• Tidak ada hasil yang ditemukan

2X45 Menit )

Dalam dokumen SKRIPSI - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 112-120)

 Laporkanlah hasil pekerjaan rumah yang telah anda lakukan

 Perhatikanlah balikan dari konselor apakah hasil tugas rumah yang telah dilakukan oleh siswa tepat atau belum. Apakah belum tepat ulangi latihan.

 Carilah pasangan (peserta pelatihan ) untuk berlatih bermain peran

 Berlatihlah dengan pasangan anda secara bergantian tentang cara mengespresikan perasaan dalam berbagai situasi dengan penuh kejujuran dan tidak menyakiti orang lain.

 Jika konselor meminta untuk memberikan balikan, berilah balikan apakah pasangan/teman anda telah dapat mengespresikan perasaan dalam berbagai situasi.

KETERAMPILAN 1

MENGESPRESIKAN PERASAAN A. Manfaat Mengespresikan Perasaan

Semua ucapan yang keluar dari mulut kita dapat mengungkapkan perasaan. Namun, kemampuan mendeskripsikan perasaan tetap sangat penting untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Adapun manfaat dari mendeskripsikan perasaan sebagai berikut :

1. Menambah keinsafan tentang perasaan sebenarnya yang sedang kita alami.

2. Membuka dialog yang akan meningkatkan hubungan kita dengan orang lain.

B. Akibat yang Timbul Bila Perasaan Tidak Diungkapkan

Salah satu faktor yang sering menjadi penghambat dalam membangun hubungan antarpribadi yang intm (self-disclosure positif) adalah kesulitan mmengkomunikasikan perasaan. Kita selalu mengalami perasaan tertentu terhadap lawan komunikasi kita maupun terhhadap pengalaman ppengalaman bbbersama yang kita hayati dalam komunikasi.

Namun, sering kita tidak mampu mengkomunikasikan persaan secara efektif. Beberapa akibat yang mungkin akan timbul bila perasaan-perasaan tidak kita sadari, tidak kita terima, atau tidak kita ungkapkan secara konstruktif yaitu:

1. Menyangkal dan menekan perasaan dapat menciptakan aneka masalah dalam hubungan antarpribadi.

2. Menyangkal dan menekan perasaan dapat menyulikatkan kita dalam memahami dan mengatasi aneka masalah yang terlanjur timbul dalam hubungan antarpribadi.

3. Menyangkal perasaan dapat meningatkan kecenderungan kita untuk melakukan persepsi secara selectif.

4. Menekan perasaan dapat menimbulkan distorsi atau penyimpangan dalam penilian kita.

5. Dalam pengungkapan perasaan yang tidak lugas-efektif sering justru tersirat tuntutan-tuntutan tertentu. Misalnya, seorang ibu yang bersikap” overprotective” karena terlampau menyayangi anaknya.

Dalam situasi seperti ini justru dapat timbul sejenis “adu kekuasaan ”, sebab setiap pihak merasa memiliki kekuasaan atau kendali tertentu atas pihak yang lain. Jad si anak dapat memanfaatkan kecitaan sang ibu terhadapnya untuk mengajukan macam-macam tuntutan, sebaliknya si ibu dapat memainkan posisinya sebagai sumber pemuas kebutuhan dalam rangka mengendalikan anaknya.

C. Proses Pengumgkapan Diri

Johson (1981) mengemukakan suatu model lima tahap

pengungkapan perasaan dalamkomunikasi. Menurutnya, setiap kali kita berkomunikasi dengan orang lain maka sebenarnya paling sedikit terjadi lima macam proses sebagai berikut (dalam Supratiknya,1995:51) :

6) Kita mengamati (sensing) tinkah laku lawan komunikasi kita. Alat-alat inderayang kita miliki, kita mengumpulkan informasi tentang lawan

komunikasi kita. Misalya ia mengatakan apa saja, bagaimana sorot matanya, raut mukanya, gerak-gerik tubuh dan tangan dan sebagainya.

7) Kita menafsirkan (interpresting) semua informasi yang kita terim dari lawan komunikasi kita itu. Kita menentukan makna dari kata-kata dan perbuatan. Cara kita menafsirkan informasi ini ditentukan oleh tiga fakktor yaitu:

a) Informasi itu sendiri, misalnya kata-kata yang keluar dari mulut lawan komunikasi kita.

b) Dugaan kita tentang hal-hal yang menyebabkan tingkah laku lawan komunikasi kita, misalnya mengeluarkan kata-kata keras, mungkin karena sedang ada masalah dirumah atau kantor.

c) Sudut pandang kita sendiri, misalnya kita punya kenyakinan bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

8) Kita mengalami perasaan tertentu (feeling) sebagai reaksi terhadap penafsiran kita atas informasi yang kita terima dari lawan komunikasi kita. Misalnya kita merasa kasihan pada lawan komunikasi itu.

9) Kita akan terdorong untuk menanggapi (intending) perasaan kita itu.

Dalam diri kita terbentuk intensi yang akan mendorong dan mengarahkan kita untuk berbuat sejalan dengan perasaan kita.

10) Mengungkapkan (expressing) perasaan kita itu. Kita merasa kasihan, berniat menghiburnya. Sekalipun menerima kata-kata keras, kita justru mendekati dan meneguhkannya sebagai ungkapan rasa simpati terhadap lawan kita itu.

D. Proses Persepsi Perasaan Orang lain

Sebagaimana kita ketahui, perasaan adalah reaksi internal, kita hanya dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh orang lain bberdsarkan pengakuannya atau berdasarkan bentuk-bentuk lain tingkah laku terbukanya. Dalil umum dalam komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut , sebelum mmenanggapi persaan

E. Cara Mendeskripsikan Perasaan

Untuk mengungkapkan perasaan secara jelas, maka kita perlu mendeskripsikannya. Ada empat cara mendeskripsikan perasaan ::

1. mengindentifikasikan atau menyebut nama perasaan itu. Misalnya, untuk mengungkapkan perasaan jengkel, kita berkata, “Saya sedang jengkel”.

2. Menggunakan kiasaan perasaan. Misalnya, mengatakan ‘’Hati saya seperti disayat sembilu’ untuk mendeskripsikan perasaan hati yang pedih karena tersinggung.

3. Menunjukkan bentuk tindakan yang ingin dilakukan terdorong oleh perasaan yang sedang dialami. Misalnya, mengatakan “saya merasa senang atas perolehan nilai kuliahku yang memuaskan” untuk mendeskripsikan pperasaan senang.

4. Menggunakan kiasan kata-kata. Misalnya, “ saya merasa seperti layang- layang putus benang” untuk mendeskripsikan perasaan kecewa karena kehilangan.

DAFTAR KATA-KATA PERASAAN 1. Malu, dipermalukan

2. Gelisah, gugup 3. Frustasi, kecewa 4. Puas

5. Ciut hati 6. Kagum, takjub 7. Marah

8. Jengkel 9. Bersalah 10. Terangsang 11. Tertekan 12. Bersemangat 13. Kesepian 14. Sehat

15. Sakit hati, terluka 16. Penuh semangat 17. Bingung

18. Tersinggung

19. Dihargai

20. Sombong, congkak 21. Hebat, unggul 22. Rendah diri 23. Lemah ,loyo 24. Kuat

25. Terkakang 26. Bebas 27. Cemburu, iri 28. Kalah, takluk 29. Tegang 30. Apatis 31. Simpatis 32. Tertutup 33. Sedih 34. Jatuh 35. Cemas 36. bengga

37. Jemu, bosan 38. Nekad 39. Kurang 40. Tolol, edan 41. Segar bugar 42. Gembira 43. Ringan, mudah 44. Kewalahan

45. Unik, lain dari yang lain 46. Berhutang budi

47. Berjaya 48. Bodoh

49. Tidak berharga 50. Bertanggung jawab 51. Hati berdebar-debar 52. Senang

53. Diterima 54. Panas

LATIHAN 2

MEMBANGUN KEPERCAYAAN

A. Tujuan Umum

Pelatihan ini secara umum bertujuan agar anda:

 Mmmemiliki pengetahuan mengenai unsure kepercayaan

 Memiliki pengetahuan mengenai langkah dalam membangun kepercayaan yang baik

B. Tujuan Khusus

Pelatihan ini secara khusus bertujuan agar anda dapat :

 Menjelaskan pengertian tentang membangun kepercayaan

 Menjelaskan alas an pentingnya membangun kepercayaan yang baik.

 Menyebutkan unsure-unsur penting dalam membangun kepercayaan

 Menuntunjuk perilaku yang menggambarkan seseorang yang mempercayai dalam penerimaan diri dengan baik.

C. Langkah-langkah

Pertemuan I(2x45 Menit)

Dalam hal ini anda melakukan langkah-langkah sebagai berikut::

 Bacalah / dengarkanlah penjelasan konselor tentang materi membangun kepercayaan

 Perhatikan model/contoh perilaku seseorang yang memiliki kepercayaan yang baik, siswa mengamati bagaimana berperilaku

positif dalam pembukaan diri. Orang yang mempunyai self-disclosure yang positif akan dapat menunjukkan perilaku mempercayai dan dipercayai yang sangat tinngi oleh orang lain. Sebaliknya.

 Carilah pasangan (peserta pelatihan) untuk berlatih bermain peran.

 Berlatihlah dengan pasangan amda secara bergantian tentang bagaimana menampilkan perilaku seseorang yang dapat mempercayai.

 Jika konselor meminta untuk memberikan umpan balik, berilah balikan apakah teman/pasangan anda telah menunjukkan perilaku seseorang yang memiliki rasa percaya yang tinggi.

 Kerjakanlah pekerjaan rumah agar anda dapatberlatih bertingkah laku yang bercirikan seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi diluar kelas pelatihan.

Dalam dokumen SKRIPSI - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 112-120)

Dokumen terkait