• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan tentang Status Hukum Waris Hasil Perkawinan di Luar nika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Status Hukum Waris Hasil Perkawinan di Luar Nikah,

2. Tinjauan tentang Status Hukum Waris Hasil Perkawinan di Luar nika

44 Quran yang syarat dengan muatan-muatan nilai ideal agar tidak kehilangan orientasi. Namun demikian dalam mengkontekstualisasikan ini perlu ada batasan yang jelas. Batasan yang jelas itu dipertegas pada dua wilayah yang berbeda, yaitu; wilayah tauhid-syar’iyah dan wilayah muamalah- insaniyah. Wilayah petama jelas tidak bisa diganggu gugat kebenaran dan ketetapan-Nya. Untuk wilayah kedua, perlu dilakukan analisis yang holistis agar diperoleh manfaat bagi umat. Usaha ini yang pada akhirnya akan mampu mewujudkan otoritas hukum waris al-Quran yang kontekstual sebagaimana idealitasnya.

2. Tinjauan Tentang Status Hukum Waris Hasil Perkawinan di Luar Nikah

45 hak-hak keperdataan. Namun dalam hadits terkait dengan status anak zina disebutkan bahwa anak hasil zina atau anak yang dilahirkan di luar pernikahan yang sah dinasabkan kepada ibunya.78

Setiap anak zina tidak ada hubungan kewarisan dengan laki-laki yang mengakibatkan kelahirannnya. Akibatnya anak hanya saling mewarisi dengan ibunya. Berdasarkan kaidah hukum waris Islam ditinjau dari garis nasab sebagaimana dijelaskan pada sub bab terdahulu, anak hasil zina dinasabkan kepada ibunya, bukan pada bapaknya. Berdasarkan ketentuan tersebut, anak hanya ada hubungan nasab warisan, wali nikah dan nafaqah dengan ibunya dan keluarga ibunya. Dengan adanya nash yang menanggapi tentang suatu masalah maka tidak ada ijtijad tentang masalah tersebut.

Karena dalam melakukan istinbath al-hukum terlebih dahulu melihat pada nash yaitu al-Quran Hadis, kemudian Ijtima’ para Ulama’ terkait persoalan tersebut. Apabila sudah ada di dalam nash maka suatu permasalahan dikembalikan pada nash.

Ditinjau dari Kompilasi Hukum Islam Pasal 100 dan dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 43 ayat (1) telah disebutkan bahwa anak yang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya.79 Dengan begitu status anak luar kawin dalam Islam adalah anak tidak sah, disebabkan dia dilahirkan di luar perkawinan yang sah. Anak luar kawin yang diakui dengan sah menurut KUH Perdata adalah sebagai ahli waris yang sah. Anak berhak mewarisi

78 Ahmad Rafiq, 2002, Fiqih Mawaris, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 158

79 Kompilasi Hukum Islam Pasal 100.

46 dari harta yang ditinggalkan. oleh bapak atau ibu yang mengakuinya tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika anak luar kawin telah diakui dengan sah, maka sebagai akibat dari pengakuan itulah dia berstatus sebagai anak dari yang mengakuinya. Mengenai kedudukan dia dalam keluarga, anak luar kawin tidak berbeda dengan anak kandungnya sendiri, sedangkan mengenai berapa besar hak waris anak luar kawin itu terhadap pewaris sangat tergantung bersama siapa anak luar kawin itu mewaris. Dengan demikian KUH Perdata tidak hanya memandang status hukum formal semata-mata terhadap anak luar kawin, lain halnya dengan UU No. 1 Tahun 1974 yang lebih selektif dalam menilai kedudukan anak. Bukan hanya status formal saja yang menjadi pertimbangan hukum, namun status nasab (keturunan) juga harus jelas.80 Dalam hal ini hukum Islam lebih mencakup daripada KUH Perdata yang hanya menilai perkawinan dan segala akibatnya sebagai perjanjian perdata semata.

Hukum positif di Indonesia, baik itu Undang-Undang Nomor 1 tahun 1991 tentang Perkawinan maupun Inpres Nomor 1 tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam menentukan bahwa pada dasarnya keturunan (anak) adalah sah apabila pada permulaan terjadi kehamilan, antara ibu anak dan laki-laki yang menyebabkan terjadinya kehamilan terjalin dalam hubungan perkawinan yang sah.81 Secara yuridis formal, hukum Positif di Indonesia menjelaskan bahwa anak sah adalah anak yang lahir karena hubungan suami istri dalam perkawinan yang sah dan nasab tersebut

80 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

81 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1991 tentang Perkawinan dan Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang KHI.

47 kembali kepada orang tuanya. Kemudian kedua orang tuanya itu lazimnya yang laki-laki disebut seorang ayah dan orang tua perempuan disebut dengan seorang ibu. Adapun mengenai status anak yang lahir di luar perkawinan dijelaskan dalam hukum bahwa anak tersebut tetap mempunyai hubungan keturunan dengan ibunya (matrilinieal).

Hukum Positif di Indonesia menjelaskan bahwa status anak luar nikah tidak mempunyai hubungan nasab dengan laki-laki yang menurunkannya karena tidak ada jalan atau cara yang dapat dibenarkan secara hukum untuk menghubungkan anak tersebut dengan laki laki yang menurunkannya.

Akibat hukum dari anak yang lahir di luar nikah adalah kedudukan anak tersebut menjadi anak tidak sah, anak tersebut hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya. Anak sah menurut hukum adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah secara hukum agama maupun hukum negara. Hukum memberikan perlindungan hukum untuk anak luar kawin. Anak luar kawin yang diakui selalu berada di bawah perwalian, sehingga dengan adanya perwalian untuk anak luar kawin tersebut maka hak-hak anak tersebut dapat terlindungi, seperti nafkah pemeliharaan dan pendidikan anak.82

Untuk mendapatkan suatu pemahaman yang jelas mengenai pengertian anak luar nikah menurut Kompilasi Hukum Islam, pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa pendapat pakar hukum Islam mengenai pengertian Anak Luar Nikah atau anak zina. Menurut Ahmad

82 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1991 tentang Perkawinan dan Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang KHI.

48 Rafiq, anak luar nikah atau anak zina adalah anak yang lahir di luar pernikahan yang sah menurut ketentuan agama.83

Bahwa yang menjadi ukuran sah atau tidaknya anak tersebut adalah hukum agama. Maksudnya harus dibedakan jika perempuan tidak pernah diketahui melangsungkan akad nikah tiba-tiba hamil, untuk kepentingan yuridis formal dicarikanlah calon bapak baginya. Kemudian menurut Mizan Asroni, dikatakan anak zina adalah: anak yang lahir dari seorang ibu tanpa menikah lebih dahulu, baik itu anak laki-laki atau anak perempuan. Jika seorang berzina dengan seorang laki-laki lalu ia hamil dan melahirlan, maka anak tersebut adalah anak zina, atau ia hamil beberapa bulan lalu ia nikah dengan laki-laki yang menzinahinya itu, maka anak tersebut juga dinamakan anak zina.84 Sejalan dengan pendapat para ahli di atas, Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 99 menyatakan bahwa: Anak sah ialah anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah dan anak hasil pembuahan suami isteri di luar rahim dan dilahirkan oleh isteri tersebut.85

Anak-anak yang lahir diluar ketentuan Pasal 99 Kompilasi Hukum Islam dianggap sebagai anak luar kawin dalam hukum islam dan KUHPerdata anak luar kawin tidak mempunyai hubungan nasab dengan ayah biologisnya, anak luar kawin hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya saja. Ditegaskan dalam Pasal 43 Ayat (1) Undang-undang Nomor16 tahun 2019 tentang perubahan atas undang

83 Ahmad Rafiq, 2002, Fiqih Mawaris, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 158

84 Mizan Asroni, dalam Hasbullah, 2017, Analisis Hukum Tidak dicantumkan Status Perkawinan pada Buku Nikah dalam Pembuatan Akta Autentik, Tesis, Universitas Hasanuddin Makasar, hal. 7.

85 Kompilasi Hukum Islam Pasal 99.

49 Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang menyebutkan anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya saja. Dalam Hukum Islam seorang anak dianggap sebagai anak sah apabla anak tersebut lahir dalam waktu enam bulan atau 180 hari dihitung dari kad nikah kedua orang tuanya, anak yang lahir diluar ketentuan 180 hari, maka anak tersebut dianggap sebagai anak luar kawin. Anak luar kawin dipertalikan nasabnya kepada ibunya saja dan tidak mempunyai hubungan nasab kepada ayahnya saja. Ditegaskan dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 100 yang menyebutkan “anak yang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibunya saja dan keluarga ibunya saja.

Timbulnya hubungan hukum antara anak luar kawin dengan yang mengakuinnya menimbulkan kewajiban timbal balik untuk memberikan nafkah. Hukum Islam tidak mengenal adanya pengakuan. Status anak luar kawin atau anak zina tidak bisa diubah menjadi anak luar kawin yang diakui seperti dalam KUHPerdata. Anak luar kawin hanya bisa menuntut nafkah hidup dan biaya pendidikan. Hal ini sesuai Pasal 867 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi “Undang- undang memberikan kepada mereka hanya nafkah seperlunya”.86 Status anak luar kawin menyebabkan anak luar kawin tidak bisa mendapatkan hak- haknya seperti anak sah.

Dalam hukum perdata dikenal pengakuan. Syarat agar anak luar kawin mewaris adalah anak luar kawin tersebut harus diakui dengan sah karena

86 KUHPerdata Pasal 867

50 menurut system BW asasnya adalah bahwa hanya mereka yang mempunyai hubungan hukum dengan dipewaris sajalah yang mempunyai hak waris.

Menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonsesia asal usul anak dapat dibuktikan dengan kata kelahiran atau alat bukti sebagai pengusut status.

Peradilan Agama yang akan menetapkan asal usul anak apabila akta kelahiran atau alat bukti sebagai penguat status anak dan alat bukti lain tidak ada. Hal anak ini sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 103 Kompilasi Hukum Islam yaitu: 1) Asal usul anak hanya dapat dibuktikan dengan akta kelahiran atau alat bukti lainya; 2) Apabila akta kelahiran atau alat bukti lainnya tersebut dalam ayat (1) tidak ada maka Pengadilan Agama dapat mengadakan penetapan tentang asal usul seorang anak setelah mengadakan pemerikasaan yang teliti berdasarkan bukti-bukti yang sah; dan 3) Atas dasar penetapan Pengadilan Agama tersebut maka instasi pencatatan kelahiran yang ada dalam daerah hukum Pengadilan Agama tersebut mengeluarkan akta kelahiran bagi anak yang bersangkutan.87

Berdasarkan penjelasan di atas, yang dimaksud dengan anak luar nikah menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah anak yang dibenihkan atau dilahirkan di luar pernihakan yang sah menurut ajaran agama.88 Akad nikah yang sah antara ayah dan ibulah yang menentukan apakah anak tersebut termasuk anak zina ataukah anak sah mereka. Sehubungan dengan hal ini, huruf b Pasal 99 dari Kompilasi Hukum Islam memperlihatkan upaya KHI dalam mengantisipasi pengaruh dari kemajuan ilmu pengetahuan

87 Kompilasi Hukum Islam Pasal 103

88 Ibid.

51 dan teknologi yang sedang berkembang dewasa ini. Karena sesuatu hal isteri tidak bisa mengandung benih dari suaminya dengan cara biasa, maksudnya melalui hubungan seksual antara kedua, kecuali apabila dalam prosesnya dibantu dengan teknologi kedokteran. nikah tersebut. Pada akhirnya anak menjadi minder dan terkucilkan dalam kehidupan di masyarakat.

Kompilasi Hukum Islam (KHI), yang merupakan salah satu hukum positif yang berlaku bagi umat Islam di Indonesia tetap mengakui bahwa seorang anak dilahirkan dengan kedudukan yang suci dan bersih.

Sebaliknya orang tua yang mendapat hak penghormatan dari anaknya itu berkewajiban untuk mengasuh, memelihara, mendidik serta membiayai si anak hingga dewasa. Dalam konsep Islam tanggungjawab ekonomi berada di pundak suami, meskipun dalam hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa isteri dapat membantu suami dalam menanggung kewajiban ekonomi tersebut, karena yang terpenting adanya kerjasama dan tolong menolong antara suami dan isteri dalam kehidupan rumah tangganya.89

Alhamdulillah pada tahun 2022, Kementerian Agama menetapkan bahwa setiap perkawinan sirri dan mut`ah atau sejenisnya wajib dicatatkan di depan Kantor Urusan Agama. Keputusan ini merupakan sinyal baik untuk mengantisipasi munculnya berbagai persoalan pada penikahan yang berpotensi problematik di masyarakat.

89 Kompilasi Hukum Islam Pasal 77 dan Pasal 80.

52