• Tidak ada hasil yang ditemukan

URBANISASI INDONESIA KE DEPAN, AGENDA INTERNATIONAL HABITAT III: GERAK LANGKAH BAGI PWK TETI A ARGO JUMAT, 20 MEI 2016 KK PWD ITB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "URBANISASI INDONESIA KE DEPAN, AGENDA INTERNATIONAL HABITAT III: GERAK LANGKAH BAGI PWK TETI A ARGO JUMAT, 20 MEI 2016 KK PWD ITB"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

URBANISASI INDONESIA KE

DEPAN, AGENDA

INTERNATIONAL HABITAT III:

GERAK LANGKAH BAGI PWK

TETI A ARGO JUMAT, 20 MEI 2016

(2)

1. URBANISASI – KOTA – KAWASAN PERKOTAAN DI INDONESIA : TREN 2. KOMITMENT INTERNATIONAL HABITAT

3. KEBIJAKAN PERKOTAAN INDONESIA : KEBERPIHAKAN DAN KETERLANTARAN 4. TANTANGAN PERENCANAAN – UTK PERKOTAAN

(3)

URBANISASI DAN KOTA DI INDONESIA

■ Laju pertumbuhan penduduk perkotaan Indonesia , 4%  tinggi di negara berkembang, tertinggi di ASEAN

■ Tahun 2035, 66,6% penduduk Indonesia di perkotaan, Di propinsi

Tertinggi: DKI Jakarta (100%), Jawa Barat (89%), Kep Riau (85%). Banten (85%), DIY (84,1%), Bali (81%)

Terrendah: Sulawesi Barat (23%), Maluku Utara (30,6%), NTT (34%), Riau dan Papua (41%)

■ Penduduk perkotaan yang tinggal di kota otonom : 40% - sisanya di kawasan perkotaan ( di kabupaten ).

– dari 98 kota otonom, 68 (69%) adalah kota sedang dan kota kecil (mengikuti definisi skala kota, PP 28/2008; < 500.000)

– Pada 2035, hanya tiga kota yang naik tingkat jadi kota besar (Surakarta, Cilegon, Matarram)

(4)

KAWASAN PERKOTAAN : CONTOH PRAKTEK

URBAN EXPANSION

■ Kawasan perkotaan di kabupaten:

– Nodal : permukiman skala besar (sebagian penulis: kota private)

– Kabupaten yg berkepadatan setara kota (Kab Bekasi, kab Bogor, Kab Cirebon di Jawa Barat, dll)

– Jumlah penduduk perkotaan Indonesia > 60% akan berada di (yg berstatus) kabupaten (saat ini)

– Persebaran kota kota di kabupaten, mendorong exercise : urban sprawl, corridor development, land encroachment

■ Kota Sedang

– Berlokasi di Jawa, berdekatan dengan kota besar / metropolitan – Di luar kota, berjauhan dari kota besar / metropolitan

■ Kota kecil

(5)
(6)
(7)

KOTA OTONOM DI INDONESIA

(8)

% PENDUDUK TINGGAL KOTA OTONOM DI

INDONESIA

(9)
(10)

KERANGKA SPASIAL :

■ Karakteristik Pengembangan Perkotaan Di Indonesia:

– Searah Jarum Jam: (Jawa – Sumatera – Kalimantan – Sulawesi – Sunda Kecil – Maluku /Papua)

– Legitimasi Eksistensi Perkotaan Diamati Pada Jarum Jam Tersebut

■ Metropolitan Lebih Banyak Dibicarakan Daripada Kota Sedang ■ Sebaran Kota Besar mengikuti kota metropolitan

– Sebaran kota sedang / kecil lebih merata daripada kota metropolitan /besar ■ Konsep Core – Periphery

– Kota besar / metropolitan thd kota sedang / kecil di sekitarnya

(11)
(12)
(13)
(14)

Bidang Yang Ditelusuri :

Area Issue Paper Policy Unit

1. Social cohension and equity – livable cities 1. Inclusive cities

2. Migration and refuges in urban areas 3. Safer cities

4. Urban culture and heritage

1. Right to the city and cities for all 2. Socio cultural urban framework

2. Urban frameworks 5. Urban rules and legislation

6. Urban governance 7. Municipal finance

3. National urban policies

4. Urban governance, capacity and institutional development

5. Municipal finance and local fiscal systems

3. Spatial development 8. Urban and spatial planning and design

9. Urban land

10. Urban rural linkages 11. Public space

6. Urban spatial strategies, land market and segregation

4. Urban economy 12. Local economic development

13. Jobs and livelihoods, 14. Informal sector

7. Urban economic development strategies

5. Urban ecology and resilience 15. Urban resilience

16. Urban ecosystems and resource management 17. Cities and climate change and disaster risk management

8. Urban ecology and resilience

6. Urban housing and Basic services 18. Urban infrastructure and basi services including

energy

19. Transport and mobility 20. Housing

21. Smart cities

22. Informal settlements

9. Urban services and technology 10 housing policies

(15)

Habitat III : New Urban Agenda – kaitan

dgn kesepakatan lain

Habitat III : Sustainable Urbanization Sendai Framework DRR 2015-2030 Paris Agreement 2015-2050: Binding Rio + 20 : SDGs: 17 Goals, 149 targets, indicators Addis Abada Action Agenda: Financing for Devt SAMOA Action Platforms Dll

■ Berorientasi Tindak (Action)

■ Mendorong pada pengawasan, pengendalian (Monitoring dan evaluasi)

■ Keterlibatan non state actors

■ Meningkatnya peran kota (walikota) dalam menyuarakan/ terlibat dalam aksi

COP 21: pertemuan

Informal hearing : platform utk berkomitmen

(16)

PRODUK HABITAT III: NEW URBAN

AGENDA (NUA) 2016-2036

■ QUITO DECLARATION ON CITIES FOR ALL

4 point: full participation of

stakeholders, building unfinished business of MDGs, etc.,

paradigm shift, realizing cities for all

Vision, transformative commitments, effective

implementation: urban paradigm shift

■ A. transformative commitments to SUD – Leave no one behind, urban equity

and poverty eradication

Foster ecological and resilient cities and human settlements

■ B. Effective implementation

Enhancing means of implementation of NUA

(17)

?

Tema Besar

■ RIGHTS TO THE CITY AND CITIES FOR ALL

■ URBAN FRAMEWORK ■ SPATIAL DEVELOPMENT ■ URBAN ECONOMY

■ URBAN ECOLOGY AND RESILIENCE ■ HOUSING AND URBAN SERVICES

‘belum ada’

■ SOCIAL CULTURAL FRAMEWORK FOR CITIES ■ NATIONAL URBAN POLICIES

■ URBAN SPATIAL STRATEGIES

■ URBAN ECONOMIC DEVELOPMENT STRATEGIES

■ URBAN ECOLOGY (ENERGY, BUANGAN CAIR/UDARA, DLL)

■ kerangka akses perumahan dengan system finansial

(18)

Kebijakan dan Strategi Pembanguna

Perkotaan Nasional (KSPPN)

(19)

Tahapan Pencapaian

Pelayanan Perkotaan

Nasional

Pelayanan Perkotaan

Nasional

■ UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah – Bab kawasan PerkotaanPelayanan

Perkotaan

Penciptaan Pelayanan sebagai titik utama pemerintahan di Perkotaan

(20)

Nilai Keberlanjutan Kota (Sustainability

Index)

Classification of Autonomous Cities

Factoring Index of Urban Sustainability

USI Ranking

Urban Services Socio- Cultural Economic Environment Urban

governance National Urban System Metropolitan 49,14 78,36 58,30 71,82 56,70 52,24 61,09 1 Large 47,64 79,73 54,87 70,40 57,79 47,44 59,65 2 Medium 43,62 81,53 48,67 69,47 49,27 39,16 55,29 3 Small 39,77 80,91 42,59 71,55 45,66 32,82 52,22 4 Total Index 180,17 320,53 204,43 283,24 209,42 171,66 228,25

(21)

URBAN SPATIAL STRATEGIES: CONTOH

Struktur Metropolitan

Urban Sprawl

■ Penjalaran (corridor/ribbon sprawl) ■ Perembesan (low density sprawl) ■ Menyeruak

■ Peretasan (leapfrog)

Figure 1: Monocentric Structure

Low Density Suburban Medium Density Suburban High Density Suburban Major Inter-city Road Outer Core Secondary Metropolitan Sub-Center Metropolitan Core

50 km radius

25 km

Figure 2: Sprawl

Low Density Suburban Medium Density Suburban High Density Suburban Major Inter-city Road Outer Core Metropolitan Core

Metropolitan Sub-Center

50 km radius 25 km

Figure 3: Polycentric Structure

Major Inter-city Road

50 km radius 25 km

Medium Density Suburban High Density Suburban Principal Metropolitan Sub-Center Outer Core Metropolitan Core

Secondary Metropolitan Sub-Center

Figure 4: Multipolar Structure

Low Density Suburban Medium Density Suburban High Density Suburban Major Inter-city Road Outer Core Principal Metropolitan Sub-Center Metropolitan Core

50 km radius 25 km

(22)

URBAN ECONOMIC DEVELOPMENT

STRATEGIES

URBAN FINANCE /

BUDGET

■ Mengukur pengeluaran vs pendapatan : Mengukur

pengeluaran rutin/ pembangunan ■ Mengenali sumber pendanaan lain

– terintegrasi dalam budgeting ■ Pendanaan berkaitan dengan

perbaikan pelayanan publilk – produktifitas kota

URBAN FINANCE –

DESENTRALISASI

■ Mengenali sumber pendanaan dari pusat dan tugas dari desentralisasi – seimbang ?

■ Penyelenggaraan pelayanan umum (mass urban transit, pelabuhan, dll) diperlakukan sebagai proyek

(contoh) nasional  belum keniscayaan

■ urban finance / perpajakan dengan struktur perkotaan

(23)

URBAN ECOLOGY AND RESILIENCE

■ Data ekologi perkotaan, minimal – Efluen dan limbah

Penggunaan energy

Kualitas data masih terbatas

■ Urban Ecology hubungannya dengan struktur perkotaan

(24)

HOUSING AND URBAN SERVICES

Housing

■ Slum : kegagalan pasar lahan menyediakan perumahan

■ Housing : ketimpangan kepemilikan –belum didorong dengan system keuangan (tidak menyimpan dana di rumah)

Urban Services

■ Ketimpangan penyediaan pelayanan umum –

Penyadaran masyarakat

■ Penggunaan dana utk skala kecil – untuk upscaling ?

■ Inefisiensi akibat terbatasnya pelayanan umum

(25)

Indonesia sebagai Negara

Berpenghasilan Sedang

Negara Berpenghasilan

(26)

Urbanisasi sebagai Faktor Penentu

■ Selain demografi (Bonus demografi), pengelolaan thd tingkat urbanisasi di Indonesia merupakan factor penentu dalam keberhasilan naik kelas ….

Perbaikan dan peningkatan infrastruktur dan system logistic yg efisien

Peningkatan pendidikan dan profesi untuk mendorong penguatan di bidang SDM

Memperkuat peran industry sebagai basis pembangunan

■ Urbanisasi dan urban planning

Suatu pendekatan ruang agar terjadi efisiensi dan efektifitas pemanfaatannya

Investasi jangka menengah

(27)

PANDUAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

KOTA – internasional

■ Memberi kesempatan eksplorasi

mendalam, yang dapat ditawarkan kepada kota / wilayah kota

■ Tidak terbatas pada prosedur

perencanaan, namun terkait dengan tujuan pembangunan, dan system kelembagaan yang terbangun

■ Memposisikan perencanaan dalam

konteks pembangunan (produktifitas kota, change agents, source of economic

(28)

TERIMA KASIH

Begitu banyak yang harus diselesaikanBegitu sedikit yang sudah dikerjakan

(29)

Daftar Pustaka

■ World Bank, 2014. Development Policy Review series: Indonesia: Avoiding the Trap. Jakarta: the World Bank.

Gambar

Figure 1: Monocentric Structure

Referensi

Dokumen terkait

2.3 Sustainment Corrosion Program Elements—Corrosion Plan Although formal corrosion prevention and control plans have been required for acquisition pro- grams for many years,

Gambar diatas adalah boxplot dari data survey mengenai daya tahan baterai, dari gambar dapat diketahui bahwa data belum normal, garis median data tidak berada tepat

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah simple random sampling yaitu memilih anggota sampel dari populasi terjangkau yang dilakukan secara acak tanpa

Uji perbedaan mean akhir, diperoleh hasil mean dari kelompok eksperimen 1 (latihan forehand drive dengan variasi bertahap depan ke belakang) adalah 18.91 dan eksperimen 2

Koefisien harga satuan yang digunakan untuk menganalisa biaya sistem halfslab ini menggunakan koefisien yang ada pada [5]. Biaya yang digunakan sebagai acuan untuk perhitungan

kewajiban dan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Tujuan

permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan strategi guided note taking dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V pada

Keskeinen kysymys on, kuinka Maija Vilkkumaan esikoisromaani Nainen katolla kiin- nitetään osaksi Maija Vilkkumaan julkisuuskuvaa romaania koskevassa vastaanottopu- heessa..