ﻡٍ ﻲ ﺃَﺑِ ﻦُ ﺍﺑْ ﻨَﺎ ﺛَ ﺪَّ ﺣَ ﻝَ ﻗَ ﺍ ﻲ ُّ ﻜِّ ﻤَ ﺍﻟْ ﺮٍ ﻧْﺒُ ﺯُ ﻦُ ﺑْ ﺪُ ﺤ َﻤَ ﻣُ ﻧَﺎ ﺮَ ﺒَ ﺧْ ﺃَ
ﺃَﺑِ
ﻲ ﻦْ ﻋَ ﻢَ ﻴْ ﻫِ ﺮَﺍ ﺃِﺑْ ﻦِ ﺑْ ﺪِ ﺤ َﻤَّ ﻣُ ﻦْ ِ ﷲ ﻋَ ﻋَ ﺪِ ﺒْ ﻦِ ﺑْ ﺪَ ﻳْ ﺰِ ﻳَ ﻦْ ﻋَ
ُ ﷲ ﻰ ﺻ َﻠَّ ِ ﷲ ﻝَ ﺳ ُﻮْ ﺭَ ﻊَ َﻤِ ﺳ ﻪُ ﺃَﻧَّ َﺓَ ﺑْﺮ ﺮَ ﻫُ ﻲ ﺃَﺑِ ﻦْ ﻋَ ﺔَ ﻤَ ﺳ َﻠَ
ﺣَ
ﺴ
َ
ﻦِ ﻰ ٍّ ﺒِ ﻟِﻨَ ﻥَ ﻣَ ﺫِ ﺃَ ﺎ ْﺀٍ ﻰ ﺸ َ ﻟِ ُ ﷲ ﻥَ ﻣَ ﺫِ ﺃَ ﺎ ﻝُ ﻮْ ﻘُ ﻳَ ﻢَ ﺳ َﻠَّ ﻭَ ﻪِ ﻠَﻴْ ﻋَ
ﻳَ
ﺠ
ْﻬَ
ﺮُ
ﺑِ
ﻪِ ﻥِ ﺮْﺁ ﻘُ ﺍﻟْ ﺑِ ﻰ ﻨَّ ﻐَ ﺘَ ﻳَ ﺕ ِ ﺼ َّﻮْ ﺍﻟ
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Zunbur al- Makki, dia berkata; telah menceritaan kepada kami Ibnu Abu Hazim dari Yazid bin ‘Abdullah dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, dia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah swt. memperbolehkan melagukan sesuatu menyamai bacaan seorang nabi yang bersuara bagus dalam melagukan al-Qur'an dengan suara yang kuat”32
Terdapat beberapa pendapat para ulama mengenai hukum
31M. Quraisy Syihab,Mukjizat Al-Qur'an : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), h. 236-237.
32Imam an- Nasai,Sunan...,h. 224.
membaca al-Qur'an dengan lagu (tilawah) :
1) Pendapat Abu Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al- Muttalibi Quraishi dalam kitab Mukhtashar menerangkan bolehnya membaca al-Qur'an dengan lagu yang sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid.
2) Pendapat Syaikh Mahmud Khalil al-Husyairi menegaskan bahwa tilawatil Qur'an hukumnya boleh, dengan syarat tetap memperhatikan kaidah-kaidah tajwid yang telah ditetapkan oleh para ulama. Sebaliknya, tilawah al-Qur'an yang keluar dari kaidah -kaidah tajwid hukumnya haram menurutijma’ para ulama.
3) Pendapat Abu Hasan Ali bin Habibal Mawardi al-Bashri menyatakan hal yang senada dengan kedua pendapat ulama tersebut diatas.33
Berdasarkan hadis dan pendapat para ulama tersebut dapat disimpulkan bahwasannya membaca al-Qur'an dengan lagu diperbolehkan dengan syarat tidak keluar dari kaidah-kaidah tajwid yang telah ditetapkan oleh para ulama, sehingga lagu dalam tilawatil Qur'an tidak merusak bacaan.
Pembelajaran tilawatil Qur'an meliputi tiga cabang: Pertama, pengetahuan tentang tajwid (cara membaca yang benar dan tepat).
33Tantan Qital Barozi, “Hadis Tentang Anjuran untuk Menghiasi al-Qur'an dengan Suara (Studi Ma’anil Hadis)”, (Skripsi, FUPI UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2017), h. 5-6.
Kedua, pengetahuan tentang berbagai ragam bacaan (ilmu qira’at).34 Ketiga, pengetahuan tentang cara melagukan atau membaguskan suara dalam membaca al-Qur'an (Ilmu nagham).35
Berdasaarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tilawatil Qur'an adalah kegiatan atau proses belajar dan mengajar antara guru dengan anak untuk mencapai tujuan berupa diperolehnya kemampuan membaca al-Qur’an dengan memperhatikan aspek ketepatan (tajwid) serta aspek keindahan dengan memperbagus suara saat membaca al-Qur’an (estetika) sesuai dengan irama/lagu khusus serta kaidah-kaidah tilawatil Qur'an yang telah disepakati oleh para ulama yang ahli dalam ilmu al- Qur'an.
b. Tujuan Pembelajaran Tilawatil Qur’an
Tujuan merupakan landasan yang menjadi patokan atau pijakan suatu kegiatan. Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang, khususnya dalam hal ini adalah pembelajaran tilawatil Qur'an mesti mempunyai tujuan yang hendak dicapai agar mendapatkan hasil yang optimal.
Terdapat beberapa tujuan pembelajaran tilawatil Qur'an setelah menguasai beberapa lagu tilawah diantaranya ialah sebagai berikut:
Pertama, untuk mengasah kemampuan seseorang dalam
34Ahsin W. al-Hafidz,Kamus Ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 297.
35Ahmad Von Denfer, Ilmu Al-Qur'an: Pengenalan Dasar, Terj. Ahmad Nashir Budiman, (Jakarta: Rajawali, 1988), h. 202.
membaca al-Qur'an dengan baik dan benar.36 Pembelajaran tilawatil Qur'an merupakan cara membaca al-Qur’an yang harus dibarengi dengan penguasaan ilmu tajwid sehingga pengucapan lafazh-lafazh al-Qur’an menjadi baik dan benar. Para ulama menganggap tilawah al -Qur’an tanpa tajwid sebagai suatu lahn, yaitu kerusakan atau kesalahan yang menimpa lafazh, baik secara nyata (jaliy) maupun secara samar (khaliy). Lahn jaliy adalah kerusakan pada lafazh secara nyata sehingga dapat diketahui oleh ulama qira’at maupun lainnya.
Lahn khafy adalah kerusakan pada lafazh yang hanya dapat diketahui oleh ulama qira’at dan para pengajar al-Qur’an yang cara bacaanya diterima langsung dari mulut para ulama qira’at dan kemudian dihafalnya dengan teliti.37
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa melalui pembelajaran tilawatil Qur'an, seseorang akan mampu membaca al-Qur'an dengan tahqiq, yaitu dengan cara memberikan kepada setiap huruf akan haknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan para ulama.
Kedua, untuk menyebarluaskan ilmu (nasyrul ilmi) khususnya tentang tata cara membaca al-Qur'an dengan baik dan benar.
Orang yang pandai tilawatil Qur'an bisa mengajarkan kemampuan (skill) bertilawahnya kepada orang lain, minimal kepada keluarga terdekatnya atau anaknya, sebagaimana dalam hadis disebutkan:
36Manna’ Khalil Al-Qattan,Studi..., h. 264-265.
37Ibid;, h. 266.
ﺛُ
ﻢَّ ﺎ ﻤً ﻠْ ﻋِ ﻢُ ْﻠِ ﺴ ﻤُ ﺍﻟْ ﺀُ ﺮْ ﻤَ ﺍﻟْ ﻢَ ﻠَّ ﻌَ ﺘَ ﻳَ ﻥْ ﺃَ ﺔِ ﻗَ َّﺪَ ﺼ ﺍﻟ ﻞُ ﻀ َ ﻔْ ﺃَﻟ ﺍﻟ
ﻤُ
ﺴ
ْﻠِ
ﻢَ ﻩُ ﺎ ﺧَ ﺃَ ﻪُ ﻤَ ﻠِّ ﻌَ ﻳُ
Sedekah yang paling utama ialah seorang muslim belajar suatu ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudara muslim lainnya.38
Hadis tersebut menegaskan bahwa sedekah ilmu bisa dilakukan dengan mengajarkannya kepada orang lain. Sedekah semacam ini dikategorikan sebagai sedekah yang paling utama karena menyangkut masalah maknawi, yaitu ilmu yang akan semakin bertambah bila disedekahkan.
Ketiga, membumikan al-Qur'an dengan bertadarus, musyafahah al-Qur'an serta melestarikan seni dan budaya Qur’ani dengan mempersiapkan generasi yang siap berpatisipasi dalam perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur'an. Nur Rohman mengutip pendapat Anna Gade dalam “Qur’an Recitation in Indonesia” mengenai perkembangan pembelajaran al-Qur'an di Indonesia, mengungkapan bahwa meskipun al-Qur'an telah final sebagai sebuah mu’jizat yang harus dibaca apa adanya, namun dalam praktek dan proses pembelajarannya al-Qur'an terbuka untuk dikembangkan, terutama dalam model bacaan/ragam keindahannya sehingga lahirlah
38Sayyid Ahmad al-Hasyimi,Hadis-Hadis Pilihan Berikut Penjelasannya, Terj. Moch. Anwar dkk., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1993), h.162-163.
kompetisi-kompetisi pembacaan al-Qur'an (MTQ).
Hal ini menandakan bahwa upaya menghidupkan al-Qur'an (The Living Qur’an) melalui pembelajaran tilawatil Qur'an oleh masyarakat muslim Indonesia sangatlah tinggi.39
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran tilawatil Qur'an diantaranya:Pertama, untuk mengasah kemampuan seseorang dalam membaca al-Qur'an dengan baik dan benar.Kedua, untuk menyebarluaskan ilmu (nasyrul ilmi) khususnya tentang tata cara membaca al-Qur'an dengan baik dan benar dalam rangka membentuk pribadi Qur’ani. Ketiga, membumikan al-Qur'an dengan bertadarus, musyafahah al-Qur'an serta melestarikan seni dan budaya Qur’ani dengan mempersiapkan generasi yang siap berpatisipasi dalam perlombaanMusabaqah Tilawatil Qur'an.
c. Metode Pembelajaran Tilawatil Qur’an
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara umum, terdapat dua metode dalam pembelajaran tilawatil Qur'an (seni baca Qur'an) yaitu:40
1) MetodeSima’i
Metode sima’i merupakan metode pembelajaran tilawatil
39Nur Rohman, “Anna M. Gade dan MTQ di Indonesia; Sebuah Kajian Metodologis”, AL- A’RAF, Vol. XIII, No. 1, Januari-Juni 2016, h. 123-124.
40M. Husni Tamrin, “Nagham al-Qur’an Telaah Kemunculan dan Perkembangan Nagham al- Qur’an di Indonesia”, (Tesis, Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008), h. 51.
Qur'an dengan cara mencontoh bacaan satu paket lagu al-Qur'an dari seorang guru/ustaz, kemudian anak mengulanginya persis seperti yang diajarkan oleh gurunya sampai hafal.
2) Metode Tausyikh
Metode tausyikh merupakan metode pembelajaran tilawatil Qur'an dengan menggunakan syair berbahasa arab. Pada metode tausyikh/syair akan dibimbing untuk menguasai lagu dasar, nama lagu sekaligus tingkatan nada dalam tilawatil Qur'an.
Perbedaannya dengan metodesima’i terletak pada penyampaian lagunya.
d. Adab Anak dalam Pembelajaran Tilawatil Qur’an
Tilawah al-Qur'an dengan tartil (perlahan-lahan), benar makhraj hurufnya, tetap memperhatikan kaidah ilmu tajwid dibarengi bacaaan dengan nada suara yang merdu merupakan bagian pokok yang harus diperhatikan oleh pembaca al-Qur'an. Disamping itu, terdapat beberapa adab yang harus dimiliki anak dalam pembelajaran tilawatil Qur'an diantaranya sebagai berikut:41
1) Niat yang ikhlas
Membaca al-Qur'an merupakan cara taqarrub yang utama kepada Allah swt. sehingga dalam membaca dan mempelajarinya
41Mana’aul Quthan,Pembahasan Ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 205-212.
perlu untuk mengikhlaskan niat. Firman Allah swt.: