• Tidak ada hasil yang ditemukan

Administrasi Notaris dalam Membuat Akta Waris Hasil Perkawinan

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Administrasi Notaris dalam Memberikan Bantuan Pelayanan Hukum Waris

2. Administrasi Notaris dalam Membuat Akta Waris Hasil Perkawinan

Adapun administrasi notaris menurut hemat peneliti dimaksudkan sebagai tata kerja Notaris. Tata kerja merupakan sistem yang sengaja dibuat dan diperuntukkan serta dipergunakan sebagai alur kinerja terkait dengan pelayanan dan tugas hukum seorang notaris selaku pejawab negara yang berwenang seperti membuat akta notaris.

Akta notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UUJN dan Undang-undang lainnya di negara Indonesia. Jenis-jenis akta yang dibuat oleh atau dihadapan notaris adalah berbagai akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan dalam peraturan perundang-undangan atau dikehendaki oleh yang bersangkutan terhadap suatu perkara hukum.

Keabsahan suatu akta notaris pada prinsipnya meliputi bentuk isi, kewenangan pejabat yang membuat serta memenuhi syarat-syarat pembuatan akta autentik yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

94 Abdul Ghofur Anshori, Op.Cit., hal. 17.

55 dalam hal ini adalah UUJN. Dalam pasal 38 disebutkan bahwa bentuk akta Notaris terdiri atas:

1) Awal akta atau kepala akta, memuat: judul, nomor, waktu (jam, hari, tanggal, dan tahun), dan nama lengkap serta tempat kedudukan notaris; 2) Badan Akta, memuat: a) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili; b) Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap; c) Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan;

dan d) Nama lengkap, tempat tinggal dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal; dan 3) Akhir atau penutup akta, memuat: a) Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf I atau Pasal 16 ayat (7); b) Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta apabila ada; c) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan d) Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembutaan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan, pencoretan atau penggantian.95

D. Tinjauan Tentang Status Hukum Waris Anak di Luar Nikah dalam

56 undang-undang dan dibuat oleh atau di hadapan notaris, sehingga notaris sebagai penegak hukum bertanggung jawab terhadap keputusan pemberian bantuan hukum kepada anak hasil perkawinan di luar nikah dalam memperjuangkan hak-haknya sebagai ahli waris yang sah sesuai dengan perundangan yang berlaku sebagaimana tercantum dalam administrasi notaris.

Teori yang digunakan untuk mengungkap status hukum waris hasil perkawinan di luar nikah dalam administrasi notaris menggunakan teori kepastian hukum dan teori tanggung jawab.

Teori tentang kepastian hukum diterapkan dalam upaya mencari kepastian hukum yang merupakan tujuan hukum dalam upaya mewujudkan perlindungan hukum. Bentuk nyata dari kepastian hukum adalah pelaksanaan atau penegakan hukum terhadap suatu tindakan tanpa memandang siapa yang melakukan dan dimana dilakukannya. Dengan adanya kepastian hukum setiap orang dapat memperkirakan apa yang akan dialami jika melakukan tindakan hukum tertentu.

Kepastian diperlukan untuk mewujudkan prinsip persamaan dihadapan hukum tanpa diskriminasi. Wujud dari kepastian hukum pada penelitian ini berupa administrasi yang berisi peraturan tertulis yang dibuat oleh notaris.

Sedangkan teori tanggung jawab digunakan untuk mencari bentuk pertanggungjawaban hukum dari pejabat berwenang yang diangkat oleh negara dan memperoleh perintah, amanat dan mandat untuk wajib menerima, mengerjakan, memikul tanggungjawab, dan menanggung segala sesuatunya, jika ada sesuatu hal yang tidak diinginkan, dapat dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya sesuai peraturan hukum yang berlaku.

57 Tanggungjawab hukum adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja dan yang tidak disengaja dikerjakan oleh manusia.

Penggunaan teori tanggungjawab hukum berdasarkan pemahaman bahwa pertanggungjawaban memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan hak dan kewajiban seseorang dalam berbagai aspek kehidupan manusia seperti hak dan kewajiban pejabat notaris dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.

59 hukum yang memiliki serangkaian akibat-akibat hukum dari aspek hubungan kekeluargaan, harta kekayaan dalam perkawinan dan pewarisan.

Kehadiran anak dalam suatu perkawinan secara fitrah sangat berarti bagi kedua pasangan. Anak merupakan penyambung keturunan, sebagai investasi masa depan, dan anak merupakan harapan untuk menjadi sandaran pada usia lanjut. Anak dianggap sebagai modal untuk meningkatkan peringkat hidup sehingga dapat mengontrol status sosial orang tua. Anak merupakan pemegang keistimewaan orang tua, waktu orang tua masih hidup anak sebagai penenang dan sewaktu orang tua telah meninggal anak adalah lambang penerus dan lambang keabadian, pada intinya adalah anak merupakan simbul kebahagiaan dari suatu keluarga.98

Namun, pada kenyataannya sering ditemui suatu keadaan dimana kehadiran seorang anak dalam suatu keluarga tidak selamanya merupakan suatu kebahagiaan. Hal ini biasanya terjadi apabila seorang anak dilahirkan di luar perkawinan yang sah.99 Perkawinan yang sah menurut hukum yang berlaku di Republik Indonesia ini adalah perkawinan yang dilakukan menurut agama dan kepercayaan masing-masing serta dicatat oleh instansi yang berwenang untuk itu (Pasal 2 ayat (1) jo ayat (2)) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan. Ketentuan ini berlaku secara efektif sampai sekarang yang diberlakukan sejak tanggal 1 Oktober 1975 dengan disahkannya Peraturan

98 Hasballah Thaib dan Iman Jauhari, 2004, Kapita Selekta Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press, Medan, hal. 5

99 Kholis Sulung P., Tinjauan Yuridis Anak yang Lahir di Luar Nikah, Prosiding Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, hal. vi.

60 Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan.100

Bagi Warga Negara Indonesia yang tunduk kepada KUHPerdata, suatu perkawinan dianggap sah apabila memenuhi ketentuan yang berlaku dalam undang-undang tersebut, yakni setiap perkawinan harus dicatatkan dalam tiap- tiap daftar Catatan Sipil. Apabila dicermati kedua Undang-Undang tersebut (KUHPerdata dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan) terdapat persamaan substansi bahwa suatu perkawinan dianggap sah apabila telah dicatat oleh pegawai dan instansi yang berwenang. Dengan demikian, keharusan untuk melakukan pencatatan perkawinan sebagai syarat formal sahnya suatu perkawinan, merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan.

Apabila syarat tersebut tidak dipenuhi maka suatu perkawinan dalam aspek hukum positif tidak membawa akibat hukum. Perkawinan yang demikian di dalam masyarakat sering disebut dengan berbagai istilah, diantaranya kawin siri, kawin bawah tangan dan lain sebagainya. Perkawinan jenis tersebut sering dianggap tidak ada dalam sistem perundang-undangan di Indonesia. 101 Sehingga anak yang lahir dari perkawinan jenis ini disebut anak luar kawin.

100 Peraturan Pemerintah Nomnor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

101 Sistem hukum Indonesia tidak mengenal istilah ‘kawin bawah tangan’ dan semacamnya dan tidak mengatur secara khusus dalam sebuah peraturan. Namun, secara sosiologis, istilah ini diberikan bagi perkawinan yang tidak dicatatkan dan dianggap dilakukan tanpa memenuhi ketentuan undang-undang yang berlaku, khususnya tentang pencatatan perkawinan yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan Pasal 2 ayat (2) yang berbunyi: “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

61 Kehadiran seorang anak luar kawin akan mengakibatkan banyak pertentangan di dalam keluarga dan masyarakat, begitu juga secara hukum dapat menimbulkan permasalahan tersendiri. Kelahiran seorang anak luar kawin tidak hanya diakibatkan oleh suatu hubungan di luar nikah. Seorang perempuan dalam keadaan tertentu juga dapat melahirkan seorang anak luar kawin, apabila perkawinan dilangsungkan secara adat atau secara agama dan tidak dicatatkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.102 Permasalahan ini tentunya membawa kesulitan bagi anak pada masa sekarang dan masa mendatang. Salah satu permasalahan yang harus dihadapi anak di luar nikah adalah permasalahan hukum terutama mengenai satus hukum waris hasil perkawinan di luar nikah.

Seorang anak luar kawin menyandang status hukum yang berbeda dengan anak sah, terutama dalam hak-hak pewarisan yang melekat kepada kedua anak tersebut. Keberadaan anak di luar kawin memiliki konsekuensi hukum tersendiri. Seorang anak luar kawin tidak begitu saja langsung memiliki hubungan hukum kekeluargaan dengan ayah atau ibunya (orang tuanya). Anak di luar kawin memang memiliki kesamaan/kemiripan biologis dengan kedua orang tuanya, akan tetapi secara yuridis kedua orang tua tidak memiliki hak dan kewajiban apapun terhadap anak di luar kawin tersebut.103

Konsekwensi hukum demikian tentunya menimbulkan polemik bagi anak luar kawin karena tidak mendapatkan perlindungan sebagaimana

102 Mustofa Rahman, 2003, Anak Luar Nikah Status dan Implikasi Hukumnya, Atmajaya, Jakarta, hal. 23.

103 Kholis Sulung P., Tinjauan Yuridis Anak yang Lahir di Luar Nikah, Prosiding Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, hal. xiv

62 semestinya. Termasuk diantaranya adalah perlindungan hukum. Hak keperdataan anak di luar nikah tersebut menimbulkan pengaruh besar dan luas terhadap anak luar nikah, oleh karena tidak mendapatkan perlindungan hukum, seperti pemeliharaan dan kesejahteraan anak, termasuk hak anak untuk mewaris. Mencermati status hukum waris anak di luar nikah, muncul masalah yang berdampak pada anak yakni apakah mendapatkan warisan atau tidak.

Kasus hukum mengenai hal ini salah satunya dapat dicermati dari Kantor Notaris Mustofa S.H., M.Kn., M.H., di Jalan Tentara Pelajar Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal dengan Kasus Perkara No.

062/Pdt.G/2021/PA. Jr. atas nama pemohon Dewi Sukesih (32 tahun). Dalam kasus ini pemohon selaku anak yang lahir dari pernikahan sirri Sugiharto dengan Lukluk Il Maknun, untuk ditetapkan sebagai ahli waris dari ayah biologisnya (Sugiharto).

Sebagaimana latar belakang Dewi Sukesih yang merupakan anak luar nikah dari pasangan Sirri Sugiharto dengan Lukluk Il Maknun pada tanggal 15 Oktober 1988 telah melangsungkan perkawinan secara agama Islam di rumah mempelai puteri di Desa Mojo Kecamatan Gemuh (Sekarang=Ringinarum) Kabupaten Kendal dan perkawinan tersebut telah diketahui oleh masyarakat secara luas dan selanjutnya mereka telah tinggal bersama sebagaimana layaknya suami istri. Perkawinan tersebut tidak tercatat pada Kantor Urusan

63 Agama Kecamatan Gemuh dan belum pernah didaftarkan pada Kantor Catatan Sipil sehingga tidak dapat diterbitkan akta perkawinannya.104

Mustofa, selaku notaris alumnus Universitas Sultan Agung Semarang ini, menerima pasien dengan baik dan memberikan pelayanan sesuai dengan pedoman administrasi notaris. Memberikan penjelasan tentang status hukum waris hasil perkawinan di luar nikah terhadap pasien yakni Dewi Sukesih menjadi prioritas utama Mustofa, agar pasien memiliki pemahaman status hukum warisnya dan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memperjuangkan status hukum waris tersebut.105

Perkawinan yang dilakukan secara agama dan tidak dicatatkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, berakibat secara hukum perkawinan tersebut adalah tidak sah. Sehingga anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut merupakan anak luar kawin. Anak luar kawin adalah anak yang dilahirkan di luar suatu perkawinan yang sah, dengan kata lain ayah dan ibu biologis tidak sedang terikat perkawinan dengan orang lain.

Berpegang pada Pasal 280-Pasal 281 dan Pasal 285 KUHPerdata, Mustofa selaku notaris, menjelaskan bahwa status hukum waris Dewi Sukesih akan jelas setelah memperoleh surat pengakuan dari orang tua biologisnya.

Setelah memperoleh surat pengakuan tersebut, terlahirlah hubungan perdata antara anak dan bapak atau ibunya. Pengakuan terhadap anak di luar nikah

104 Wawancara dengan Notaris Mustofa, dikantor notaris jln tentara pelajar desa kebonharjo, kec. Patebon Kendal pada hari Sabtu, 10 Desember 2022.

105 Wawancara dengan Notaris Mustofa di kantor notaris jln tentara pelajar desa kebonharjo, kec. Patebon Kendal pada hari, Sabtu, 10 Desember 2022.

64 dapat menjadi ahli waris atau pewaris sesuai dengan ketentuan Bab XII, Bagian Ketiga, Pasal 862 sampai Pasal 873 KUHPerdata.

Menurut Lutfi, dalam kasus Dewi Sukesih selaku Pemohon dalam perkara ini, merupakan anak luar kawin karena perkawinan orang tuanya bukan merupakan perkawinan yang sah. Status sebagai anak luar kawin dapat diketahui dalam akta kelahirannya yang hanya tercantum nama ibunya saja yakni Lukluk Il Maknun. Untuk dapat dilakukan pengakuan sebagai anak sah, maka mengacu kepada Pasal 272 KUHPerdata, Dewi Sukesih harus mengajukan asal usul perkawinannya kepada Pengadilan Agama Kabupaten Kendal, dimana ibu dan ayah biologisnya harus hadir memberikan penjelasan, persaksian, dan pengakuan tentang asal usul perkawinannya.106

Menurut Mustofa, setelah keluarnya surat keterangan asal usul pernikahannya dari Pengadilan Agama, barulah Dewi Sukesih dinyatakan sebagai anak sah, terbitnya surat asal usul perkawinan tersebut mengandung konseksuensi bahwa Dewi Sukesih lahir dari suatu perkawinan yang tercatat dan legal dari Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Kendal, dan mengandung sinyalemen bahwa Dewi Sukesih memiliki hubungan perdata dengan ayahnya.107 Hal ini berdasarkan Pasal 280 KUHPerdata, seorang anak luar kawin akan memiliki hubungan keperdataan dengan orang tuanya apabila telah diakui secara sah melalui surat asal usul perkawinannya. Sehingga kedudukan anak luar kawin secara hukum setelah berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 jo UU

106 Wawancara dengan Muh Luthfi, selaku Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Kendal.

Senin, 12 Desember 2022.

107 Wawancara dengan Mustofaselaku notaris, di kantor notaris jln tentara pelajar desa kebonharjo, kec. Patebon Kendal pada hari Sabtu, 10 Desember 2022.

65 No. 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan tetap diperlukan suatu pengakuan untuk menciptakan hubungan keperdataan antara anak luar kawin dengan orang tuanya. Pengakuan dapat dilakukan dengan pengakuan sukarela dan paksaan.108 1. Pengakuan sukarela

Pengakuan sukarela yaitu: suatu pengakuan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara yang ditentukan undang-undang, bahwa ia adalah bapak atau ibunya seorang anak yang telah dilahirkan di luar perkawinan.

Dengan adanya pengakuan, maka timbulah hubungan Perdata antara si anak dan si bapak (ibu) yang telah mengakuinya sebagaimana diatur dalam Pasal 280 KUHPerdata. Pengakuan sukarela dapat dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan dalam Pasal 281 KUHPerdata, yaitu:

a. Dalam akta kelahiran si anak Menurut Pasal 281 ayat (1) KUHPerdata, untuk dapat mengakui seorang anak luar kawin bapak atau ibunya dan atau kuasanya berdasarkan kuasa otentik harus menghadap di hadapan pegawai catatan sipil untuk melakukan pengakuan terhadap anak luar kawin tersebut.

b. Pengakuan terhadap anak luar kawin dapat pula dilakukan pada saat perkawinan orang tuanya berlangsung yang dimuat dalam akta perkawinan sebagaimana diatur dalam Pasal 281 ayat (2). Jo Pasal 272 KUHPerdata. Pengakuan ini akan berakibat si anak luar kawin akan menjadi seorang anak sah.

c. Pengakuan terhadap anak luar kawin dapat dilakukan dalam akta oteintik seperti akta notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 281 ayat (1) KUHPerdata.

d. Dengan akta yang dibuat oleh pegawai catatan sipil, yang dibutuhkan dalam register kelahiran catatan sipil menurut hari Penanggalannya sebagaimana diatur dalam Pasal 281 ayat (2) KUHPerdata.109

2. Pengakuan Paksaan

108 Sarah Adiela Dimyati dan Akhmad Khisni, Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Pengesahan Anak di Luar Kawin, Prociding Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) 4, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, 28 Oktober 2020

109 KUHPerdata Pasal 281.

66 Pengakuan anak luar kawin dapat pula terjadi secara paksaan, yakni dapat dilakukan oleh anak yang lahir di luar perkawinan itu, dengan cara mengajukan gugatan terhadap bapak atau ibunya kepada Pengadilan Negeri di daerah tempat tinggalnya, agar supaya anak luar kawin dalam arti sempit itu diakui sebagai anak bapak atau ibunya, ketentuan ini diatur dalam Pasal 287-289 KUHPerdata.110

Anak luar kawin yang dapat diakui adalah anak luar kawin dalam arti sempit, yaitu anak yang terlahir dari ibu dan bapak yang tidak terikat perkawinan yang sah baik di antara mereka maupun dengan orang lain (tidak tergolong anak zina atau anak sumbang).

Menurut Sukamto, langkah selanjutnya yang harus dilalui Dewi Sukesih agar memiliki kepastian hukum waris anak luar nikah dari bapaknya, yakni dengan akta otentik berupa Akta Kelahiran yang mencantumkan nama Ayah yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kendal. Terbitnya Akta Kelahiran ini harus dengan persyaratan utama yakni Surat Asal Usul Pernikahan dari Pengadilan Agama Kabupaten Kendal, dan beberapa persyaratan lain yang berlaku.111

Menurut Mustofa, Akta Kelahiran merupakan surat penting yang menyangkut identitas seseorang. Kejelasan identitas sangat penting agar tidak menimbulkan eksploitasi, kekerasan, dan manipulasi terhadap eksistensi dan

110 KUHPerdata Pasal 287-289.

111 Wawancara dengan Sukamto, selaku pegawai Badan Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kendal, Selasa, 13 Desember 2022.

67 staus hukum anak, demikian juga dengan status hukum waris Dewi Sukesih.112 Dengan terbitnya Akta Kelahiran akan mencegah dan melindungi anak luar nikah dari hal-hal negatif tersebut. Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022 Tentang Perlindungan Anak pada Pasal 5 menyebutkan bahwa Setiap anak berhak atas sesuatu nama sebagai indentitas diri dan status kewargaannya.113 Dengan demikian keberadaan Akta Kelahiran merupakan bukti pengakuan secara hukum yang dimiliki orang tua dan anak.

Berdasarkan kedua surat otentik dari Pengadilan Agama Kabupaten Kendal dan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kendal tersebut barulah kemudian Dewi Sukesih dapat dibuatkan Akta Pengakuan Anak dan Membuat Surat Keterangan waris. Disinilah diperlukan peran bapak Mustofa, selaku notaris dalam mengarahkan proses perolehan kedua surat penting tersebut. Peran penting Notaris selanjutnya adalah membuat Akta Pengakuan Anak dan Membuat Surat Keterangan Waris. Kedua surat ini menjadi syarat utama bagi Notaris untuk membuat Surat Keterangan Hak Waris atau SKHW berkaitan dengan pewarisan atas nama pemohon Dewi Sukesih selaku anak luar kawin.114

Masih menurut Mustofa, untuk pengurusan Surat Keterangan Hak Waris atau SKHW sama halnya dengan Akta Pengakuan Anak dan Surat Keterangan Waris untuk anak luar nikah, harus ada penetapan dari pengadilan yang

112 Wawancara dengan Mustofa, selaku di kantor notaris jln tentara pelajar desa kebonharjo, kec. Patebon Kendal pada hari Rabu, 14 Desember 2022.

113 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 5 berbunyi:

” Setiap anak berhak atas sesuatu nama sebagai indentitas diri dan status kewargaannya”.

114 Wawancara dengan Mustofaselaku notaris, di kantor notaris jln tentara pelajar desa kebonharjo, kec. Patebon Kendal pada hari Rabu, 14 Desember 2022.

68 menyatakan bahwa saudara Dewi Sukesih selaku anak luar nikah tersebut sudah memiliki hubungan keperdataan dengan ayah biologisnya.

Berdasarkan paparan di atas status hukum waris hasil perkawinan di luar nikah dalam administrasi notaris sebagaimana studi kasus pada saudara Dewi Sukesih pada pejabat notaris Mustofa, S.H, M.Kn., M.H. di atas memerlukan bukti otentik yang dikeluarkan oleh pejabat atau dinas yang berwenang agar anak di luar nikah terbukti secara hukum sebagai anak yang sah dan diakui oleh kedua orang tuanya untuk memperoleh status hukum warisnya. Dalam hal pengurusan surat-surat otentik tersebut peran notaris selaku pejabat yang berwenang sangat penting dalam menjelaskan dengan sejelas-jelasnya tentang status hukum waris anak hasil perkawinan di luar nikah kepada pasien agar jelas. Selain itu peran notaris dengan kewibawaannya sebagai pejabat yang berwenang juga penting dalam rangka membantu proses pengurusan terbitnya surat-surat penting dari dinas yang terkait seperti pengurusan surat pengakuan dari Pengadilan Agama dan surat Akta Kelahiran dari Badan Kependudukan dan Catatan Sipil, kedua surat tersebut dibutuhkan agar status hukum waris anak hasil perkawinan di luar nikah dalam administrasi notaris menjadi jelas dan sebagai dasar utama seorang notaris membuat surat-surat atau akta otentik tentang status hukum waris hasil perkawinan di luar nikah.

Kepastian hukum waris anak di luar nikah dalam administrasi notaris dibuktikan dengan sesuatu hubungan hukum agar memiliki legalitas, yang mana satu satu fungsi hukum adalah memberikan kepastian hukum dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks status hukum waris hasil perkawinan

69 di luar nikah ini demi tercapainya kepastian hukum pada kasus Dewi Sukesih di kantor Notaris Mustofa, S.H., M.Kn., M.H., ini dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang dibutuhkan menyangkut kasus status hukum waris pada pasien Dewi Sukesih berupa dokumen-dokumen legal yang sah yang menyatakan bahwa Dewi Sukesih yang sejatinya merupakan anak hasil perkawinan di luar nikah, mempunyai status hukum waris yang jelas karena mempunyai hubungan perdata dengan orang tuanya, dan memperoleh bagian hak waris sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana di atur dalam KUH Perdata.

Notaris selaku pejabat negara diberi wewenang untuk menciptakan alat pembuktian yang mutlak dan dianggap benar. Hal ini penting untuk kebutuhan membuktikan status hukum waris hasil perkawinan di luar nikah.

B. Administrasi Notaris dalam Memberikan Bantuan Pelayanan Hukum Waris terhadap Anak Hasil Perkawinan di Luar Nikah

Notaris merupakan pejabat publik yang menjalankan profesinya dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, dan juga sebagai pejabat aparatur negara yang mendapat kepercayaan dari pemerintah atau kepanjangan tangan dari pemerintah dalam pembuatan akta autentik yang pada akhirnya akan menjadi dokumen Negara.115 Notaris menjadi tempat seseorang memperoleh nasihat yang dapat diandalkan. Segala sesuatu yang ditulis serta ditetapkannya adalah

115 Hasbullah, 2017, Analisis Hukum Tidak dicantumkan Status Perkawinan pada Buku Nikah dalam Pembuatan Akta Autentik, Tesis, Universitas Hasanuddin Makasar, hal. 2