oleh Najwanti Aulia NIM 160101011
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2020
ii
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Pendidikan
oleh Najwanti Aulia NIM 160101011
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2020
viii
ﺗُﺮ
ْﺣَ
ﻤُ
ﻮْ
ﻥَ ﻢْ ﻜُ ﻠَّ ﻌَ ﻟَ ﺍ ﻮ ِﺘُ ﺼ ﺍَﻧْ ﻭَ ﻪُ ﺍﻟَ ﻮ ﻌُ ﻤِ ﺳ ْﺘَ ﺎ ﻓَ ﻥُ ﺍ ﺀَ ﺮْ ﻘُ ﺍﻟْ ﺉَ ﺮِ ﻗُ ﺍ ﺫَ ﺍِ ﻭَ
“Dan apabila dibacakan al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”
(QS.al-A’raf [7]: 204).1
1Departemen Agama Republik Indonesia,Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), hlm. 256.
ix
Ibuku tercinta Hj. Sakdiah, Bapakku H. Nasrullah, Kakakku Nadiatul Maknun, Adikku Nahla Syamira. Semua keluarga yang tidak bisa kusebutkan satu persatu, dan semua teman-temanku.”
xi
dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi” ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah membawa dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Selama penyusunan skripsi ini tentunya berbagai hambatan dan kesulitan yang peneliti hadapi tidak akan mampu peneliti lewati tanpa bantuan Allah swt.
Atas bantuan yang telah diberikan selama proses penulisan maupun dalam penulisan skripsi ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Mukhlis, M.Ag. dan H. Muhammad Taisir, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Dr. Saparudin, M.Ag., dan Muhammad. Taisir, M.Ag., selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.
4. Prof. Dr. H. Mutawalli, M.Ag., selaku Rektor UIN Mataram.
5. Bapak dan Ibu dosen prodi Pendidikan Agama Islam yang telah sabar dan memberikan ilmu bagi peneliti selama ini.
6. Ustadz Mawardi Hadi, selaku Ketua sekaligus pengajar tilawatil Qur'an di
xii proses penelitian.
8. Bapak dan Ibu tercinta beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan do’anya kepada peneliti.
9. Teman-temanku kelas A PAI angkatan 2016, khususnya Sri Parwati, Iddaratun Dwi Zaruri, Patmatulloh, Tia Sopia, Diana Handayani, Maharani, Solihah, Husnul Hotimah, Yuni Astuti, Nosi Susiana dan Mardiana.
Terimakasih telah menjadi teman berjuang.
10. Segenap pihak yang telah berjasa dalam memberikan do’a maupun bantuan dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga amal ibadah dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah swt. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta.Aamiin yaa rabbal’alamiin.
Labuapi, 1 April 2020 Peneliti,
Najwanti Aulia NIM. 160101011
xiii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
NOTA DINAS PEMBIMBING iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI vi
HALAMAN MOTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR LAMPIRAN xiii
ABSTRAK xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan dan Manfaat 7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 8
E. Telaah Pustaka 10
F. Kerangka Teori 13
1. Konsep Efektivitas 13
2. Efektivitas Pembelajaran 14
3. Pembelajaran Tilawatil Qur'an 21
G. Metode Penelitian 35
1. Pendekatan Penelitian 35
2. Kehadiran Peneliti 37
3. Lokasi Penelitian 38
4. Sumber Data 38
5. Teknik Pengumpulan Data 39
6. Analisis Data 43
xiv
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN 49
A. Profil TPQ Al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan
Labuapi 49
B. Pelaksanaan Pembelajaran Tilawatil Qur'an di TPQ Al
-Ikhlas 58
C. Efektivitas Pembelajaran Tilawatil Qur'an di TPQ
Al-Ikhlas 71
BAB III PEMBAHASAN 88
A. Pelaksanaan Pembelajaran Tilawatil Qur'an di TPQ Al
-Ikhlas 88
B. Efektivitas Pembelajaran Tilawatil Qur'an di TPQ Al
-Ikhlas 93
BAB IV PENUTUP 107
A. Kesimpulan 107
B. Saran 107
DAFTAR PUSTAKA 109 LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
Lampiran 2 : Gambar Struktur Organisasi TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi
Lampiran 3 : Foto TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi Lampiran 4 : Wawancara Bersama Ketua TPQ al-Ikhlas
Lampiran 5 : Wawancara Bersama ustadz/ustadzah TPQ al-Ikhlas Lampiran 6 : Wawancara Bersama santri-santri di TPQ al-Ikhlas
Lampiran 7 : Foto Kegiatan Pembelajaran Tilawatil Qur'an TPQ Al-Ikhlas Lampiran 8: Surat Rekomendasi Penelitian dari Akademik Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Mataram.
Lampiran 9: Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpoldagri NTB Surat Keterangan telah Melakukan Penulisan dari TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
Lampiran 10: Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 11: Hasil Cek Plagiasi
xvi Najwanti Aulia
160101011
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Efektivitas Pembelajaran Tilawatil Qur'an di TPQ Al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi pembina TPQ untuk terus meningkatkan serta mengembangkan program-program pembelajaran al-Qur'an terutama program pembelajaran tilawatil Qur'an, sehingga generasi penerus Islam mampu membaca al-Qur’an dengan memperhatikan aspek ketepatan (tajwid) juga aspek keindahan (estetika) serta dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap al-Qur'an.
Fokus penelitian ini adalah: (1) Mengenai pelaksanaan pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi (2) Mengenai efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an di Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Pemeriksaan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi, yaitu triangulasi teknik dan sumber.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Dalam pelaksanaan pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas diajarkan materi tajwid dan materi bagian lagu. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan metode menirukan oleh santri serta langkah pembelajarannya meliputi kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup, (2) Efektivitas pembelajaran ditentukan oleh indikator-indikator pembelajaran yang saling terkait dan saling mendukung. Dalam penelitian ini, pembelajaran tilawatil Qur’an di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi sudah cukup efektif, dengan asumsi bahwa pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas telah memenuhi lima indikator pembelajaran efektif, yaitu: (1) Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran cukup baik; (2) Proses pembelajaran cukup komunikatif; (3) Respon peserta didik cukup baik; (4) Aktivitas pembelajaran cukup variatif; (5) Hasil belajar cukup memuaskan.
Kata Kunci : Efektivitas, TPQ al-Ikhlas, Pembelajaran Tilawatil Qur'an
1 A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalahkalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah dengan perantara malaikat Jibril yang diriwayatkan secara mutawattir dan membacanya bernilai ibadah.2 Penamaan kitab Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan sebutan al-Qur’an sangatlah tepat dengan alasan bahwa fakta sejarah maupun bukti empiris menunjukkan bahwa tidak ada bacaan yang jumlah pembacanya sebanyak pembaca al-Qur’an dan tidak ada buku yang dalam usianya telah mencapai lebih dari empat belas abad silam masih tetap original, fungsional dan memberikan kepuasan kepada pembacanya selain dari pada al-Qur'an.3
Pembaca al-Qur’an benar-benar heterogen, semua orang dengan berbagai jenis kelamin, usia, dan dari berbagai disiplin ilmu tidak akan pernah kehabisan semangat untuk membaca al-Qur’an dan merasakan kenikmatan dalam mempelajari al-Qur’an. Al-Qur'an akan senantiasa terpelihara keasliannya tanpa ada perubahan, penambahan maupun pengurangan.4 Al-Qur’an diturunkan Allah swt. berdasarkan pada nilai-nilai Ilahi yang
2Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, Terj. Mudzakir, (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2015), h. 17.
3Muhammad Amin Suma,Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 21.
4M.M. al-A’zami,Sejarah Teks al-Qur'an dari Wahyu sampai Kompilasi, Terj. Sohirin Solihin dkk., (Jakarta: Gema Insani, 2014), h. 13.
kebenarannya bersifat universal, abadi dan futuristik.5Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan Islam yang pertama serta utama karena memiliki nilai absolut (mutlak) yang diturunkan dari Tuhan. Konsekuensinya bagi kaum muslimin adalah harus menerima al-Qur'an secara utuh sebagai petunjuk dan pedoman hidupnya. Al-Qur'an harus senantiasa dibaca, dipahami, dihayati dan diresapi setiap makna yang terkandung didalamnya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.6 Dari sisi bacaan, al-Qur’an merupakan bacaan yang indah untuk dibaca baik dari segi tekstual (pelafalan) maupun kontekstual (penafsiran) yang isinya demikian lengkap (utuh) dan komprehensif (menyeluruh). Al-Qur’an bisa dibaca dengan diam, bersuara bahkan dengan lagu (nagham) yang sangat merdu. Dalam beberapa ayat al- Qur'an termaktub ajaran agama yang menganjurkan umat Islam agar senantiasa menjaga keindahan dalam segala aspek kehidupannya, sebagaimana dalam QS. al-Kahfi [18]: 7:7
ﻋَ
ﻤَ
ﻠًﺎ ﻦُ َ ﺴ ﺣْ ﺃَ ﻢْ ﻬُ ﺃَﻳُّ ﻢْ ﻫُ ﻮَ ﺒْﻠُ ﻟِﻴَ ﻬَﺎ ﻟَّ ﺔَ ﻨَ ﻳْ ﺯِ ﺽ ِ ﺄَﺭْ ﺍﻟْ ﻰ ﻠَ ﻋَ ﺎ ﻠْﻨَ ﻌَ ﺟَ ﺎ ﺍِﻧَّ
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.8
Sebagaimana suara yang merdu dalam membaca al-Qur'an, term
5Abdul Mujib,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta :Kencana Prenadamedia Group, 2014), h.125.
6Anshari,Ulumul Qur’an: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.17.
7M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Tematik atas Berbagai Persoalan Umat, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 1996), h. 508-509.
8Yayasan Penerjemah/Pentafsir Al-Qur'an,Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penerjemah/Pentafsir Al-Qur'an, 1971), h. 444.
perhiasan dalam ayat tersebut memiliki fungsi untuk keindahan.9 Dengan demikian, dalam membaca al-Qur'an umat Islam dianjurkan untuk bertilawah melagukan bacaan al-Qur'an dengan hiasan suara yang indah dan merdu sehingga dapat memberikan kesan bagi pembaca maupun pendengarnya sebagaimana dalam hadis Nabi saw.:
ﻃ
َﻠْ
ﺤ
َﺔَ ﻋَ ﻦْ ﻋْ ﻤَ ﺶ ِ ﻟْﺄَ ﺍ ﻋَ ﻦْ ﺟَ ﺮِ ﻳْ ﺮٌ ﺣَ ﺪَّ ﺛَ ﻨَﺎ ﺍ ﻝَ ﻗَ ﺣُ ﺠ ْﺮٍ ﺑْ ﻦُ ﺃَ ﺧْ ﺒَ ﺮَ ﻧَﺎ ﻋَ ﻠِ ﻲ ُّ
ﺭَ
ﺳ
ُﻮْ ﻝَ ﻗَ ﺍ : ﻝَ ﻗَ ﺍ ﺀِ ﺮَﺍ ﺒَ ﺍﻟْ ﻦْ ﻋَ َﺔَ ﺳ َﺠ ﻮْ ﻋَ ﻦِ ﺑْ ﻦِ ﻤَ ﺣْ ﺮَّ ﺍﻟ ﺪِ ﺒْ ﻋَ ﻦْ ﻋَ ﻑ ٍ ﺼ َﺮِّ ﻣُ ﻦِ ﺑْ
ﺗِ
ﻜُ
ﻢْ ﺍ ﺻ ْﻮَ ﺑِﺄَ ﻥَ ﺁ ﺮْ ﻘُ ﺍﻟ ﻮْ ﻨُ ﻳِّ ﺯَ ﻢَ ﺳ َﻠَّ ﻭَ ﻪِ ﻠَﻴْ ﻋَ ُ ﷲ ﻰ َﻠَّ ﺻ ِ ﷲ ﻝُ
Telah mengabarkan kepada kami ‘Ali bin Hujr dia berkata; telah menceritakan kepada kami Jarir dari al-A’masy dari Thalhah bin Musharrif dari ‘Abdurrahman bin ‘Ausajah dari al-Barra’ dia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: “Hiasilah bacaan al-Qur’an dengan suaramu.”10 Berdasarkan dalil al-Qur'an dan hadis diatas dapat disimpulkan bahwa belajar al-Qur'an haruslah sesuai dengan kaidah yang telah contohkan oleh Rasulullah dan diajarkan oleh para ulama. Dewasa ini, pembelajaran al- Qur'an sudah dilakukan di berbagai tempat baik yang dikemas dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah maupun di berbagai lingkungan masyarakat seperti musala, masjid maupun Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) dengan berbagai program dan metode pembelajaran tertentu, sehingga dapat menekan dan meminimalisir angka buta huruf al-Qur'an dikalangan masyarakat Islam. Salah satu program pembelajaran yang
9Kiki Rizki Ramadhani, “Efektivitas Pembelajaran Tilawah dalam Meningkatkan Kemampuan Seni Baca Qur'an di UKM UIN Raden Intan Lampung’, (Tesis, UIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2019), h.7.
10Imam an- Nasai,Sunan al-Nasai Kitab al-Iftitah, (t.tp: Global Software Company, 1997), jilid 2, h. 223.
berkembang saat ini adalah Tilawatil Qur’an. Tilawatil Qur'an merupakan etika membaca al-Qur’an dengan memperhatikan ketepatan dalam membaca al-Qur'an (tajwid) serta memperhatikan aspek keindahan dengan memperbagus suara saat membaca al-Qur’an (estetika).
Tujuan Rasulullah saw. menganjurkan untuk membaca al-Qur’an dengan bertilawah ialah agar umat islam senantiasa tertarik untuk membangun komunikasi yang intens dengan al-Qur'an dengan cara membaca serta mentadabburi al-Qur'an.11 Para ulama sejak dahulu hingga kini pun telah menaruh perhatian yang besar terhadap tilawatil Qur'an. Namun, dewasa ini pembinaan dan pengembangan pembelajaran tilawatil Qur'an menghadapi berbagai kendala, baik dari segi minimnya guru yang memiliki kemampuan tilawatil Qur'an maupun rendahnya minat anak untuk mengikuti program tilawatil Qur'an karena kesulitan dalam mempraktikkan variasi lagu-lagu tilawah dan berbagai faktor lainnya. Padahal, esensi pembelajaran al-Qur'an yang efektif dan ideal tidak hanya mengedepankan kecepatan membaca saja, tetapi menjadi hal yang paling urgen ialah memperhatikan aspek ketepatan dan keindahannya. Sehingga, telah banyak penelitian mengenai pembelajaran tilawatil Qur'an, misalnya Jurnal Muhammad Ishak yang berjudul
“Pelaksanaan Program Tilawatil Qur'an dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca al-Qur'an Siswa di Mas al Ma’sum Stabat”, tesis Kiki Rizki Ramadhani yang berjudul “Efetivitas Pembelajaran Tilawah dalam Meningkatkan Kemampuan Seni Baca Qur'an di UKM Hiqma UIN Raden
11A. Ilyas Ismail, True Islam: Moral Intelektual Spiritual, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 393.
Intan Lampung”, dan sejumlah penelitian terkait lainnya.
Pembelajaran tilawatil Qur'an merupakan salah satu program pembelajaran di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
Peneliti memilih lokasi tersebut dengan pertimbangan bahwa TPQ al-Ikhlas sebagai salah satu tempat belajar al-Qur'an, sudah menunjukkan akselerasi tingkat kemajuan yang cukup baik diawal tahun berdirinya. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat di dalam maupun dari luar desa yang menitipkan anak-anaknya untuk mengaji di TPQ tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Mawardi selaku ketua TPQ al-Ikhlas, peneliti memperoleh informasi bahwa saat ini jumlah anak yang mengikuti program tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas berjumlah 12 orang.
Pada dasarnya, keseluruhannya Anak di TPQ al-Ikhlas yang berjumlah 90 orang sedang dipersiapkan untuk menguasai tilawatil Qur'an dengan persyaratan anak harus menguasai ilmu tajwid terlebih dahulu, serta mampu membaca al-Qur'an dengan fasih dan lancar. Pembelajaran dilaksanaan dalam waktu 1 minggu 2 kali pertemuan.
Ustad Mawardi juga mengungkapkan bahwa pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas sejauh ini sudah berjalan cukup efektif, dengan pertimbangan kedisiplinan guru tilawah yang selalu berupaya maksimal dalam mengajarkan tilawatil Qur'an serta anak-anak di TPQ al-Ikhlas sangat aktif mengikuti proses pembelajaran tilawatil Qur'an. Pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas bertujuan untuk memotivasi anak agar lebih bersemangat mendalami seni baca Qur'an baik dari segi tajwid maupun
naghom (seni) serta mempersiapkan anak untuk berpatisipasi mengikuti perlombaan musabaqah tilawatil Qur'an (MTQ). Hampir setiap tahun anak- anak di TPQ al-Ikhlas menjuarai perlombaan tilawatil Qur'an baik di tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten hingga Provinsi.12
Melalui penjelasan diatas peneliti berasumsi bahwa sudah semestinya pengajaran al-Qur'an pada tahap lanjutan hendaknya telah mempelajari al-Qur'an dengan bacaan yang fasih, tartil dan mampu mengimplementasikan lagu-lagu dalam tilawatil Qur'an. Secara teoritis, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas sudah berjalan cukup efektif. Hal ini ditandai dengan terpenuhinya lima indikator pembelajaran efektif yaitu: (1) Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran cukup baik, (2) Proses pembelajaran berjalan komunikatif, (3) Respon anak baik, (4) Aktivitas belajar berjalan lancar, (5) Hasil belajar cukup memuaskan.
Dalam konteks itulah, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam mengenai pembelajaran tilawatil Qur’an di TPQ al-Ikhlas serta ingin melihat Efektivitas Pembelajaran Tilawatil Qur’an Di TPQ Al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
12Mawardi Hadi,Wawancara, Labuapi, Tanggal 10 November 2019.
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran tilawatil Qur’an di TPQ al- Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi?
2. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran tilawatil Qur’an di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Dengan berpijak pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran tilawatil Qur’an di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi?
b. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran tilawatil Qur’an di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap secara mendalam mengenai efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan baru baik secara teoritis maupun secara praktis:
a. Secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut:
1) Dapat memperkaya khazanah kepustakaan tarbiyah dan memberikan gambaran yang komprehensif tentang efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an.
2) Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian terkait efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an.
b. Secara Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut:
1) Bagi lembaga terkait
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi serta masukan bagi TPQ al-Ikhlas untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan efektivitas dan kreativitas dalam meningkatkan mutu pembelajaran tilawatil Qur'an.
2) Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam berpikir secara ilmiah dengan terbentuknya pola pikir rasional, empiris dan sistematis khususnya mengenai efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an.
3) Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para
pembaca serta menambah khazanah untuk penelitian selanjutnnya khususnya mengenai efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an.
D. Ruang Lingkup danSetting Penenlitian
1) Ruang Lingkup
Untuk memperjelas masalah dan menghindari pembahasan yang meluas dalam penelitian ini, maka perlu dibuat batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini hanya sebatas lingkup TPQ al-Ikhlas dalam fungsinya sebagai salah satu penyelenggara pendidikan nonformal yang memberikan pengajaran membaca al-Qur’an khususnya dalam hal ini adalah program pembelajaran tilawatil Qur'an. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat fokus pada satu bagian, sehingga data yang diperolah valid, spesifik dan mendalam. Disamping itu, akan dideskripsikan pula mengenai kegiatan pembelajaran tilawatil Qur'an sebagai salah satu materi pembelajaran yang diterapkan di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
2) Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru kecamatan Labuapi. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut ialah didasarkan atas pertimbangan TPQ al-Ikhlas sebagai salah satu tempat belajar al-Qur'an sudah menunjukkan akselerasi tingkat kemajuan yang cukup baik diawal tahun berdirinya. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat di dalam maupun dari luar desa yang menitipkan anak-anaknya untuk
mengaji di TPQ tersebut. Disamping itu, keberadaan TPQ al-Ikhlas telah cukup memberikan nilai positif bagi masyarakat dengan membuka program pembelajran Tilawatil Qur'an yaitu program pembelajaran al- Qur'an yang menekankan pada pengajaran dengan menggunakan irama serta lebih memaksimalkan peran otak kanan dalam belajar al-Qur'an sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan mengatasi kebosanan dalam belajar. Disamping mengupayakan pembentukan generasi Qur’ani yang selalu mempelajari dan mengamalkan al-Qur'an TPQ al-Ikhlas juga mempersiapkan anak untuk berpatisipasi dan berprestasi dalam ajang perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ).
Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk meneliti di lokasi tersebut dengan judul penelitian Efektivitas Pembelajaran Tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
E. Telaah Pustaka
Kajian pustaka (literature review) merupakan kajian mengenai penelitian -penelitian terdahulu yang mengantarkan peneliti untuk melakukan penelitian yang baru dengan tujuan untuk menghindari terjadinyaplagiarism.
Dalam hal ini, peneliti telah melakukan kajian awal terhadap beberapa karya yang memiliki relevansi kedekatan penelitian dengan topik yang diteliti diantaranya:
Sebuah Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Ishak yang berjudul
“Pelaksanaan Program Tilawatil Qur'an dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca al-Qur'an Siswa di Mas al Ma’sum Stabat”. Hasil penelitian dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa: 1) Perumusan program tilawatil Qur'an di Mas al Ma’sum Stabat pada awal tahun pembelajarannya didukung oleh sinergi berbagai pihak, seperti: Kepala madrasah, Wakil Kepala madrasah dan guru tilawah dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an siswa, 2) Pelaksanaan pembelajaran program tilawatil Qur'an dilakukan pada hari Rabu sampai Jum’at pukul 14.30 sampai azan
‘asar, 3) Evaluasi pelaksanaan program tilawatil Qur'an di Mas Al Ma’sum Stabat di lakukan melalui tes membaca al-Qur'an dengan bertilawah yang dilakukan oleh guru tilawah pada setiap jam pelajaran dan diakhir semester.13
Sebuah jurnal yang ditulis oleh A Pertiwi yang berjudul “Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Tilawah al-Qur'an Bagi Calon Peserta Didik Musabaqoh Tilawatil Qur'an”. Hasil penelitian dalam jurnal tersebut menunjukkan adanya metode baru dalam manajemen pembelajaran tilawah al-Qur'an yang diterapkan di Pondok Pesantren al-Qur'an M. Thoha al- Fasyni, yaitu metode membeo terpola. Langkah dalam metode ini ialah peserta didik mengikuti guru mempolakan variasi-variasi lagu tilawatil Qur'an dan mengembangkannya melalui latihan serta mengevaluasi pembelajaran.14
Penelitian yang dilakukan oleh Kuntarto tahun 2016 yang berjudul
13Muhammad Ishak, “Pelaksanaan Program Tilawatil Qur'an dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Siswa di Mas Al Ma’sum Stabat”, Edu Riligia, Vol. 1, No. 4, Oktober-Desember 2017, h. 602-618.
14A Pertiwi, “Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Tilawah Al-Qur'an bagi Calon Peserta Didik Musabaqoh Tilawatil Qur'an”,Tadbir Muwahhid, Vol. 2, No. 1, April 2018, h. 25-32.
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Seni Baca Qur'an pada Anak di Pesantren an-Najah Purwokerto”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui pelatihan seni baca Qur'an dengan cara mentransfer ilmu pengetahuan dengantausyih dan kaidah ilmu tajwid telah berhasil dan berjalan dengan sukses di Pesantren an-Najah Purwokerto. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah peserta yang berpatisipasi dalam pelatihan Seni Baca Qur'an tersebut serta tingginya semangat peserta dalam mempraktekkan kunci lagu maupun tausyih dalam seni baca Qur'an.15
Skripsi Oki Nurhayanti tahun 2017 yang berjudul “Pembelajaran Membaca al-Qur'an dengan Lagu Tilawah dalam Ekstrakurikuler Tilawatil Qur'an di MI Nurul Ulum Lebeng Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MI Nurul Ulum Lebeng Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas menerapkan sistem klasikal dan individual dalam pembelajaran membaca al-Qur'an dengan lagu tilawah pada ekstrakurikuler tilawatil Qur'annya serta menggunakan metode menirukan, metode drill, sorongan, metode ceramah dan resitasi. Adapun Maqam lagu yang dipelajari ialahbayyati, nahawand dan rost.16
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa persamaan kajian penelitian yang dilakukan keempat peneliti diatas dengan
15Kuntarto, “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Seni Baca Qur'an pada Santri di Pesantren an-Najah Purwokerto”,Jurnal LPPM UNSOED, Vol. 7, No. 1, November 2016, h. 24- 25. 16Oki Nurhayanti, “Pembelajaran Membaca Al-Qur'an dengan Lagu Tilawah dalam Ekstrakurikuler Tilawatil Qur'an di Mi Nurul Ulum Lebeng Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas”, (Skripsi, FTK IAIN Purwokerto, Purwokerto, 2017), h. 63.
penelitian yang akan dilakukan peneliti ialah sama-sama bertemakan/membahas tentang tilawatil Qur'an atau seni baca Qur'an.
Sedangkan aksentuasi perbedaannya terletak pada fokus tujuan masing- masing penelitian serta perbedaan lokasi penelitian. Penelitian oleh saudara Muhammad Ishak berfokus pada aspek peningkatkan kemampuan membaca al-Qur'an siswa di Mas Al Ma’sum Stabat. Penelitian saudara A Pertiwi berfokus pada aspek manajemen pendidikan dan pelatihan tilawah al-Qur'an bagi calon peserta didik Musabaqoh Tilawatil Qur'an. Penelitian saudara Kuntarto berfokus pada aspek kegiatan pemberdayaan masyarakat di Pesantren an-Najah Purwokerto dan penelitian oleh saudara Oki Nurhayanti berfokus pada tujuan untuk mengetahui pembelajaran membaca al-Qur'an dengan lagu tilawah dalam ekstrakurikuler tilawatil Qur'an di MI Nurul Ulum Lebeng Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. Sedangkan, penelitian yang akan dilakukan peneliti berfokus pada tujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
Berdasarkan kajian peneliti terhadap penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana yang dikemukakan diatas dapat dikatakan bahwa peneliti tidak menemukan karya yang sama persis dengan penelitian yang akan diteliti.
Dengan demikian, secara substansial penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah ada sebelumnya sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai pelengkap penelitian-penelitian terdahulu khususnya mengenai efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an.
F. Kerangka Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
a. Konsep Efektivitas
Efektivitas secara etimologis berasal dari kata efektif. Kata efektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti adanya efek (akibat, kesan, pengaruh), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berdaya guna (usaha, tindakan). Efektivitas berarti melakukan pekerjaan yang benar (doing the right thing), sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing thing right).17
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, efektivias merupakan keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya sasaran/target yang telah ditetapkan. Semakin hasil mendekati sasaran yang ingin dicapai, maka semakin tinggi efektivitasnya.18
Dengan demikian dapat dipahami bahwa efektivitas adalah adanya keterkaitan atau kesesuaian antara tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan hasil yang dicapai baik dalam suatu organisasi, kegiatan ataupun program. Dengan kata lain, semakin banyak rencana/target yang berhasil dicapai maka suatu kegiatan dapatlah disebut efektif. Efektivitas menunjukkan derajat kesesuaian antara harapan atau perencanaan dengan hasil yang dicapai baik dari
17Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 219.
18Tim Penyusun,Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1989), h.12.
segi kualitas, kuantitas maupun waktu.
b. Efektivitas Pembelajaran
Berkaitan dengan pendidikan, efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam pengajaran. Pembelajaran yang efektif dapat ditandai dengan adanya nilai tambah (added value) selama dan sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Nilai tambah ini dapat berupa transformasi situasi proses pembelajaran dari pasif menjadi aktif, dari tidak tahu (dont know) menjadi tahu (know), dari tidak mengerjakan sesuatu (do nothing) menjadi mengerjakan sesuatu (do something) serta dari tidak ada perubahan (not to be) menjadi munculnya perubahan sikap (to be). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan dari suatu proses pembelajaran (standar mutu pendidikan) yang ditandai dengan tercapainya tujuan-tujuan instruksional yang telah ditentukan dalam pembelajaran. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar.
Afifatu Rohmawati mengutip pendapat Vigotsky menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari proses interaksi antar siswa dengan siswa, antar siswa dengan guru dan antar siswa dengan lingkungan belajarnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.19
Afifatu Rohmawati juga mengutip pendapat John Carroll dalam
“A Model Of School Learning” menyatakan bahwa Instructional Effectiveness bergantung pada lima faktor yang harus dimiliki peserta didik; 1) Sikap (Attitude); 2) Kemampuan (Ability); 3) Ketekunan (Perseverance); 4) Kesempatan (Opportunity); 5) Mutu bahan ajar (Quality of instruction). Menurut Abuddin Nata terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran yaitu; (1) faktor tujuan pembelajaran, (2) faktor guru, (3) faktor peserta didik, (4) faktor kegiatan pengajaran, (5) faktor bahan dan alat evaluasi, (6) faktor suasana evaluasi.20
Indikator efektivitas pembelajaran dalam teori Hunt meliputi lima bagian yang harus dipenuhi guru: (1) Guru mampu menyusun perencanaan pembelajaran dengan baik, (2) Guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, (3) Guru mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang membelajarkan, (4) Guru mampu menguasai kelas, (5) Guru mamu melakukan evaluasi dengan benar.21
Wotruba dan Wright dalam Hamzah Uno mengungkakan hasil
19Afifatu Rohmawati, “Efektivitas Pembelajaran”,Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 9, No.1, April 2015, h. 16-17.
20Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2009), h. 314-318.
21Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokrasi: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalamPenyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 117- 212.
kajiannya terhadap beberapa penelitian mengungkapkan tujuh indikator pembelajaran disebut efektif, yaitu: (1) Pengorganisasian materi baik, (2) Komunikasi yang efektif, (3) Antusias dan penguasaan terhadap bahan pembelajaran, (4) Sikap positif terhadap anak, (5) Pemberian nilai yang adil, (6) Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, (6) Hasil belajar anak yang baik.22
Memperhatikan beberapa pendapat para ahli mengenai indikator efektivitas pembelajaran tersebut, Bistari Basuni Yusuf mengkombinasikan beberapa indikator yang dianggap paling urgen untuk dikategorikan sebagai indikator efektivitas pembelajaran dengan mempertimbangkan aspek objektivitas dan aplikatif diantaranya:
1) Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran
Tugas guru di dalam kelas ialah membelajarkan peserta didik serta menciptakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai guru bila guru mampu mengatur murid serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan intrerpersonal yang baik antara guru dengan murid, juga antara murid dengan sesamanya merupakan syarat keberhasilan pengelolaan pelaksanaan pembelajaran. Pengelolaan pelaksanaan pembelajaran yang efektif merupakan prasyarat bagi terjadinya proses
22Bistari Basuni Yusuf, “Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif”, Jurnal Kajian Pembelajaran dan Keilmuan, Vol. 1, No. 2, Oktober 2017-Maret 2018, h. 15.
pembelajaran yang efektif.23
Komponen keterampilan pengelolaan pelaksanaan pembelajaran meliputi: (1) Kehangatan dan keantusiasan, (2) Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media dan gaya mengajar (3) Penekanan/pemusatan perhatian murid pada hal yang positif dan menghindari hal yang negatif, (4) Mendorong murid untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberikan contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.24
Tujuan dari pengelolaan pembelajaran adalah terciptanya kondisi lingkungan belajar yang menyenangkan bagi murid, sehingga dalam proses pembelajaran murid tidak merasa dipaksa apalagi tertekan. Oleh karena itu sebagai pengelola pembelajaran, peran dan tanggung jawab guru ialah menciptakan iklim belajar yang kondusif yang memungkinkan murid dapat belajar secara nyaman. Guru memberikan kemudahan kepada murid untuk mengembangkan potensi dirinya dan mampu berprestasi secara mandiri. Dengan demikian, dalam pengelolaan pelaksanaan pembelajaran guru dituntut memiliki keterampilan untuk menciptakan interaksi yang harmonis antara komponen- komponen pembelajaran dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif serta mengendalikan segala hal yang dapat
23Zainal Asril,Micro Teaching: D isertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Depok : PT. Rajawali Pers, 2018), h. 72-73.
24Ibid., h. 73.
mengganggu keberlangsungan pelaksanaan pembelajaran.
2) Proses pembelajaran komunikatif
Membangun komunikasi yang efektif terutama dalam kegiatan pembelajaran menjadi hal yang sangat urgen. Komunikasi merupakan penyampaian pesan oleh komunitor kepada komunikan agar terjadi saling mempengaruhi antara keduanya. Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran terwujud dalam bentuk kecakapan dalam penyajian materi, pemakaian media atau teknik lain yang bisa menarik perhatian anak. Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran mencangkup penyajian pembelajaran yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi gagasan abstrak dengan pencontohan, kemampuan berbicara dari segi nada, intonasi, ekspresi harus baik serta yang terpenting adalah kemampuan untuk mendengarkan.
3) Respon peserta didik
Respon merupakan bentuk perilaku yang menjadi konsekuensi dari perilaku sebelumnya sebagai tanggapan suatu persoalan/masalah tertentu. Respon merupakan reaksi berupa penerimaan atau penolakan dan sikap acuh tak acuh terhadap apa yang disampaikan orang lain. Seorang pengajar harus mengupayakan kesan yang menarik bagi anak. Sikap positif yang ditunjukkan seorang guru akan memberikan respon positif dari
para anak. Pada prinsipnya, respon anak merupakan tanggapan atau reaksi anak terhadap pembelajaran yang bergantung pada pengkondisian pembelajaran yang dilakukan guru. Pengkondisian pembelajaran tersebut akan ditanggapi oleh anak secara bervariasi.
Adapun respon anak terhadap pembelajaran meliputi dua bagian diantaranya; (1) Aspek tanggapan, meliputi rasa, antusias dan perhatian, (2) Aspek reaksi, meliputi rasa ingin tahu (kuriositas), kepuasan, dan senang.
4) Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan guru dan anak dengan memanfaatkan panca indera, mental dan intelektual. Kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran dapat berupa;
a) Kegiatan mental (mental activities) yaitu berpikir dengan merenung, mengingat dan membuat keputusan.
b) Kegiatan mendengarkan (listening activities) yaitu menyimak, mendengar penjelasan dan mendengar percakapan.
c) Kegiatan visual (visual activities) yaitu melihat gambar, membaca dan mengamati objek.
d) kegiatan menulis yaitu mencatat, mengetik, merangkum, menyalin dan mengerjakan tes.
e) Kegiatan lisan (oral activities) yaitu mengemukakan ide, memberikan saran, diskusi, bertanya, menjelaskan dan bercerita.
f) Kegiatan menggambar (drawing activities) yaitu membuat visual (diagram, bagan, skema dan pola).
g) Kegiatan motorik (motor activities) yaitu latihan fisik, peragaan, eksperimen dengan alat dan bermain disertai gerakan.
h) Kegiatan emosional (emotional activities) yaitu merasa senang, tenang, antusias, berani dan sebagainya.
5) Hasil Belajar
Untuk menilai hasil pembelajaran dapat dilakukan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan anak dalam menyerap, memahami, menguasai dan menerapkan bahan pembelajaran yang telah diajarkan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Arifin menyatakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu
keputusan.25
2. Pembelajaran Tilawatil Qur’an
a. Pengertian Pembelajaran Tilawatil Qur’an
Pembelajaran berasal dari kata “belajar”. Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya usaha untuk mendapat sesuatu kepandaian. Belajar merupakan suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.26
Pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu atau individu dengan lingkungannya.27 Pembelajaran merupakan usaha mempengaruhi emosi, intelektual dan spiritual seseorang agar mau belajar. Dalam proses pembelajaran terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.28
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram untuk membuat peserta didik belajar secara aktif (student active learning) sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang telah
25Asrul dkk.,Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Ciptapustaka Media, 2015), h. 4.
26Sulistyorini, Evaluasi Pendidikan: dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Yogyakarta:
Sukses Offset, 2009), h. 5-6.
27Zainal Asril,Micro ..., h. 1-2.
28Abbudin Nata,Perspektif ..., h. 95.
dirumuskan. Pada hakikatnya pembelajaran menghendaki adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi antara komponen- komponen pembelajaran serta mengupayakan terbentuknya keadaan masyarakat belajar (learning society) dimana peserta didik terdorong untuk belajar dengan kemauannya sendiri, menjadikan belajar sebagai kebiasaan dan salah satu kebutuhan dalam hidupnya.
Tilawah secara etimologi merupakan bentukmasdar dari kata (ﻼﺗ) yang memiliki maknaﻲ ﺗﻠyang berarti mengikuti. Kata Tilawah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya pembacaan ayat-ayat al- Qur’an dengan baik dan indah.29
Tilawatil Qur'an artinya bacaan atau pembacaan al-Qur'an.
Tilawatil Qur’an merupakan cara membaca al-Qur’an dengan memperbagus suara. Bacaan yang baik dan suara yang indah mampu menggerakkan hati orang yang mendengarnya dan menjadi salah satu etika membaca al-Qur’an yang disepakati oleh para ulama.
Rasulullah saw. telah menganjurkan untuk membaca al-Qur’an sebagaimana bacaan Ibnu Mas’ud seorangqari’ yang dikaruniai suara merdu dan tajwid al-Qur’an yang bagus.30Bacaan (tilawah) yang baik memberi pengaruh tersendiri bagi para pembaca dan pendengar al- Qur'an, seperti dalam suatu riwayat yang menceritakan tentang Umar bin Khattab yang gemetar jiwanya ketika dibacakan ayat suci al
29Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 2007), h. 257.
30Manna’ Khalil Al-Qattan,Studi..., h. 264.
-Qur'an, sehingga ‘Umar memutuskan masuk Islam.31
Rasulullah saw. adalah seorang nabi yang lembut suaranya, baik ketika berbicara maupun ketika membaca al-Qur'an. Rasulullah saw.
sering membacakan al-Qur'an kepada para sahabat dengan suara yang indah dan merdu. Tujuan Rasulullah saw. melagukan al-Qur'an adalah untuk mencontohkan kepada umat Islam agar senantiasa tertarik untuk membaca al-Qur'an, sebagaimana dalam hadis:
ﺣَ
ﺎﺯِ
ﻡٍ ﻲ ﺃَﺑِ ﻦُ ﺍﺑْ ﻨَﺎ ﺛَ ﺪَّ ﺣَ ﻝَ ﻗَ ﺍ ﻲ ُّ ﻜِّ ﻤَ ﺍﻟْ ﺮٍ ﻧْﺒُ ﺯُ ﻦُ ﺑْ ﺪُ ﺤ َﻤَ ﻣُ ﻧَﺎ ﺮَ ﺒَ ﺧْ ﺃَ
ﺃَﺑِ
ﻲ ﻦْ ﻋَ ﻢَ ﻴْ ﻫِ ﺮَﺍ ﺃِﺑْ ﻦِ ﺑْ ﺪِ ﺤ َﻤَّ ﻣُ ﻦْ ِ ﷲ ﻋَ ﻋَ ﺪِ ﺒْ ﻦِ ﺑْ ﺪَ ﻳْ ﺰِ ﻳَ ﻦْ ﻋَ
ُ ﷲ ﻰ ﺻ َﻠَّ ِ ﷲ ﻝَ ﺳ ُﻮْ ﺭَ ﻊَ َﻤِ ﺳ ﻪُ ﺃَﻧَّ َﺓَ ﺑْﺮ ﺮَ ﻫُ ﻲ ﺃَﺑِ ﻦْ ﻋَ ﺔَ ﻤَ ﺳ َﻠَ
ﺣَ
ﺴ
َ
ﻦِ ﻰ ٍّ ﺒِ ﻟِﻨَ ﻥَ ﻣَ ﺫِ ﺃَ ﺎ ْﺀٍ ﻰ ﺸ َ ﻟِ ُ ﷲ ﻥَ ﻣَ ﺫِ ﺃَ ﺎ ﻝُ ﻮْ ﻘُ ﻳَ ﻢَ ﺳ َﻠَّ ﻭَ ﻪِ ﻠَﻴْ ﻋَ
ﻳَ
ﺠ
ْﻬَ
ﺮُ
ﺑِ
ﻪِ ﻥِ ﺮْﺁ ﻘُ ﺍﻟْ ﺑِ ﻰ ﻨَّ ﻐَ ﺘَ ﻳَ ﺕ ِ ﺼ َّﻮْ ﺍﻟ
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Zunbur al- Makki, dia berkata; telah menceritaan kepada kami Ibnu Abu Hazim dari Yazid bin ‘Abdullah dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, dia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah swt. memperbolehkan melagukan sesuatu menyamai bacaan seorang nabi yang bersuara bagus dalam melagukan al-Qur'an dengan suara yang kuat”32
Terdapat beberapa pendapat para ulama mengenai hukum
31M. Quraisy Syihab,Mukjizat Al-Qur'an : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), h. 236-237.
32Imam an- Nasai,Sunan...,h. 224.
membaca al-Qur'an dengan lagu (tilawah) :
1) Pendapat Abu Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al- Muttalibi Quraishi dalam kitab Mukhtashar menerangkan bolehnya membaca al-Qur'an dengan lagu yang sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid.
2) Pendapat Syaikh Mahmud Khalil al-Husyairi menegaskan bahwa tilawatil Qur'an hukumnya boleh, dengan syarat tetap memperhatikan kaidah-kaidah tajwid yang telah ditetapkan oleh para ulama. Sebaliknya, tilawah al-Qur'an yang keluar dari kaidah -kaidah tajwid hukumnya haram menurutijma’ para ulama.
3) Pendapat Abu Hasan Ali bin Habibal Mawardi al-Bashri menyatakan hal yang senada dengan kedua pendapat ulama tersebut diatas.33
Berdasarkan hadis dan pendapat para ulama tersebut dapat disimpulkan bahwasannya membaca al-Qur'an dengan lagu diperbolehkan dengan syarat tidak keluar dari kaidah-kaidah tajwid yang telah ditetapkan oleh para ulama, sehingga lagu dalam tilawatil Qur'an tidak merusak bacaan.
Pembelajaran tilawatil Qur'an meliputi tiga cabang: Pertama, pengetahuan tentang tajwid (cara membaca yang benar dan tepat).
33Tantan Qital Barozi, “Hadis Tentang Anjuran untuk Menghiasi al-Qur'an dengan Suara (Studi Ma’anil Hadis)”, (Skripsi, FUPI UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2017), h. 5-6.
Kedua, pengetahuan tentang berbagai ragam bacaan (ilmu qira’at).34 Ketiga, pengetahuan tentang cara melagukan atau membaguskan suara dalam membaca al-Qur'an (Ilmu nagham).35
Berdasaarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tilawatil Qur'an adalah kegiatan atau proses belajar dan mengajar antara guru dengan anak untuk mencapai tujuan berupa diperolehnya kemampuan membaca al-Qur’an dengan memperhatikan aspek ketepatan (tajwid) serta aspek keindahan dengan memperbagus suara saat membaca al-Qur’an (estetika) sesuai dengan irama/lagu khusus serta kaidah-kaidah tilawatil Qur'an yang telah disepakati oleh para ulama yang ahli dalam ilmu al- Qur'an.
b. Tujuan Pembelajaran Tilawatil Qur’an
Tujuan merupakan landasan yang menjadi patokan atau pijakan suatu kegiatan. Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang, khususnya dalam hal ini adalah pembelajaran tilawatil Qur'an mesti mempunyai tujuan yang hendak dicapai agar mendapatkan hasil yang optimal.
Terdapat beberapa tujuan pembelajaran tilawatil Qur'an setelah menguasai beberapa lagu tilawah diantaranya ialah sebagai berikut:
Pertama, untuk mengasah kemampuan seseorang dalam
34Ahsin W. al-Hafidz,Kamus Ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 297.
35Ahmad Von Denfer, Ilmu Al-Qur'an: Pengenalan Dasar, Terj. Ahmad Nashir Budiman, (Jakarta: Rajawali, 1988), h. 202.
membaca al-Qur'an dengan baik dan benar.36 Pembelajaran tilawatil Qur'an merupakan cara membaca al-Qur’an yang harus dibarengi dengan penguasaan ilmu tajwid sehingga pengucapan lafazh-lafazh al-Qur’an menjadi baik dan benar. Para ulama menganggap tilawah al -Qur’an tanpa tajwid sebagai suatu lahn, yaitu kerusakan atau kesalahan yang menimpa lafazh, baik secara nyata (jaliy) maupun secara samar (khaliy). Lahn jaliy adalah kerusakan pada lafazh secara nyata sehingga dapat diketahui oleh ulama qira’at maupun lainnya.
Lahn khafy adalah kerusakan pada lafazh yang hanya dapat diketahui oleh ulama qira’at dan para pengajar al-Qur’an yang cara bacaanya diterima langsung dari mulut para ulama qira’at dan kemudian dihafalnya dengan teliti.37
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa melalui pembelajaran tilawatil Qur'an, seseorang akan mampu membaca al-Qur'an dengan tahqiq, yaitu dengan cara memberikan kepada setiap huruf akan haknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan para ulama.
Kedua, untuk menyebarluaskan ilmu (nasyrul ilmi) khususnya tentang tata cara membaca al-Qur'an dengan baik dan benar.
Orang yang pandai tilawatil Qur'an bisa mengajarkan kemampuan (skill) bertilawahnya kepada orang lain, minimal kepada keluarga terdekatnya atau anaknya, sebagaimana dalam hadis disebutkan:
36Manna’ Khalil Al-Qattan,Studi..., h. 264-265.
37Ibid;, h. 266.
ﺛُ
ﻢَّ ﺎ ﻤً ﻠْ ﻋِ ﻢُ ْﻠِ ﺴ ﻤُ ﺍﻟْ ﺀُ ﺮْ ﻤَ ﺍﻟْ ﻢَ ﻠَّ ﻌَ ﺘَ ﻳَ ﻥْ ﺃَ ﺔِ ﻗَ َّﺪَ ﺼ ﺍﻟ ﻞُ ﻀ َ ﻔْ ﺃَﻟ ﺍﻟ
ﻤُ
ﺴ
ْﻠِ
ﻢَ ﻩُ ﺎ ﺧَ ﺃَ ﻪُ ﻤَ ﻠِّ ﻌَ ﻳُ
Sedekah yang paling utama ialah seorang muslim belajar suatu ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudara muslim lainnya.38
Hadis tersebut menegaskan bahwa sedekah ilmu bisa dilakukan dengan mengajarkannya kepada orang lain. Sedekah semacam ini dikategorikan sebagai sedekah yang paling utama karena menyangkut masalah maknawi, yaitu ilmu yang akan semakin bertambah bila disedekahkan.
Ketiga, membumikan al-Qur'an dengan bertadarus, musyafahah al-Qur'an serta melestarikan seni dan budaya Qur’ani dengan mempersiapkan generasi yang siap berpatisipasi dalam perlombaan Musabaqah Tilawatil Qur'an. Nur Rohman mengutip pendapat Anna Gade dalam “Qur’an Recitation in Indonesia” mengenai perkembangan pembelajaran al-Qur'an di Indonesia, mengungkapan bahwa meskipun al-Qur'an telah final sebagai sebuah mu’jizat yang harus dibaca apa adanya, namun dalam praktek dan proses pembelajarannya al-Qur'an terbuka untuk dikembangkan, terutama dalam model bacaan/ragam keindahannya sehingga lahirlah
38Sayyid Ahmad al-Hasyimi,Hadis-Hadis Pilihan Berikut Penjelasannya, Terj. Moch. Anwar dkk., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1993), h.162-163.
kompetisi-kompetisi pembacaan al-Qur'an (MTQ).
Hal ini menandakan bahwa upaya menghidupkan al-Qur'an (The Living Qur’an) melalui pembelajaran tilawatil Qur'an oleh masyarakat muslim Indonesia sangatlah tinggi.39
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran tilawatil Qur'an diantaranya:Pertama, untuk mengasah kemampuan seseorang dalam membaca al-Qur'an dengan baik dan benar.Kedua, untuk menyebarluaskan ilmu (nasyrul ilmi) khususnya tentang tata cara membaca al-Qur'an dengan baik dan benar dalam rangka membentuk pribadi Qur’ani. Ketiga, membumikan al-Qur'an dengan bertadarus, musyafahah al-Qur'an serta melestarikan seni dan budaya Qur’ani dengan mempersiapkan generasi yang siap berpatisipasi dalam perlombaanMusabaqah Tilawatil Qur'an.
c. Metode Pembelajaran Tilawatil Qur’an
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara umum, terdapat dua metode dalam pembelajaran tilawatil Qur'an (seni baca Qur'an) yaitu:40
1) MetodeSima’i
Metode sima’i merupakan metode pembelajaran tilawatil
39Nur Rohman, “Anna M. Gade dan MTQ di Indonesia; Sebuah Kajian Metodologis”, AL- A’RAF, Vol. XIII, No. 1, Januari-Juni 2016, h. 123-124.
40M. Husni Tamrin, “Nagham al-Qur’an Telaah Kemunculan dan Perkembangan Nagham al- Qur’an di Indonesia”, (Tesis, Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008), h. 51.
Qur'an dengan cara mencontoh bacaan satu paket lagu al-Qur'an dari seorang guru/ustaz, kemudian anak mengulanginya persis seperti yang diajarkan oleh gurunya sampai hafal.
2) Metode Tausyikh
Metode tausyikh merupakan metode pembelajaran tilawatil Qur'an dengan menggunakan syair berbahasa arab. Pada metode tausyikh/syair akan dibimbing untuk menguasai lagu dasar, nama lagu sekaligus tingkatan nada dalam tilawatil Qur'an.
Perbedaannya dengan metodesima’i terletak pada penyampaian lagunya.
d. Adab Anak dalam Pembelajaran Tilawatil Qur’an
Tilawah al-Qur'an dengan tartil (perlahan-lahan), benar makhraj hurufnya, tetap memperhatikan kaidah ilmu tajwid dibarengi bacaaan dengan nada suara yang merdu merupakan bagian pokok yang harus diperhatikan oleh pembaca al-Qur'an. Disamping itu, terdapat beberapa adab yang harus dimiliki anak dalam pembelajaran tilawatil Qur'an diantaranya sebagai berikut:41
1) Niat yang ikhlas
Membaca al-Qur'an merupakan cara taqarrub yang utama kepada Allah swt. sehingga dalam membaca dan mempelajarinya
41Mana’aul Quthan,Pembahasan Ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 205-212.
perlu untuk mengikhlaskan niat. Firman Allah swt.:
ﺍﻟ ﺪِّ
ﻳْ
ﻦَ ﻪُ ﻟَ ﻦَ ﺼ ِﻴْ ﺨ ْﻠِ ﻣُ َ ﷲ ﻭ ﺍ ﺪُ ﺒُ ﻌْ ﻟِﻴَ ﺎ ﺍِﻟَّ ﺁ ﻭ ﺮُ ﻣِ ﺍُ ﺎ ﻣَ ﻭَ
ﺣُ
ﻨَ
ﻔَﺂ ﺀَ
“Padahal mereka tidak disuruh keculai supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus...” (QS. al-Bayyinah [98]: 5)42
2) Harus dalam keadaan berwudhu karena membaca al-Qur'an termasuk zikir yangafdhal.
3) Hendaklah berada pada tempat yang bersih untuk menghormati kesucian al-Qur'an.
4) Membacataawudz dan basmalah.
5) Fokus dan menghayati bacaan al-Qur'an yang sedang dibaca.
Seorang anak harus berusaha untuk menghayati bacaan al- Qur'annya disebabkan dalam pembelajaran tilawatil Qur'an kedua belah otak bekerja secara bersamaan. Otak kiri akan menyimak kata-kata yang dilafalkan, sedangkan otak kanan bisa menikmati lagu (suara merdu) dari bacaan al-Qur'an. Sehingga, Keadaan inilah yang membuat jiwa raga menjadi rileks, nikmat dan khusyu’
penuh penghayatan.43Al-Qadi berpendapat bahwa hanya dengan
42Yayasan Penerjemah/Pentafsir Al-Qur'an,Al-Qur'an..., h. 1084.
43Imam Musbikin,Misteri... , h. 163.
sekedar bacaan al-Qur'an, jiwa dapat merasakan perubahan fisiologis yang besar, memperoleh ketenangan dan menolak berbagai macam penyakit.44
e. Macam-Macam Lagu dalam Pembelajaran Tilawatil Qur’an
Pada umumnya, sebelum terpesona dengan kemukjizatan kandungan al-Qur'an, seseorang akan lebih dahulu terpukau dengan beberapa hal yang berkaitan dengan susunan kata dan kalimat al-Qur'an, diantaranya nada dan laggamnya. Al-Qur'an bukan syair atau puisi, namun al-Qur'an terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Imam Musbikin mengutip tulisan Marmaduke Pickthall dalam“The Meaning Of Glorious Qur’an” menyatakan al- Qur'an mempunyai simponi yang tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka-cita.45
Model lagu dalam melantunkan dan memperindah bacaan al- Qur'an yang berkembang di indonesia yaitu makawi dan misri. Kata makkawi dinisbatkan kepada kota Makkah. Lagu makkawi merupakan lagu-lagu yang tumbuh dan berkembang di Makkah, diantaranya:
Banjakah, Hiraah, Maya, Rakby, Jiharka, Sika dan Dukkah. Sejak tahun 1955-1960, pemerintah Mesir gencar mengirimkan beberapa qori ternama ke Indonesia dan berbagai negara Islam lainnya dalam
44Ibid., h. 176.
45Imam Musbikin,Misteri..., h. 164.
rangka menyemarakkan bulan suci Ramadhan. Saat itulah, lagu-lagu misri yang dinisbahkan kepada kota Mesir menyebar dan berkembang di Indonesia hingga menjadi awal mula terjadi revolusi lagu al-Qur'an dari makkawi menjadi misri. Lagu-lagu misri yang berkembang di Indonesia yaitu: Bayyati, Hijjaz, Shaba, Rast, Nahawan, Sika dan Jiharkah.46
Hingga saat ini dalam bidang tilawah terdapat 7 (tujuh) macam maqam atau standar lagu tilawatil Qur'an yaitu:
1) Lagu Bayati
Lagu Bayati adalah adagio yaitu gerak lambat. Lagu bayati merupakan salah satu maqam lagu yang sering digunakan sebagai lagu pembuka dan penutup dalam tilawatil Qur'an. Pada umumnya, lagu bayyati digunakan sebagai lagu pembuka dan juga sebagai lagu penutup dalam tilawatil Qur'an.
2) Lagu Shaba
Lagu Shaba adalah allegro yaitu gerak ringan dengan cepat.
Lagu Shaba merupakan maqam lagu dengan karakter yang halus dan lembut sehingga mudah menggugah perasaan emosi jiwa.
46M. Husni Tamrin, “Nagham..., h. 72-76.
Lagu ini biasanya dibawakan setelah Lagu Bayyati.
3) Lagu Nahawand
Lagu Nahawand adalah allegro yaitu gerak ringan dan cepat.
Lagu nahawand merupakan maqam lagu yang memiliki karakter bernuansa sedih dan biasanya diimplementasikan pada kandungan ayat-ayat al-Qur'an tentang ancaman, siksaan dan kematian. Lagu ini biasanya ditempatkan baik setelah Lagu Shaba, Lagu Hijaz, Lagu Rost maupun Lagu Jiharkah.
4) Lagu Hijaz
Lagu Hijaz adalah grave yaitu gerak lambat dan hikmat.
Lagu hijaz memiliki karakter mendasar dan terkesan sangat indah.
Tingkatan maqamn yaitu awal maqam, hijaz kar, hijaz kar dan kur serta alwan hijaz.
5) Lagu Rost
Lagu Rost adalah allegro yaitu gerak ringan dan cepat.
Lagu rast merupakan maqam lagu dengan karakter sedikit lebih cepat, bersifat mendasar dan dominan.
6) Lagu Sika
Lagu Sika adalah grave yaitu gerak lambat dan khidmat.
Lagu sika merupakan maqam lagu dengan karakter ketimuran,
istimewa dan populer dipakai untuk melantunkan ayat-ayat suci al-Qur'an khususnya bagi rakyat mesir.
7) Lagu Jiharkah
Lagu Jiharkah adalah allegro yaitu gerak ringan dan cepat.
Lagu jiharkah memiliki karakter yang terkesan manis didengar dan iramanya mudah menimbulkan perasaan yang mendalam.
Penerapan lagu-lagu tilawatil Qur'an disesuaikan dengan situasi yang digambarkan al-Qur'an. Bila ayat-ayat yang dibaca menceritakan tentang kabar gembira seperti mendapatkan nikmat Allah swt., datangnya utusan Allah swt., pahala orang-orang beriman dan janji akan surga maka lagu-lagu yang dibawakan akan bernada gembira. Sebaliknya, bila ayat-ayat yang dibaca menceritakan tentang ancaman, siksa dan azab neraka, maka lagu-lagu yang dibawakan juga bermakna sedih.47
f. Mengenal Qori’ Qori’ah Timur Tengah
Qori’ qori’ah di Indonesia sejak tahun 60-an hingga sekarang masih menjadikan Qori’ qori’ Timur Tengah khususnya Mesir sebagai sumber dalam menggali maupun mencari variasi lagu-lagu tilawatil Qur'an. Hal ini dikarenakan pada kenyataannya bacaan-bacaan mereka sempurn,
47M. Misbachul Munir,Pedoman..., h. 28.
memiliki banyak kelebihan dan daya tarik tersendiri, seperti napas, pengolahan variasi juga suara yang khas (lisanul ‘araby) yang tidak dimiliki oleh orang-orang selainnya (‘ajam). Oleh karenanya, bacaan- bacaan mereka hingga saat ini masih relevan, tidak bosan untuk didengarkan maupun untuk dipelajari.
Qori’ qori’ah senior di Indonesia sepakat mengikuti variasi lagu-lagu tilawatil Qur'an Qori’ qori’ Timur Tengah baik dengan mengambil satu Qori’ saja yang dianggap cocok dengan suaranya maupun dengan mengkombinasikan gaya lagu satu Qori dengan lainnya. Diantara nama Qori tersebut ialah: Asy-Syeh Mustofa Ismail, Asy-Syeh Shiddiq al- Minsyawi, Asy-Syeh Roqhib Musafa, Asy-Syeh Abdul Basith Abd. Somad, Asy-Syeh Mutawalli, Asy-Syeh Hasan Antar, Asy-Syeh Mahmud al- Khushori, Asy-Syeh Sya’ban as-Shoyyad, Asy-Syeh Abul ‘Ain asy-Syuaisa’, Asy-Syeh Mahmud ‘Alal Bina’ dan lainnya.
Qori’ qori’ah senior di Indonesia rata-rata memiliki koleksi kaset bacaan Qori’-Qori’ tersebut dan selalu dipelajari. Bila dirasa cocok untuk diterapkan pada bacaan ayat-ayat al-Qur`an dan bisa diterima dikalangan Qori’ yang masih dalam taraf belajar, maka dipakailah gaya-gaya tersebut dan akan menjadi sebuah variasi yang baru dan populer di masyarakat.
Adapun Qori’ Qori’ah pemula dan belum mampu menggali maupun mengambil gaya-gaya atau variasi sebagaimana yang dilakukan para Qori’
Qori’ah senior yang sudah profesional, maka cara yang paling tepat adalah dengan meniru atau belajar, baik secara langsung maupun hanya melalui
kaset-kaset bacaan para Qori’ Qori’ah senior Indonesia. Diantara para Qori Qori’ah senior (periode 1970 sampai sekarang) sebagai berikut:
Ustadz H. Muhammad Adli Nasution (Sumatra), Ustadz H. Rahmat Lubis (Sumatra), Ustadz H. Ahmad Muhajir (Medan/ PTIQ Jakarta), Ustadz H.
Muammar ZA (PTIQ Jakarta), Ustadz H. Abdul Hamid (Jawa Timur), Ustadz H. Toha Hasan (Jawa Timur), Ustadz H. Nanang Qosim (PTIQ Jakarta) dan lainnya. Dengan mengikuti serta mempelajari bacaan-bacaan mereka itulah, kita bisa mengikuti terus perkembangan lagu atau gaya variasi ke tanah air kita.48
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memandang realitas, gejala atau obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interpretasi serta bersifat utuh (holistic) karena aspek dari obyeknya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti harus melalui tiga tahapan. Pertama, tahap deskripsi (orientasi) yaitu peneliti mendeskripsikan informasi yang baru saja diperolehnya. Kedua, tahap reduksi (menentukan fokus) yaitu peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh pada tahap pertama.Ketiga, tahap seleksi yaitu mengurai
48Ibid., h. 11-16.
fokus menjadi komponen yang lebih rinci.49
Biklen, Lincoln dan Guma dalam J. Muleong, Nana Sudjana dan Ibrahim, H.B. Sutopo mengemukakan karakteristik penelitian kualitatif meliputi:
a. Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung
b. Peneliti sebagai alat utama (instrument key) pengumpul data c. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif d. Analisis data dilakukan secara induktif
e. Bersifat deskriptif analitik
f. Fokus penelitian berada pada proses g. Batasan penelitian berdasarkan fokus h. Perencanaan bersifat terbuka
i. Hasil penelitian merupakan kesepakatan bersama j. Pembentukan teori berasal dari dasar
k. Teknik sampling cenderung bersifat purposif l. Penelitian bersifat holistic
m. Makna sebagai bagian perhatian utama penelitian.50
Dengan demikian, penelitian ini selanjutnya akan dikaji menggunakan metode/teknik pengolahan data deskriptif-analitik, yaitu dengan cara menampilkan (mendeskripsikan) subjek penelitian berdasarkan data yang diperoleh.51 Sehingga temuan peneliti di lapangan akan lebih banyak berupa paparan atau gambaran yang memetakan fakta-fakta atau situasi dan peristiwa serta tidak untuk mencari atau menjelaskan hubungan.52
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian berperan sebagai instrumen
49Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.
17. 50Margono,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 37-42.
51Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 1-3.
52Hariwijaya, Metode dan Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi untuk Ilmu Sosial dan Humaniora, (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2007), h. 85-86.
kunci. Peneliti sebagai human instrumen harus membangun hubungan interaktif atau saling mempengaruhi (reciprocal) dengan sumber data untuk mendapatkan data/informasi yang akurat, aktual dan apa adanya.
Tilawatil Qur'an membutuhkan kemampuan khusus yang diperoleh dengan latihan, pembiasaan dan waktu yang lama. Oleh karena itu, khusus dalam hal observasi terhadap pelaksanaan lagu-lagu dalam tilawatil Qur'an, peneliti didampingi teman yang sudah menguasai lagu- lagu dalam tilawatil Qur'an atau ahli dalam bidang tersebut.
Tujuan utama kehadiran peneliti di lokasi penelitian adalah sebagai pengamat yang berperan untuk mencari dan mengkaji data yang berhubungan dengan efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al- Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi. Berkenaan dengan kehadiran peneliti di lapangan, peneliti sudah melalui beberapa alur penelitian sesuai dengan prosedur yang berlaku, yaitu dengan terlebih dahulu melakukan observasi awal hingga pengajuan izin penelitian kepada pihak-pihak penanggung jawab TPQ al-Ikhlas.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah TPQ al-Ikhlas yang berada di Dusun Paokkambut Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi Lombok Barat. TPQ al-Ikhlas merupakan salah satu tempat belajar al-
Qur'an dengan program unggulannya Tilawatil Qur'an. Program tilawatil Qur'an menjadi wadah untuk menyalurkan bakat dan minat anak-anak agar mampu membaca al-Qur'an dengan lagu-lagu dan irama yang baik serta sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
4. Sumber data
Untuk memperoleh data dan informasi yang valid, spesifik dan mendalam terkait efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al- Ikhlas Desa Telagawaru kecamatan Labuapi, maka data nantinya dapat diperoleh dari:
Ketua sekaligus pengajar TPQ al-Ikhlas
Ustadz/Ustadzah TPQ al-Ikhlas
Anak-anak yang mengikuti pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al- Ikhlas.
Berdasarkan sumber datanya, data dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan dari sumber asli sehingga sering disebut data asli. Data ini merupakan data yang dikumpulkan langsung dari ketua sekaligus pengajar tilawatil Qur'an, Ustadz/Ustadzah di TPQ al-Ikhlas dan
anak yang mengikuti program pembelajaran tilawatil Qur'an yang dilakukan baik melalui wawancara dan observasi.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang telah ada yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Sumber data sekunder umumnya berbentuk data tertulis misalnya, berbentuk dokumentasi. Dokumentasi merupakan kumpulan berkas-berkas dan berbentuk suatu catatan yang berisi peristiwa atau kejadian yang disimpan dalam berbagai bentuk, misalnya buku, arsip, majalah, agenda dan sebagainya yang memiliki keterkaitan langsung dengan objek penelitian.53
5. Teknik pengumpulan data
Tujuan utama suatu penelitian adalah untuk mendapatkan data, maka mengetahui prosedur atau teknik pengumpulan data menjadi hal yang sangat penting. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data:
a. Teknik Observasi
Teknik observasi merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui observasi, peneliti akan
53Sugiyono,Metode..., h. 24-25.
memperoleh data dan informasi dari gejala atau fenomena secara sistematis.54
Teknik observasi dapat dilaksanakan dengan dua cara:
1) Observasi partisipan
Observasi partisipan adalah observasi yang apabila peneliti mengamati, mendengarkan dan terlibat atau turut mengambil bagian dalam kegiatan orang yang sedang diamati.
2) Observasi non partisipan
Observasi non partisipan adalah observasi yang apabila peneliti tidak turut dalam aktivitas orang yang sedang diamati.55
Penelitian ini menggunakan jenis observasi Nonpartisipan, dimana peneliti tidak terlibat dalam kehidupan yang diobservasi dan hanya sebagai pengamat independen. Alasan peneliti menggunakan metode observasi ialah untuk mencari data tentang situasi dan kondisi dari tempat penelitian serta melihat derajat efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al-Ikhlas Desa Telagawaru Labuapi.
Data-data yang diperoleh dengan teknik observasi ini adalah:
a) Data tentang pelaksanaan pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al
54Ibid., h. 106-107.
55Margono,Metodologi ..., h.37-42.
-Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
b) Data tentang efektivitas pembelajaran tilawatil Qur'an di TPQ al- Ikhlas Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
b. Teknik Wawancara
Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden, mencatat dan merekam jawaban-jawaban responden. Jadi dengan wawancara, penelitiakan mengetahui lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak dapat ditemukan melalui observasi.56
Teknik wawancara dapat dilakukan melalui tiga cara:
1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Dalam wawancara terstruktur, pewawancara telah menyiapkan terlebih dahulu instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.
2) Wawancara Semi Terstruktur (Semistructure Interview)
Wawancara semi tersetruktur merupakan wawancara yang pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
56Sugiyono,Metode..., h. 114.