BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
C. Analisis Data dan Pembahasan
26. Scene 26, menit ke 01.43.06
Gambar 4.35
Kemenangan pasukan Mekkah Dialog:
Aws: “Mukjizat dianugerahkan kepada pemberani yang terus berjuang pantang menyerah. Kita juga harus menyampaikan mukjizat ini pada keturunan kita.”
Ribuan burung walet datang dari arah laut dengan membawa batu- batu dari neraka dan menjatuhkannya tepat di atas pasukan Abrahah dan memusnahkannya. Pasukan Mekkah yang ditawan segera berlari menuju lembah untuk melindungi diri, sedangkan pasukan Abrahah musnah karena batu-batu itu. Abrahah sendiri mengejar pasukan Mekkah yang melarikan diri. Burung-burung walet atas kehendak Allah mampu meruntuhkan tebing hingga menimpa tepat di atas Abrahah yang tengah berlari. Peperangan pun berakhir dengan musnahnya seluruh pasukan Abrahah.
dilakukan menggunakan teori yang telah dipilih yaitu semiotika model Roland Barthes. Dalam rumusan masalah penulis menghendaki untuk mengetahui pesan moral dari Anime The Journey melalui penanda (signifier), pertanda (signified), dan mitos dari scene-scene di dalamnya.
Tabel 4.1 Scene 1, menit ke 4.58 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.10
Aws Membantu Hisyam mengambil pisau
Aws: “ini..”
Hisyam: “Terima kasih Aws”.
Respon Aws saat membantu Hisyam.
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified) Medium Shot dari adegan Aws membantu
Hisyam untuk mengambil senjata yang berjatuhan karena kegugupannya
Terdapat hubungan personal antara Aws dan Hisyam saat adegan berlangsung. Aws embantu untuk mengambilkan senjatanya berupa pisau yang terjatuh.
Mitos (Myth)
Ta’awun (tolong-menolong) Pembahasan:
Adegan terjadi saat persiapan perang pasukan Mekkah yang dipimpin oleh Musab. Di tengah-tengah persiapan, Hisyam yang membawa terlalu
banyak senjata karena gugup dan takut, menjatuhkan senjata-senjatanya sehingga berceceran, membuat kegaduhan, serta mengundang tawa bagi pasukan. Untuk menenangkannya, Aws membantu untuk mengambilkan senjata tersebut dan tersenyum kepada Hisyam.
Penanda dalam scene ini diperlihatkan melalui potongan gambar dengan medium shot saat Aws menyodorkan senjata berupa pisau kepada Hisyam. Hal ini menandai bahwa ada hubungan personal antara Aws dan Hisyam berupa perilaku Aws saat mengetahui Hisyam sedang kesulitan dan langsung menolongnya. Adegan tersebut memunculkan pengertian mitos sebagai hal yang memang dianggap sewajarnya dilakukan jika teman kita mengalami kesulitan. Sikap seperti ini sesuai dengan moral dalam perspektif Islam dalam bab ukhuwah Islamiyah, yaitu Ta’awun. Ta’awun adalah sikap saling tolong menolong, yang kuat menolong yang lemah.33 Adegan di atas menunjukkan bahwa Aws lebih kuat dari Hisyam sehingga Aws menolong Hisyam yang sedang kesulitan.
33 Ilyas, Kuliah Akhlak. Hlm 224
Tabel 4.2 Scene 2, menit ke 6.30 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.11
Musab melakukan orasi di hadapan warga kota Mekkah
Aws: “Perang sungguh akan terjadi ya”.
Musab: “Musuh kita adalah Abrahah, dia ingin menghancurkan Ka’bah Suci. Kita tak boleh membiarkannya!”
Musab membuat seruan jihad kepada masyarakat Mekkah saat mendapatkan kabar bahwa Abrahah akan menghancurkan Ka’bah.
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified) Medium-full shot dari adegan Musab
yang sedang menyampaikan seruan jihad kepada masyarakat Mekkah.
Terdapat hubungan personal yang disertai hubungan sosial antara masyarakat Mekkah dan Musab.
Mereka memiliki pemikiran serta tujuan yang sama ketika
mendengar kabar Abrahah akan menghancurkan Ka’bah yaitu dengan melawannya.
Mitos (Myth) Syaja’ah (berani)
Pembahasan:
Adegan merupakan kilas balik sebelum peperangan berlangsung, saat masyarakat Mekkah memutuskan untuk memenuhi seruan Jihad untuk
melawan Abrahah yang akan menghancurkan Ka’bah. Musab beserta seluruh masyarakat Makkah bermufakat untuk mengambil keputusan berjihad.
Penanda yang terkandung adalah potongan gambar saat Musab sedang melakukan orasi berupa seruan jihad di hadapan penduduk Mekkah yang ditampilkan dengan medium full-shot. Hal ini mengandung pertanda adanya hubungan personal dan hubungan sosial antara Musab dan masyarakat Mekkah, ditunjukkan dengan kesepakatan atau mufakat mereka yang berani untuk melawan kedzaliman Abrahah. Keputusan ini mengandung makna syaja’ah yang artinya berani. Keberanian yang dimaksud adalah keberanian untuk menghadapi musuh dalam peperangan (jihad fi sabilillah).34 Seorang muslim yang mampu harus berani terjun ke medan perang untuk menegakkan dan membela kebenaran hingga menang atau mati syahid.
Sikap ini sesuai dengan Alquran surah Al-Anfal ayat 15 yang menjadi acuan dari konsep syaja’ah:
َراَبْدَ ْلَا ُمُهْوُّلَوُت َلََف اًفْحَز ا ْوُرَفَك َنْيِذَّلا ُمُتْيِقَل اَذِا ا ْٰٓوُنَمها َنْيِذَّلا اَهُّيَآٰهي artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur)”. (QS. Al-Anfal [8]:15)35
34 Ilyas. Hlm116
35 Al-Qur’an Dan Terjemah. Hlm 178
Tabel 4.3 Scene 3, menit ke 10.03 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.12 Dialog Aws dengan Nizar Nizar: “Berperang itu tugas untuk seorang penyendiri sepertiku”.
Aws: “Apa benar? Meski memiliki keluarga bukan berarti selalu
mengharapkan perlindungan orang lain”.
Nizar: “Anak pilihan Zubair memang luar biasa”.
Aws menunjukkan keteguhan di hatinya untuk mengikuti atau memenuhi seruan jihad meskipun ia memiliki keluarga yang mungkin saja akan Aws tinggalkan untuk selamanya karena gugur di medan perang.
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified) Big close up dari Aws yang sedang
menunjukkan keteguhan hatinya kepada Nizar.
Terdapat aksi dramatik dari Aws yang memberanikan dan memantapkan keteguhan hatinya untuk memenuhi seruan perang meskipun bisa saja ia gugur di medan perang dan meninggalkan keluarganya.
Mitos (Myth)
Mujahadah (mencurahkan segala kemampuan)
Pembahasan:
Nizar menguji Aws dengan pernyataan “Berperang itu tugas untuk seorang penyendiri sepertiku”. Jika dilihat lagi memang bagi seorang yang tidak memiliki keluarga tidak akan berat jika harus syahid di medan perang.
Sedangkan Aws memiliki keluarga bahkan baru saja memiliki seorang putra.
Tetapi Aws tetap meyakini bahwa dia harus pergi ke medan perang sebagai tentara Allah untuk melindungi agama, kota, dan keluarganya.
Penanda denotatif dan konotatif ditunjukkan dengan potongan gambar saat adegan Aws sedang berbicara menanggapi pernyataan dari Nizar. Diambil dengan big close up shot, mengandung pertanda adanya sesuatu yang dramatik sedang terjadi yaitu Aws menunjukkan keteguhan hati untuk berjihad demi mengharap rida Allah Swt. Sehingga dapat dibaca terdapat mitos yang memiliki pengertian ideologi dalam Islam. Sikap seperti ini adalah mujahadah yang berarti mencurahkan segala kemampuannya untuk melepaskan diri dari segala hal yang dapat menghambat pendekatan diri kepada Allah Swt.36 Aws berjuang dengan sungguh-sungguh untuk berjihad tanpa ragu untuk mencari rida dari Allah Swt. Telah termaktub pada Alquran surah Al-Ankabut ayat 69:
َنْيِنِس ْحُمْلا َعَمَل َ هٰاللّ َّنِاَو ۗاَنَلُبُس ْمُهَّنَيِدْه َنَل اَنْيِف اْوُدَهاَج َنْيِذَّلاَو artinya: “Dan orang-orang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik”.(Q.S Al-Ankabut [29]:69)37
36 Ilyas, Kuliah Akhlak. Hlm 109
37 Al-Qur’an Dan Terjemah. Hlm 404
Tabel 4.4
Scene 4, menit ke 11.45 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.13 Keluarga Zubair Aws: “Apa ayah berancana untuk berperang? Tuan Muttalib
memerintahkan untuk mengungsi.”
Zubair: “Aku tidak bisa membiarkan orang menghina Allah”.
Aws: “Baiklah, tapi biarkan aku saja yang tetap di Mekkah. Tubuhku masih ingat cara berpedang dan bertarung”.
Aws menawarkan dirinya saja yang memenuhi seruan jihad karena memang secara fisik dan kemampuan ia lebih kuat dibandingkan dengan ayahnya, Zubair, yang telah berusia lanjut.
Selain itu Aws juga ingin menunjukkan rasa terima kasihnya kepada keluarga Zubair yang telah memaafkan kesalahan Aws yang telah lalu.
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified) Full shot dari keluarga Zubair yang
sedang berdiskusi tentang siapa yang lebih baik untuk memenuhi seruan jihad.
Terdapat hubungan sosial yaitu berupa hubungan antar keluarga Zubair saat moment setelah adanya seruan Jihad. Aws mendapati ayahnya yang sedang bersiap untuk berperang, namun Aws menawarkan dirinya saja karena secara fisik dan usia Aws lebih mumpuni.
Mitos (Myth)
Birrul Walidain (berbuat kebajikan kepada orang tua) dan pemaaf
Pembahasan:
Adegan terjadi saat Aws baru saja sampai di rumah setelah mendengarkan seruan jihad dari Musab. Sesampainya di rumah, Aws mendapati ayahnya, Zubair yang bersiap untuk berperang. Aws menawarkan dirinya saja yang berangkat ke medan perang karena selain memang fisik serta kemampuannya lebih mumpuni, tetapi juga sebagai bentuk penebusan dosa serta rasa terima kasih kepada Zubair dan keluarga yang mau menerimanya.
Penanda secara denotatif dan konotatif ditunjukkan dengan potongan gambar yang menggunakan full shot dan dialog dari kegiatan keluarga Zubair yang sedang berdiskusi perihal peperangan yang akan terjadi. Full shot mengandung pertanda adanya hubungan sosial yang terjadi yaitu dari Aws yang sedang menawarkan dirinya saja untuk berangkat berperang dan sebagai rasa terima kasih Aws kepada keluarga Zubair. Apa yang dilakukan oleh Aws termasuk ke dalam birrul walidain, artinya berbuat kebajikan kepada orang tua dalam bentuk menghormati, memuliakan serta membantu orang tua dengan menggantikannya untuk berangkat berperang.
Selain itu sikap Zubair yang memaafkan perlakuan Aws sebelumnya yang pernah berusaha untuk merampok rumahnya bahkan memberinya pengajaran sehingga dapat bertobat disebut pemaaf karena dia tidak ada sedikitpun rasa benci atau ingin membalas perlakuan buruk kepada Aws
ditandai dengan diterimanya Aws dalam keluarganya bahkan menikahi putrinya. Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.38
Tabel 4.5
Scene 5, menit ke 14.23 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.14
Hind memberikan eyeshadow kepada Aws
Aws: “Ini akan memberikanku kekuatan saat di medan perang”.
Hind: “Kita akan selalu bersama meski terpisah”.
Aws: “Kaulah mata dan hatiku”.
Hind: “Iya”.
Hind menunjukkan kasih sayang dan perhatiannya sebagai Istri dari Aws dengan memberikan eyeshadow atau celak agar Aws tetap mengingat hal-hal yang ingin ia lindungi di tengah medan perang nanti.
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified) Close up adegan Aws menerima
eyeshadow atau celak dari Hind.
Hubungan intim atau dekat yang digambarkan dengan kedekatan antara Aws dan Hind sebagai
38 Ilyas, Kuliah Akhlak. Hlm 141
suami dan istri.
Mitos (Myth)
Kewajiban istri terhadap suami
Pembahasan:
Adegan terjadi saat Aws hendak berangkat ke medan perang, Hind menghargai dan menuruti keputusan Aws untuk berangkat berjihad meskipun ia khawatir akan kehilangan Aws di medan perang. Maka Hind memberikan eyeshadow atau celak sebagai simbol dan pengingat akan hal-hal yang harus Aws lindungi dalam niat berjihadnya. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi menyebutkan bahwa fungsi celak menurut Rasulullah adalah untuk mencerahkan penglihatan.39
Penanda denotatif dan konotatif menunjukkan gambar serta dialog dari Hind yang sedang memberikan eyeshadow kepada Aws menggunakan teknik close up shot. Hal ini menghasilkan pertanda bahwa terdapat hubungan intim dari tokoh Aws dan Hind berupa relasi suami dan Istri. Dari penanda dan pertanda tadi menghasilkan pesan moral yang dibaca melalui mitos dalam makna kultural dalam Islam. Sikap Hind termasuk ke dalam akhlak dalam berkeluarga khususnya kewajiban Istri terhadap suami dalam hal patuh pada suami. Hind menghargai keputusan Aws dan tidak bisa melarangnya karena jihad bukanlah kemunkaran. Patuh terhadap suami tidak bersifat mutlak,
39 Rahma Harbani, “Sunnah Memakai Celak Atau Eyeliner, Benarkah Dicontohkan Rasulullah SAW?,” diakses pada 6 April, 2023, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5793856/sunnah- memakai-celak-atau-eyeliner-benarkah-dicontohkan-rasulullah-
saw#:~:text=Itsmid%20adalah%20sejenis%20batu%20yang,dan%20dapat%20menumbuhkan%20 bulu%20mata.&text=Artinya%3A%20%22Bercelaklah%20dengan%20itsmid%2C,%22%20(HR%20 At%20Tirmidzi).
apabila suami akan melakukan kemunkaran di saat itulah seorang istri diperbolehkan untuk tidak mematuhi.
Tabel 4.6
Scene 6, menit ke 19.17 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.15
Kebijaksanaan Muthallib menanggapi kesombongan Abrahah
Mutallib: “Aku datang bukan sebagai perwakilan Mekkah, melainkan sebagai pemilik unta”.
Abrahah: “Oh, lalu siapa yang bertanggungjawab atas Ka’bah?”
Mutallib: “Milik Allah adalah tanggung jawab Allah sendiri, jika kau berani menentang Allah dan menghancurkan Ka’bah maka lihat saja kau pasti akan menerima murka Allah”.
Abrahah: “Oh menarik sekali, aku ingin melihat seberapa besar murka Tuhanmu”.
Muthalib tetap menanggapi kesombongan Abrahah yang ingin menantang Tuhan dengan bijaksana meskipun ekspresinya menunjukkan amarah.
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified)
Medium shot dari Muthalib yang menaggapi Abrahah sedang menunjukkan kesombongannya.
Hubungan personal antara Muthalib dan Abrahah, ditunjukkan dengan ekspresi amarah Muthalib. Meskipun ia marah namun ia berusaha untuk menahan dirinya dan tetap berperilaku bijaksana.
Mitos (Myth) Kebijaksanaan
Pembahasan:
Pada scene 6, terlihat Muthalib menghampiri Abrahah di camp-nya. Ia datang sebagai perwakilan pemilik unta yang dicuri oleh prajurit Abrahah.
Muthalib datang untuk meminta kembali unta-untanya dan mengingatkan Abrahah untuk tidak melanjutkan niatnya menghancurkan Ka’bah. Namun Abrahah malah menantang Tuhan di hadapan Muthalib dengan kesombongannya yang memiliki prajurit terkuat dan pasukan yang menunggangi gajah.
Penanda yang ditampilkan adalah medium shot dari Muthalib dan Abrahah, hal ini menunjukkan adanya hubungan personal berupa Abrahah yang menyombongkan diri atas Tuhan dan Muthalib yang menanggapinya dengan bijaksana. Kebijaksanaan dalam menghadapi suatu masalah adalah perbuatan yang memang seharusnya dikerjakan. Kesimpulan ini didapati dari pembacaan tanda yang menghasilkan pesan moral dari mitos. Kebijaksanaan adalah kepandaian individu dalam menggunakan akal budinya berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan, bersamaan dengan pengintegrasian pikiran, perasaan, dan tingkah laku, serta adanya kemauan untuk mengevaluasi diri dalam menilai dan memutuskan suatu masalah sehingga dapat menciptakan harmoni antar individu dan lingkungan.40
Tabel 4.7
Scene 7, menit ke 23.37 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.16 Zurara mengejek Aws
Zurara: “Aku datang untuk bisa makan.
Aku hanya mengalahkan musuh dan mendapat bayaran. Kau paham kan?
Iman saja tidak akan membuat perutmu kenyang. Iya kan, Aws? Kenapa tidak memberitahu semua orang tentang masa lalumu?”
Zurara mengejek Aws yang telah meninggalkan masa lalunya yang kelam karena telah menjadi penyamun. Zurara bahkan berkata bahwa iman saja tidak bisa mengisi perut. Orientasinya saat ini hanyalah makanan untuk tetap bertahan hidup, bukan karena berjihad karena Allah.
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified) Medium shot dari Zurara yang sedang Ada hubungan personal Zurara
40 R Saharani, Matindas R.W, and Takwin B, “The Role of Reflection of Difficult Life Experiences on Wisdom.” 40, no. 2 (2014): 315–323.
mengejek Aws. dan Aws karena memang Zurara adalah teman masa kecil Aws saat masih menjadi penyamun.
Mitos (Myth) Tobat
Pembahasan:
Penanda dari adegan ini adalah gambar yang ditampilkan melalui medium shot dari Zurara yang berbicara kepada Aws. Hal ini menandakan adanya hubungan personal antara Aws dan Zurara berupa teman. Pada masa lalunya Aws adalah seorang penyamun, Zurara adalah rekannya. Waktu berlalu, dalam peristiwa perang ini Zurara dan Aws bertemu kembali, Zurara yang melihat Aws telah bertobat dari masa lalu yang kelam itu merasa tidak terima.
Zurara tetap pada jalan gelapnya sedangkan Aws telah bertobat yang berarti telah kembali dari sifat-sifat tercela menuju ke sifat-sifat terpuji. Tidak ada istilah terlambat dalam bertobat, Aws pun mengajak Zurara untuk kembali ke jalan yang benar dengan menceritakan kisah mukjizat dari Nabi Nuh.
Tabel 4.8
Scene 8, menit ke 31.22 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.17 Naram dibantu oleh Yafet Narasi Aws: Saat Naram berjuang keras dalam arus deras, dia melihat sebatang kayu di depannya. Dia diselamatkan oleh putra Nabi Nuh, Yafet.
Naram tidak sempat melarikan diri saat banjir datang karena berusaha meyakinkan penduduk sekali lagi untuk meyakini ajaran dan ajakan Nabi Nuh sehingga ia terbawa arus. Beruntung Yafet datang dan menolong Naram.
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified) Medium shot dari Yafet yang menolong
Naram.
Hubungan personal antara Yafet dan Naram. Yafet menganggap Naram telah ikut membantu dakwah ayahnya yaitu Nabi Nuh sehingga ia menyelamatkannya.
Mitos (Myth)
Ta’awun (tolong-menolong)
Pembahasan:
Naram berusaha untuk meyakinkan para penduduk untuk ikut dan percaya dengan Nabi Nuh sebagai utusan dari Allah Swt, namun sayangnya
banyak yang tidak percaya bahkan mencemoohnya. Hingga suatu hari banjir tiba-tiba datang, Naram yang belum sempat menyelamatkan diri terbawa arus, beruntung ia bertemu dengan Yafet yang merupakan anak dari Nabi Nuh dan ditolong.
Penanda yang terkandung dalam adegan ini ditunjukkan melalui gambar dan narasi dari Yafet yang membantu Naram. Menggunakan teknik medium shot yang mengandung pertanda bahwa ada hubungan personal antara Yafet dan Naram yaitu Naram yang sedang kesulitan yang memerlukan bantuan dan Yafet sebagai orang yang kuat atau mampu, menolongnya. Sehingga menghasilkan pembacaan pesan moral dari mitos yang muncul yaitu ta’awun.
Apa yang dilakukan Yafet termasuk ke dalam ukhuwah Islamiyah yaitu konsep ta’awun yang berarti tolong-menolong.
Tabel 4.9
Scene 9, menit ke 33.17 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.18
Kaum Nuh selamat dari terjangan badai
Kaum nabi Nuh selamat dari terjangan badai dan tsunami karena percaya akan peringatan Nabi Nuh atas adzab yang akan menimpa orang-orang yang dzalim.
Narasi Aws: Hari berlalu tanpa ada yang tahu, hujan dan angin sudah reda, di luar sudah tenang kembali. Kapal Nuh telah melalui azab Allah, yang selamat adalah binatang, keluarga Nuh, dan orang-orang yang percaya pada peringatan Nabi Nuh
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified) Wide angle yang menunjukkan kaum
Nabi Nuh dan hewan-hewan yang selamat dari badai.
Kesan dramatis dari keselamatan kaum Nabi Nuh setelah berhari- hari terombang-ambing di dalam kapal yang diterjang badai.
Mitos (Myth)
Taqwa (mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi larangannya)
Pembahasan:
Pernanda yang ditunjukkan adalah adegan yang diambil dengan wide angle. Teknik ini menandai ada kesan dramatis karena pada scene menunjukkan kamun Nabi Nuh beserta hewan-hewan yang selamat merasa lega setelah berhari-hari diterjang badai yang muncul karena azab Allah.
Keselamatan mereka diakibatkan karena mereka mengimani apa yang disampaikan oleh Nabi Nuh mengenai tauhid kepada Allah.
Selamatnya orang-orang yang percaya dengan peringatan Nabi Nuh menunjukkan mitos tentang konsep moral yaitu taqwa yang berarti perbuatan tersebut mencakup adanya iman, Islam, dan Ihsan dalam individu. Mereka
mendapatkan buah dari ketaqwaannya yaitu mendapatkan jalan keluar dari kesulitan sesuai dengan yang disebutkan di dalam Alquran surah Thalaq ayat 2 اًجَر ْخَم ٗهَّل ْلَعْجَي َ هٰاللّ ِقَّتَّي ْنَمَو ۙ…
Artinya: “…Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya dia akan membukakan jalan keluar baginya”.(Q.S Thalaq [65]:2)41
Tabel 4.10
Scene 10, menit ke 38.13 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.19 Keberanian Nizar
Musab: “Beraninya dia membuat semua orang panik!”
Nizar: “Aku pergi dulu”.
Musab: “Tunggu! Mungkin itu jebakan!”
Nizar: “Kita tak boleh terlihat gemetar kan?”
Musab: “Baiklah, kumohon”.
Nizar memberanikan diri untuk menemui pasukan Abrahah.
Tujuan dari Nizar adalah bermediasi agar Abrahah mengurungkan niatnya untuk menghancurkan Ka’bah.
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified)
41 Al-Qur’an Dan Terjemah. Hlm 558
Full shot dari Nizar yang mengambil keputusan yang berani untuk menghadap dengan pasukan Abrahah sendirian di depan pasukan Mekkah.
Menunjukkan hubungan sosial antara Nizar yang pemberani ingin membuat kesan tak gentar terhadap Abrahah meskipun banyak pasukan Mekkah yang ketakutan melihat pasukan Abrahah.
Mitos (Myth) Syaja’ah (keberanian)
Pembahasan:
Nizar dengan keberaniannya menghadap pasukan Abrahah untuk bermediasi saat banyak pasukan Mekkah yang ketakutan setelah melihat pasukan bergajah dengan jumlah yang banyak. Tujuan Nizar tatkala untuk menjadi contoh agar tidak gentar menghadapi musuh.
Penanda dari adegan ini disajikan dengan teknik full shot dari Nizar dan Musab yang sedang berdialog di depan pasukan Mekkah. Mengandung pertanda adanya hubungan sosial antara Nizar dan Musab yang sedang berdialog untuk menunjukkan kepada pasukan Mekkah bahwa masih ada harapan untuk menang melawan pasukan Abrahah yang luar biasa banyak dan mengerikan dengan gajah-gajah besarnya. Dari pertanda dan penanda tersebut dapat ditarik pesan moral melalui pembacaan mitos secara sosiokultural yaitu sifat syaja’ah Nizar dengan tujuan untuk memberikan pengertian kepada pasukan Mekkah untuk tidak gentar menghadapi pasukan Abrahah.
Sosiokultural sendiri didefinisikan sebagai gagasan-gagasan, kebiasaan,
keterampilan, seni dan alat yang memberi ciri pada sekelompok orang tertentu pada waktu tertentu.42
Tabel 11
Scene 11, menit ke 40.31 Penanda Denotatif
(Denotative Signifier)
Pertanda Denotatif (Denotative Signified)
Gambar 4.20
Zayd menghasut para pasukan untuk menyerah
Zayd: “Daripada itu, ayo kita buat
kegaduhan dan kabur. Sudah sia-sia! Kita pasti akan mati! Ayo kita lari! Mustahil kita bisa menang melawan monster- monster itu! Larilah sebelum dilindas!”
Zayd sebagai tentara bayaran menghasut pasukan Mekkah untuk takut dan mundur dari medan perang. Ia berteriak dan membuat kegaduhan agar dirinya bisa mundur dari medan perang.
Penanda Konotatif (Conotative Signifier)
Pertanda Konotatif (Conotative Signified) Big close up dari Zayd yang berteriak
membuat kegaduhan untuk menurunkan semangat juang pasukan Mekkah agar mundur dari medan perang.
Ekspresi wajah serta perlakuan Zayd menunjukkan bahwa ia tidak ingin terjun ke medan perang meskipun ia adalah tentara bayaran. Ia memilih untuk kabur dan membuat kegaduhan
42 Condon E, Introduction to Cross Cultural Communication (New Brunswick: Rutgers University Press, 1973). hlm 4