• Tidak ada hasil yang ditemukan

ﺣِ

ﻢِ ﻦِ ﻤَ ﺣْ ﺮَّ ﺍﻟ ﻪِ ﻠَّ ﺍﻟ ْﻢِ ﺴ ﺑِ , ﻢِ ﻴ ﺟِ ﺮَّ ﺍﻟ ﻥِ ﺎ ﻄَ ﺸ َّﻴْ ﺍﻟ ﻦَ ﻣِ ﻪِ ﺏ ﻠَّ ﺍﻟ ِ ﺫُ ﻮ ﻋُ ﺃَ ...

1 ... ﻝِ ﻧْ ﺍ ﻔَ ﻷﺍ ﻋَ ﻦِ ﻚ َ ﻧَ ﻮ ﺴ ْﺄَﻟُ ﻳَ 2 ... ﻢْ ﻜُ ﻨِ ﺑَﻴْ ﺕ َ ﺍ ﺫَ ﺍ ﺤ ُﻮ ﺻ ْﻠِ ﺃَ ﻭَ ﻪَ ﻠَّ ﺍﻟ ﺍ ﻮ ﻘُ ﺎﺗَّ ﻓَ ﻝِ ﺳ ُﻮ ﺮَّ ﺍﻟ ﻭَ ﻟِﻠَّ ﻪِ ﻝُ ﻧْ ﺍ ﻔَ ﻷﺍ ﻗُ ﻞِ 3

... ﻦَ ﻨِﻴ ﻣِ ﺆْ ﻣُ ُﻢْ ﻨْﺘ ﻛُ ﻥْ ﺇِ ﻪُ ﻟَ ﺳ ُﻮ ﺭَ ﻭَ ﻪَ ﻠَّ ﺍﻟ ﺍ ﻮ ﻌُ ﻃ ِﻴ ﺃَ ﻭَ 4

... ﻢْ ﻬُ ﺑُ ﻮ ﻠُ ﻗُ ﺖ ْ ﻠَ ﺟِ ﻭَ ﻪُ ﻠَّ ﺍﻟ ﺮَ ﻛِ ﺫُ ﺍ ﺫَ ﺇِ ﻦَ ﻳ ﺬِ ﺍﻟَّ ﻥَ ﻮ ﻨُ ﻣِ ﺆْ ﻤُ ﺍﻟْ ﺎ ﻤَ ﺇِﻧَّ 5

... ﻥَ ﻮ ﻠُ ﻛَّ ﻮَ ﺘَ ﻳَ ﻢْ ﻬِ ﺑِّ ﺭَ ﻰ ﻠَ ﻋَ ﻭَ ﺎ ﺎﻧً ﻤَ ﺇِﻳ ﻢْ ﻬُ ﺗْ ﺩَ ﺯَﺍ ﻪُ ﺎﺗُ ﺁﻳَ ﻢْ ﻬِ ﻠَﻴْ ﻋَ ﺖ ْ ﻴَ ﺗُﻠِ ﺍ ﺫَ ﺇِ ﻭَ 6

Keterangan:

1) Ta’awudz dan basmalah memakai lagu Bayyati dengan tingkatan nada Qarar

2) Potongan ayat pertama (awal ayat) QS. al-Anfal: 1, dibaca dengan lagu Bayyati masih dengan tingkatan nada Qarar

3) Potongan ayat kedua (tengah ayat) QS. al-Anfal: 1, dibaca dengan lagu Bayyati dengan tingkatan nada Nawa

4) Potongan ayat ketiga (akhir ayat) QS. al-Anfal: 1, dibaca dengan lagu Bayyati dengan tingkatan nada khuseini

5) Potongan ayat pertama (awal ayat) QS. al-Anfal: 2, dibaca dengan lagu Bayyati dengan tingkatan nada Jawab

6) Potongan ayat kedua (akhir ayat) QS. al-Anfal: 2, dibaca dengan lagu Bayyati dengan tingkatan nada Jawabul Jawab.84

Adapun pada beberapa kesempatan dalam setiap pertemuan pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas selama 2 bulan observasi, peneliti juga mengamati bahwa selain mengajarkan macam-macam lagu dan tingkatan lagu dalam tilawatil Qur'an, Ustadz Mawardi terlihat menyelingi penjelasan dengan materi pendalaman mengenai hal-hal

84Kegiatan Pembelajaran tilawatil Qur'an,Observasi, Labuapi, Tanggal 19 Januari 2020.

yang berkaitan dengan tilawatil Qur'an seperti perbedaan lagu menurut dinamikanya, nama dan jenis suara, macam-macam gaya suara hingga tingkat-tingkat suara dalam tilawatil Qur'an. berikut rincian materi pendalaman tersebut meliputi:

a) Perbedaan lagu menurut dinamikanya meliputi: Bayyati (adagio) yaitu gerak lambat, Syuri (lento) yaitu gerak lambat menarik-narik, Shoba (allegro) yaitu gerak ringan dengan cepat, Hijaz (grave) yaitu gerak lambat dan khidmat, Rast (allegro) yaitu gerak ringan dan cepat, Jiharka (allegro) yaitu gerak ringan dan cepat atau gerak lambat dan khidmat.

b) Nama dan jenis suara meliputi; Suara perut, yaitu jenis suara yang bergantung pada tekanan di dalam perut, Suara tenggorokan yaitu jenis suara yang digerakkan oleh tenggorokan yang bernada tinggi dan tekanannya kuat, Suara hidung, yaitu suara yang berpusat di hidung , Suara otak, yaitu jenis suara yang bersumber dari kepala dan tekanannya keras, Suara dada yaitu jenis suara yang didominasi nada dasar dan tidak dapat sempurna karena tertekan oleh dada, Suara mulut, yaitu jenis suara yang memiliki tangga nada beragam karena fungsi mulut sangat berperan pada tingkatan nada (rendah, sedang, tinggi, dan paling tinggi). Sehingga, dari keseluruhan jenis suara tersebut, suara mulut menjadi jenis suara yang paling baik untuk digunakan dalam tilawatil qur'an.

c) Tingkat-tingkat suara dalam tilawatil Qur'an meliputi; Qoror/low, adalah suara lembut (piano) maksudnya suara yang paling rendah (lowest), Nawa/medium, dengan dua cabang yaitu mezzo soprano (antara suara tinggi dan rendah) dan mezzo forte (suara sedang), Jawab/high, adalah suara yang menanjak kuat (crescendo), Jawabul jawab/highest yaitu suara yang sangat kuat (fortissimme).85

Dalam pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas disinggung pula mengenai ilmu Qira’ah. Ilmu Qira’ah merupakan suatu aliran pengucapan bacaan al-Qur'an yang mempunyai sanad yang kuat dari Rasulullah saw. serta diikuti oleh imam ahli Qur’an. Ustadz Mawardi memperkenalkan sejak dini mengenai dasar-dasar qira’at saja misalnya tentang qira’at yang mutawattir, yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh banyak imam qira’at dan mustahil bagi mereka bersepakat untuk berbohong. Selain itu para sanntri diperkenalkan nama-nama tujuh imam terkenal yang meriwayatkan qira’at mutawattir diantaranya;

Nafi’bin Abdul Rahman, Ibnu Katsir, Abu ‘Amr, Abdullah bin Amir al- Yahsyaby, Ashim bin Abi Najwad, Hamzah bin Habib dan at-Taimy dan al-Kisai. Adapun dari ketujuh bacaan imam tersebut yang paling banyak digunakan dan berkembang khusunya pada masyarakat Indonesia ialah qira’at Ashim dengan riwayat Hafash karena Ashim adalah orang quraisy sebagaimana Nabi Muhammad saw.

Ustadz Mawardi Hadi mengungkapkan bahwa:

85Kegiatan Pembelajaran tilawatil Qur'an,Observasi, Labuapi, Tanggal 19 Januari 2020.

Selain mengajarkan macam-macam lagu dalam tilawatil Qur'an, saya juga memberikan pendalaman materi yang ada kaitannya dengan pembelajaran tilawatil Qur'an. Misalnya macam-macam tingkatan nada dalam tilawatil Qur'an, macam-macam jenis suara, serta tingkatan-tingkatan suara dalam tilawatil Qur'an hingga diperkenalkan tentang qiroatussab’ah mengingat kerumitan mempelajari tilawatil Qur'an. Faktor lainnya yang harus diperhatikan oleh seorangqari’ qari’ah dalam pembelajaran tilawatil Qur'an ialah napas dan suara. Napas yang panjang dalam bertilawah akan membuat sempurnanya bacaan, terhindar dari berhenti (waqaf) bukan pada tempatnya (tanaffus) dan terhindar dari bacaan yang tergesa-gesa karena mengejar sampainya napas. Suara juga harus tetap dipelihara yaitu dengan menghindari segala hal yang bisa memberatkan suara maupun menimbulkan perubahan pada suara.86

Hal ini senada dengan yang diterangkan Ustadzah Aulia Cahyani bahwa:

Ustadz Mawardi, selain mengajarkan tentang macam— macam lagu dalam tilawatil Qur'an beliau juga kerap kali menyelingi kegiatan belajar dengan menjelaskan materi-materi yang ada kaitannya dengan tilawah. Dengan harapan santri-santri akan mendapatkan pengetahuan lebih yang bisa mendukung kemampuan mereka dalam mempraktikkan lagu-lagu tilawah nantinya87

Hal ini dipertegas oleh pernyataan dari Mariatun Qibitah yang menyatakan:

Di sela-sela pembelajaran, Ustadz sering memberikan materi tambahan. Sehingga selain bisa mempraktikkan macam-macam lagu dan maqamnya, kami juga memiliki pemahaman lebih tentang tilawah seperti jenis suara, ada suara perut, suara mulut dan lainnya hingga pengetahuan tentang imamqira’at yang tujuh.88

Berdasarkan paparan diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan

86Mawardi Hadi,Wawancara, Labuapi, Tanggal 8 Mei 2020.

87Aulia Cahyani,Wawancara, Labuapi, Tanggal 8 Mei 2020.

88Mariatun Kibtiah,Wawancara, Labuapi, Tanggal 8 Mei 2020.

bahwa pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas mengharuskan santri untuk menguasai materi atau bahan pembelajaran secara bertahap, yaitu; (1) Para santri harus menguasai ilmu tajwid sebagai materi tahap awal dan pertengahan, (2) Santri yang dinilai baik dan fasih bacaannya akan diajarkan materi bagian lagu-lagu dalam tilawatil Qur'an.

Sebab, antara tajwid dan tilawah keduanya merupakan satu kesatuan yang bersifat holistik. Disamping itu, selain diajarkan mengenai materi pokok tentang macam-macam lagu dalam tilawatil Qur'an diberikan pula materi pendalaman untuk melengkapi pemahaman para santri dalam memahami tilawatil Qur'an.

2. Metode Pembelajaran

Dalam pelaksanaannya pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al -Ikhlas menerapkan sistem klasikal, yaitutalaqqi (face to face). Metode ini dilakukan dengan tatap muka antara guru dengan santri yang didalamnya terjalin interaksi serta terdapat proses koreksi dan menyimak didalamnya. Adapun praktiknya dalam pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas ialah melalui bandongan. Bandongan yaitu metode talaqqi dengan tatap muka antara seorang guru berhadapan dengan santri dalam jumlah banyak.

Ustadz Mawardi Hadi mengungkapkan bahwa:

Ketika mengajar, saya menjelaskan materinya terlebih dahulu, setelah santri sudah mendengarkan dan paham materi yang akan kita bahas pada pertemuan tersebut barulah kita akan

mempraktekkannya serentak secara bersama-sama dengan membagi maqra’ yang telah dipilih menjadi beberapa potongan kalimat. Saya mencontohkan dan semua santri menirukannya, diulang-ulang dan begitu seterusnya.89

Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan selama 2 bulan terakhir, peneliti mengamati bahwa terjadi persamaan pengkondisian pembelajaran yang dilakukan Ustadz Mawardi Hadi. Dalam setiap pertemuan dalam pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas, Ustadz Mawardi Hadi selalu menjelaskan materi yang terkait dengan tilawatil Qur'an terlebih dahulu sebelum melakukan praktek/kegiatan menirukan oleh para santri. Oleh karena itu, peneliti dapat menyimpulkan metode- metode yang digunakan Ustadz Mawardi Hadi dalam mengajar tilawatil Qur'an meliputi:

a. Metode Ceramah

Ustadz Mawardi Hadi dalam pembelajaran tilawatil Qur'an menggunakan metode ceramah khususnya kepada Qori pemula atau santri yang baru saja belajar tilawatil Qur'an, beliau lebih banyak menyampaikan/menjelaskan materi berupa teori-teori terkait pembelajaran tilawatil Qur'an. Teori pembelajaran yang disampaikan meliputi materi tajwid dan materi pengenalan lagu-lagu serta materi pendalaman terkait tilawatil Qur'an. Ustadz Mawardi akan mengajarkan materi tersebut melalui metode ceramah.

89Mawardi Hadi,Wawancara, Labuapi, Tanggal 3 Mei 2020.

b. Metode Menirukan (praktek)

Metode meniru digunakan oleh Ustadz Mawardi Hadi dalam pembelajaran tilawatil Qur'an untuk mencontohkan materi yang telah disampaikan melalui metode ceramah. Melalui metode menirukan Ustadz Mawardi mencontohkan tata cara membaca al- Qur'an dengan tajwid dan dibarengi dengan lagu-lagu tilawatil Qur'an. Berdasarkan hasil observasi, peneliti mengamati langkah- langkah penerapan metode menirukan dalam pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas dilakukan sebagai berikut:

1) Guru membacakan ayat (maqro’) tertentu secara utuh/sempurna, kemudian membagi ayat menjadi beberapa bagian sebagai contoh yang harus dimenirukankan para santri.

2) Santri mulai membaca dan menirukan bacaan sebagaimana yang dicontohkan Ustadz secara berulang-ulang,

3) Santri menirukan sebagaimana bacaan guru, guru membaca lagi secara sempurna, kemudian ditirukan oleh santri begitu seterusnya.90

4) Ustadz mengoreksi bacaan santri, bila bacaan santri masih dirasa belum tepat, Ustadz akan memberikan perbaikan dan meminta santri mengulang-ulang bacaan hingga bacaan terdengar sempurna. Bila bacaan tilawah santri dianggap telah

90Kegiatan Pembelajaran Tilawatil Qur'an,Observasi, Labuapi, Tanggal 24 Januari 2020.

benar dari segi tajwid dan lagunya, barulah Ustadz membacakan satu ayat secara utuh.

Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh Ustadz Mawardi Hadi:

Pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas dimulai dengan kegiatan memimpin do’a bersama, dilanjutkan dengan mempraktekkan bacaan tilawatil Qur'an melalui kegiatan mencontohkan dengan membacakanmaqro tertentu baru kemudian nanti akan diikuti/ditirukan oleh semua murid. Barulah yang terakhir sebagai kegiatan penutup, saya mengetes bacaan mereka satu per satu untuk melihat sejauh mana penguasaan bacaan mereka.91

Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari salah satu santri yang mengikuti program tilawatil Qur'an:

Saat mengajar, Ustadz Mawardi memimpin do’a bersama terlebih dahulu. Kemudian Ustadz akan membacakan maqro yang telah dipilihkan. Bila bacaan kami benar tajwidnya dan sesuai lagunya atau satu maqro sudah dirasa benar, barulah kami membaca dari awal secara bersamaan lagi. Hal yang terpenting dalam belajar tilawah adalah konsentrasi menyimak bacaan Ustadz kemudian dicoba dan diulang-ulang. Ustadz Mawardi sangat ramah. Beliau sering memotivasi kami untuk selalu bersemangat mengaji. Beliau juga sangat sabar untuk mengingatkan kami jika kami lupa pelajaran sebelumnya.92

Hal senada juga diungkapkan Iza Pratama, salah satu murid yang mengikuti program tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas:

Intinya saat belajar kita harus fokus mendengarkan bacaan yang Ustadz contohkan, dari lagu hingga variasinya serta bagaimana pengaturan nafasnya. Kami harus siap mengikuti setiap aba-aba dari

91Mawardi Hadi,Wawancara, Labuapi, Tanggal 21 April 2020.

92Siti Fatimah az-Zahra,Wawancara, Labuapi, Tanggal 21 April 2020.

Ustadz, membaca sambil diulang-ulang.93

Dengan demikian pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas dilakukan dengan metode ceramah yang dimulai dengan do’a bersama yang dipimpin langsung oleh Ustadz mawardi, dilanjutkan dengan menyampaikan materi pembelajaran. Kemudian dengan metode menirukan, Ustadz meminta santri mempraktekkan bacaan tilawah satu per satu (individual) secara bergiliran.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas diajarkan materi yang sesuai dengan tahapan pelaksanaan dalam pembelajarannya meliputi:

tahap dasar dan menengah mempelajari materi bagian tajwid dan tahap lanjutan mempelajari materi bagian lagu. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan metode menirukan oleh santri.

C. Efektivitas Pembelajaran Tilawatil Qur'an TPQ al-Ikhlas

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas, dalam penelitian ini digunakan lima indikator efektivitas pembelajaran yaitu: (1) Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran, (2) Proses pembelajaran komunikatif, (3) Respon peserta didik, (4) Aktivitas pembelajaran, (5) Hasil belajar.

1. Pengelolaan Pelaksanaan Pembelajaran

93Iza Pratama,Wawancara, Labuapi, Tanggal 22 April 2020.

Mengenai pengelolaan pelaksanaan pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas, Ustadz Mawardi Hadi mengungkapkan bahwa:

Dalam menyelenggarakan suatu pembelajaran khususnya pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas ini, tentu kami para ustaz/ustazah memiliki tanggung jawab untuk mengelola pembelajaran agar dapat berjalan efektif dan efisien sebagaimana yang diharapkan. Adapun pengelolaan pembelajaran yang menjadi fokus kami bentuknya seperti membuat perencanaan sebelum mengajar, mempersiapkan materi yang akan disampaikan, menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan dan yang terpenting adalah memilih cara yang tepat dalam mengajar sehingga santri tetap antusias mengikuti pembelajaran tilawatil Qur'an.94

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa bentuk pengelolaan pelaksanaan pembelajaran tilawatil Qur'an oleh Ustadz Mawardi Hadi ialah dengan melakukan perencanaan baik dari segi materi, metode maupun media pembelajaran. Peneliti mengamati bahwa sebelum mengajar, Ustadz Mawardi dengan bantuan para santri terlihat mempersiapkan media yang dibutuhkan dalam belajar tilawatil Qur'an seperti mushaf, rekal, buku pedoman tilawatil Qur'an,microphone dan lain sebagainya. Disamping itu, Ustadz Mawardi Hadi telah memilih materi dan metode pembelajaran yang dianggap tepat untuk pembelajaran tilawatil Qur'an. Pemilihan materi dan metode disesuaikan dengan tujuan pembelajaran tilawatil Qur'an. Ustadz Mawardi menyatakan bahwa:

Tujuan atau target yang ingin kami capai dalam program tilawatil Qur'an ini ialah agar para santri termotivasi untuk membaca al- Qur'an baik dari segi tajwid maupun naghom (seni), termasuk juga mempersiapkan para santri untuk berpatisipasi mengikuti

94Mawardi Hadi,Wawancara, Labuapi, Tanggal 8 Mei 2020.

perlombaan musabaqah tilawatil Qur'an (MTQ) yang rutin diprogramkan pemerintah. Oleh karena itu, materi yang kami ajarkan tentu materi tajwid dan materi bagian lagu yang mana materi tersebut harus disampaikan secara bertahap untuk mempermudah santri untuk memahami materi tersebut. Adapun mengenai materi tilawatil Qur'an, saya hanya mengajarkan lagu-lagu pokok dalam tilawatil Qur'an yang umum dipakai. Saya memang memperkenalkan kepada santri 7 macam lagu yaitu lagu bayyati, lagu shoba, lagu nahawand, lagu hijaz, lagu rost, lagu sika dan lagu jiharkah. Namun, diantara ketujuh lagu tersebut saya memfokuskan pada 5 lagu yang biasa dipakai dalam MTQ yaitu lagu bayyati, lagu nahawand, lagu hijaz, lagu rost dan lagu sika. Dalam setiap pertemuan kami bisa belajar satu atau dua macam lagu dengan variasinya.95

Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu santri yang mengikuti program tilawatil Qur'an yang mengatakan bahwa:

Saat belajar tilawatil Qur'an, kami harus belajar tajwid dulu. Kalau sudah fasih bacaannya, barulah Ustadz mengajarkan tata cara melagukan al-Qur'an (tilawah). Dalam mengaji dengan bertilawah, kami diajarkan macam-macam lagu seperti lagu bayyati, lagu hijaz, lagu nahawand, lagu sika, lagu rost, juga tentang variasi lagunya.96

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan diprogramkannya pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al -Ikhlas ialah untuk memotivasi santri agar bersemangat mendalami Qur'an baik dari segi tajwid maupunnaghom (seni) serta mempersiapkan mereka untuk berkompetisi dalam perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ), sehingga dalam menyusun materi pembelajaran tilawatil Qur'an yang akan disampaikan kepada para santri, Ustadz Mawardi menyesuaikan pemilihan materi dengan tujuan pembelajaran tersebut.

95Mawardi Hadi,Wawancara, Labuapi, Tanggal 3 Mei 2020.

96Dana Wardana,Wawancara, Labuapi, Tanggal 3 Mei 2020.

Hal ini diperkuat dengan hasil observasi, peneliti mengamati bahwa materi bagian lagu dalam pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas memang hanya difokuskan pada lima macam lagu yang umum dipakai dalam perlombaan MTQ. Berikut ini kelima macam lagu dengan masing- masing tingkatan nadanya: (1) Bayyati, dengan tingkatan nada qarar/dasar ﺭﺮﺍﻗ)), nawa/menengah ﻱﻮﻧ)), jawab/tinggi (ﺏﺍﻮﺟ) dan jawabul jawab/paling tinggi (ﺏﺍﻮﺠﺍﻟ ﺏﺍﻮﺟ), (2) Nahawand, dengan tingkatan nada awal maqam nahawand ﻡﻘﺎﻣ ﻝﻭﺍ)), nawa ﻱﻮﻧ)), jawab (ﺏﺍﻮﺟ),quflah mahur (ﺭﻮﻫﺎﻣ ﺔﻠﻔﻗ), (3) Hijaz, dengan tingkatan nada awal maqamﻡﻘﺎﻣ ﻝﻭﺍ)),hijaz kar (ﺭ ﻛﺎ),hijaz karkurﺭﻮﻛﺭﻛﺎ)), alwan hijaz ﻥﺍﻮﺍﻟ)

ﺍﻟ ﺤ ﺠ

ﺎﺯ ), (4) Rost dengan tingkatan nadaawal maqam rost ﻡﻘﺎﻣﻝﻭﺍ)),nawa ﻧ

ﻱ )), jawab ﺏﺍﻮﺟ)), kuflah zinjiron ﻥﺮﺍﺠﺯﻧ ﺔﻠﻔﻗ)), syabir alarrost ﺮ ﺒﻴﺷ)), alwan rostﺖﺳ ﺭﺍﻥﺍﻮﺍﻟ)), (5) Sika dengan tingkatan nadaawal maqam ﻝﻭﺍ)

ﻣ ﻘﺎ

ﻡ ), iraqi (nawa)ﻲﻗﺮﺍﻋ ﻭﺍ ﻱﻮﻧ)),turki (jawab) (ﻲﻗ ﺗﺮ ﻭﺍ ﺏﺍﻮﺟ) danvariasi raml (ﻞﻣﺭ).97

Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa materi pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas memang hanya difokuskan pada lima macam lagu yang umum dipakai dalam perlombaan MTQ saja.

Pemilihan materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran tilawatil Qur'an yang telah direncanakan sebelumnya.

Selain penyusunan materi pembelajaran, komponen pengelolaan pelaksanaan pembelajaran lainnya adalah metode pembelajaran, mengenai

97Kegiatan Pembelajaran tilawatil Qur'an,Observasi, Labuapi, 31 Januari 2020.

pemilihan metode pembelajaran Ustadz Mawardi Hadi menyatakan:

Saya biasanya menjelaskan materi terlebih dahulu dengan ceramah, kemudian sebagai praktiknya saya meminta para santri untuk menirukan bacaanmaqra’ yang saya contohkan. Dalam belajar tajwid dan lagu dalam tilawatil Qur'an tentu para santri butuh penjelasan mengenai kedua materi tersebut. Selain diberikan penjelasan kedua materi tersebut juga membutuhkan praktik dengan kegiatan menirukan oleh santri. Melalui penjelasan dan praktik saya rasa bisa membuat para santri aktif dan memahami materi dengan baik.98

Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemilihan metode ceramah dan metode menirukan dalam pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

Melalui metode ceramah, para santri akan memahami materi melalui penjelasan Ustadz Mawardi terkait dengan tajwid maupun lagu-lagu dalam tilawatil Qur'an. Adapun melalui metode menirukan, para santri akan mempraktekkan bacaan yang telah dicontohkan oleh Ustadznya.

Ustadz Mawardi Hadi menuturkan lebih lanjut mengenai pengelolaan pembelajaran tilawatil Qur'an, beliau mengungkapkan bahwa:

Agar para santri antusias dalam belajar, saya seringkali mencoba memberikan motivasi kepada mereka. Adapun cara yang paling tepat untuk membuat mereka belajar dengan optimal adalah dengan memberikan contoh langsung atau menjadi teladan bagi mereka, misalnya dengan datang lebih awal juga memberikan perhatian kepada para santri.99

Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi terhadap pengelolaan

98Mawardi Hadi,Wawancara, Labuapi, Tanggal 8 Mei 2020.

99Ibid.,

pelaksanaan pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas, peneliti mengamati bahwa Ustadz Mawardi terlihat berusaha menciptakan suasana belajar yang optimal dengan tetap menjaga kehangatan dan keantusiasan para santri. Diawal pertemuan Ustadz Mawardi terlihat menyapa dan memberikan motivasi kepada para santri untuk tetap bersemangat dalam berlatih dan mengembangkan disiplin dalam belajar tilawatil Qur'an. Sebagai bentuk tanggung jawabnya dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif, Ustadz Mawardi tidak hanya sekedar memotivasi para santri dengan kata-kata, namun beliau memilih memberikan contoh secara langsung (action) melalui pembiasaan perilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan hadir tepat waktu di aula pengajian, bergairah dalam membawakan pembelajaran dan membagi perhatian kepada para santri.100

Disamping itu, mengenai kemampuan mengadakan variasi gaya belajar sebagai upaya menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, Ustadz Mawardi Hadi mengungkapkan bahwa:

Ketika menyampaikan materi dalam pelaksanaan pembelajaran tilawatil Qur'an, tinggi-rendahnya suara, khusyuk menyimak dan selalu menunjukkan ekspresi wajah yang ceria sangat mempengaruhi pembelajaran yang sedang dibawakan. Sikap-sikap tersebut saya biasakan agar santri merasa nyaman mendengarkan setiap penjelasan selama proses pembelajaran tilawatil Qur'an berlangsung.101

Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi, peneliti mengamati

100Kegiatan Pembelajaran Tilawatil Qur'an,Observasi, Labuapi, Tanggal 2 Februari 2020.

101Mawardi Hadi,Wawancara, Labuapi, Tanggal 21 April 2020.

bahwa Ustadz Mawardi Hadi memiliki kemampuan mengadakan variasi dalam pembelajaran. Variasi gaya mengajar tersebut diwujudkan melalui:

(1) Variasi suara (voice variations), meliputi tekanan tinggi-rendah, cepat-lambat dalam menyampaikan materi tilawatil Qur'an membuat penjelasan Ustadz Mawardi menjadi enak didengar sehingga dapat memusatkan perhatian peserta didik, (2) Ustadz Mawardi Hadi terlihat melakukan kontak mata (eye contact) ke arah santri secara menyuluh, (3) Ustadz Mawardi Hadi selalu menunjukkan ekspresi wajah yang ceria (facial expression) dan terlihat memodifikasi variasi gaya mengajar melalui gerak gerik tangan (gesture) yang dapat memperkuat eksperesi guru dan memberi kesan tersendiri terhadap diri murid.102

Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa bentuk pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh Ustadz Mawardi Hadi dalam pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas ialah dengan melakukan perencaan terhadap komponen-komponen pembelajaran meliputi media, materi dan metode pembelajaran, menjaga keantusiasan belajar santri serta mengadakan variasi gaya mengajar.

2. Proses Pembelajaran Komunikatif

Mengenai bentuk komunikasi dalam pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas, salah satu santrinya mengatakan bahwa:

Kami sangat bersemangat belajar tilawah bersama Ustadz Mawardi

102Ibid.,

Dokumen terkait