Pengembangan dakwah yang dilakukan oleh Tuan Guru Muhammad Mustiadi Abhar seperti yang disampaikan oleh Ustadz Haji Zainul ialah dalam dakwahnya yang menerapkan dua metode dakwah diantaranya dakwah secara terbuka dan secara tertutup. Dakwah secara terbuka yang dihadiri oleh santri, jama’ah pondok pesantren, jama’ah majlis ta’lim, jama’ah toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah, dan simpatisan.
Sementara dakwah secara tertutup ialah hanya bisa didengar lansung oleh
71 TGH. Marwan Hakim, Ketua PCNU Lombok Timur Wawancara 16 Mei 2022
para penerima toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah didalam sebuah ruangan yang tertutup.72
Sama halnya dengan pendapat yang diutarakan oleh Ustad Sofian dalam dakwah Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar bahwa:
“Dalam pengajian yang beliau jalankan selama ini ialah dengan metode terbuka dan metode tertutup, dakwah secara terbuka yang bersifat umum disampaikan dihadapan para jama’ah yang berasal dari berbagai kalangan baik dalam pengajian rutin di pondok, dan pengajian badaruttamam. Dan yang bersifat tertutup ialah pada jama’ah yang telah menerima toriqoh.”73
Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar dalam wawancara beliau menyampaikan bahwa, penyampaian dakwah secara tertutup dan rahasia ialah yang dikhususkan bagi para jama’ah yang telah diizinkan mengamalkan tarekat yakni toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah yang amalan-amalannya khusus diambil dari al-quran, al-hadits, dan beberapa karangan kitab Tuan Guru Haji Abhar Muhyidin. kemudian secara terbuka itu bersifat ceramah lepas yang berlandaskan kitab fiqih, kitab tasawuf, al-quran dan al-hadits beserta kitab-kitab karangan pendiri Pondok Pesantren Darul Falah Tuan Guru Haji Abhar Muhyiddin. Dan adapun yang refresinnya diambil dari beberapa kitab karangan Tuan Guru Abhar muhyiddin seperti kitab:74
72 Ustad Haji Zainul dan TGH. Muammar Arafat, Wawancara.
73 Ustadz Sofian, Ajudan TGH. Wawancara, Mustiadi Abhar, 29 April 2022
74 TGH. Mustiadi Abhar, Mursyid, Wawancara, 16 April 2022 jam 14.00
1.) Najmul Huda
Kitab Najmul Huda berisi tentang ajaran tauhid yang disadur dari kitab- kitab ulama’ penganut mazhab Asy’ariyah. Kitab ini dicetak oleh penerbit “TAUFIQ” Surabaya. Kitab ini disusun dalam bahasa sasak (Pagutan) yang menggunakan nazam (kalimat-kalimat yang menggunakan timbangan dalam bentuk bait) yang berjumlah 169 bait.
Yang dibahas dalam kitab ini adalah pokok-pokok aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah seperti, sifat wajib Allah, sifat wajib Rasul, sifat mustahil, sifat ja’iz, malaikat, hari kiamat, dan masalah-masalah lainnya yang wajib diketahui dalam koridor Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah.
2) Al-Misbah Al-Munawwarah, berisi penjelasan seputar masalah tasawwuf dan ajaran-ajaran thariqat hususnya tariqat Qadiriyah wa Naqsabandiyah.
Kitab ini masih berbentuk naskah tulisan tangan, terdiri dari 32 bagian ditambah dengan beberapa lampiran. Isinya antara lain pengantar tentang tariqat, hal ihwal zikir, latha’if dalam ilmu thariqat, ma’rifat, kasf, hakikat, dan lain sebagainya hususnya yang berkaitan dengan doktrin dan ritual dalam thariqat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Kitab yang belum dicetak ini tebalnya mencapai 60 halaman.
3) Al-Ru’yah Al-Haqqiyah, sebuah karya yang menjelaskan jenis-jenis mimpi yang dapat dikategorikan benar atau dapat dipertanggungjawabkan.
4) Tsamarah-Al-Fikriyah fi Mubahats An-Nahwiyah, merupakan ringkasan materi dalam ilmu nahwu.
5) Tsamarah-Al-Fikriyah fi Mubahats As-Sharfiyah, merupakan ringkasan materi dalam ilmu sharf.
6) Tsamarah-Al-Fikriyah fi Mubahats al-Fiqhiyah, merupakan ringkasan materi dalam ilmu fiqih.
7) Tsamarah-Al-Fikriyah fi Mubahats al-Ushuliyah, merupakan ringkasan materi dalam ilmu usul fiqh.
8) Tsamarah-Al-Fikriyah fi Mubahats al-Arudhiyah, merupakan ringkasan materi dalam ilmu Arud.
9) Tsamarah-Al-Fikriyah fi Mubahats al-Mantiqiyah, merupakan ringkasan materi dalam ilmu mantiq (logika).
10) Tsamarah-Al-Fikriyah fi Mubahats al-Tafsiriyah,
c. Pengambilan sumpah toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah
Adapun hal-hal yang dilakukan dalam memberikan amalan toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah adalah sebagai berikut:
1) Bimbingan pelaksanaan tarekat.
Para jama’ah yang akan melaksanakan sumpah dan pengijazahan baik yang akan menerima tarekat tingkat pertama sampai dengan tingkat berikutnya maka akan diajarkan bagaimana cara duduknya, kemudian bagaimana cara dzikirnya. Umumnya para jama’ah disuruh praktik cara duduknya dimana dimasing-masing tingkatan beda cara duduknya dan
beda cara dzikirnya, baik dzikir siri maupun dzikir jahr.75 Kenyataan hal tersebut bahwa banyak diantara para jama’ah kesulitan dalam melakukan duduknya dan dzikirnya sehingga berulang kali mempelajari caranya yang sudah di contohkan oleh mursyid.
Dalam pelaksanaan tersebut didalamnya terdapat pula pembai’atan yang dilakukan oleh mursyid kepada para jama’ah penerima tarekat tersebut diantaranya ada dua model pembai’atan yang dilakukan Pertama, Bai’at fardiayah (perseorangan). Allah SWT, ber firman dalam al-quran surat al-Fath ayat 10:
ُ دىيُۗى هللّٰاُ ىنْو عِياىب يُ اىمَّنِاُ ىكىنْو عِياىب يُ ىنْيِ َّ
لَّاُ َّنِا
ُاىمَّنِاىفُ ىثىكَّنُ ْنىمىفُ ُُْۚمِهْيِدْي ىاُ ىقْوىفُِ هللّٰا
ًُمْيِظىعُاًرْجىاُِهْيِتْؤ ي ىسىفُى هللّٰاُ هْيىلىعُىدىهٰعُاىمِبُ ٰفْٰوىاُْنىمىوُٖۚ هِسْفىنُ ٰ ىعَُ ث كْنىي
ا
“Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Nabi Muhammad), (pada hakikatnya) mereka berjanji setia kepada Allah di atas tangan mereka. Oleh sebab itu, siapa yang melanggar janji (setia itu), maka sesungguhnya (akibat buruk dari) pelanggaran itu hanya akan menimpa dirinya sendiri. Siapa yang menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan menganugerahinya pahala yang besar”. (QS.
AFath: 48/10)
Ini termasuk ayat-ayat sifat. Ahli tafsir berbeda pendapat mengenai ayat ini. Sebagian menjelaskan bahwa yang dimaksud tangan adalah
75 Hasil analisis dari beberapa wawancara dengan narasumber (sumber data) dalam penelitian ini
kekuatan dan kekuasaan Allah. Sebagian yang lain memahaminya sebagai pengawasan Allah akan janji setia yang diberikan oleh beberapa orang kepada Nabi Muhammad saw.76
Kemudian mengacu pada sabda baginda Rasulullah SAW, yang artinya:
“Dari Ali Ibnu Talibi ia berkata: Ya rasulullah tunjukkanlah kepadaku jalan yang paling dekat dengan Allah, paling mudah bagi hamba-nya, tetapi paling utama menurut Allah: Rasulullah menjawab. “hai Ali hendaklah kamu senantiasa berdzikir kepada Allah baik secara sirri (btin) maupun jahr (bersuara)”. Maka Ali berkata: Ya Rasulullah setiap manusia telah biasa berdzikir pedahal yang akuinginkan engkau memberikan ku secara khusu”. Rasulullah menjawab Ah kamu Ali, seutama-utamanya apa yang aku ucapkan dan diucapkan oleh nabi-nabi sebelumku adalah kalimat, “La ilaha illa Allah”. Senadainya tujuh langiit dan tujuh bumi dikumpulkan jadi satu dalam satu timbangan, maka pastilah kalimat La illaha illa Allah” akan lebih berat” (H.R. Yusuf al-Ajani).77
Dan dari Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya (Nomor 1851), didalamnya menyatakan bahwa dari Abdullah Ibnu Umar R.A, beliau berkata, sesungguhnya aku telah mendengar rasulullah SAW, bersabda:
76 Al-Quran Kementrian Agama RI 2016
77 https://muslim.or.id/26277-wajibnya-baiat-kepada-ulil-amri.html
ُِهِق ن عُ ِفُِ ىسْي ىلىوُ ىتاىمُْنىمىوُ ىلَُىةَّج حُ ىلَُِةىماىيِقْلاُىمْوىيُى َّللّٰاُى ِقِىلٍُةىعاىطُْنِمُاًدىيُىعىلىخُْنىم
ًُةَّيِلِهاىجًُةىتيِمُ ىتاىمٌُةىعْيىب
“Barang siapa melepas tangannya (bai’atannya) dalam menaati pimpinan, ia bertemu dengan Allah di hari kiamat dengan tanpa memiliki hujjah, dan barang siapa meninggal dalam keadaan tiada bai’at dipundaknya maka matinya seperti mati jahiliyah”
Kedua, Bai’at Jam’iyah dalam prose bai’at-an ini biasanya dilakukan setelah para jama’ah (calon murid) mengetahui lebih dahulu hal-ihwal toriqoh tersebut, terutama masalah kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakannya, termasuk tata cara berbai’at. Sehingga baru stelah merasa mantap dan menguasai murid datang kehadapan mursyid untuk siap dibai’at.78
Ustadz Sofian dalam hal ini memandang bahwa pemberian pemahaman kepada para jama’ah mengenai cara pelaksanaan pengamalan jenjang tarekat yang akan diterimanya maka mursyid menekankan supaya harus ada pembiasaan pada tata cara pelaksanaannya.
Dengan demikian, fungsi perbaikan cara mengamalkan tarekat pada jama’ah sangat diperlukan supaya dzikir dan do’anya bisa sempurna.
Karena fungsi perbaikan dalam hal ini dimaksudkan sebagai salah satu
78 JTQN Darul Falah, Buku Pelajaran dan Silsilah jama’ah Toriqoh Qodiriah Wan
Naqsabandiyah darul Falah, ( Mataram, Cetakan Pertama April 2022), hal. 113
cara mursyid memberikan pemahaman kepada jama’ahnya terhadap kesalahan atau kekeliruan dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ustadz Hamdani terkait dengan proses bimbingan pelaksanaan pengamalan tarekat qodiriah wa naqsabandiah, diutarakan bahwa:
“Mursyid dalam hal ini menekankan kepada para jama’ah yang akan menerima tarekat baik dari tingkat pertama, kedua, dan seterusnya haruslah memperhatikan cara duduknya dan cara dzikirnya sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh mursyid”79
Sama halnya dengan penjelasan Ustadz Sofian selaku ajudan Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar, beliau mengutarakan:
“Dalam menjalankan bimbingan tatacara pelaksaanaan tarekat ini para jama’ah kesulitan bahkan banyak diantaranya masih kurang bisa secara penuh untuk melakukan gerakan yang telah diajarkan oleh mursyid, sehingga para jama’ah menyadari manfaat dari bimbingan tatacara pelaksanaan pengamalan tarekat ini”80
2) Tahap pengambilan sumpah (ijazah)
Dalam proses ini para jama’ah telah diperintahkan memasuki ruang khusus di dalam ruangan tersebut hanya bisa dimasuki oleh mursyid dan para jama’ah yang memiliki jadwal untuk menerima ijazah toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah. Dalam tahapan ini terjadilah proses pemabi’atan yang kemudian dalam pembaitan tersebut dijelaskan mengenai makna, tantangan, dan beratnya menjalankan ajaran toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah tersebut.81
79 Ustadz Hamdani, Wawancara, Penerima Tarekat tingkat ke-dua, 1 Maret 2022
80 Ustadz Sofian, Ajudan TGH. Wawancara, Mustiadi Abhar, 29 April 2022
81 Ustadz Hamdani, Wawancara, Penerima Tarekat tingkat ke-dua, 1 Maret 2022
Berdasarkan apa yang telah disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Tabrani yang artinya:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW pada suatu hari sedang berkumpul dengan para sahabatnya, kemudian beliau bertanya: “Adakah diantara kalian orang asing? Yakni ahl al-kitab. “Mereka mejawab, tidak ada Ya Rasulullah, “Maka Rasulullah menyuruh menutup pintu. Selanjutnya rasulullah bersabda “Angkatlah tangan kalian, dan katakana “La ilaha illah Allah” maka berkata Saddat ibn Aus
“Kami semua mengangkat tangan sesaat, dan mengucapkan “La ilaha illah Allah”. Maka Rasulullah SAW. bersabda, Ya Allah sungguh Engkau mengutus-ku dengan kalimat ini, menyuruhku dengannya kau janjikan kepadaku surga dengannya, dan sungguh Engkau tidak pernah menyalahi janji. “Kemudian Rasulullah SAW.
Bersabda “ Berbahagialah kalian semua karena Allah akan mengampuni kamu semua. (HR. Ahmad, Tabrani)82
Sabda baginda Nabi Muhammad SAW, tidak boleh diselewengkan dari maknanya yang hakiki hanya karena angen-angen yang berpegang kepada angen-angen yang mereka sebut dengan suatu pemikiran yang logis. Sungguh ia dijauhi dan tidaklah ia mengetahui kebenaran,
82 JTQN Darul Falah, Buku Pelajaran dan Silsilah jama’ah Toriqoh Qodiriah Wan
Naqsabandiyah Darul Falah… hal. 112
penerimaan terhadap sabda Nabi Muhammad SAW, tidak bergantung kepada ucapan seseorang baik siapapun dan dari golongan manapun.83
Allah SWT, berfirman:
ىُ
أُٓۥ لَو سىرىوُ َّللّٰٱُ ىضَىقُاىذِإٍُةىنِمۡؤ مُ ى
لَىوُ نِمۡؤ مِلُىن ىكَُاىمىو
ًُرۡم
ُىيُنى أُا ٱُ م هىلُ ىنو ك
ُىوُۗۡمِهِرۡمى أُ ۡنِمُ ةى ىيَِۡ
ُى َّللّٰٱُ ِصۡعىيُنىم لۡ
ُاانيِبُّمُلٰٗىل ىضُ َّل ىضُۡدىقىفُۥ ا لَو سىرىوى ٣٦ُ
ُ
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”
(QS. Al-Ahzab:36)
Abdul Qadir Al-Jilani mengemukakan makna tasawuf (فوصت) yang berasal dari empat huruf yakni, Ta, Shad, Waw, dan Fa’ yang setiap huruf memiliki arti tersendiri. Seperti Huruf Ta’ berasal dari kata taubah (taubat) yang memiliki dua bagian taubat bathin dan taubat zahir. Huruf Shad berasal dari kata Shafa’ (kejernihan) yang juga terbagi menjadi dua bagian yakni kejernihan nurani dan kejernihan hati. Kalua kejernihan nurani hanya tertuju kepada Allah saja maka kejernihan hati yakni membersihkan
83 Nashir Bin Abdullah Al-Qaffari, 4 Imam Mazhab Satu Dalam Aqidah & Tauhid, (Surabaya: Putstaka Elba, 2020), hal. 47
hati dari segala penyakit hati. Hurf Waw, yak bermakna wilayah (kewalian) yang akan muncul dari seorang sufi setelah kejernihan nurani dan kejernihan hati. Dan huruf Fa’ yang berate Fana’ fillah (peniadaan diri pada Allah) dari segala selain Allah. Jika sifat fana ini telah ada maka sifat-sifat manusiawi akan tiada, sehingga sifat-sifat Keseaan yang tidak meniada, tidak akan hilang dan tak akan lenyap. Maka yang terjadi ialah kebersamaan tuhan akan abadi bersama rahasia yang maha abadi beserta perhatianNya.84
Dalam Tasawuf ada tahapan-tahapan supaya bisa dekat dengan Allah (taqarrub ilallah), terkenal dengan sebutan maqamat (stasiun- stasiun) dan ahwal yang mesti ditempuh dan diraih seorang sufi. Maqamat yaitu usaha yang dilakukan oleh seorang sufi berada dalam tingkatan tertentu, seadangkan ahwal adalah sebuah pemberian Allah yang dikasih sebagai hasil dari usaha seseorang mendapatkan maqamat. Misi seorang sufi tidak mungkin sama dalam menggapai maqamat dengan sufi yang lainnya. Maqam-maqam itu diantaranya, zuhud, sabar, tawakkal, wara’, faqir, makrifat, ridha, syukur, dan taubah. Demikian pula halnya dengan ahwal (bertingkat-tingkat) yang memiliki sepuluh macam tingkatan, al- Mahabbah, as-Sauq, a-Muraqabah, al-Khauf, al-Tumakkinah, al-Qurb, al-Uns, ar-Raja, al-Musyahadah, dan al-Yakin.85
84 Ali Rif’an…hal. 2
85 Qoriah A. Siregar Resensi Buku, Taswuf dan Tarekat (Dimensi Esoteris Ajaran Islam), (PT. Remaja Rosda Karya, 2010)Sosioteknologi (Desember 2012)
Dengan demikian menjadi penganut toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah tidaklah mudah karena banyak proses dan tahapan yang harus dilakukan sebelum menerimanya. Begitu juga dari segi pengamalannya dan tata caranya yang sangat berpariasi dalam menjalankan dzikir dan do’anya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Haji Zainul mengutarakan bahwa:
“Pada saat proses pengambilan sumpah para jama’ah yang akan diberi ijazah akan ditanya dulu kesanggupannya, jika mereka sanggup maka bai’at akan dilanjutkan, tetapi jika tidak siap atau masih ragu maka akan disuruh keluar oleh mursyid dari ruangan pembai’atan. Jika mursyid sudah bilang “hajaztukum” jama’ah menjawab “qobiltu” maka proses pembaitan dan pengijazahan selesai”86
Dalam proses pembai’atan dilakukan sebagaimana petunjuk dari KH. Romly Tamim dalam karangan kitabnya “Stamaratul Fiqri” bahwa prosesi pembai’atan guru (Mursyid) kepada Jama’ah (murid) dilaksanakan sebagai berikut:
a) Dalam keadaan suci, murid duduk menghaadp mursyid dengan posisi duduk Waks tawarruk (kebalikan duduk tawarruk tasyahud akhir) dengan penuh kekhusyukan, taubat dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah untuk dibimbing
b) Selanjutnya mursyid dengan murid membaca,
ُِمْيِحَّرلاُ ِنٰ ْحَّْرلاُِ هللّٰاُِمْسِب ( ١ )
86 Ustadz H. Zainul, Wawancara, Ketua JTQN Provinsi NTB, 30 April 2022
(Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
xv ُى ْيفِراىع ْ ا
لاُ ىحْو ت فبُ ِلَُْحىت ْفاُ ىم ههللىَ ( ٢ )
(Ya Allah Bukakanlah untukku dengan keterbukaan para arifin. 7x)
ُِ هللّٰاُِم ْسِب
ُِمْيِحَّرلاُ ِنٰ ْحَّْرلا ( ٣ )
(Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
x٣
ميحرلاُروفغلاُ للّٰاُرفغتسا ( ٤ )
(Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang). sebanyak 3 kali
x٣
ُى ْيِعى ْجْ ى
أُِهِبىح ْص ىاىوُِ ِلَىاُ ى ىعَىوٍُدَّمى مُُاىنِدِ يىسُ ى ىعَُِ لىصُمهللىا ( ٥ )
(Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, dan para sabahatnya). sebanyak 3x kali
c) Kemudian Syeh (Guru) membaca
x٣
ُ للّٰاُ َّ
لَِإُى ى لَِإُ ىلَ
(Tiada Tuhan Selaian Allah) sebanyak 3 kali
Yang kemudian diikuti oleh jama’ah (murid)
x٣
للّٰاُ َّ
لَِإُى ى لَِإُ ىلَ
ُ
(Tiada Tuhan Selaian Allah) sebanyak 3 kali Selanjutnya diakhiri dengan
ُىم ىلىسىوُِهْيىلىعُ للّٰاُ ىلَ ىصُ للّٰاُِلو سىرٍُُدَّمى مُُاىنِدِ يىس
(Nabi Muhammad SAW, adalah utusan Allah yang memberi keselamatan and kesejahteraan kepadanya)
d) Kemudian (Guru dan Mursyid) membaca shalawat Munjiat:
ُ ْنِمُاىهِبُاىنْيِجْن تًُة ىلٗ ىصٍُدَّمى مُُاىنِدِ يىسُِلآُ ى ىعَىوٍُدَّمى مُُاىنِدِ يىسُ ى ىعَُِ لىصُمهللىَ ا
ُاىهِبُاىن رِ ه ىط تىوُ، ِتاىجاى ْ
لۡاُ ىعْيِ ىجُْاىهِبُاى ىلَُْ ِضَْقىتىوُ،ِتاىف ْلْاىوُِلاىوْهى ْلْاُِعْيِ ىجْ
ُاىهِبُاىن غِ لىب تىوُ،ِتاىجىرَّلاُ ى ْعَىأُ ىكىدْنِعُاىهِبُاىن عىفْرىتىوُ،ِتاىئِ يَّسلاُ ِعْيِ ىجُْ ْنِم
ُِتاىمىمُ ْ
لاُىدْعىبىوُِةاىيى ْ
لۡاُْ ِفُِ ِتاى ْيَى ْ
لۡاُِعْيِمىجْنِمُ ِتاىياىغ ْ لاُ ىصَْق ى
أ
“Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan shalawat itu, Engkau akan menyelamatkan kami dari semua keadaan yang menakutkan dan dari semua cobaan; dengan shalawat itu, Engkau akan mengabulkan hajat kami; dengan shalawat itu, Engkau akan menyucikan kami dari segala keburukan; dengan shalawat
itu, Engkau akan mengangkat kami ke derajat paling tinggi;
dengan shalawat itu pula, Engkau akan menyampaikan kami kepada tujuan yang paling sempurna dalam semua kebaikan, ketika hidup dan setelah mati.”
e) Kemudian membaca ayat:
ُ ىثىكَّنُ ْنىمىفُُُْۚمِهْيِدْيىاُ ىقْوىفُِ هللّٰاُ دىيُۗى هللّٰاُىنْو عِياىب يُاىمَّنِاُ ىكىنْو عِياىب يُ ىنْيِ َّلَّاَُّنِا
ُىهٰعُاىمِبُ ٰفْٰوىاُ ْنىمىوُٖۚ هِسْفىنُ ٰ ىعَُ ث كْنىيُاىمَّنِاىف
ُ ى هللّٰاُ هْيىلىعُ ىد
ُاًرْجىاُِهْيِتْؤ ي ىسىف اًمْيِظىع
“Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Nabi Muhammad), (pada hakikatnya) mereka berjanji setia kepada Allah di atas tangan mereka. Oleh sebab itu, siapa yang melanggar janji (setia itu), maka sesungguhnya (akibat buruk dari) pelanggaran itu hanya akan menimpa dirinya sendiri. Siapa yang menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan menganugerahinya pahala yang besar”. (QS.
AFath: 48/10)
f) . kemudian mengirim fatihah kepada: rasulullah SAW, para masyayikh ahli silsilah al-qodiriah wan naqsabandiah. 1x satu kali;
g) Kemudian murid dido’a-kan oleh mrsyid;
h) Kemudian murid diberikan tawajjuh 1000 kali oleh mursyid;
c. Urgensi Tuan Guru Mustiadi Abhar dalam Mengembangkan Dakwah Sufisme di Kota Mataram
Walau demikian, perubahan zaman semakin maju akan tetapi dakwah sufisme yang didalamnya mengajarkan ilmu tasawuf, ilmu fiqih, ilmu filsafat, dan ilmu-ilmu mistis lainnya tidak akan pudar dan tidak akan punah tergerus zaman.
Dalam membangun karakter muslim pada mulanya ialah berupaya memperbaikai perilaku kecendrungan pada nilai-nilai akhlakul karimah yang didalamnya memiliki sifat spiritualitas yang dalam ilmu tasawuf disebut sebagai ma’rifat billah. Pada penanaman pembentukan kepribadian muslim dilakukan melalui pembiasaan terhadap perilaku terpuji dimulai dari sejak dini, supaya penanaman sifat akhlakul karimah itu bisa tertanam dalam jiwa, hati, dan fikiran.87
Seperti halnya yang dilakukan oleh Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar dalam membimbing jama’ah dalam dakwah sufinya mengajarkan tentang ilmu tasawuf atau orang awam menyebutnya dengan nama kajian toriqoh. Walaupun pada dasarnya para jama’ah hanya diajarkan cara berdzikir dengan beragam aturan tata cara pelaksanaannya namun tetap semangat untuk mengkaji dan mengamalkan ajaran tarekat tersebut.
“Ustadz Haji Zainul selaku ketua pusat JTQN (Jama’ah toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah) mengatakan bahwa pengamalan
87 Fathul Mufid, Dakwah Islamiyah dengan Pendekatan Sufistik, AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol 3, No. 1 Juni 2015 hal. 121. Diakses pada tanggal 19 Mei 2022
toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah ini sangatlah penting untuk dipelajari, ditau, apalagi lebih-lebih bisa menjalankannya. Karena dengan bertoriqoh hati, jiwa, fikiran akan disucikan akan dimurnikan dengan selalu mengingat dan menyebut nama Allah saja baik dalam setiap detik nafas yang keluar. Selain itu fungsi penting toriqoh juga bisa menjaga kita dari perbuatan yang tidak baik, menjaga lisan kita, menjaga hati kita, untuk tidak berkata kotor dan tidak mudah untuk mengeluarkan kata-kata yang bersifat kutukan.”88
Lebih jelas dalam hal ini Tuan Guru Haji Marwan Hakim menjelaskan bahwa dalam menjalankan amalan tarekat qodiriyah wan naqsabandiyah ini para penganutnya harus betul-betul mengutamakan sifat wara’, tawadduk, dan menjunjung tinggi rasa persaudaraan supaya terjaga dari perilaku dan perbuatan yang tidak diinginkan.89
Walaupun dengan kondisi yang demikian antusias masyarakat sangat besar dalam mempelajari ajaran toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah, memngapa demikian, karena dilihat dari data para jama’ah yang telah menerima tarekat qodiriah wa naqsabandiah ini berjumlah lebih dari 15.000 jama’ah yang telah mengambil bai’at baik itu dari kalangan orang kaya, pimpinan pondok pesantren, bahkan banyak jama’ah berasal dari kalangan masyarakat awwam yang mengambil bai’at toriqoh.
Dengan melihat antusias masyarakat yang menjadi jama’ah tarekat di bawah pimpinan (Mursyid) Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar ini, maka begitu urgennya pengamalan toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah dalam kehidupan, orang-orang yang percaya akan khasiat
88 Ustadz H. Zainul, Wawancara, Ketua JTQN Pusat, 30 April 2022
89 TGH. Marwan Hakim, Wawancara, Ketua PCNU Lombok Timur, 16 Mei 2022
dari tarekat tersebut sehingga banyak yang tertarik untuk ikut mengamalkan dan mempelajarinya.
Dengan demikian dalam proses gerakan dakwah sufisme yang dilakukan oleh Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar ini sangat diminatai sama masyarakat dan didukung secara penuh oleh para jama’ah, serta simpatisan dan kolega yang mengaji dibawah bimbingan beliau, baik yang mengaji dalam majlis ta’lim, mengaji secara khusus, lebih-lebih para jama’ah penerima tarekat qodiriyah wan naqsabandiyah.
Dilihat dalam pejalanan dakwah dibawah pimpinan Tuan Guru haji Mutiadi Abhar tersebut berjalan dengan lancer tanpa ada tendensi dan perlawanan.
Manfaat mempelajari dan mengamalkan ajaran toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah tersebut ialah baik bagi kehidupan dunia dan kehidupan akherat. Pertama, manfaat bagi kehidupan dunia diantaranya, mencapai kehidupan yang baik dan hakiki; memperoleh kekuatan badan dalam perjuangan melwan hawa nafsu; ketenangan hati dan ke-khusyukan.
Kedua, manfaat bahi kehidupan akherat, mendapatkan perlindungan dihari kiamat; terbebas dari siksa kubur; memberikan cahaya pengelihatan dihari kiamat; dan terbangunnya rumah maupun istana di syurga.