BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
B. Penyajian Data
Abdul Muttalib adalah seorang pemimpin Mekkah yang paling dihormati. Sebelumnya Abrahah pernah mengutus pasukan untuk melakukan ekspansi ke Mekkah, namun Mutthalib dengan wataknya yang bijaksana mampu melindungi Mekkah dengan cara mediasi dan negosiasi kepada pasukan Abrahah.
h. Nizar
Gambar 4.9 Nizar
Nizar adalah seorang komandan perang yang gagah perkasa dari pasukan Mekkah dan memiliki banyak pengalaman perang.
Meskipun sifatnya kasar dan blak-blakan ia merupakan orang yang paling dipercaya di Mekkah. Ia juga mampu menyulut nyali pasukan dengan kalimat yang sederhana.
fokus penelitian. Berikut scene-scene yang mengandung pesan moral dalam anime The Journey.
1. Scene 1, menit ke 4.58
Gambar 4.10
Aws membantu Hisyam mengambil pisau Dialog:
Aws: “ini..”
Hisyam: “Terima kasih Aws”.
Scene ini menunjukkan adegan saat orasi oleh Musab untuk mempersiapkan pasukan. Namun Hisyam yang gugup secara tidak sengaja menjatuhkan senjata-senjatanya hingga berceceran. Aws sebagai temannya membantu Hisyam untuk membereskan senjata-senjata itu.
2. Scene 2, menit ke 6.30
Gambar 4.11
Musab melakukan orasi di hadapan warga kota Mekkah Dialog:
Aws: “Perang sungguh akan terjadi ya”.
Musab: “Musuh kita adalah Abrahah, dia ingin menghancurkan Ka’bah Suci.
Kita tak boleh membiarkannya!”
Alur adegan ini berada sebelum scene 1 yaitu saat Musab memberikan seruan kepada seluruh masyarakat kota Mekkah yang mampu untuk memenuhi panggilan Jihad. Seruan jihad ini bertujuan untuk melindungi Ka’bah yang dipercaya sebagai rumah Allah serta melindungi keluarga mereka. Seluruh masyarakat kota Mekkah dengan berbondong-bondong datang untuk memenuhi seruan tersebut.
3. Scene 3, menit ke 10.03
Gambar 4.12 Dialog Aws dengan Nizar Dialog:
Nizar: “Berperang itu tugas untuk seorang penyendiri sepertiku”.
Aws: “Apa benar? Meski memiliki keluarga bukan berarti selalu mengharapkan perlindungan orang lain”.
Nizar: “Anak pilihan Zubair memang luar biasa”.
Dialog ini terjadi setelah Nizar selesai memberikan sambutan walaupun hanya satu kalimat kepada pasukan Mekkah. Ia langsung mengajak Aws berdialog, Nizar ingin memastikan keteguhan hati Aws mengenai peperangan yang akan terjadi mengingat Aws telah memiliki keluarga kecil bahkan baru saja memiliki putra. Ternyata jawaban Aws melebihi ekspektasi dari Nizar dan ia merasa bangga atas kehadiran Aws pada peperangan ini.
4. Scene 4, menit ke 11.45
Gambar 4.13 Keluarga Zubair Dialog:
Aws: “Apa ayah berancana untuk berperang? Tuan Muttalib memerintahkan untuk mengungsi.”
Zubair: “Aku tidak bisa membiarkan orang menghina Allah”.
Aws: “Baiklah, tapi biarkan aku saja yang tetap di Mekkah. Tubuhku masih ingat cara berpedang dan bertarung”.
Adegan ini merupakan kilas balik saat Aws meminta izin untuk mengikuti seruan perang dari Musab. Sesampainya di rumah Aws meliat ayahnya, Zubair, bersiap untuk berangkat berperang, namun Aws melarangnya dan menawarkan dirinya karena memang secara usia dan
kemampuan ia lebih mumpuni. Selain itu Aws juga ingin menebus dosa- dosa di masa lalunya. Sebelum ia menjadi pembuat tembikar saat ini Aws adalah seorang pencuri hingga ia mendapatkan hidayah dari keluarga Zubair dan bertobat hingga menikah dengan anak dari Zubair yaitu Hind dan telah dikaruniai seorang putra bernama Wahab.
5. Scene 5, menit ke 14.23
Gambar 4.14
Hind memberikan eyeshadow kepada Aws Dialog:
Aws: “Ini akan memberikanku kekuatan saat di medan perang”.
Hind: “Kita akan selalu bersama meski terpisah”.
Aws: “Kaulah mata dan hatiku”.
Hind: “Iya”.
Masih sejalan dengan scene 4, scene ini mengambil fokus kepada istri Aws yaitu Hind yang memberikan eyeshadow atau celak sebagai simbol untuk senantiasa mengingat Allah, serta keluarga yang dilindungi.
Selain itu Hind juga ingin Aws untuk terus teguh pendirian dan pantang menyerah di medan perang melindungi rumah Allah yang akan diserang oleh pasukan Abrahah.
6. Scene 6, menit ke 19.17
Gambar 4.15
Kebijaksanaan Muthallib menanggapi kesombongan Abrahah Dialog:
Mutallib: “Aku datang bukan sebagai perwakilan Mekkah, melainkan sebagai pemilik unta”.
Abrahah: “Oh, lalu siapa yang bertanggungjawab atas Ka’bah?”
Mutallib: “Milik Allah adalah tanggung jawab Allah sendiri, jika kau berani menentang Allah dan menghancurkan Ka’bah maka lihat saja kau pasti akan menerima murka Allah”.
Abrahah: “Oh menarik sekali, aku ingin melihat seberapa besar murka Tuhanmu”.
Scene ini juga merupakan kilas balik saat unta-unta milik Muthalib dicuri oleh pasukan Abrahah. Kejadian ini terjadi pada masa-masa Muthalib bernegosiasi dengan Abrahah untuk tidak menyerang kota Mekkah, nihil, Abrahah makin menunjukkan kesombongannya bahkan ingin melawan Tuhan. Namun, meskipun emosi Muthalib tetap menanggapi Abrahah dengan bijaksana.
7. Scene 7, menit ke 23.37
Gambar 4.16 Zurara mengejek Aws Dialog:
Zurara: “Aku datang untuk bisamakan. Aku hanya mengalahkan musuh dan mendapat bayaran. Kau paham kan? Iman saja tidak akan membuat perutmu kenyang. Iya kan, Aws? Kenapa tidak memberitahu semua orang tentang masa lalumu?”
Kembali ke alur, scene ini merupakan plot utama. Tiba-tiba muncul Zurara yang merupakan rekan masa kecil Aws saat berada di kelompok penyamun. Saat ini ia berada di pasukan Mekkah sebagai tentara bayaran dengan tujuan hanya mencari uang untuk makan tanpa ada keyakinan dan iman kepada Allah di hatinya sehingga mengejek Aws yang kini telah beriman. Meskipun begitu, Aws tidak marah, bahkan ia mengakui kepada seluruh pasukan tentang masa lalunya yang kelam dan menceritakan kisah mukjizat Nabi Nuh yang telah mengubah pandangannya terhadap konsep spiritualitas hingga menjadi Aws yang sekarang dengan harapan Zurara bisa kembali ke jalan yang benar.
8. Scene 8, menit ke 31.22
Gambar 4.17 Naram dibantu oleh Yafet Dialog:
Narasi Aws: Saat Naram berjuang keras dalam arus deras, dia melihat sebatang kayu di depannya. Dia diselamatkan oleh putra Nabi Nuh, Yafet.
Scene ini merupakan kisah Nabi Nuh yang diceritakan dan dinarasikan oleh Aws untuk kembali menyulut semangat serta iman di hadapan seluruh pasukan Mekkah. Menceritakan tentang Naram, salah satu pengikut Nabi Nuh yang turut membantu untuk menyebarkan kabar kebenaran dari Nabi Nuh namun ditolak begitu saja. Hingga di hari saat adzab Allah datang, Naram belum sempat naik ke kapal. Untungnya Yafet yang merupakan putra Nabi Nuh datang tepat waktu untuk menyelamatkan Naram yang akan tenggelam.
9. Scene 9, menit ke 33.17
Gambar 4.18
Kaum Nuh selamat dari terjangan badai
Dialog:
Narasi Aws: Hari berlalu tanpa ada yang tahu, hujan dan angin sudah reda, di luar sudah tenang kembali. Kapal Nuh telah melalui azab Allah, yang selamat adalah binatang, keluarga Nuh, dan orang-orang yang percaya pada peringatan Nabi Nuh.
Sesuai dengan narasi, diceritakan badai telah berlalu dan umat yang percaya akan Nabi Nuh selamat karena mukjizat-Nya. Mereka melakukan perjalanan untuk membuat era baru yang lebih baik dengan keimanan mereka.
10. Scene 10, menit ke 38.13
Gambar 4.19 Keberanian Nizar Dialog:
Musab: “Beraninya dia membuat semua orang panik!”
Nizar: “Aku pergi dulu”.
Musab: “Tunggu! Mungkin itu jebakan!”
Nizar: “Kita tak boleh terlihat gemetar kan?”
Musab: “Baiklah, kumohon”.
Kembali ke plot utama, setelah Aws menceritakan kisah tentang Nabi Nuh, terdengar bunyi peringatan dari pengintai pasukan Mekkah
bahwa pasukan Abrahah telah terlihat. Kejadian ini membuat panik karena pasukan Abrahah datang dengan gajah yang besar dan berbondong-bondong terlihat menakutkan. Nizar berinisiatif untuk mendatangi mereka untuk melakukan strategi perang satu lawan satu.
11. Scene 11, menit ke 40.31
Gambar 4.20
Zayd menghasut para pasukan untuk menyerah Dialog:
Zayd: “Daripada itu, ayo kita buat kegaduhan dan kabur. Sudah sia-sia!
Kita pasti akan mati! Ayo kita lari! Mustahil kita bisa menang melawan monster-monster itu! Larilah sebelum dilindas!”
Di tengah kepanikan yang terjadi, Zayd yang merupakan tentara bayaran membuat ulah dengan menambah kepanikan pasukan Mekkah untuk mundur. Benar saja, setelah teriakan Zayd mayoritas pasukan Makkah mulai ketakutan dan bergegas untuk mundur.
12. Scene 12, menit ke 40.45
Gambar 4.21
Pasukan Mekkah pesimis dan mundur sebelum berperang Dialog:
Musab: “Tenanglah! Jangan panik, kalian akan termakan ketakutan!
Berhentilah! Jangan mundur! Jika kita menunjukkan ketakutan, musuh akan semakin bersemangat! Kumohon semuanya!”
Pasukan Mekkah mulai pesimis dan carut-marut. Namun Musab tetap berusaha untuk menenangkan pasukan Mekkah agar pantang menyerah dan menguatkan tekad untuk melakukan bela negara.
13. Scene 13, menit ke 42.44
Gambar 4.22
Sikap optimis Aws dan teman-temannya Dialog:
Aws: “Semuanya! Dengar aku! Aku Aws putra Zubair! Aku berdiri untuk melindungi Mekkah dan keluargaku, bukankah kalian para pemberani berkumpul dengan alasan yang sama? Meski kalian bertahan hidup
setelah melarikan diri dari ketakutan, kalian akan menyesal telah menyerahkan rumah dan imam kalian!”
Musab: “Aws benar, bukankah kalian berkumpul di sini agar tidak menyesal?”
Aws berinisiatif membantu Musab menenagkan pasukan. Ia menggunakan celak yang diberi oleh Hind untuk menguatkan hatinya dan mengambil kuda dan berseru kepada pasukan Makkah.
14. Scene 14, menit ke 43.43
Gambar 4.23
Keoptimisan warga Mekkah Dialog:
Aws: “Allah tidak akan meninggalkan meninggalkan orang-orang pemberani dan pantang menyerah! Angkat kembali senjata kalian dan hadapi musuh kita!”
Pasukan Mekkah bersorak berani dengan mengangkat senjata setelah mendengar kata-kata penyemangat dari Aws dan Zubair.
15. Scene 15, menit ke 46.45
Gambar 4.24
Perbudakan di masa Firaun Dialog:
Narasi Hind: Para budak tetap bekerja tanpa istirahat, hasil panen yang ada hanya cukup untuk Fir’aun. Para budak telah mencapai batas kelelahan dan kelaparan.
Scene beralih ke warga Mekkah yang sedang mengungsi di gunung. Dari kejauhan mereka melihat kepulan asap dari pasukan Abrahah yang membawa gajah. Warga mulai panik, namun Hind berusaha saling menguatkan dengan menceritakan kisah mukjizat dari Nabi Musa.
Dikisahkan pada masa Fir’aun terjadi perbudakan yang masif meskipun sedang paceklik yang mana persediaan makanan hanya cukup untuk Fir’aun. Para budak tidak diberi makan dan ditindas sehingga banyak yang terluka bahkan tewas.
16. Scene 16, menit ke 47.10
Gambar 4.25
Efraim mengajak Rahel ikut kabur bersama rombongan Nabi Musa Dialog:
Efraim: “Ayo kita pergi sekuat tenaga, Tuhan pasti akan membantu orang- orang yang pantang menyerah. Hari ini akan menjadi peringatan kita mendapatkan kebebasan”.
Rahel: “Iya, meskipun rasa sakit luka-luka ini mengekangku, aku akan pergi jika ada kebebasan di depan sana”.
Kisah ini difokuskan kepada Rahel yang merupakan seorang budak yang juga disiksa oleh kerajaan Fir’aun. Rahel sempat putus asa, namun Efraim membantu Rahel yang baru saja dianiaya untuk bangkit dan mengajaknya kabur bersama rombongan Nabi Musa.
17. Scene 17, menit ke 49.36
Gambar 4.26
Ribka memberikan air kepada Rahel
Dialog:
Ribka: “Berdirilah, kebebasan bukan diberikan, tapi harus diperjuangkan, itulah yang kuketahu setelah mendengar Nabi Musa”.
Setelah berhari-hari berjalan tanpa makan dan minum dengan tubuh penuh luka, Rahel terjatuh tidak kuat menahan sakit. Beruntung datang seorang nenek bernama Ribka yang menyemangatinya dan memberinya air minum. Rahel pun menguatkan dirinya dan hingga akhirnya mampu berjalan hingga sampai ke seberang menyaksikan Fir’aun dan pasukannya tenggelam di lautan yang tadinya terbelah oleh mukjizat dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa.
18. Scene 18, menit ke 01.05.33
Gambar 4.27
Pasukan Mekkah bersiap melawan pasukan Abrahah
Musab: “Pertarungan kita sekarang bukan untuk melindungi Mekkah dan keluarga kita saja, tapi juga untuk melindungi Ka’bah, kita harus menang dan melindungi apa yang kita sayangi!”
Musab: “Allah bersama kita! Jangan Takut!”
Kembali ke scene utama, pasukan Makkah tengah bersiap untuk menghadapi Abrahah. Musab menekankan kembali bahwa jihad ini
dilakukan semata-mata karena Allah yang nantinya Allah pasti akan memberikan pertolongan. Peperangan pun dimulai dari satu lawan satu antara pasukan Abrahah dan Mekkah yang diwakili oleh Aws, Zurara, dan Nizar.
19. Scene 19, menit ke 01.06.34
Gambar 4.28 Ketamakan Abrahah Dialog:
Hawkab: “Kita buang-buang waktu melawan amatiran ini”.
Abrahah: “Kalau begitu jangan pakai kuda, pakai gajah.”
Hawkab: “Tapi bagaimana jika ada yang terluka?”
Abrahah: “Aku tidak peduli, hancurkan mereka semua dan tebus kekalahan sebelumnya”.
Abrahah tidak terima dengan kekalahan dari duel sebelumnya. Ia secara membabi-buta menyerang pasukan Mekkah dengan gajah-gajahnya tanpa mempedulikan pasukannya sendiri.
20. Scene 20, menit ke 01.11.39
Gambar 4.29 Khuzaymah dan Musab Dialog:
Musab: “Apa yang kau lakukan di sini?”
Khuzaymah: “Izinkan aku bertarung bersamamu sampai akhir”.
Musab: “maaf kau harus bersamaku”.
Khuzaymah: “Tidak, ini sebuah kehormatan”.
Khuzaymah kewalahan menghadapi pasukan Abrahah, hingga datanglah Musab yang memerintahkan Khuzaymah untuk mundur dan menghadapi pasukan Abrahah sendirian. Karena kalah jumlah, Musab pun terluka, namun Khuzaymah kembali kepada Musab untuk membantunya menghadapi pasukan Abrahah agar pasukan Mekkah lainnya dapat mundur.
21. Scene 21, menit ke 01.16.19
Gambar 4.30
Kerjasama Zurara dan Aws
Dialog:
Aws: “Zurara!”
Zurara: “Serahkan yang di sini kepadaku”.
Aws: “Tapi aku tak mau meninggalkanmu lagi”.
Zurara: “Pilihanmu waktu itu benar, jadi, tenang dan pergilah penggal kepala Abrahah!”
Aws menerima misi untuk memenggal kepala Abrahah. Di tengah perjalanannya ia dihadang oleh pasukan Abrahah. Zurara pun datang untuk membantu Aws dengan menyerahkan urusan menghadapi mereka kepadanya.
22. Scene 22, menit ke 01.21.57
Gambar 4.31 Emosi Thawab Dialog:
Narasi Aws: Kepala suku makin marah saat Kamkam menolak, kepala suku menebas Kamkam dengan pedangnya. Thawab ketakutan melihat Kamkam meninggal di sampingnya. Dia pun makin membenci dan takut kepada suku Aad.
Pasukan Makkah pun kewalahan dan dikepung oleh pasukan Abrahah. Bahkan beberapa pasukan Mekkah telah tewas dieksekusi dengan cara diinjak oleh gajah. Aws geram, ia berusaha menghentikan Abrahah dengan menceritakan kisah mukjizat Allah kepada Nabi Hud dengan harapan dapat mengetuk pintu hati Abrahah. Kisah ini tentang seorang bangsawan suku Aad bernama Thawab yang muak melihat ketidakadilan antara kaum atas dan kaum bawah. Kaum bawah atau budak selalu ditindas dan diperlakukan secara semena-mena. Hingga datanglah nabi Hud untuk mengajak para budak untuk bangkit. Namun para bangsawan tidak suka akan hal itu dan membunuh salah satu perwakilan mereka yang paling disegani yaitu Kamkam. Thawab merasakan amarah yang sangat besar saat melihat jasad Kamkam yang dibunuh oleh bangsawan suku Aad.
23. Scene 23, menit ke 01.24.10
Gambar 4.32 Emosi Thawab (2) Dialog:
Thawab: “Dia bukan alat untuk memuaskan nafsumu! Sistem perbudakan yang kalian dan suku Aad ikuti adalah salah!”
Saat sedang berjalan menyusuri pemukiman para budak, Thawab menemukan ada seorang bangsawan yang tengah membawa paksa seorang budak wanita untuk menjadi pemuas nafsunya. Tentu saja Thawab langsung bertindak dan mencaci bangsawan tersebut. Hingga akhirnya Thawab ditangkap, dipenjara, serta disiksa oleh bangsawan tersebut.
24. Scene 24, menit ke 01.25.54
Gambar 4.33
Pemberontakan budak suku Aad
Dialog:
Narasi Aws: Para budak memberontak dan membebaskan para tahanan.
Thawab diselamatkan oleh budak wanita yang pernah dia selamatkan dan seorang lelaki bernama Lothan.
Lothan: “Kau memberi kami keberanian untuk bangkit, malam ini kami para budak akan bebas dari dunia keras dan kejam ini”.
Saat Thawab sedang disiksa hingga akan hilang kesadarannya, ia mendengar riuh dari luar penjara. Ternyata para budak melarikan diri dan menyelamatkan para tahanan suku Aad. Thawab ditolong oleh budak wanita yang diselamatkannya waktu itu yaitu Lothan.
25. Scene 25, menit ke 01.32.30
Gambar 4.34
Aws yang pantang menyerah Dialog:
Abrahah: “Perlawanan kalian sia-sia! Kalian pasti sudah mengerti bahwa akulah yang paling benar. Hahaha!”
Aws: “Belum! Masih belum berakhir! Kamilah yang akan menang!”
Hawkab: “Dia tidak tahu menyerah ya?”
Setelah Aws menceritakan kisah mukjizat Nabi Hud, Abrahah tetap berhati batu, ia tetap dengan kesombongannya ingin melawan Tuhan.
Meskipun Aws terluka parah karena terkena serangan Abrahah, ia tetap teriak berkali-kali memperingati Abrahah untuk menghentikan niatnya untuk menghancurkan Ka’bah. Abrahah bahkan mengajak Aws untuk bergabung ke pasukannya, namun dengan tegas Aws menolak ajakan itu karena ia percaya bahwa akan datang pertolongan dari Allah.
26. Scene 26, menit ke 01.43.06
Gambar 4.35
Kemenangan pasukan Mekkah Dialog:
Aws: “Mukjizat dianugerahkan kepada pemberani yang terus berjuang pantang menyerah. Kita juga harus menyampaikan mukjizat ini pada keturunan kita.”
Ribuan burung walet datang dari arah laut dengan membawa batu- batu dari neraka dan menjatuhkannya tepat di atas pasukan Abrahah dan memusnahkannya. Pasukan Mekkah yang ditawan segera berlari menuju lembah untuk melindungi diri, sedangkan pasukan Abrahah musnah karena batu-batu itu. Abrahah sendiri mengejar pasukan Mekkah yang melarikan diri. Burung-burung walet atas kehendak Allah mampu meruntuhkan tebing hingga menimpa tepat di atas Abrahah yang tengah berlari. Peperangan pun berakhir dengan musnahnya seluruh pasukan Abrahah.