• Tidak ada hasil yang ditemukan

Administrasi Notaris dalam Menentukan Bagian Warisan Anak Hasil

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Administrasi Notaris dalam Memberikan Bantuan Pelayanan Hukum Waris

3. Administrasi Notaris dalam Menentukan Bagian Warisan Anak Hasil

Perkawinan di Luar Nikah

Berdasarkan deskripsi administrasi notaris dalam membuat Akta Waris bagi anak hasil perkawinan di luar nikah pada sub anak bab sebelumnya, maka peran dan tanggung jawab administrasi notaris selanjutnya adalah menentukan bagian warisan bagi anak hasil perkawinan di luar nikah yang dalam kasus perkara Dewi Sukesi oleh Notaris Mustofa, pembagian hak dan bagian waris dituangkan dalam Akta Autentik berupa Surat Keterangan Hak Waris.133

Mustofa selaku notaris dalam menjalankan administrasi notaris utamanya dalam peran dan tanggung jawabnya pada pembuatan Surat Keterangan Hak Waris bagi Dewi Sukesih, tanggung jawab hukum notaris

132 Noviana Dewi Harjanti dan Akhmad Khisni, Peran Notaris dalam Kepastian Bagian Warisan untuk Anak di Luar Nikah yang diakui Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jurnal Akta, Volume 4 Nomor 4 Desember 2017, hal. 557.

133 Wawancara dengan Mustofa, selaku notaris, di kantor notaris jln tentara pelajar desa kebonharjo, kec. Patebon Kendal pada hari Rabu, 14 Desember 2022.

78 terletak pada kebenaran perhitungan menurut hukum waris bagian masing- masing ahli waris. Sedangkan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris ditentukan notaris dari Akta Pernyataan Waris yang dibuat dalam bentuk Akta Partij, yang secara hukum notaris hanya menuangkan keterangan dari para pihak. Langkah ini dilakukan oleh Mustofa agar dirinya selaku notaris tidak dapat dituntut apabila ada keterangan ahli waris yang tidak benar, termasuk dalam hal ini adanya anak luar kawin lainnya selain Dewi Sukesih yang diakui.134

Menurut Habib Adjie, ketentuan administrasi notaris mengenai dapat atau tidaknya suatu keterangan waris dibuat dengan bentuk akta partij maka Surat Keterangan Hak Waris tidak dapat dibuat dalam bentuk akta partij oleh karena terbentur dengan ketentuan Pasal 52 jo 53 UUJN. Dalam hal ini tidaklah dimungkinkan seorang notaris membuat keterangannya sendiri dalam suatu akta yang dibuat oleh notaris yang bersangkutan.135

Adapun bagian warisan Anak Luar kawin dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata disesuaikan dengan keadaan orang tua yang mewaris kepadanya. Faktor yang lainnya adalah berapa jumlah anggota keluarga inti yang ada dan anggota keluarga yang lainnya.136 Menurut Suherman, besarnya hak bagian waris anak hasil perkawainan di luar nikah secara rinsi sebagai berikut:

134 Wawancara dengan Mustofa, selaku notaris, di kantor notaris jln tentara pelajar desa kebonharjo, kec. Patebon Kendal pada hari Rabu, 14 Desember 2022.

135 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, (Bandung:Refika Aditama, 2008), hlm. 26-27.

136 Noviana Dewi Harjanti dan Akhmad Khisni, Peran Notaris dalam Kepastian Bagian Warisan untuk Anak di Luar Nikah yang diakui Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jurnal Akta, Volume 4 Nomor 4 Desember 2017, hal. 555.

79 a. Anak hasil perkawinan di luar nikah mewaris bersama-sama golongan pertama meliputi anak-anak atau sekalian keturunannya (pasal 852 kitab UU Hukum Perdata) dan suami atau isteri hidup lebih lama (pasal 852 A Kitab UU Hukum Perdata), maka bagian anak luar nikah tersebut ialah 1/3 dari harta yang ditinggalkan.

b. Anak hasil perkawinan di luar nikah mewaris bersama-sama ahli waris golongan kedua dan golongan ketiga. Pasal 863 Kitab Undang-Undang Hukum perdata menyatakan: Jika pewaris tidak meninggalkan keturunan ataupun suami dan isteri, tetapi meninggalkan keluarga sedarah atau pun saudara (laki-laki maupun perempuan) atau keturunan saudara, hak anak hasil perkawinan di luar nikah menerima ½ dari warisan.

c. Anak hasil perkawinan di luar nikah mewaris dengan ahli waris golongan keempat meliputi sanak saudara dalam derajat yang lebih jauh, maka besarnya hak bagian anak hasil perkawinan di luar nikah adalah ¾ berdasarkan pasal 863 ayat 1 bagian ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

d. Anak hasil perkawinan di luar nikah mewaris dengan ahli waris keluarga yang bertalian darah dalam lain penderajatan, maka besarnya hak bagian anak hasil perkawinan di luar nikah menurut pasal 863 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dihitung dengan melihat keluarga yang terdekat hubungan penderajatannya dengan pewaris, dalam hal ini golongan ketiga sehingga anak hasil perkawinan di luar nikah menerima setengah bagian (pasal 863 ayat 1 bagian kedua Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

e. Anak hasil perkawinan di luar nikah sebagai satu-satunya ahli waris. Apabila anak hasil perkawinan di luar nikah yang telah diakui oleh orang tuanya sebagai ahli waris tunggal, maka anak hasil perkawinan di luar nikah tersebut mendapat seluruh harta warisan (Pasal 865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).137 Berdasarkan ketentuan bagian waris anak hasil perkawinan di luar nikah yang disarikan dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di atas, menjadi pedoman bagi Mustofa selaku notaris dalam memberikan solusi pembagian hak waris Dewi Sukesih masuk dalam kategori golongan pertama. Ketentuan ini menjadikan Dewi Sukesih mewaris bersama-sama golongan pertama meliputi anak-anak atau sekalian keturunannya sesuai

137 Maman Suherman, 2004, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum (Civil Law, Common Law, Hukum Islam), Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 192.

80 ketentuan pada pasal 852 kitab Undang-Undang Hukum Perdata, kemudian melihat kenyataan bahwa suami yakni bapak Sugiharta dan atau isteri yakni ibu Lukluk Il Maknun pada kenyataannya masih hidup lebih lama sesuai pasal 852 A Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka bagian warisan Dewi Sukesih, selaku anak hasil perkawinan di luar nikah tersebut ialah 1/3 dari harta yang ditinggalkan oleh bapaknya yakni Bapak Sugiharta.

Notaris dalam pembuatan akta yang terkait dengan akta waris beserta bagian warisnya bertanggung jawab sebatas menuangkannya ke dalam akta berdasarkan keterangan para pihak dan selebihnya adalah tanggung jawab dari para pihak itu sendiri kecuali notaris melakukan kesalahan dalam perhitungan pembangian harta warisan.

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

1. Status hukum waris anak hasil perkawinan di luar nikah

Administrasi notaris terhadap status hukum waris untuk anak hasil perkawinan di luar nikah yang diakui menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dibagi dalam beberapa langkah. Peran dan tanggung jawab notaris dalam mencari, menelusuri dan menguak kejelasan status hukum waris anak hasil perkawinan di luar nikah secara administratif disesuaikan dengan tahapan dalam proses mencari kejelaaan status hukum waris anak hasil perkawinan di luar nikah yang diakui yaitu dimulai dari peran notaris dalam mengawal pengakuan anak oleh ayah biologisnya sebagai titik terang adanya hubungan perdata dengan ayahnya, selanjutnya notaris juga mengawal pasien yang beragama Islam perlu menjelaskan asal usul perkawinannya pada Pengadilan Agama setempat sebagai langkah kedua dan sebagai persaratan menerbitkan Akta Kelahiran, selanjutnya motaris juga mengawal penerbitan Akta Kelahiran dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sehingga mencantumkan nama ayah biologisnya pada Akta kelahiran tersebut yang secara hukum legal formal kenegaraan telah diakui sebagai anak yang sah dan mempunyai hubungan hukum perdata secara timbale balik antara ayah dan anak seperti hak dan kewajiban nafkah dan pendidikan, menjadi wali nikah, menggunakan nama keluarga, dan

81 memperoleh warisan sebagaimana anak sah. Status hukum waris anak hasil perkawinan di luar nikah harus dilegalkan oleh notaris dengan bukti Akta Otentik berupa pembuatan akta waris dan kejelasan bagian warisnya.

2. Administrasi notaris terkait bantuan pelayanan hukum waris terhadap anak hasil perkawinan di luar nikah

Pertama, notaris dalam menjalankan peran terhadap kepastian bagian warisan untuk anak hasil perkawinan di luar nikah dimulai dari memfasilitasi pembuatan akta. Dalam proses ini maka menempuh beberapa tahapan dan melengkapi beberapa syarat. Hal inilah yang harus dijamin oleh Notaris untuk berjalan sesuai dengan hukum perdata yang berlaku. Secara umum maka dapat di ketahui bahwa pengakuan anak hasil perkawinan di luar nikah merupakan pengakuan seseorang baik bapak atau ibu dari anak hasil perkawinan di luar nikah dimana pengakuan anak hasil perkawinan di luar nikah ini harus memenuhi syarat-syarat dan cara-cara yang ditentukan oleh Undang-Undang. Untuk selanjutnya baik pihak ayah, ibu maupun anak memiliki hubungan perdata termasuk di antaranya adalah waris.

Kedua, selanjutnya anak hasil perkawinan di luar nikah masuk kategori ahli waris mutlak berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU- VIII/2010 selama anak luar kawin tersebut mendapatkan pengakuan dari ayah biologisnya atau telah menelusuri asal ususl pernikahannya di pengadilan agama.

Ketiga, selanjutnya anak hasil pernikahan di luar nikah telah memperoleh Surat Akte Kelahiran yang mencantumkan nama ayah biologisnya dari

82 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, yang menjadi dasar bagi notaris menerbitkan Akta Otentik yang dimulai dari Akta Pemisahan dan Pembagian Harta Peninggalan, diperlukan akta-akta yang mendahuluinya, Akta Pemisahan dan Pembagian Harta Peninggalan.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah, perlunya komitmen pemerintah untuk merespon problematika status hukum anak hasil perkawinan di luar nikah dengan merespon putusan Mahkamah Konstitusi sebagai payung hukum bagi Pengadilan Agama dan Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil dalam merespon kebutuhan perlindungan hukum bagi Anak hasil perkawinan di luar nikah terutama terkait dengan penerbitan Surat Asal Usul Pernikahan dan Akta Kelahiran

2. Bagi Notaris, perlunya komitmen dari notaris dalam rangka meningkatkan profesionalismenya terkait peran dan tanggungjawabnya dalam membantu penyelesaian hukum waris bagi anak hasil perkawinan di luar nikah sehingga memperoleh perlindungan hukum yang dibutuhkan.

3. Bagi Masyarakat, perlunya kesadaranan anak hasil perkawinan di luar nikah untuk memperjuangkan status hukumnya melalui pejabat yang berwenang seperti Notaris sehingga langkah-langkah dan pemenuhan administrasi yang dibutuhkan dapat dilengkapi dengan efektif. Kepercayaan terhadap notaris perlu ditumbuh suburkan dalam memperjuangkan status hukum waris hasil pernikahan di luar nikah. Demikian juga kepercayaan masyarakat pada umumnya kepada notaris perlu mendapat perhatian khusus. Mengingat

83 begitu rumit dan sulitnya pengakuan sebagai ahli waris bagi anak diluar pernikahan yang sah di mata hukum, maka peristiwaatau kasus ini bisa dijadikan pembelajaran bagi Masyarakat agar melakukan pernikahan sesuai jalur hukum yang berlaku di Indonesia dan tidak menempuh jalur-jalur yang tidak diakui di mata hukum yang sah.

84 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abadi, Al-Fairuz, t.th, al-Qamus al-Muhit, Dar al-Fikr, Beirut, Jilid 1

Abdulkadir, Abdulrahman, The Islamic State; A Study on the Islamic Holy Constitution, Terj. Ilzamuddin Ma’mur, Tatanan Sosial Islam; Studi Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Abdurrauf, Saimima, M. Iqbal, 1988, Polemik; Reaktualisasi Ajaran Islam, Pustaka Panjimas, Jakarta.

Adjie, Habib, 2008, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Refika Aditama, Bandung.

Al-Sabuni, Ali, 1998, Hukum Waris dalam Syariat Islam, Alih Bahas, M. Samhaji Yahya, Diponegoro, Bandung.

Al-Syarbini Mugni, t.th, Al-Muhraj, Jilid III, Mustafa babi al-halabi, Kairo Mesir.

Anshori, Abdul Ghofur, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UUI Press, Yogyakarta

Basyir, Ahmad Azhar, 2000, Hukum Perkawinan Islam, Universitas Islam Indonesia Pres, Yogyakarta

Daud, Imam Abu, 2003, Sunan Abu Daud, Al-Ma`arif, Bandung,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Ismail, Faisal, 1999, Islam Idealitas Ilahiyah dan Realitas Insaniyah, Adi Wacana, Yogyakarta

Kansil, 1983, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Madjid, Nurcholish, 2000, Islam Doktrin dan Peradaban; Sebuah Telaah Kritis tentang masalah keimanan, kemanusiaan dan kemodernan, Cet. Keempat Yayasan Wakaf Paramadinah, Jakarta.

Majjah, Ibnu, 2003, Sunan Ibnu Majjah, Volume 8 Nomor 2710, Bab Anjuran Mempelajari Ilmu Faraid, Al-Ma`arif, Bandung

85 Makhluf, Hunain Muhamad, 1976, Al-Mawaris fi al-Syariat l-Islamiyah,

Mathaba’ah al-Masani, Beirut

Makluf, Louis, 1986, al-Munji fi al-Lughoh wa al-Ulum, Maktabah Sarqiyah, Beirut Libanon

Miles, M.B., dan A.M. Huberman, 2002, Analisa Data Kualitatif, terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Moloeng, Lexy J., 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mulyadi, 2008, Hukum Waris Tanpa Wasiat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Nurdewata, Mukti Fajar, 2010, Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Prawirohamidjojo, R. Soetojo, 2000, Hukum Waris Kodifikasi, Airlangga University Press, Surabaya

Rafiq, Ahmad, 2002, Fiqih Mawaris, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Rahman, Mustofa, 2003, Anak Luar Nikah Status dan Implikasi Hukumnya, Atmajaya, Jakarta

Ramulyo, Moh. Idris, 2006, Hukum Perkawinan Islam, Bumi Aksara, Jakarta Rusli, Nasruddin, 1999, Konsep Ijtihad Al-Syukani Relevansinya Bagi

Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, Logos Wacana Ilmu, Jakarta Sabiq, Sayyid, t.th, Fiqh al-Sunnah, Jilid III, Dar al-Kutub al-Arabiyah, Beirut

Libanon.

Satrio, J., 2000, Hukum Waris, Alumni Bandung

Sjarif, Surini Ahlan, dan Nurul Elmiyah, 2006, Hukum Kewarisan Perdata Barat, Cetakan Kedua, Prenada Media Group, Jakart.

Soenarjo, dkk, 2003, Al-Quran dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta

Suherman, Maman, 2004, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum (Civil Law, Common Law, Hukum Islam), Raja Grafindo Persada, Jakarta

Summa, Muhammad Amin, 2005, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta

86 Suparman, Eman, 2014, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat,

dan Budaya, Reflika Aditama, Bandung

Syafi`I, Imam, 2003, Al-Mustadrok `Ala Sholihain, Al-Ma`arif Bandung, Nomor.

8069

Syarifuddin, Amir, 2007, Hukum Perkawinan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta.

Thaib, Hasballah dan Iman Jauhari, 2004, Kapita Selekta Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press, Medan

Umar, Nazaruddin, 2001, Argumen Kesetaraan Jender; Perspektif Al Qur’an, Paramadina, Jakarta.

Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian Hukum dalam Praktik, Sinar Grafika, Jakarta Zuhaili, Wahbah, t.th., al-Fiqh al-Islami wa Adilatuha, Jilid VIII, Dar al-Fikr,

Beirut Libanon

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022 Tentang Perlindungan Anak Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang KHI.

Peraturan Pemerintah Nomnor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974.

KUHPerdata

87 C. Jurnal/Artikel Ilmiah

Arum Puspitasari, 2010, Peran Notaris di dalam Menyelesaikan Permasalahan Hak Waris Anak di Luar Kawin Diakui Menur KUHPerdata, Tesis, Universitas Diponegoro Semaran.

Erfaniah Zuhriah, dkk., 2018, Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Tentang Kedudukan Anak di Luar Nikah Terhadap Pembuatan Akta Kelahiran dan Akta Waris (Studi di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri serta Notaris se-Malang Raya), Hasil Penelitian, UIN Maliki Malang.

Hasbullah, 2017, Analisis Hukum Tidak dicantumkan Status Perkawinan pada Buku Nikah dalam Pembuatan Akta Autentik, Tesis, Universitas Hasanuddin Makasar

Ikhsan Intizam, 2017, Telaah Hukum Waris (Fikih Mawaris); Kajian Surat an- Nisa Ayat 11, Jurnal Didaktika Islamika, Vol. 10 No. 2 47

Kholis Sulung P., Tinjauan Yuridis Anak yang Lahir di Luar Nikah, Prosiding Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Mizan Asroni, dalam Hasbullah, 2017, Analisis Hukum Tidak dicantumkan Status Perkawinan pada Buku Nikah dalam Pembuatan Akta Autentik, Tesis, Universitas Hasanuddin Makasar

Muhammad Shidiq dan Akhmad Khisni, Peran Notaris dalam Pembagian Warisan Kepada Anak Hasil Luar Kawin ditinjau dari Hukum Harta Kekayaan dan Pewarisan serta Hukum Waris Barat, Jurnal Akta, Universitas Sultan Agung Semarang, Volume 4 Nomor 2 Juni 2017, hal. 2

Noviana Dewi Harjanti dan Akhmad Khisni, Peran Notaris dalam Kepastian Bagian Warisan untuk Anak di Luar Nikah yang diakui Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jurnal Akta, Volume 4 Nomor 4 Desember 2017

Sarah Adiela Dimyati dan Akhmad Khisni, Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Pengesahan Anak di Luar Kawin, Prociding Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) 4, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, 28 Oktober 2020

Siti Ulima Ekawati dan Burhanudin Harahap, 2015, Fungsi Pengesahan Perjanjian Perkawinan oleh Notaris Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015, Tesis: Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2015 8.

88 Tyas Pengesti, 2006, Studi Komparasi tentang Ketentuan Pembagian Warisan untuk Anak di Luar Kawin Diaukui dalam KUHPerdata dan Intruksi Persiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Skripsi:

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Wijalus Lestari, dkk, Implementasi Batas Usia Minimal Perkawinan Berdasarkan UU No. 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan di Kecamatan Pasangkayu, Publik: Administrasi Negara Universitas 17 Agustus Surabaya.

D. Internet

Jimly School, Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Status Anak Luar Kawin, http://www.jimlyschool.com/read/analisis/256/putusan-mahkamah-

konstitusi-tentang-status-anak-luar-kawin/, diakses tepat di hari Raya Idhul Adha 11 Juli 2022, jam 13.10 WIB.