• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merujuk pada sebuah penelitian yang diutamakan adalah metode sebagai alatnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi kualitatif.

Menurut Sarantakos, metode adalah alat pegangan untuk peneliti sosial dalam memilih elemen dasar dalam metodologinya, seperti pendapat terhadap realita, definisi tentang ilmu, sudut pandang tentang perilaku manusia, tujuan penelitian.

Sedangkan metodologi kualitatif bertujuan untuk lebih menggali lebih dalam sebuah fenomena yang ada.31

Penelitian kualitatif menekankan bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh

30 Fathul Mufid, Dakwah Islamiyah dengan Pendekatan Sufistik, AT-TABSYIR:

Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol 3, No. 1 Juni 2015 hal. 127. Diakses pada tanggal 19 Mei 2022

31 Bayu Dardias Kurniadi , Praktek Penelitian Kualitatif: Pengalaman Dari UGM (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2011) hal. 7

individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami kenyataan sosial dari sudut pandang partisipan. Paritsipan merupakan orang yang diwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan berbagai macam strategi yang bersifat interaktif seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap.

Penelitian kualitatif memiliki dua tujuan utama yaitu untuk menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore) dan tujuan yang kedua yaitu menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).32

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, yang dipakai peneleiti merupakan jenis penelitian kualitatif, dimana penelitian yang menghasilkan data yang diuraikan berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif menekankan realitas alami konstruksi sosial, hubungan kedekatan antar peneliti dan yang diteliti dan suasana situasional yang menajamkan penelitian. Denzin dan Yvonna menyebut sebagai A bricoleur (a kind of professional do it yourself person). Lexy Moleong menyebut manusia sebagai instrumen, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama.33 Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui grakan dakwah sufisme Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar.

32 Sandu Siyoto, dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publising, Cetakan Pertama, Juni 2015) hal. 14

33 Susilo Pradoko, Paradigma Metode Penelitian Kualitatif: KeilmuanSeni, Humaniora, dan Budaya, (Yogyakarta: UNY Press, 2017)

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti.34

Data primer yaitu data yang dihasilkan secara langsung dari sumber datanya. Selian itu, data primer juga disebut sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk menghasilkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data primer melalui hasil observasi yg dilakukan secara langsung oleh peneliti, seperti, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD), wawancara, dan penyebaran kuesioner yang dilakukan secara langsung baik sendiri maupun dengan bantuan enumerator.35

Dengan demikian peneliti mengumpulkan data melakukan wawancara sesuai dengan rumusan” masalah” dari penelitian ini, yaitu bagaimana gerakan dakwah

Tuan” Guru dalam membangun karakter sosial keagamaan di Kota Mataram, kaitannya dengan masalah ini dapat mengetahui respon dari gerakan dakwah yang dibangun sama Tuan Guru melalui Masyarakat, Jamaah, Sahabat, dan Keluarga terdekat. Kemudian

34 Sandu Siyoto, and M.Kes M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, hal. 28

35 Sony Faisal Rinaldi and Bagya Mujianto, Metodologi Penelitian dan Statistik, (Pusat Pendidikan Sumberdaya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Edisi Tahun 2017) hal 91

bisa mengetahui apa urgensi gerakan dakwah Tuan Guru dalam membangun karakter sosial keagamaan di Kota Mataram. Untuk teknik observasi ini peneliti akan terjun lansung dalam aktivitas dakwah yang dijalankan Tuan Guru untuk mengetahui secara langsung dan dapat menggali data secara lansung yang didapatkan melalui keikut sertaan peneliti dalam dakwah Tuan Guru tersebut.

b. Data Sekunder

Azwar menyebutkan Data sekunder adalah yang tidak didapatkan dari hasil penelitiannya melainkan data yang didapatkan dari orang lain. Pada penelitian ini, hal-hal yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

Diantaranya hasil-hasil pemikiran para ahli yang mengkaji tentang gerakan dakwah, buku-buku, jurnal, karya ilmiah, serta sumber-sumber lain yang ada hubungan dan rilevan terhadap penelitian ini.

Data sekunder merupakan data yang dihasilkan melalui dokumen- dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, dll), foto-foto, film, rekaman video, bendabenda, dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer. 36

Moleong menyebutkan sumber data penelitian kualitatif merupakan tampilan yang berbentuk kata-kata lisan atau tertulis yang diamatai oleh peneliti, dan benda-benda yang dicermati sampai detailnya agar bisa dipahami makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya. Sumber data yang didapatkan harus asli, namun apabila yang asli susah didapat, maka

36 Sandu Siyoto, Dkk, hal. 28

fotocopy atau tiruan tidak terlalu jadi masalah, selama dapat diperoleh bukti pengesahan yang kuat kedududkannya.37

Dengan demikian pengumpulan data dalam penelitian ini untuk medokumentasikan karya Tuan Guru yang menjadi objek peniltian peneliti seperti karya yang di buat dan yang akan di tinggalkan sama objek yang menjadi tujuan peneliti diantaranya pondok pesantren, jamaah/jamiyah, majlis ta’lim, dan perkumpulan-perkumpulan yang sudah di bentuk dalam menjalankan proses dakwah seperti dakwah islamiah, bimbingan keagamaan dan kajian keagamaan.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk pengumpulan data. Metode merujuk pada suatu cara sehingga dapat diperlihatkan pemanfaatannya melalui angket, pengamatan, dokumentasi wawancara, tes, dan sebagainya.38

Worldbank mengatakan metode pengumpulan data adalah aspek penting dari semua unsur penelitian. Pengumpulan data yang tidak sesuai bisa mempengaruhi hasil dan akhirnya mengarah pada hasil yang tidak valid.

Sedangkan Yin mengatakan bahwa terdapat bebrapa cara mengumpulkan data dalam studi kasus diantaranya, (1) wawancara (interview), yakni ada berbagai macam bentuk dari interview. Interview terstruktur, butir – butir

37 Ibid.

38 https://penelitianilmiah.com/metode-pengumpulan-data/ diakses pada tanggal 14 Oktober 2021

pertanyaan harus lengkap dan spesifik, pewawancara perpedoman pada lembar pertanyaan yang telah dibuat. Sedangkan interview tidak terstruktur hanya berisi topik–topik yang hendak ditanyakan pada responsden. (2) dokumentasi yang terdiri dari surat, memorandum, agenda, laporanlaporan suatu peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping, artikel; (3) rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data survei, daftar nama, rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender dsb; Dalam penelitian ini peneliti menggabungkan data melaui tiga cara.

a. Wawancara (interview)

Sudarwan Danim menyebutkan Wawancara adalah perbincangan satu orang atau lebih, dimana pertanyaannya dilontarkan oleh peneliti terhadap subjek penelitian untuk dijawab. Metode ini dilakukan untuk mencari data, opini, alasan, atas sebuah kejadian, baik yang setelah ataupun yang masih berlangsung. Dengan menggunakan metode ini penulis melakukan pendekatan untuk wawancara dengan tokoh yang akan diteliti, keluarga, sahabat, dan jamaah yang terlibat lansung dalam kegiatan dakwah tersebut.

Dengan demikian metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi yang penting dalam meneliti dengan berhadapan langsung dengan beberapa informen yaitu:

a) TGH. Muhammad Mustiadi Abhar b) Keluarga

c) Jamaah/santri

Pada saat wawancara dilaksanakan, peneliti melakukan pencatatan apa yang disampikan para informan dan didukung dengan merekam/merecord penyampaikan informen supaya memudahkan untuk mengulang kembali apa yang telah disampaikan. Selain itu tidak lupa pula dividio sebagai bukti autentik peneliti.

Tabel I.1

DAFTAR INFORMEN

NO NAMA KETERANGAN

1 TGH. Mustiadi Abhar, S.Pd

Mursyid Toriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah)

2 TGH. Muammar Arafat, MH

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah (Keluarga)

3 Ustadz H. Zainul, M.Pd.I

Ketua Pusat Jamaah Toriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah (JTQN)

4 Ustaadz Sofian

Ajudan TGH. Mustiadi Abhar, dan Administrasi Pendaftaran Calon Anggota Toriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah

5 Tuan Guru Haji Marwan Ketua PCNU kabupaten Lombok

Hakim Timur (penganut toriqoh qodiriyah wan naqsabandiyah dari tahun 1995

6 Ustadz Hamdani

Jama’ah Penerima Tarekat Tingkat Dua Tarekat Qodiriyah

b. Observasi

Hadi (1982) observasi merupakan metode mengumpulkan hasil yang dikerjakan dengan metode peninjauan dan pencatatan sistematik fakta yang diteliti. Observasi adalah suatu aktivitas pengamatan terhadap sebuah objek secara langsung dan mendetail guna untuk menemukan informasi mengenai objek tersebut.

Pada umumnya, metode dalam melakukan kegiatan observasi haruslah tersistematis serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu, objek yang diamati dalam kegiatan observasi haruslah nyata dan diamati secara langsung.39 observasi adalah pengujian dengan tujuan tertentu untuk mengetahui sesuatu, yang khususnya untuk tujuan mengumpulkan fakta, data, skor atau nilai, satu verbalisasi atau disebut dengan pengungkapan kata-kata dengan segala sesuatu yang telah diteliti atau amati (Kartini Kartono:

2021).

Sebagai seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian, dari kesimpulan diatas bahwa harus betul-betul konsen mengamati obyek

39 https://saintif.com/observasi-adalah/

dari penelitian supaya data-data yang didapatkan dari lapangan bisa menjawab apa yang menjadi pertanyaan seorang peneliti, baik dengan cara terjun langsung dalam aktivitas obyek penelitian ataupun dengan mengamati secara tidak langsung kepada informan atau obyek penelitian.

Dengan demikian, observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk mencocokkan data-data yang dihasilkan melalui literatur- literatur ilmiah, dan kajian pustaka. Adapun permasalahan utama yang diobservasi adalah rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu Bagaimana gerakan dakwah Tuan Guru dalam urgensi gerakan dakwah Tuan Guru dalam mengembangkan dakwah sufisme di Kota Mataram, dan Apa saja urgensi gerakan dakwah Tuan Guru dalam urgensi gerakan dakwah Tuan Guru dalam mengembangkan dakwah sufisme di Kota Mataram, Peneliti juga dalam observasi ini akan terjun langsung pada kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar.

c. Dokumentasi

Metode dokumenter merupakan salah satu jenis metode yang sering digunakan dalam metodologi penelitian sosial, berkaitan dengan teknik pengumpulan datanya. Metode ini banyak digunakan dalam lingkup kajian sejarah. Namun sekarang ini studi dokumen banyak digunakan pada lapangan ilmu sosial lain dalam metodologi penelitiannya. Disadari ini karena sebagian besar fakta dan data sosial

banyak tersimpan dalam bahan-bahan yang berbentuk dokumenter.

Oleh karenanya ilmu-ilmu sosial saat ini serius menjadikan studi dokumen dalam teknik pengumpulan datanya.40

Dengan demikian yang dikatakan dokumentasi pada penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi melalui foto, arsip, dan dokumen, atau buku-buku tentang pandangan, teori yang erat kaitannya dengan masalah penelitian yang akan diteliti. Dan foto-foto peneliti dalam menghadiri kegiatan Tuan Guru seperti dakwah islamiah, bimbingan keagamaan dan kajian keagamaan.

4. Metode Analisis Data

Menurut Patton metode analisis data merupakan proses pengaturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Moleong menyebutkan bahwa analisis data merupakan suatu proses pengorganisiran dan pengurutan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga bisa ditemukan tema dan dapat ditentukan ide kerja seperti yang disarankan oleh data.

Metode analisis data Kualitatif Diskriptif Tiknik Induktif dikatakan juga model interaktif, dijelaskan oleh Miles terdapat komponen cara mengananalisa diantaranya: reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan

Ketiga alur tersebut merupakan aktivitas yang berbentuk interaksi dalam proses pengumpulan data ketika di lapangan sebagai proses siklus.

40 Natalina Nilamsari, “Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif” Wacana Volume XIII No.2, (Juni 2014.) : 178 diakses 15 Oktober 2021

Dalam proses tersebut penulis bergerak dari arah pengumpulan data selama proses pengumpulan data berlangsung dan menjalankan alur-alur dari pada Miles & Heberman. Dengan demikian, penulis melakukan analisis data di antaranya data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

Hal tersebut bertujuan untuk menemukan dan membangun pemahaman terhadap alur kerja dan mendapatkan data secara akurat, tepat dan empirik.

Penyajian data bisa dilakukan dengan memakai grafik, tabel, pictogram phie chard, dan lain lain. Dengan demikian, metode yang dilakukan oleh penulis untuk memudahkan dalam meraih data yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian. Tahap kedua ini, penulis melakukan kategorisasi data atau pengelompokan data ke dalam klasifikasi-klasifikasi setelah data didapat di lapangan dan setelah diberi kode terhadap data tersebut. Oleh sebab itu, kodifikasi data dapat menentukan data yang paling penting dan tidak penting pada tahap pertama, sehingga penulis membuat kategori-kategori dari data yang telah dikumpulkan. Alur terakhir yang dilakukan dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan dan vertifikasi (conclusion drawing and verifikasication) data yang telah dilalui pada tahap pertama dan kedua. Pada tahap ini penulis telah mulai mencari makna dari setiap gejala yang terjadi dan data yang diperoleh ketika di lapangan. Tahap kesimpulan penulis mencatat keteraturan, pola-pola mengenai penjelasan, alur kausalitas, proposisi dan konfigurasi. Persiet dalam penelitian ini ketika mengambil

kesimpulan bersifat longgar, terbuka dan skeptis, akan tetapi data dan kesimpulan tersebut sudah disediakan.41

Dengan demikian penulis menggunakan metode diatas untuk mendeskripsikan dan memperoleh informasi mengenai Bagaimana gerakan dakwah Tuan Guru dalam urgensi gerakan dakwah Tuan Guru dalam mengembangkan dakwah sufisme di Kota Mataram, Apa urgensi gerakan dakwah Tuan Guru dalam urgensi gerakan dakwah Tuan Guru dalam mengembangkan dakwah sufisme di Kota Mataram. Melalui keikutan sertaan peneliti dalam agenda dakwah yang dilakukan oleh Tuan Guru baik dakwah islamiah, bimbingan keagamaan dan kajian keagamaan.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pemahaman dan tulisan ini maka dibuat sistematika pembahasan Tesis sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan terdiri dari: (a) latarbelakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan dan manfaat penelitian, (d) ruang lingkup dan stting penelitian, (e) penelitian terdahulu yang relevan, (f) kerangka teori, (g) metode penelitian, (h) sistematika pembahasan. Bab II: Paparan Data Dan Temuan terdiri dari: (a) paparan data, (b) temuan penelitian, (c) analisis data. Bab III: Pembahasan. Dan Bab IVPenutup Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

41 Irwan, “Dinamika dan Perubahan Sosial pada Komunitas Lokal”, (Ed.1, Cet. 1.

Yogyakarta: Deepublish 2015). https://sarifudin.com/020001/karya-tulis-ilmiah/47-ki0401/179- bagaimana-membuat-analisis-data-analisis-data-dapat-dilakukan-secara-interaktif. Diakses pada tanggal 9 November 2021

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Biografi dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Biografi Singkat Tuang Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar lahir pada tanggal 31 Desember 1954 beliau merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Semasa kecil beliau selalu ikut berdakwah bersama bapaknya baik di lingkungan Darul Falah maupun di luar Kota Mataram sampai usia masuk sekolah.

Tuan Guru Haji Mustiadi Abhar memulai pendidikannya pada tahun 1956- 1963 di Sekolah Dasar Negeri 3 Pagutan, kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMP tapi beliau hanya sekolah beberapa bulan tidak sampai selesai sehingga mengulang lagi di MTs Negeri Mataram pada tahun 1965-1968, dan selanjutnya melanjutkan ke MAN 2 Mataram pada tahun 1968-1971. Setelah menyelesaikan pendidikannya kemudian beliau mulai mengabdikan diri sepenuhnya di Pondok Pesantren Darul Falah.

Selama menjalankan proses pengabdiannya dan tetap istiqomah mengawal bapak beliau Tuan Guru Haji Abhar Muhyidin dalam berdakwah sampai bapaknya wafat pada tahun 1993 kemudian beliau melanjutkan estapet kepemimpinan bapaknya dalam mensyiarkan dakwah sekaligus sebagai pimpinan Pondok Pesantren darul Falah.

Semasa kepemimpinan Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar dari semenjak bapaknya meninggal sampai sekarang beliau terus mengembangkan

pondok Pesantren Darul Falah dan ajaran Toriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah yang telah ditinggalkan oleh bapaknya. Kemudian semenjak bapaknya meninggal beliau pergi ke Jombang pada tahun 1994 menemui Syaikh Rifa’i Ramli untuk mengambil bai’ah Toriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah tersebut.

Dengan demikian perjalanan dakwah Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar menjadi contoh dalam mengembangkan dakwah yang telah ditinggalkan oleh bapaknya sehingga dakwahnya berkembang pesat sampai saat ini. Bahkan sampai saat ini sudah lebih dari 15. 000 jama’ah yang tercatat sudah mengambil bai’ah Toriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah dari beliau.

Keberhasilan dalam dakwah Tuan Guru Haji Muhammad Mustiadi Abhar yang dijalankan sampai saat ini ialah beliau telah membentuk wadah Jama’ah Toriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah darul Falah (JTQN-DF), jama’ah Badaruttamam, dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh Darul Falah (KBHU-DF).

Prestasi dan jabatan yang telah beliau duduki selama beliau masih muda ialah diantaranya sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Mataram, DPRD Kota Mataram, Rois Syuriyah PCNU Kota Mataram, Pegawai BKKBN Kota Mataram, dan sebagai wakil ketua jatman dan jatmi.

2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darul Falah

Pondok Pesantren Darul falah yang berada di lingkungan Pagutan ini didirikan oleh seorang ulama’ kharismatik, beliau adalah TGH. Abhar Muhyiddin putra dari TGH. Muhyiddin, cucu TGH. Abdul Hamid. TGH.

Abhar Muhyiddin lahir pada tanggal 31 Desember 1926. Pengembangan Pondok Pesantren darul Falah ini tidaklah mudah melainkan melalui beberapa tahap pengembangan yakni diantaranya:

a. Fase Printisan/ pembentukan

Tepatnya di Lingk. Karang Buaya dan Presak Timur Kel. Pagutan, terkenal dengan banyak ulama’ sebelum masa kemerdekaan. Diantaranya ialah TGH. Abdul Hamid yang sangat disegani kala itu.

Dari silsilahnya dapat digambarkan bahwa, TGH. Abdul Hamid mempunyai Istri bernama Hajjah Zahrah, anak dari Haji Abdul Gani Banten. Darai pasangan beliau yakni Hajjah Zahrah lahirlah seorang putri bernama Siti Manna, yang kemudian Siti Manna dipersunting oleh TGH.

Muhiddin dan yang dikaruniakan seorang putra yang diberikan nama Abhar. 42

Riwayat pendidikan Abhar dimulai dari Sekolah Rakyat (SR) kemudian dilanjutkan ke Ponpes darul Ulum (Setara MA) Ampenan dibawa binaan Sayyid Abdurrahman As-Segaf (Bandung) selama 12 tahun. Selesai dari darul Ulum kemudian Abhar berangkat ke Makkah dan kembali pada tahun 1950 ke Lombok. Setelah beliau balik ke Lombok dinilai kedalaman

42TGH. Mustiadi Abhar, Mursyid, Wawancara, 16 April 2022 jam 14.00

ilmu yang dimilikinya sama masyarakat beliau diberi gelar Tuan Guru.

Dari sejak itulah beliau disapa/dipanggil dengan sapaan Tuan Guru Haji Abhar.

Semenjak kembalinya Tuan Guru Haji Abhar di tanah kelahirrannya beliau kemudian didesak oleh masyarakat untuk membuka pengajian yang akan lansung dibawah pimpinan dan bimbingannya. Setelah beliau mempertimbangkan permohonan dari masyarakat akhirnya mulilah mengajar atau membuka pengajian pada tanggal 29 rajab 1376 H.

bertepatan pada tahun 1956 Masehi, yang bertempat di serambi ruamh beliau yang berukuran 6x3 M2, kemudian beliau memberikan nama tempat pengajiannya itu Darul Falah.

Dalam pengembangan pengajian Darul Falah pada awalnya hanya memiliki 35 orang murid/santri yang berasal dari Lombok tengah, Lombok barat, Lombok Timur, meski demikian hanya beberapa orang santri semangatnya sangat besar dalam belajar ilmu agama tanpa mau libur terkecuali pada saat hari besar Islam dan libur nasional.

b. Fase Pertumbuhan

Dengan semangat dan perjuangan serta keikhlasan TGH. Abhar Muhyidin yang sebagai pendiri Pnpes Darul Falah, sehingga mengalami kemajuan yang sangat luar biasa sehingga banyak santri dating berbondong-bondong ingin menimba ilmu baik dari Pulau Lombok maupun dari luar Pulau Lombok. Sehingga pada saat itu pimpinan Ponpes Darul Falah berupaya untuk memikirkan tempat santri yang semakin

banyak sehingga tidak bisa ditampung ditempat yang sudah disediakan sebelumnya.

Lokasi Ponpes Darul Falah kemudian dipindah pada tahun 1988 ketempat yang lebih luas yakni sebelah barat Lingkungan Presak. Dari sinilah kemudian Ponpes darul falah mulai berbenah membuat ruang-ruang kelas dan asrama meskipun dengan bangunan semi permanen dikarenakan keterbatasan biaya. Setelah berjalannya pendidikan dan pengajian di tempat yang baru yakni lima tahun sejak pindah dari Lingkungan Karang Buaya ke Lingkungan Presak, kemudian TGH. Abhar Muhyiddin wafat diusianya yang ke-67 tahun yakni pada tanggal 23 Maret 1993 Masehi / 1 Syawal 1413 Hijriah.43

c. Fase Perkembangan

TGH. Abhar Muhyiddin dikaruniakan dua orang putra dan dua orang putri yakni, TGH. Mustiadi Abhar, Ustazah Hariati, TGH. Iqbal Muhyiddin, dan Ustazah Istiharah. Setelah TGH. Abhar Muhiddin ini wafat kemudian digantikan perjuangannya oleh putra pertanmanya yakni TGH. Muhammad Mustiadi Abhar. TGH.

3. Letak Geografis

Pondok Pesantren Darul Falah terletak di Lingkungan Presak dijalan Banda Seraya No. 47 Pagutan, Kelurahan Pagutan Kecamatan Mataram, Kota Mataram. Empat ini merupakan dataran tinggi yang cukup sejuk yang

43 Profil PONPES Darul Falah diakses pada 27 April 2022

dikelilingi oleh pemukiman. Jalur dan arus transportasi menuju kelokasi ini mudah ditempuh dengan berbagai macam jenis kendaraan sehingga memudahkan siapa saja yang berkepentingan yang berkunjung.

Berdasarkan Data Laporan Tahunan Pondok Pesantren Darul Falah memiliki luas ± 6000 M2 dengan batas wilayah:

Sebelah Utara : Jalan Banda Seraya Sebelah Selatan : Perumahan

Sebelah Timur : Rumah Penduduk Sebelah Barat : Perumahan 4. Landasan Hukum

Keberadaan Ponpes Darul Falah kemudian dikukuhkan dengan Akta Notaris bernomer 35 oleh Notaris Abdurrahim, SH pada tanggal 24 Nopember 1968.

5. Program Pengajian

a. Pengajian khusus jama’ah yang disisi lansung oleh Musrsyid TGH.

Mustiadi Abhar dalam dua kali seminggu diantaranya; pada hari ahad untuk jama’ah laki-laki dan pada hari selasa untuk jama’ah perempuan.

b. Pengajian ke jama’ah yang dilakukan secara berkala.

c. Pengajian badaruttamam yang diadakan pada tanggal 15 setiap bulan Hijriah

d. Pembacaan Istigotsah dalam satu kali seminggu yang dilaksanakan oleh para jama’ah dimasing-masing perkumpulannya.

Dokumen terkait