksi)

2) FGD kedua dilakukan di Kantor PT Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta bersama penerbit PT Agromedia (yang diwakili oleh Direktur Utama), PT Percetakan Penebar Swadaya (yang diwakili oleh Direktur dan Manajer Produksi).

3) FGD ketiga dilakukan di IPB Press bersama pihak manajemen IPB Press yang diwakili oleh Manajer Operasional dan Manajer Produksi.

Diskusi dipandu berdasarkan buku manual percetakan, buku manual mesin percetakan, manual prosedur percetakan. Dari hasil FGD tersebut diperoleh parameter-parameter dan standar-standar. Dengan demikian maka sub-model penilaian kinerja percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan dapat dibuat. Sub-model penilaian kinerja percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan ini bersifat general dan dapat diberlakukan untuk semua percetakan di Indonesia. Dengan sub-model yang dihasilkan ini maka dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu percetakan.

Penilaian kinerja suatu perusahaan percetakan yang berkualitas dan berwawasan lingkungan dapat dilakukan melalui proses verifikasi. Kesimpulan akhir dinyatakan dalam dua indikator yaitu BAIK dan TIDAK BAIK. Kesimpulan ini dibuat melalui pendekatan dua skala (biner), yaitu:

1. Untuk perusahaan yang BAIK

2. Untuk perusahaan yang TIDAK BAIK

Menurut Kinnear (1979), penggunaan dua skala (biner) pada titik ekstrim kiri dan titik ekstrim kanan memiliki kelebihan yaitu memaksa responden untuk menentukan dengan pasti BAIK atau TIDAK BAIK. Hal ini berbeda dengan skala Likert. Skala Likert (tiga, lima, tujuh atau sembilan skala) akan memungkinkan adanya Central Tendentious (kecenderungan sentral) yang berakibat penilaian jatuh pada nilai tengah (sedang, rata-rata, cukup, dan sebagainya). Skala Likert memungkinkan responden tidak tegas untuk menjatuhkan pilihan pada titik ekstrim paling kiri maupun titik ekstrim paling kanan dengan alasan segan, khawatir, atau alasan-alasan yang tidak rasional. Pemilihan titik tengah tersebut disebabkan karena ketidaktahuan (kurang informasi) dari responden terhadap variabel yang ditanyakan. Hal ini membuat peneliti ragu terhadap jawaban

(12)

responden tersebut (sekalipun mereka expert di bidangnya) karena menimbulkan adanya ketidaktegasan pengambilan keputusan.

Penelitian ini memilih Dua Skala Biner (BAIK dan TIDAK BAIK) dengan tujuan untuk menghindari kecenderungan sentral serta agar dapat ditentukan dengan pasti kinerja perusahaan percetakan yang dianalisis apakah tergolong perusahaan yang BAIK atau TIDAK BAIK dilihat dari variabel-variabel kinerja percetakan yang berkualitas dan berwawasan lingkungan.

Kesimpulan tersebut (BAIK atau TIDAK BAIK) dihasilkan dari proses verifikasi pada tiga skala percetakan kasus yaitu untuk percetakan skala besar, skala menengah, dan skala kecil. Percetakan skala besar diwakili oleh PT Percetakan Gramedia, untuk percetakan skala menengah diwakili oleh PT Percetakan Penebar Sawadaya, dan untuk percetakan skala kecil diwakili oleh Percetakan IPB Press. Verifikasi ini dilakukan melalui Analisis Gap yaitu membandingkan antara standar ideal dengan kinerja aktual (Engel, 1994). Pada penelitian ini, standar ideal yaitu nilai ideal dari setiap variabel yang dianalisis untuk percetakan yang berkualitas dan berwawasan lingkungan, sedangkan kinerja aktual yaitu kondisi kinerja nyata dari setiap variabel yang terjadi pada tiga macam skala percetakan (skala besar, skala menengah, dan skala kecil).

Variabel atau faktor-faktor pada pengelolaan percetakan dibagi menjadi beberapa parameter. Setiap parameter dapat dibagi menjadi beberapa sub parameter yang memiliki standar ideal masing-masing. Gap antara standar ideal dengan kinerja aktual perusahaan percetakan dinilai sebagai berikut;

™ Nilai 0 jika kinerja aktual tidak memenuhi standar ideal ™ Nilai 1 jika kinerja aktual telah memenuhi standar ideal

Setelah analisis gap dilakukan maka dihitung deviasi dari setiap variabel (di) dengan rumus :

Jumlah paramater yang bernilai nol

di = X 100% ... (1)

Total parameter

Dengan melakukan Analisis Gap maka diperoleh deviasi dari setiap variabel yang dianalisis. Kemudian setelah itu dibuat rata-rata deviasi dari seluruh variabel yang dianalisis (D).

(13)

n ∑ di i=1

Rata-rata deviasi ( D) = ... (2) n

Dimana di = deviasi dari variabel ke-i (dalam %) n = jumlah variabel yang dianalisis

Perusahaan percetakan yang memiliki kinerja BAIK adalah jika nilai deviasi rata-ratanya (D) kurang dari atau sama dengan 10%, sedangkan jika nilai deviasi rata-ratanya (D) lebih dari 10% maka dinyatakan perusahaan percetakan tersebut memiliki kinerja TIDAK BAIK.

Penentuan batas nilai 10% mengacu pada Besterfield (1990) bahwa untuk mengukur kualitas yang baik yaitu dengan kinerja minimal 90%. Selain itu secara statistik, ketepatan suatu pengujian adalah berbeda-beda bagi setiap jenis penelitian. Penelitian ilmu alam (kimia, fisika, biologi), ilmu kedokteran, dan ilmu kemiliteran menuntut ketepatan yang mendekati sempurna sehingga tolerasi kesalahan hanya diperbolehkan pada batas yang sempit, misalkan 1% dan jika tingkat kesalahannya lebih dari 1% maka dikatakan TIDAK BAIK. Untuk ilmu sosial, ekonomi, dan manajemen, toleransi tersebut agak longgar yaitu bisa sampai batas 10%, namun jika kesalahan tersebut lebih dari 10% maka dikatakan TIDAK BAIK. Menurut Intrilligator (1996), tingkat signifikansi (sygnificance level) secara statistik dapat dilakukan sampai taraf nyata 10%. Semakin kecil taraf nyata maka akan semakin baik. Sepuluh persen ini sebagai batas toleransi kesalahan, yang berarti tingkat kepercayaan bahwa hal tersebut benar-benar BAIK adalah 90%. Dengan alpha (α) sebesar 10% yang dalam hal ini merupakan deviasi dari standar ideal, hal ini masih dapat diterima karena dengan kinerja sebesar 90%, suatu perusahaan percetakan masih dapat dianggap baik karena kinerja tersebut telah melebihi separonya (50%). Dalam standar Skala Likert genap golongan dua, batas kinerja baik dan tidak baik adalah 50% (jika kinerja di atas 50% maka dikatakan baik dan jika kinerjanya di bawah 50% maka dikatakan tidak baik). Dalam penelitian ini batas tersebut adalah 90% atau dengan kata lain toleransi deviasi adalah 10%. Hal ini akan lebih baik karena lebih memperketat batas kinerja BAIK dan TIDAK BAIK sehingga hanya perusahaan-perusahaan yang benar-benar memiliki kinerja tinggilah (di atas 90%) yang dapat dikatakan BAIK.

(14)

Sistem manajemen berbasis model dalam penelitian ini tersusun dari lima belas variabel (faktor penilaian kinerja), yaitu ; (1) Produk, (2) Naskah, (3) Bahan lain, (4) Tahap pracetak, (5) Kertas, (6) Tinta, (7) Air pembasah, (8) Mesin cetak, (9) Tahap cetak, (10) Mesin pendukung, (11) Tahap pascacetak, (12) SDM, (13) Keuangan, (14) Pengelolaan limbah padat, dan (15) Pengolahan limbah cair. Adapun contoh perhitungan (di) untuk variabel produk dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Verifikasi Variabel Produk

Standar Kinerja Aktual Parameter

Syarat Indikator Satuan 1 0

1.Presisi halaman buku = 0 mm 1

2.Ketebalan dan kerataan tinta - 1,25 – 1,35 density 0

3.Kesikuan potong = 90 derajat 1

4.Kondisi potongan sisi buku <= 0,02 cm 1

5.Kondisi cacat lem = Tidak ada - 1

6.Urutan halaman = sesuai - 1

7.Kelengkapan halaman = sesuai halaman 1

TOTAL 6 1

Keterangan : 1 = kinerja aktual telah memenuhi standar ideal 0 = kinerja aktual tidak memenuhi standar ideal di = 1/7 x 100% = 14,3%

Oleh karena nilai di lebih dari 10%, maka variabel produk untuk

perusahaan percetakan tersebut dapat disimpulkan TIDAK BAIK. Untuk menghitung rata-rata deviasi dari seluruh variabel (D), maka digunakan rumus :

n

∑ di i=1 Rata-rata deviasi ( D) =

n

Dimana di = deviasi dari variabel ke-i (dalam %) n = jumlah variabel yang dianalisis (=15)

Dengan demikian maka nilai D dapat dijadikan sebagai indikator kinerja perusahaan percetakan dengan range;

BAIK : Jika D kurang dari atau sama dengan 10% TIDAK BAIK : Jika D lebih dari 10%

(15)

Dalam hal ini titik ekstrim yang dipakai yaitu 10%.

10%

Tidak baik

baik

Proses verifikasi menghasilkan beberapa alternatif strategi. Setelah alternatif strategi diperoleh, dari beberapa alternatif tersebut maka perlu ditetapkan prioritas strategi yang dapat diimplementasikan perusahaan dalam jangka pendek. Metode yang digunakan untuk penetapan prioritas strategi ini yaitu modifikasi metode Paired Comparison dengan QSPM (quantitative strategic planning matrix). Penilaian kinerja dengan metode Paired Comparison diambil dari konsep Gary Dessler (1997) dalam penentuan kinerja SDM, dan metode QSPM diambil dari konsep Fred David (1995) dalam strategic planning formulation pada perusahaan pangan. Adapun langkah yang ditempuh dalam metode ini yaitu :

1. Penentuan pakar yang akan mengisi Tabel QSPM. Pakar yang berhak mengisi tabel QSPM adalah mereka yang terlibat dalam pengisian kuesioner sebelumnya.

2. Pengisian matriks paired comparison untuk menentukan bobot pentingnya strategi tersebut dibanding dengan yang lain. Bobot tersebut diisi melalui tabel berikut :

ALTERNATIF STRATEGI

A B C D E

A BiAi CiAi DiAi EiAi

B AiBi CiBi DiBi EiBi

C AiCi BiCi DiCi EiCi

D AiDi BiDi CiDi EiDi

E AiEi BiEi CiEi DiEi

Bobot Total

bobot A bobot B Total bobot C Total bobot D Total bobot E Total BOBOT TOTAL Persentase bobot (A / total ) x 100% (B / total ) x 100% (C / total ) x 100% (D / total ) x 100% (E / total ) x 100%

3. Pengisian tabel dilakukan secara vertikal ke bawah untuk setiap alternatif strategi. Nilai bobot diisi dengan :

Nilai 1 = alternatif strategi vertikal (misalkan A) kurang penting dibanding alternatif strategi horisontal (misalkan B)

(16)

Nilai 2 = alternatif strategi vertikal (misalkan A) sama penting dibanding alternatif strategi horisontal (misalkan B)

Nilai 3 = alternatif strategi vertikal (misalkan A) lebih penting dibanding alternatif strategi horisontal (misalkan B)

Untuk daerah yang diarsir, pakar tidak perlu mengisi karena merupakan matriks kebalikan.

4. Persiapkan tabel QSPM sebagai berikut :

PRIORITAS STRATEGI No ALTERNATIF

STRATEGI BOBOT AS TAS

1. A 2. B 3. C 4. D 5. E

5. Kolom bobot diisi dari hasil matriks Paired Comparison. Kolom AS (Attractiveness Score) diisi dengan nilai berikut :

Nilai 1 = not acceptable (tidak dapat diterima untuk diimplementasikan) Nilai 2 = possibly acceptable (mungkin dapat diterima untuk

diimple-mentasikan)

Nilai 3 = probably acceptable (kemungkinan besar dapat diterima untuk diimplementasikan)

Nilai 4 = most acceptable (dapat diterima untuk diimpelementasikan) Kolom TAS (total attractiveness score) diisi dengan cara mengalikan kolom

bobot dengan kolom AS (attractiveness score).

6. Keputusan strategi terbaik ditetapkan dari nilai TAS yang paling besar. Strategi ini dianggap paling urgen untuk diimplementasikan dalam jangka pendek, jika perusahaan memiliki kendala sumberdaya. Jika sumberdaya perusahaan tersedia, maka seluruh strategi dapat diimplementasikan.

7. Jika pakar yang mengisi QSPM lebih dari satu orang, maka keputusan strategi adalah rata-rata dari pakar yang mengisi QSPM tersebut.

(17)

59

No Aspek yang diteliti Parameter Pengumpulan data dan metode

analisis

Output yang diharapkan 1 Menganalisis dan menentukan faktor-faktor pengelolaan percetakan Literatur manajemen Literatur percetakan Literatur ISO 9001 Literatur ISO 14001 - Penelusuran literatur - Observasi lapang

- Wawancara dengan kuisioner - FGD

Faktor-faktor pengelolaan percetakan

2

Menganalisis parameter dan standar kualitas dan

parameter dan standar pengelolaan limbah percetakan

SOP percetakan Literatur percetakan Buku manual

Arsip-arsip, baku mutu Laporan-laporan Modul pelatihan

- Penelusuran literatur - Observasi lapangan

- Wawancara dengan kuisioner - FGD

Parameter dan standar kualitas serta parameter dan standar pengelolaan limbah percetakan

3

Mendesain sub model pengelolaan percetakan berkualitas dan sub model pengelolaan limbah percetakan

- Faktor-faktor

- Parameter-parameter - Stándar-stándar kualitas dan baku mutu pengolahan limbah

- Pemodelan Sub model pengelolaan

percetakan berkualitas dan sub model pengelolaan limbah percetakan

4

Merumuskan strategi pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan - Sub model pengelolaan berkualitas - Sub model pengelolaan limbah percetakan

- Penelusuran literatur skala - Observasi lapang

- Wawancara dengan kuesioner

- FGD

- Verifikasi tiga skala percetakan - Analisis strategi

- QSPM

Rumusan prioritas strategi pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan pada percetakan skala besar, skala menengah, dan skala kecil

(18)

3.6. Definisi Operasional

Beberapa definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Model adalah suatu abstraksi dan penyederhanaan dari suatu sistem yang sesungguhnya, dalam hal ini pengelolaan percetakan.

2. Pengelolaan adalah kata lain dari manajemen yang berarti proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang telah ditetapkan.

3. Percetakan adalah sebuah perusahaan yang dapat menghasilkan produk media cetak atau perusahaan yang bergerak di bidang pencetakan.

4. Buku putih adalah buku bacaan yang dihasilkan oleh percetakan dengan berbahan baku tinta dan kertas putih (HVS).

5. Berkualitas adalah gabungan karakteristik produk dari proses pabrikasi yang menentukan derajat dimana produk yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen

6. Berwawasan lingkungan adalah kesadaran akan eratnya kaitan antara keputusan dan kegiatan organisasi dengan dampaknya terhadap lingkungan alam.

7. Limbah percetakan adalah buangan hasil proses produksi percetakan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.

8. Sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen dalam lingkungan tertentu, yang saling terkait dan terorganisasi dalam mencapai suatu tujuan. Atau dengan kata lain keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah objek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja dalam rangka mencapai tujuan.

9. Penerbitan adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang media cetak, seperti; buku, koran, majalah, atau tabloid.

Gambar

Gambar 17. Tahapan Penelitian.
Tabel 5. Analisis Kebutuhan Pengelolaan Percetakan Berkualitas dan  Berwawasan Lingkungan
Gambar 18. Diagram Kotak Hitam (input output) Sistem Percetakan.
Tabel 6.  Verifikasi Variabel Produk
+2

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Lingkungan internal yang menjadi kekuatan KRB adalah (1) pusat konservasi ex-situ , (2) panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami, (3) KRB memiliki aksesbilitas tinggi

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

M enurut Sutarman (2003, p4), internet berasal dari kata interconnection networking yang mempunyai arti hubungan sebagai komputer dan berbagai tipe komputer yang merupakan

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap